• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES PENGAMBILALIHAN PERSEROAN TERBATAS

A. Pelaksanaan Pengambilalihan pada PT Tertutup

Peraturan perundang-undangan di Indonesia telah mengatur tentang cara pengambilalihan pada suatu perseroan serta aspek-aspek dalam pelaksanaan pengambilalihan tersebut. Di dalam peraturan perundang-undangan tersebut dijelaskan dan diatur hal-hal apa saja yang menjadi kewajiban serta hak dari masing-masing pihak yang akan melaksanakan pengambilalihan. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Penggambilalihan Perseroan Terbatas merupakan peraturan yang mengatur tentang tindakan pelaksanaan akuisisi pada perseroan terbatas. Namun selain daripada dua aturan perundang-undangan tersebut diatas, anggaran dasar masing-masing perseroan juga merupakan aturan yang harus dipatuhi oleh kedua pihak yang melakukan akuisisi. Akan tetapi anggaran dasar dari kedua pihak tersebut tidak boleh menyimpang dan di luar batas dari yang telah ditetapkan oleh undang-undang.

Pelaksanaan pengambilalihan terhadap perseroan terbatas dibedakan berdasarkan bentuk perseroan itu masing masing. Dalam perseroan terbatas ada yang berbentuk terbuka dan juga yang tertutup.

Perseroan terbuka adalah suatu perseroan terbatas yang modal dan sahamnya telah memenuhi syarat-syarat tertentu, yang mana saham-sahamnya dipegang oleh

banyak orang/perusahaan, yang penawaran sahamnya dilakukan terhadap publik/ masyarakat, sehingga jual beli sahamnya dilakukan melalui pasar modal.57

Perseroan tertutup adalah suatu perseroan terbatas yang saham-sahamnya dimiliki oleh beberapa orang atau perusahaan saja, sehingga dalam hal jual beli sahamnya dilakukan berdasarkan ketentuan anggaran dasar perseroan, yang pada umumnya diserahkan kepada kebijakan pemegang saham yang bersangkutan.58

Melihat perbedaan dari perseroan terbuka dan perseroan tertutup, maka sudah jelas bahwa proses pelaksanaan pengambilalihan dari kedua jenis perseroan tersebut adalah berbeda.

Pengambialihan terhadap perseroan tertutup yang dimana saham-sahamnya dipegang oleh beberapa orang/perusahaan saja, maka prosedur pelaksanaan pengambilalihan tersebut diatur di dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007.

Pengambilalihan dilaksanakan dengan cara melakukan pembelian saham yang telah dikeluarkan (outstanding share) dan/atau yang akan dikeluarkan (issuing share) oleh suatu Perseroan. Berarti menurut hukum tidak hanya saham yang telah ditempatkan dan disetor saja melainkan dapat juga saham yang belum dikeluarkan atau yang akan dikeluarkan atau saham yang masih disimpan perseroan (saham dalam portepel).59

57

Munir Fuady (b), Pengantar Hukum Bisnis Menata Hukum Bisnis Modern di Era Global, (Bandung; Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, 2002), hlm. 51.

58 ibid 59

Dalam hal pengambilalihan melalui direksi, pihak yang akan mengambil alih menyampaikan maksud dan tujuannya melakukan pengambilalihan kepada direksi perseroan yang akan diambil alih. Yang dimaksud dengan pihak yang akan mengambil alih dalam hal ini dapat berupa perseroan terbatas, badan hukum lain yang bukan berbentuk perseroan atau perseorangan. Dengan kata lain pihak yang dapat mengambil alih adalah badan hukum dan orang perseorangan.60

Cara pengambialihan saham menurut pasal 125 ayat (1) dapat dilakukan melalui direksi ataupun melalui langsung dari pemegang saham. Pihak yang ingin mengakuisisi bebas memilih cara mana yang akan dilakukan. Pengambilalihan yang dilakukan dengan cara langsung dari pemegang saham pada dasarnya merupakan bentuk jual beli saham biasa. Sehingga cara ini di dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 tidak diatur secara khusus. Pengaturan yang lebih banyak disinggung adalah pada pengambilalihan dengan cara melalui Direksi Perseroan. Hal ini brarti karena Direksi mempunyai peran yang sentral dalam rangka pengambialihan perseroan.61

1. Proses Pengambilalihan Melalui Direksi

Dalam hal pengambilalihan melalui Direksi, pihak yang akan mengambil alih harus menyampaikan maksud dan tujuannya untuk melakukan pengambilalihan kepada direksi perseroan yang akan diambil alih.62

60

Iswi Hariyani, R. Serfianto, Cita Yustisia, Op.Cit., hlm 82.

