• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Pembentukan Konsep Diri dengan Komunikasi Antarpribadi pada Mahasiswi Setelah Melakukan Pernikahan di Usia Muda di Kota

LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPS

3.1 Metode Penelitian

4.1 Tabel Karakteristik Mahasiswi yang Menikah di Usia Muda di Kota Medan

4.1.2 Proses Pembentukan Konsep Diri dengan Komunikasi Antarpribadi pada Mahasiswi Setelah Melakukan Pernikahan di Usia Muda di Kota

Medan

Berdasarkan tujuan penelitian yakni mengetahui proses pembentukan konsep diri mahasiswi setelah melakukan pernikahan di usia muda di Kota Medan, tentu saja peneliti melakukan pengamatan langsung dan wawancara secara mendalam kepada setiap informan yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini. Untuk mengetahui bentuk konsep diri masing-masing informan pasti akan melewati yang namanya proses pembentukan konsep diri. Adapun proses pembentukan konsep diri mahasiswi setelah melakukan pernikahan di usia muda di Kota Medan akan peneliti sajikan dalam bentuk narasi maupun mendeskripsikan segala sesuatu yang menjadi hasil wawancara dan pengamatan peneliti yang dimulai dari informan I sampai kepada informan ke V.

Informan I

Nama : Karina Yusanda Putri Tanggal Wawancara : 10 Januari 2016

Tempat : Rumah Informan, Jl. Brigjen Katamso No. 454/ 51 C

Medan

Pukul : 10.00 WIB

Karina Yusanda Putri atau biasanya saya akrab memanggilnya dengan nama Kak Rina. Dia merupakan salah satu informan yang ramah dan sangat

cooperative dengan peneliti. Pada saat melakukan tahap pra penelitian, peneliti

terlebih dahulu meminta informasi mengenai Kak Rina ini melalui adik kandungnya yang satu lokal kuliah dengan saya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU jurusan ilmu komunikasi.

Menurut Kak Rina, menikah di usia muda merupakan hal yang baik dan benar. Dia beranggapan bahwa pernikahan di usia muda lebih banyak dampak positif terhadap dirinya. Faktor yang membuat Kak Rina yakin untuk menikah di

usia muda karena calon suaminya sudah memiliki pekerjaan yang tetap sehingga menurutnya calon suaminya tersebut dapat menghidupi dan menafkahinya setelah menikah nanti. Kak Rina juga menuturkan bahwasannya lelaki yang sudah memiliki pekerjaan pastinya sudah bisa bertanggung jawab terhadap istri dan keluarganya setelah menikah nanti. Dari hal tersebut Kak Rina berani mengambil keputusan untuk menikah di usia muda. Selain pekerjaan calon suaminya, Kak Rina juga memaparkan bahwasannya dia juga mau menikah karena sudah melihat latar belakang keluarga calon suaminya tersebut merupakan keluarga yang baik.

“Kakak nikah ini sebenarnya lihat dari laki-lakinya sih. Ya, masa depan dia. Kayak pekerjaannya dan latar belakang keluarganya. Masa depan keluarga kami. Kakak anggap laki-laki kalau uda ada kerjanya pasti bisa tanggung jawab sama kakak nanti. Calon kakak uda punya kerja tetap, dia dokter. Kakak sih nggak terlalu liat pernghasilannya berapa, yang penting dia uda punya pernghasilan tetap. Keluarga calon kakak ini baik dan nggak terlalu banyak permintaan ke kakaknya juga. Walau kami kenalan jarak jauh sebelum nikah, kakak yakin aja sih dengan calon kakak ini”

Kemudian peneliti bertanya mengenai mudah atau sulit Kak Rina mendapatkan pemahaman positif di lingkungan tempat tinggal dan kampus setelah menikah di usia muda. Saat ditanyakan mengenai hal itu, Kak Rina mengatakan bahwasannya dirinya merupakan warga baru di lingkungan tempat tinggalnya sehingga dia sulit mendapatkan pemahaman positif dari lingkungan tempat tinggalnya. Kak Rina juga memaparkan bahwasannya sekarang lingkungan tempat tinggalnya lebih memahami dirinya setelah Kak Rina sering berinteraksi dengan mereka. Menurut Kak Rina, sekarang pemahaman lingkungan tempat tinggalnya menjadi lebih baik karena dirinya sering mendatangi rumah-rumah tetangganya dan menjelaskan ke mereka mengenai pernikahannya di usia mudanya tersebut.

