• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Proses Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Implementasi Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan tidak terlepas dari usaha-usaha yang dilakukan oleh petugas pemungut Pajak Bumi dan Bangunan mulai dari penerbitan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) berdasarkan atas NJOP yang disampaikan oleh wajib pajak, penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) dan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) itu sendiri serta kebijakan pemberian penyuluhan kepada wajib pajak mengenai pentingnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) demi tercapainya target dan realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sesuai Keputusan Gubernur Nomor 51 Tahun 2002 pasal 2 maupun pemberian pengawasan terhadap petugas pemungut, termasuk di dalamnya adalah proses administrasi yang dijalankan.

Pada pelaksanaan di lapangan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan dapat dilihat pada pelaksanaan beberapa bagian dari proses pemungutan itu sendiri yang meliputi :

a. Penerbitan dan Penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) dan Pembayaran PBB.

Agar dapat mengetahui secara rinci tentang system dan prosedur pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan tidak terlepas dari pelaksanaan pengisian Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang yang dilakukan oleh KP. PBB sampai dengan penyampaian kepada masyarakat. Dalam hal penerbitan SPPT jika terdapat suatu kesalahan dalam Surat Pemberitahuan pajak Terhutang (SPPT), maka wajib pajak memiliki hak untuk mengajukan keberatannya tersebut.

   

Sementara mengenai penyampaian SPPT terdapat dua penyampaian SPPT yaitu, untuk jumlah objek pajak diatas Rp. 500.000 disampaikan langsung oleh petugas pemungut Dispenda, sedangkan jumlah objek pajak dibawah Rp. 500.000 diserahkan kepada petugas pemungut dari Kelurahan.

Dalam hasil wawancara dengan Lurah Taman (Drs. Suprapto PU) dinyatakan bahwa :

“Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang diterbitkan setelah mempelajari Surat Pemberitahuan Objek Pajak yang diisi oleh wajib pajak. Dalam hal ini wajib pajak dapat mengetahui besarnya pajak yang harus dibayar. Penerbitan SPPT ini kepada masyarakat dilaksanakan oleh KP. PBB melalui Dispenda. Selanjutnya dari Dispenda disampaikan kepada Kecamatan, dari Kecamatan diberikan kepada masyarakat melalui Kepala Kelurahan”. (Hasil wawancara, 18 Agustus 2010).

Lebih lanjut dikemukakan oleh Sekretaris Kelurahan Taman (Rudi Agus) di ruang kerjanya, yang menyatakan bahwa :

“Setelah pelaksanaan penyerahan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) dari pemerintah Kecamatan, maka kami selaku Pemerintah Kelurahan langsung menyerahkannya kepada masyarakat selaku wajib pajak dengan terlebih dahulu mengecek jumlah sesuai dengan berita acara dan membagi per blok kepada petugas pemungut”. (Hasil wawancara, 18 Agustus 2010).

Hal ini juga dijelaskan oleh salah satu petugas pemungut Tri Sulaksono, bahwa :

“Setelah Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang disampaikan kepada masyarakat selaku wajib pajak, maka petugas akan mengembalikan kembali potongan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang yang telah diterima oleh masyarakat kepada Pemerintah kecamatan yang akhirnya oleh pemerintah kecamatan akan dikembalikan ke Dispenda”. (Hasil wawancara, 18 Agustus 2010).

   

Untuk lebih mengetahui prosedur penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang oleh KP. PBB kepada masyarakat, berikut dikemukakan oleh Lurah Taman (Drs. Suprapto PU), bahwa :

“Setelah Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang sampai kepada masyarakat, maka masyarakat akan mengajukan kesalahan yang ada pada Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang tersebut terlebih dahulu memeriksanya. Dengan persyaratan yang telah ditentukan, masyarakat mengajukan keberatan ke Kantor Kelurahan melalui Kecamatan akan disampaikan kepada Dispenda, yang selanjutnya akan disampaikan ke KP. PBB untuk diadakan perubahan. Waktu lamanya perubahan berkisar 3 sampai 4 bulan, hal ini sedikit banyak akan mempengaruhi terhadap proses pemungutan yang dilaksanakan Kelurahan”. (Hasil wawancara, 18 Agustus 2010).

