• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. KONVERSI MINYAK TANAH KE GAS

3.3. Proses Pendistribusian

Setelah pemerintah mencanangkan program konversi minyak tanah ke gas elpiji tersebut dan menentukan siapa yang menjadi sasaran penerima program tersebut maka, pemerintah melanjutkan pada proses pendistribusian kompor dan tabung gas kepada masyarakat seperti yang dilakukan di Bintara dan wilayah-wilayah lainnya sebagai penerima program konversi tersebut. Setelah semua program yang telah diterima masyarakat berjalan dengan lancar maka pertamina akan terus memperluas wilayah cakupan penyebaran distribusi kompor dan tabung gas 3 (tiga) kg gratis ke seluruh propinsi. Untuk itu pemerintah harus menyiapkan rencana untuk memperbanyak kompor dan tabung gas 3 (tiga) kg untuk masyarakat. Hal tersebut dilakukan agar dalam proses pendistribusian kepada masyarakat pemerintah tidak mendapatkan kesulitan dalam pembagian kompor dan tabung gas 3 (tiga) kg tersebut.

Adapun proses pendistribusian yang sudah ditentukan pemerintah dan pihak pertamin secara garis besar adalah sebagai berikut :

Bagan 2.

Proses Pembagian Paket Kompor Gas dan Tabung Elpiji 3 (tiga) kg

Bagan di atas menjelaskan bahwa pihak pertamina akan menentukan daerah yang akan dikonversi, berdasarkan kesiapan infrastruktur (sarana dan prasarananya). Setelah pertamina menentukan daerah yang akan dikonversi selanjutnya pertamina berkoordinasi dengan Pemda (pemerintah daerah) setempat mengenai pelaksanaannya dan melakukan sosialisasi dengan agen dan pangkalan minyak tanah di daerah yang akan dikonversi. Jika Agen minyak tanah sendiri ingin menjadi agen elpiji, maka harus mengajukan permohonan menjadi agen elpiji 3 (tiga) kg ke pertamina dan harus dilengkapi administrasi dan daftar pangkalannya yang akan menjadi pangkalan elpiji 3 (tiga) kg.

Setelah semua proses pendistribusian dari pertamina ke agen-agen elpiji telah siap, maka langkah yang akan diambil selanjutnya adalah peran konsultan11 dalam memberikan jadwal pelaksanaan kapan dibagikan kompor dan tabung gas elpiji 3 (tiga) kg dalam bentuk pencacahan. Setelah adanya jadwal pembagian

maka penyaluran kompor dan tabung gas 3 (tiga) kg akan disalurkan ke tempat-tempat yang telah ditentukan oleh pihak pertamina.

Pihak pertaminalah yang berhak memberikan persetujuan pengangkatan yang dapat menjadi agen elpiji 3 (tiga) kg untuk sementara waktu dan menyetujui jadwal yang telah di buat konsultan dalam penyaluran kompor dan tabung gas 3 (tiga) kg kepada masyarakat. Akan tetapi apabila para agen sampai dengan H+10 setelah distribusi belum mengajukan permohonan menjadi agen elpiji, maka yang menjadi agen tersebut tidak akan disetujui lagi menjadi agen elpiji. Dalam proses pendistribusiannya kompor dan tabung gas 3 (tiga) kg ke masyarakat, pihak pertamina tidak memungut biaya.

Hal di atas merupakan proses distribusi yang telah dibuat oleh pihak pertamina untuk masyarakat yang disalurkan melalui agen. Dengan melalui agen yang telah dipilih pihak pertamina ini maka masyarakat dengan mudah mendapatkan kompor dan tabung gas tersebut, Akan tetapi hal yang terjadi adalah masih banyak masyarakat yang belum dapat atau pun tidak mendapatkan kompor dan tabung gas tersebut.

Untuk itu dalam proses pendistribusian kompor dan tabung gas 3 (tiga) kg untuk masyarakat, pertamina dibantu oleh lembaga independen yang melakukan pencacahan pada masyarakat yang berhak secara gratis. Hal itu dilakukan supaya dapat dilihat masyarakat yang bagaimana yang harus benar-benar mendapatkan kompor dan tabung gas 3 (tiga) kg gratis tersebut. Dengan demikian proses pendistribusian yang dilakukan kepada masyarakat terbagi secara merata.

Demikian halnya proses pendistribusian yang dijalankan di daerah Bintara juga berjalan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, dimana masyarakat yang telah didata oleh pihak pemerintah setempat sebagai penerima kompor dan tabung gas 3 (tiga) kg terlebih dahulu dikumpulkan di Kantor Rw guna mendapatkan penyuluhan dan sosialisasi pihak pertamina mengenai program tersebut. Penyuluhan dan sosialisasi yang dilakukan oleh pihak pertamina berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan cara penggunaan dan keuntungan serta efisiensi yang di dapatkan dengan menggunakan kompor gas.