“Susah juga dulu pas pertama kali kakak kesini. Apalagi kakak warga

baru waktu itu. Nggak ada yang kakak kenal sih disini. Jadi mereka suka liatin kakak. Mungkin diliatnya anak muda kok uda nikah. Apalagi kakak dirumah jarang sama suami, jarang nampak orang itu suami kakak, jadi kayaknya orang itu jelek liat kakak. Lama-lama

bosan juga dliatin kek gitu terus, orang kakak nikah baik-baik aja. Nggak yang macam-macam. Jadi kakak coba temui mereka, ngobrol- ngobrol. Enak juga rupanya sama mereka. Uda kenal, rupanya mereka itu baik. Karena kemarin belum kenal aja mungkin. Jadi sekarang orang itu uda ngerti kakak sih. Beda kalau di kampus banyak teman- teman kakak. Apalagi mereka nanya-nanya soal nikah kakak, simpati dan senang sama kakak. Malah di kampus gampang kali kakak dapat permahaman baik, karena sering ketemu, mereka jadi lebih ngerti sih. Tingkah kakak juga di kampus baik, jadi mereka pasti anggap kakak baik. Mereka juga ngelihat dari kapan kakak nikah dan jarak hamil kakak. Kakak sih di kampus nggak aneh-aneh, jadi mereka selalu

baik.”

Kak Rina juga mengatakan bahwasannya dirinya nyaman berada di lingkungan tempat tinggal dan kampusnya. Menurut Kak Rina dia merasa nyaman di lingkungan tempat tinggalnya karena sekarang lingkungan tersebut sudah berpandangan baik terhadapnya. Kemudian ketika di kampus, Kak Rina memiliki banyak teman sehingga dia merasa lebih nyaman berada di lingkungan kampus karena mereka mendukung pernikahan yang telah dilakukannya.

“Di rumah sini sih nyaman, kakak rasa nyaman aja. Nggak ada yang

aneh-aneh kakak rasa. Lingkungan sini sih baik, sekarang mereka uda baik sama kakak. Tambah lagi kakak masih suka ke mereka, masih suka cerita-cerita. Di kampus kakak, banyak kali teman yang suka kalau kakak uda nikah. Mereka justru dukung kakak kali. Suka aja kakak liat teman-teman kakak kayak gitu. Nyaman rasanya kalau lagi kumpul-kumpul dan ketemu mereka di kampus.”

Peneliti bertanya mengenai interaksi Kak Rina terhadap lingkungannya. Setelah menikah di usia muda ini, Kak Rina sering berinteraksi dengan lingkungan tempat tinggalnya. Hal itu dilakukan Kak Rina untuk menjelaskan mengenai pernikahannya tersebut ke lingkungannya. Menurut Kak Rina, interaksi yang dilakukannya berdampak baik terhadap dirinya karena lingkungannya menjadi mengerti alasan dia menikah di usia muda tersebut. Kak Rina juga mengatakan bahwasannya dirinya juga sering melakukan interaksi di kampus. Di

lingkungan kampus, Kak Rina memiliki banyak teman sehingga dia sering bertemu dan berbicara dengan mereka.

“Sering kali kakak keluar, awalnya dulu pas baru tinggal disini sih.

Karena warga baru, pas pula kakak uda nikah. Takutnya kalau nggak gabung-gabung sama tetangga sini, banyak kena cerita. Kakak deketi satu-satu tetangga disini. Jadi sekarang mereka uda kenal kakak. Nggak perlu cemas lagi. Terus di kampus kakak banyak kegiatan, jadi harus rajin ke kampus, kuliah. Seringnya juga sama teman kampus mainnya. Dulu sebelum nikah, kakak sering juga kumpul sama mereka malam hari. Tapi sekarang uda kakak kurangi, karena mau ngurusin

anak di rumah.”