Sedangkan untuk penyampaian SPPT berdasarkan jumlah objek pajak, dilakukan wawancara dengan salah satu petugas pemungut bernama Puryatin, menyatakan bahwa :

“untuk penyampain SPPT dengan jumlah 500.000 ke atas langsung dilakukan oleh petugas dari Dispenda, sedangkan untuk 500.000 kebawah dilakukan oleh petugas dari Kelurahan. Sementara mengenai kesalahan dalam SPPT, penyelesaiannya bisa memakan waktu hingga 4 bulan bahkan lebih”. (Hasil wawancara, 19 Agustus 2010).

Sedangkan menurut Bapak Sigit, salah satu wajib pajak menyampaikan bahwa :

”selama ini mengenai proses penyelesaian keberatan dalam SPPT memakan waktu yang cukup lama, bahkan bisa hingga enam bulan atau lebih”. (Hasil wawancara, 19 Agustus 2010).

Dari beberapa hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa prosedur pengisian Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang sampai pada penyampaian kepada masyarakat atau wajib pajak sudah sesuai prosedur yang telah ditetapkan.

   

Akan tetapi dalam penyelesaian pengajuan keberatan masyarakat tergolong lambat, hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap cepat tidaknya dalam penyampaian target penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan. Kenyataan yang ada bahwa masyarakat selaku wajib pajak pada umumnya akan melunasi Pajak Bumi dan Bangunan apabila pengajuan keberatannya sudah selesai. Sedangkan penyampaian SPPT dibedakan berdasarkan jumlah objek pajak.

Dalam proses pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Taman, selama ini telah ditentukan tempat pembayarannya, yaitu melalui bank-bank maupun Kantor pos yang telah ditunjuk oleh menteri keuangan akan tetapi pada kenyataannya masyarakat dapat langsung membayar ke loket pembayaran yang ada di Kecamatan maupun dengan membayar ke Kantor Kelurahan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh salah satu wajib pajak yaitu Bapak Sigit, menyatakan bahwa :

”saya kalau bayar pajak PBB selalu di loket kecamatan mas, sebenarnya lebih efektif seperti ini tapi dalam penyelesaian keberatan itu yang terlalu lama”. (Hasil wawancara, 19 Agustus 2010).

Pendapat senada juga diungkapkan oleh Ibu Nuri, yang menyatakan bahwa :

“saya bayar langsung ke loket di kecamatan mas, soalnya dekat rumah daripada ke bank sudah jauh ribet juga”. (Hasil wawancara, 19 Agustus 2010).

Sedangkan menurut Tatik salah satu wajib pajak, menyatakan bahwa : “Biasanya saya bayar PBB di petugas Kelurahan pada waktu polling, kadang juga langsung di loket kecamatan, lebih efektif gini daripada harus kekecamatan”. (Hasil wawancara, 19 Agustus 2010).

   

Menurut salah satu petugas pemungut yaitu, Tri Sulaksono di ruang kerjanya, bahwa :

“Dalam pelaksanaan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan, masyarakat sebagian besar membayar langsung ke loket pembayaran yang ada di Kecamatan. Tetapi ada juga masyarakat yang membayar ke Kantor Kelurahan, yang kemudian ditampung oleh petugas kelurahan baru kemudian disetorkan ke loket yang ada di kecamatan. Sedangkan untuk mengetahui jumlah objek pajk yang telah membayar, maka kami menanyakan langsung ke loket atau meminta hasil rekapan yang telah dilakukan oleh petugas loket”. (Hasil wawancara, 20 Agustus 2010).

Sementara mengenai wajib pajak yang memiliki tunggakan kewajiban atas Pajak Bumi dan Bangunannya, petugas pemungut hanya berkewajiban menghimbau tanpa bisa memaksakan. Masa tenggang waktu yang diberikan adalah enam bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak akan tetapi yang terjadi di lapangan adalah masih ditemukan wajib pajak yang menunggak kewajibannya hingga lebih dari enam bulan bahkan hingga satu tahun. Namun demikian petugas pemungut tidak memiliki kewenangan untuk memaksa wajib pajak membayar Pajak Bumi dan Bangunannya. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Bapak Teguh salah satu wajib pajak yang menunggak Pajak Bumi dan Bangunannya, yang menyatakan bahwa :

”mengenai keterlambatan pembayaran PBB, saat itu saya terlambat hingga empat bulan tapi petugas pemungut hanya memberi himbauan saja agar membayar di bank jatim dengan denda sekitar dua persen tiap bulannya”. (Hasil wawancara, 30 Agustus 2010).