Setelah proses penyuluhan dan sosialisasi berlangsung maka proses selanjutnya adalah pendistribusian kompor dan tabung gas 3 (tiga) kg yang dibawa dari pertamina kepihak kelurahan dibawa menggunakan mobil bak terbuka, kemudian pendistribusian dilanjutkan kepihak Rw. Dalam proses pembawaan kompor dan tabung gas 3 (tiga) kg menuju tempat tujuan dibantu oleh 4 (empat) orang dari pihak pertamina sendiri. Ketika kompor dan tabung gas elpiji 3 (tiga) kg telah diserah kepihak Rw langkah selanjutnya pihak Rw mengumumkan kepada warga yang telah terdata sebelumnya, bahwa warga sudah dapat mengambil kompor dan tabung gas elpiji 3 (tiga) kg di kantor Rw dengan syarat warga harus membawa KK (kartu keluarga) beserta KTP (kartu tanda penduduk) daerah setempat. Dalam pembagian kompor dan tabung gas elpiji 3 (tiga) kg warga dikenakan biaya sebesar Rp.10.000 sebagai biaya transportasi.

Pada dasarnya proses pendistribusian berjalan sesuai dengan yang ditetapkan oleh pihak pertamina dan pemerintah. Hanya saja dalam kenyataan di

lapangan, ada hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang telah ditetapkan pertamina dan pemerintah bahwa masyarakat yang mendapatkan kompor dan tabung gas 3 kg gratis tersebut tidak akan dipungut biaya. Namun kenyataan yang di dapat di lapangan bahwa masyarakat yang menerima kompor dan tabung gas 3 (tiga) kg tersebut justru dipungut biaya.

Gambar 3.

Proses Pendistribusian yang warganya mengeluh tentang bayaran untuk mengambil gas.

Banyak masyarakat yang tidak mengerti untuk apa biaya yang dikenakan tersebut. Dalam hal ini, masyarakat yang ada di Bintara juga dikenakan biaya sebesar Rp. 10.000. Ada yang mengatakan mereka tidak tahu untuk apa uang tersebut. Ada dari mereka pun tidak memperdulikan hal tersebut, sebab yang

terpenting mereka mendapatkan kompor dan tabung gas 3 (tiga) kg tersebut dengan harga murah. Meskipun mereka tahu bahwa seharusnya kompor dan tabung gas tersebut gratis diberikan kepada mereka. Hal ini terlihat melalui wawancara kepada seorang penerima kompor dan tabung gas elpiji tersebut, yaitu Ibu Saidah yang mengatakan bahwa ;

“Waktu saya diberi kompor dan tabung gasnya memang saya di pungut biaya Rp10.000, tapi saya tidak tahu untuk apa uang tersebut yang saya tahu uang tersebut katanya untuk uang transportasi untuk membawa kompor dan tabung gas tersebut” (Wawancara 10 Januari 2009).

Dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti terlihat jelas bahwa masyarakat yang menerima kompor dan tabung gas elpiji dipungut biaya sebesar Rp10.000 dengan alasan untuk biaya transpotasi angkut kompor dan tabung tersebut. Seharusnya masyarakat tidak sedikit pun membayar atau dipungut biaya apa pun karena, pemerintah sendiri sudah mengatakan bahwa kompor dan tabung gas tersebut gratis dan tidak dipungut biaya apa pun sebab program ini adalah untuk membantu orang yang tidak mampu.

Biar pun dalam prakteknya di lapangan masyarakat dikenakan biaya, seperti halnya pada masyarakat yang ada di Bintara akan tetapi mereka tetap menerima. Meskipun sebagian masyarakat yang ada di Bintara tidak menerima kebijakan pemerintah tentang program konversi minyak tanah ke gas elpiji tersebut. Seperti yang terjadi pada Bapak Warsainin yang sebenarnya dia tidak setuju dengan program tersebut, akan tetapi ia menerima dan tetap membayar walaupun dalam kenyataan yang sebenarnya ia tidak menyetujuinya. Hal ini dapat dilihat dalam wawancara yang telah dilakukan sebagai berikut :

“Saya memang dapat seh kompor dan tabungnya tapi langsung saya jual pada orang lain karena, selain mendapat keuntungan yang lumayan. Saya sendiri tidak mengerti cara menggunakannya meskipun sudah diberi pengarahan dari pihak kelurahan dan saya juga tidak sanggup untuk membeli tabung gasnya. Sebab Pendapatan saya saja yang saya dapat dari mengojek juga tidak mencukupi untuk keseharian saya apa lagi saya harus membiayai ibu saya yang sudah tua” (Wawancara 10 Januari 2009).

Hal di atas membuktikan meskipun masyarakat yang ada di Bintara ada yang menolak program konversi minyak tanah ke gas elpiji ini akan tetapi, masyarakatnya tetap menerima kompor dan tabung gas tersebut karena ada alasan yang lain yang menyebabkan hal itu terjadi seperti yang telah dipaparkan di atas.

Selain dikenakannya biaya untuk mendapatkan kompor dan tabung gas 3 (tiga) kg. Dalam proses pendistrubuiannya pun mengalami kendala dimana masih banyak masyakatnya yang menerima kompor dan tabung gas 3 (tiga) kg tidak merata. Hal tersebut dikarenakan masih adanya nepotisme dalam pembagian kompor dan tabung 3 (tiga) kg tersebut, sehingga menyebabkan dalam pembagiannya menjadi double (sudah menerima kompor dan tabung gas tetapi mendapatkan lagi).

Di bawah ini merupakan gambar dimana dalam proses pembagian tidak merata yang diakibatkan dari ketidak jelasan dalam penerimaan, sehingga menyebabkan ada masyarakat yang menerima double (berlebihan).

. Gambar 4.

Pembagian Kompor yang Berlebihan

3.4. Proses Sosialisasi Pemerintah Kepada Masyarakat

Dokumen terkait