Ketika peneliti bertanya mengenai bentuk interaksi yang dilakukannya di lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kampus, Kak Rina mengatakan Interaksi yang di lakukannya di lingkungan tempat tinggal seringnya dia mendatangi rumah tetangganya untuk bertamu sekaligus menjelaskan pernikahannya tersebut. Kak Rina juga memaparkan bahwasannya dirinya juga sering berinteraksi di lingkungan kampus karena jadwal kuliahnya dan urusannya padat. Terlebih Kak Rina memiliki banyak teman sehingga mereka sering mencari suatu tempat untuk berkumpul dan bercerita.

“Habis nikah ini, kakak sering datangi rumah tetangga. Bertamu kemana-mana. Sekalian kakak pengen jelasin alasan nikah kakak sih. Soalnyakan warga baru, biar enak aja sama orang itu. Takutnya banyak salah paham. Rata-rata semua pernah kakak datangin. Apalagi di kampus, sering kali kakak harus kesana. Padat jadwal kuliah kakak di kampus, jadi sering kali ke kampus. Biasa kalau di kampus, lagi nunggu dosen atau nunggu jeda kuliah, kakak sama teman-teman sering keluar nyari tempat duduk-duduk biar nggak suntuk di kampus. Kadang mau lama jeda kuliahnya, jadi kakak sering cerita-cerita sama teman-teman di cafe gitu sih. Uda tuh, kalau kumpul rame-rame bisa lama kami di cafe. Semua kami omongin, mulai dari masalah-masalah kami atau nggak cerita-cerita senang. Mereka juga sering nanyak soal pernikahan kakak ini. Mereka suka

aja liat kakak uda nikah, banyak kali yang nanyak ke kakak soal itu

kalau uda kumpul.”

Peneliti juga menanyakan mengenai pernah atau tidak Kak Rina bertemu dengan seseorang yang berbeda persepsi mengenai pernikahan di usia muda untuk menjelaskan alasan Kak Rina menikah sehingga seseorang tersebut mengetahui alasan sesungguhnya kenapa Kak Rina menikah. Saat ditanyakan hal itu, Kak Rina menuturkan bahwa pernah dulu ada yang menceritakan sesuatu hal buruk mengenai pernikahannya. Seseorang tersebut juga menyebarkan fitnah buruk tersebut ke banyak orang, sehingga Kak Rina mengambil tindakan untuk menghentikan fitnah dengan bertemu seseorang tersebut.

“Dulu ada orang aneh gitu sih nyeritain kakak. Uda gitu, uda dia

nyeritain kakak, dia juga nyebarin ke banyak orang soal itu. Teman kakak sma dulu dia. Nggak tau kenapa kok jadi gitu dia. Padahal kakak rasa sih, kakak nggak ada masalah sama dia. Karena uda sampai nyebar kemana-mana. Kakak telepon orangnya itu, tapi nggak di angkatnya. Untungnya pas ada acara pesta nikah, ketemu kakak sama dia. Langsung kakak datangi dia, kakak tanya sama dia. Kok bisa sampai berani dia nyebar isu yang nggak betul gitu. Dia nggak berani liat kakak dan nggak berani jawab apapun. Kakak bilang sama dia, nama kakak harus baik lagi dimana-mana dan harus balik lagi kayak awal, nggak ada yang nyeritain kakak. Dia kakak maafin terakhirnya, karena dia mau minta maaf sama balikin nama baik

kakak lagi.”

Kak Rina juga memaparkan mengenai kondisi dan budaya di lingkungan tempat tinggalnya dan di lingkungan kampusnya. Menurut Kak Rina kondisi dan budaya di lingkungan tempat tinggalnya baik karena dia sudah banyak mengenal tetangganya melalui interaksi yang sering dilakukannya. Kak Rina juga menuturkan mengenai kondisi dan budaya di lingkungan kampusnya. Menurut Kak Rina lingkungan kampusnya baik karena selama ini dia sudah lama mengenal lingkungan kampus dan Kak Rina

memiliki banyak teman di kampusnya. Teman-temannya baik sehingga lingkungan di kampusnya juga pasti baik.