Sementara menurut pengakuan Ibu Tari salah satu wajib pajak, menyatakan bahwa :

”pernah saya membayar PBB di loket Kecamatan tetapi oleh pihak loket saya harus bayar ke bank jatim karena ternyata saya terlambat dua bulan,

   

dendanya gak saya hitung, yang jelas ada kok mas”. (Hasil wawancara, 30 Agustus 2010).

Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh petugas pemungut Tri Sulaksono, bahwa :

” Kalau mengenai wajib pajak yang menunggak tagihan PBBnya, kami sebagai petugas hanya mampu menghimbau tanpa bisa memaksakan agar wajib pajak membayarnya meskipun tunggakan itu telah melebihi batas tenggang selama enam bulan bahkan hingga satu tahun, sanksi yang diberikan hanya sebatas denda sebesar 2% tiap bulannya yang pembayarannya dilakukan bank yang telah dilakukan. Dalam hal ini Bank Jatim”. (Hasil wawancara, 20 Agustus 2010).

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat Kelurahan Taman dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang menjadi kewajibannya tersebut dilakukan dengan menggunakan dua tempat pembayaran, yaitu melalui loket di Kecamatan ataupun membayar ke Kelurahan melalui petugas pemungut pajak. Hal ini mereka anggap lebih efektif dan efisien. Mengenai wajib pajak yang memiliki tunggakan atas Pajak Bumi dan Bangunannya, petugas pemungut hanya mempunyai kewenangan untuk menghimbau untuk melakukan pembayaran melalui bank yang ditunjuk dalam hal ini adalah bank jatim dengan besar denda 2% tiap bulannya tanpa bisa memaksakan kepada wajib pajak agar membayar tanggungannya.

b. Penyuluhan

Penyuluhan merupakan faktor penting dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan. Hasil ini sebagai upaya mensosialisasikan sistem dan prosedur pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan. Penyuluhan juga berfungsi untuk menjelaskan perkembangan kebijakan-kebijakan dari pemerintah. Sesuai

   

Keputusan Gubernur Nomor 51 Tahun 2002 pasal 2. Selanjutnya pelaksanaan penyuluhan akan bermanfaat untuk memotifasi dan mendengarkan keluhan dan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dalam proses pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan serta pemenuhan dari target dan realisasi agar dapat tercapai.

Di Kelurahan Taman selama ini bentuk penyuluhan yang dilaksanakan adalah melakukan komunikasi langsung kepada masyarakat yang dilakukan oleh petugas kelurahan ketika terdapat pertemuan antar warga di wilayah Kelurahan Taman. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan Puryatin (Kepala Urusan Pemerintahan), menyatakan bahwa :

“Selama ini penyuluhan yang diberikan kepada masyarakat hanya sebatas pemberian motivasi kepada wajib pajak akan pentingnya Pajak Bumi dan Bangunan yang menjadi tanggung jawabnya, biasanya dilakukan langsung kepada masyarakat jika terdapat pertemuan antar warga”. (Hasil Wawancara, 20 Agustus 2010).

Ini sesuai juga dengan yang disampaikan oleh Tri Sulaksono, salah satu petugas pemungut, yang menyatakan bahwa :

”penyuluhan yang diberikan kepada warga dengan melalui komunikasi langsung antara masyarakat selaku wajib pajak dengan petugas dari kelurahan, agar masyarakat memiliki kesadaran akan pentingnya PBBnya”. (Hasil wawancara, 30 Agustus 2010).

Sementara menurut Bapak Teguh salah satu wajib pajak, menyatakan bahwa :

”penyuluhan yang dilakukan petugas hanya sebatas menyampaikan agar wajib pajak melakukan pembayaran PBBnya serta meningkatkan kesadaran wajib pajak akan tanggungannya”. (Hasil wawancara, 30 Agustus 2010).

   

Dari wawancara di atas maka dapat diketahui bahwa penyuluhan yang dilakukan oleh petugas pemungut dari kelurahan kepada masyarakat terhadap pelaksanaan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan, selama ini hanya sebatas pemberian motivasi yang dilakukan langsung kepada masyarakat selaku wajib pajak ketika terdapat pertemuan antar warga.

c. Pengawasan

Pengawasan merupakan kegiatan yang dilaksanakan dengan mulus tanpa penyimpangan, agar tujuan organisasi tercapai dengan mulus tanpa adanya penyimpangan-penyimpangan yang cukup berarti. Dari beberapa rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan, maka faktor pengawasan merupakan salah satu faktor yang sangat penting, karena faktor ini cukup menentukan keberhasilan ataupun efektivitas pelaksanaan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan. Di samping itu pengawasan ini dilaksanakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan, serta dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap kebijakan di bidang Pajak Bumi dan Bangunan.