“Ya, di daerah rumah kakak baik-baik warganya. Belum lama kakak

tinggal sini. Tapi karena sering ketemu terus ngobrol, kakak rasa baik.. Selama kakak tinggal sini nggak ada yang salah. Baik orang sini. Kalau di kampus, karena uda lama juga temenan sama mereka, jadi uda tau gimana lingkungannya. Kakak juga mahasiswa lama sih, jadi uda lama kakak di kampus itu Baik-baik aja sih kampus kakak dan teman-teman kakak.”

Kak Rina mengatakan bahwasannya persepsi di lingkungan tempat tinggalnya itu buruk mengenai seseorang yang menikah di usia muda. Menurut Kak Rina hal itu terlihat ketika dirinya baru saja tinggal di lingkungan tersebut. Dirinya terlihat asing oleh lingkungan tersebut karena sudah menikah dan sudah memiliki anak. Kak Rina juga mengatakan bahwasannya dirinya dulu dianggap tidak baik oleh lingkungannya. Tetapi setelah Kak Rina sering bertamu dan menjelaskannya, mereka jadi lebih mengerti dan baik kepadanya. Kak Rina juga memaparkan bahwasannya lingkungan kampusnya memiliki persepsi baik terhadap pernikahan di usia muda. Menurut Kak Rina, lingkungan kampusnya bisa menilai seseorang baik atau tidaknya melalui tingkah laku seseorang yang menikah tersebut.

“Buruk sih. Mungkin mereka kira, yang nikah di usia muda karena

NBA aja sih. Jadi pas kakak baru tinggal disini, mereka anggap kakak nggak baik. Suka kali orang itu liatin kakak. Kan nggak enak juga diliatin terus sih. Berani aja kakak jadinya nemui mereka. Sering bertamu kakak jadinya. Hasilnya bagus, mereka jadi baik ke kakak, soalnya kan uda ngerti. Sering kakak jelasin. Terus kalau di kampus, teman-teman nganggap nikah muda itu baik juga sih. Soalnya pergaulan teman-teman kakak baik-baik juga. Jadi asal ada yang nikah di usia muda, mereka selalu punya persepsi baik sih sama yang nikah itu. Tapi liat juga siapa yang nikah itu gimana tingkahnya”

Lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kampus memandang Kak Rina sekarang sebagai sosok yang baik. Saat ditanyakan mengenai konflik yang pernah

dialaminya setelah menikah di usia muda, Kak Rina mengatakan bahwasannya sampai saat ini dia belum pernah mengalami konflik apapun karena menurutnya pernikahan yang dilakukannya juga baik sehingga lingkungan bisa menilai dari hal tersebut..

“Nggak ada konflik sama sekali, kakak juga nggak buat yang aneh-aneh

sih. Jadi baik-baik aja pernikahan kakak ini. Malahan banyak teman- teman kakak yang suka kalau kakak uda nikah. Kakak juga nggak pernah buat masalah sampai ada konflik gitu sih. Semua aman aja kakak rasa

sih.”

Kak Rina mengatakan bahwasannya dirinya tidak pernah mendapatkan hambatan selama pernikahannya. Menurut Kak Rina, sampai saat ini pernikahannya berjalan dengan lancar dan baik tanpa ada hambatan yang merusak pernikahannya.

“Nggak pernah dapat hambatan kakak. Kakak sampai sekarang lancar- lancar aja. Nggak ada masalah yang sampai ngambat pernikahan ini. Kalau bisa semua masalah langsung diselesain biar nggak gantung. Kalau uda gantung bisa jadi penghambat sih. Jadi harus pandai siapin masalah

yang ada.”

Kemudian, peneliti juga bertanya kepada Kak Rina mengenai masalah yang pernah dia alami setelah menikah di usia muda. Kak Rina mengatakan bahwasannya dia pernah mengalami masalah dan seringnya dia mengalami masalah kerinduan kepada suaminya. Menurut Kak Rina sepasang suami istri pasti butuh kebersamaan dan perjumpaan, tetapi hal itu jarang dia dapatkan karena Kak Rina dan suami menjalani hubungan jarak jauh. Kak Rina juga memaparkan bahwasannya dia juga mengalami masalah ketika ingin pergi di pagi hari. Kak Rina harus terlebih dahulu mengurus anaknya sebelum berangkat.