Pengawasan yang dimaksud dalam hal ini adalah yang bersifat formal baik terhadap pelaksanaan maupun realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan yang dilaksanakan oleh petugas pemungut atau aparat kelurahan, serta pengawasan yang dilaksanakan oleh pejabat yang berwenang lainnya. Oleh karena itu, pengawasan di Kelurahan Taman dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :

1. Pengawasan Intern

Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh organisasi pemerintahan yang bersangkutan dalam hal ini adalah oleh para pejabat-pejabat

   

kelurahan. Dengan demikian pengawasan di kelurahan Taman dilakukan oleh Kepala Kelurahan yang dibantu oleh Sekretaris Kelurahan. Sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Bapak Suprapto selaku Lurah Taman yang menyatakan bahwa :

“selama ini bentuk pengawasan yang dilakukan di Taman seperti pemantauan terhadap buku penerimaan harian yang selalu saya lakukan, jika memang saya belum melakukan pantauan terkadang Pak Rudi (sekretaris kelurahan) melakukannya yang dilaporkan kepada saya pada saat akan pulang”. (Hasil wawancara, 31 Agustus 2010).

Sesuai juga dengan apa yang disampaikan oleh Rudi Agus sekretaris kelurahan juga selaku coordinator, yang menyatakan bahwa :

“bentuk pengawasan intern yang dilakukan adalah melakukan pemantauan terhadap petugas pemungut yang ada di lapangan dengan melihat penerimaan melalui buku harian yang dilakukan tiap hari baik oleh Pak Lurah maupun oleh saya sendiri”. (Hasil wawancara, 31 Agustus 2010).

Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan petugas pemungut Tri Sulaksono, yang menyatakan bahwa :

“Pelaksanaan pengawasan di tingkat Kelurahan Taman adalah dilaksanakan oleh kepala kelurahan yang dibantu oleh sekretaris kelurahan sebagai coordinator yang telah menhimpun pemasukan dari masing-masing petugas pemungut. Pengawasan ini dilakukan setiap saat dengan cara pengecekan melalui buku penerimaan harian”. (Hasil wawancara, 20 Agustus 2010).

Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pengawasan intern di tingkat kelurahan Taman tidak dalam waktu-waktu tertentu saja, akan tetapi dilaksanakan secara terus menerus dan setiap saat. Bentuk pengawasan yang dilakukan adalah dengan melakukan pemantauan terhadap penerimaan melalui buku penerimaan harian.

   

2. Pengawasan Ekstern

Pengawasan ekstern merupakan pengawasan yang dilaksanakan oleh pejabat pengawas yang karena jabatannya melaksanakan tugas-tugas pengawasan. Pengawasan ekstern ini dilaksanakan oleh petugas kecamatan. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Lurah Taman Suprapto, bahwa :

“pengawasan ekstern ini dilakukan dengan cara mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya dalam hal ini pemungutan kepada saya, yang bila sewaktu-waktu petugas kecamatan meminta saya tinggal menyerahkan laporan tersebut kepada petugas kecamatan”. (Hasil wawancara, 31 Agustus 2010).

Hal ini sesuai juga dengan yang dikemukakan oleh sekretaris kelurahan Taman Rudi Agus di ruang kerjanya, bahwa :

“Pemeriksaan terhadap pelaksanaan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan, terutama pelaksanaan tugas-tugas yang dilaksanakan oleh para petugas pemungut harus mempertanggung jawabkan hasil pelaksanaan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya”. (Hasil wawancara, 20 Agustus 2010).

Sementara menurut Tri Sulaksono, petugas pemungut menyampaikan, bahwa :

“tiap hari saya melaporkan hasil pelaksanaan pemungutan kepada Bapak Lurah, karena biasanya pegawai kecamatan meminta laporan saya kepada Lurah sewaktu-waktu, seperti itu bentuk pengawasan yang dilakukan pegawai kecamatan”. (Hasil wawancara, 31 Agustus 2010).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka pelaksanaan pengawasan ekstern selalu dilaksanakan oleh pejabat kecamatan yang dilakuakn sewaktu-waktu, sehingga hal ini akan memotivasi semangat bagi para petugas pemungut untuk bekerja secara optimal serta menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan.

   

4.2.2 Kendala - kendala yang dapat mempengaruhi Implementasi Kebijakan

Dokumen terkait