“Ada sih, kakak setelah menikah ini jauh dengan suami. Suami kakak

kan dokter jadi dia tugas di luar kota, jarang kali kami jumpa. Jadi kalau rindu sama dia, paling kakak cuma bisa teleponan aja. Itu sih masalahnya, kakak rindu dengan suami kakak. Tapi kakak sabar aja dengan semuanya, dia kerja di sana buat cari nafkah. Kakak juga punya masalah pas di pagi hari. Waktu kakak mau pergi pagi ke

kampus, anak kakak harus di urusin dulu sebelum berangkat kampus. Soalnya nggak mungkin minta tolong sama ibu terus di rumah, capek nanti ibu kakak pagi-pagi uda ngurus anak. Masalahnya Ya kalau mau pergi pagi aja sih, ngasih makan, mandiin, buatin susu, dan sampai harus nidurin anak kakak dulu. Itu yang buat kakak agak lama sampai kampus. Ya kakak mulai belajar dengan semua ini. Biasanya kakak lebih cepat bangun untuk masak bubur dan sayur buat anak kakak, jadi pas dia bangun tinggal kasih makannya aja. Harus pandai-pandai

kakak manfaatkan waktu di pagi hari.”

Kak Rina juga mengatakan bahwasannya dirinya tidak pernah mendapat penolakan dari lingkungan setelah menikah di usia muda. Menurut Kak Rina pernikahannya tersebut baik dan diterima oleh lingkungannya.

“Penolakan nggak ada, mereka semua terima kakak. Ya kakak nikah

baik, pasti semua baik. Nggak ada yang kayak gitu. Apalagi teman-

teman kakak, mereka malah lebih suka kakak uda nikah.”

Kak Rina mengatakan bahwasannya banyak ucapan selamat yang didapatkannya setelah menikah di usia muda. Kak Rina juga menuturkan bahwasannya teman-teman kampusnya sering memuji karena Kak Rina sudah menikah di usia muda dan sudah memiliki seorang anak.

“Banyak pujian dan ucapan selamat yang kakak dapat dari teman- teman di kampus. Mereka bilang enak kali udah nikah, udah punya anak. kakak senang dengar ucapan mereka itu. Kakak pikir, iya juga. Harus bersyukur sudah punya anak di usia muda ini. Semoga makin

lancar terus keturunan kakak .”

Hubungan jarak jauh tidak membuat Kak Rina putus komunikasi oleh suaminya. Komunikasi yang mereka lakukan lebih sering melalui telepon karena pertemuan mereka sangat jarang terjadi. Walaupun komunikasi lewat telepon, Kak Rina selalu menceritakan segala seseuatunya kepada suaminya. Saat di tanyakan mengenai hal apa yang sering dibicarakan dengan suami setelah menikah di usia muda Kak Rina mengatakan dia dan suami selalu membicarakan segala halnya, mulai dari hal yang menurut Kak Rina penting dan tidak penting. Menurut Kak

Rina, komunikasi harus berjalan lancar agar hubungan jarak jauh yang dijalaninya berjalan dengan baik.

“Kakak biasanya ngomong apa aja sama suami. Kalau teleponan sama dia, kakak omongin semua. Soal anak, pekerjaan kakak, sama masalah-masalah kakak. Walau cuma dari telepon, kakak senang dan lega bisa cerita sama dia. Kami LDR tapi komunikasi lancar terus biar hubungan kami baik. Pas di telepon, kakak ceritai kalau kakak rindu sama dia, kadang kakak kasih teleponnya sama anak, biar suami

kakak bisa dengar suara anaknya.” Informan II

Nama : Nida Ulhaq

Tanggal Wawancara : 11 Januari 2016

Tempat : Rumah Informan, Jl. Bilal Ujung Gg. Fitri No. 1

Medan Bilal

Pukul : 11.00 WIB

Nida Ulhaq merupakan informan kedua dalam penelitian ini. Selain memenuhi syarat menjadi informan, alasan lain peneliti memilih Nida Ulhaq karena dia menikah ketika berusia 18 tahun dan itu merupakan usia yang masih muda sekali untuk menikah. Peneliti memiliki kesempatan untuk menggali segala hal tentang pernikahan di usia muda melalui wawancara dengan informan ini.

Usia Nida yang masih sangat muda dan dia berani mengambil keputusan untuk menikah di usia muda. Maka dari hal itu peneliti ingin mengetahui segala hal mengenai pernikahannya tersebut. Peneliti menanyakan kepada Nida mengenai faktor dia menikah di usia muda. Menurut Nida, dia menikah di usia muda karena faktor dorongan orang tuanya. Orang tuanya memberi nasihat dan arahan kepada dirinya untuk segera menikah karena menurut orang tuanya itu lebih baik untuk dirinya. Nida juga memaparkan bahwasaanya dari dorongan dan

arahan orang tuanya tersebut dia terpengaruh untuk berani melakukan pernikahan di usia muda tersebut.

“Saya berani nikah karena awalnya orang tua suka nasihatin saya bang. Dulu kan waktu SMA saya suka keluyuran ke luar rumah. Terus kalau habis pulang sekolah, selalu melalak sama teman-teman. Orang tua saya jadi khawatir bang. Mereka terus nasihatin dan suruh saya cepat nikah. Mereka takut saya kenapa-kenapa bang. Jadi menurut mereka saya bagus nikah cepat bang. Tapi pertamanya saya nggak mau nikah karena malu. Masih belum cocok buat nikah. Tapi orang tua saya terus kasih masukan dan nasihat, jadi saya berani juga untuk

nikah ini bang.”

Nida juga menuturkan bahwasannya dia mulai berpenampilan sopan dan rapi di lingkungannya setelah menikah di usia muda. Menurut Nida penampilan dia yang sopan dan rapi membuat lingkungan berpahaman positif mengenai pernikahannya. Nida juga mengatakan ketika dia berada di lingkungan tempat tinggal atau lingkungan kampus, dia selalu menjaga penampilannya agar selalu terlihat baik. Saat ditanyakan mengenai sulit atau mudah mendapatkan pemahaman positif dari lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kampus setelah menikah di usia muda, Nida mengatakan bahwasannya dulu dia sulit mendapatkan pemahaman positif di lingkungan rumahnya ketika pertama kali tinggal di lingkungan tersebut. Menurut Nida, pemahaman lingkungannya terhadap dirinya berubah menjadi positif setelah dia mulai belajar memakai pakaian rapi dan sopan. Nida juga sering mendatangi rumah tetannganya untuk bersilaturahmi. Dari hal itu pemahaman lingkungannya berubah menjadi baik kepadanya. Nida juga menuturkan bahwasannya di lingkungan kampusnya dia mudah mendapatkan pemahaman positif karena dirinya memiliki banyak teman dan mereka semua mau mengerti dengan pernikahannya.

“Saya mulai nikah ini selalu belajar buat berpakaian rapi bang. Saya

liat kakak saya yang selalu rapi dan sopan. Awalnya saya nyoba- nyoba pakai baju terusan seperti kakak saya. Lama kelamaan terbiasa gitu bang. Habis itu saya coba lagi pakai jilbab panjang, sering orang

bilang jilbab syari bang. Karena udah terbiasa akhirnya sampai sekarang selalu saya pakai bang. Ada berkahnya juga saya belajar kayak gini bang. Saya rasa, tetangga sini sekarang lebih baik aja liat saya. Saya juga baru pindah kesini bang. Disini saya nyewa, jadi dulu tetangga heran-heran liat saya. Bandan kecil tapi uda punyak anak dan suami. Tapi sejak saya udah berpenampilan rapi, mereka jadi selalu baik aja gitu bang. Tetangga rumah jadi juga suka liat saya bang kalau uda keluar rumah. Mereka kayak suka gitu. Senyum-