Direksi Perseroan yang akan mengambil alih dan direksi perseroan yang akan diambil alih harus menyusun

61

Ibid. hlm. 219. 62

rancangan pengambilalihan yang tentunya rancangan pengambialihan tersebut telah mendapat persetujuan dari Dewan Komisaris Perseroan. Dalam rancangan pengambilalihan harus berisikan informasi sekurang-kurangnya :63

a. Nama dan tempat kedudukan dari Perseroan yang akan mengambil alih dan Perseroan yang akan diambil alih;

b. Alasan serta penjelasan Direksi perseroan yang akan mengambil alih dan Direksi Perseroan yang akan diambil alih;

c. Laporan keuangan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 66 ayat (2) huruf a untuk tahun buku terakhir dari Perseroan yang akan mengambil alih dan Perseroan yang akan diambil alih;

d. Tata cara penilaian dan konversi saham dari Perseroan yang akan diambil alih terhadap saham penukarnya apabila pembayaran pengambilalihan dilakukan dengan saham;

e. Jumlah saham yang akan diambil alih; f. Kesiapan pendanaan;

g. Neraca konsilidasi proforma perseroan yang akan mengambil alih setelah pengambilalihan yang disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia;

h. Cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap pengambilalihan;

i. Cara penyelesaian status, hak, dan kewajiban anggota Direksi, Dewan Komisaris, dan karyawan dari perseroan yang akan diambil alih;

63

j. Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pengambilan, termasuk jangka waktu pemberian kuasa pengalihan saham dari pemegang saham kepada Direksi Perseroan;

k. Rancangan perubahan anggaran dasar Perseroan hasil Pengambialihan apabila ada.

Dalam hal pengambilalihan, apabila pihak yang akan mengambil alih berbentuk PT, maka rancangan pengambilalihan harus mendapat persetujuan dari RUPS. Pada pihak pengakuisisi yang berbentuk koperasi, rancangan akuisisi harus disetujui oleh rapat anggota koperasi. Jika pihak yang mengakuisisi berbentuk yayasan, maka rancangan akuisisi harus sudah disetujui oleh rapat dewan Pembina yayasan. Selanjutnya, untuk perusahaan persekutuan yang belum berbadan hukum seperti CV dan firma, rancangan akuisisi harus disetujui oleh para ssekutu yang menjadi pemilik perusahaan tersebut.64

Rancangan pengambialihan yang telah dibuat dan disepakati oleh kedua pihak wajib diumumkan sebelum diadakannya RUPS. Pengumuman tersebut dibuat oleh direksi perseroan yang akan mengambil alih dan yang akan diambil alih dengan cara mengumumkan paling sedikit dalam 1 (satu) surat kabar dan membuat pengumuman secara tertulis kepada karyawan perseroan yang akan mengambil alih. Dalam hal pengumuman dibuat, wajib membuat “pemberitahuan” bahwa pihak yang berkepentingan dapat memperoleh rancangan pengambialihan di kantor perseroan, sejak tanggal pengumuman sampai RUPS diselenggarakan.

64

Jangka waktu pengumuman paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum pemanggilan RUPS.65

Proses selanjutnya, merujuk kepada ketentuan Pasal 127 ayat (1), yaitu pengambialihan harus mendapatkan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Keputusan RUPS mengenai pengambialihan merujuk kepada Pasal 87 ayat (1) dan Pasal 89:66

1. Kuorum sah apabila paling sedikit ¾ (tiga perempat)bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, hadir atau diwakili dalam RUPS, dan 2. Keputusan sah apabila disetujui ¾ (tiga perempat) bagi dari jumlah suara

yang dikeluarkan.

Dalam hal perbuatan hukum pengambilalihan, wajib memperhatikan kepentingan dari para pemangku kepentingan (stake holders). Kegiatan pengambilalihan tidak boleh merugikan perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan perseroan, kreditor dan mitra usaha lainnya dari perseroan serta masyarakat dan juga memperhatikan persaingan sehat dalam melakukan usaha.67

Apabila pemegang saham tidak setuju dengan tindakan pengambilalihan, maka dapat menggunakan haknya sesuai dengan Pasal 62 yaitu agar meminta kepada perseroan untuk membeli sahamnya dengan harga yang wajar.

65

UU No. 40 Tahun 2007 Pasal 127 ayat (2) dan (3) 66

Yahya Harahap, Op.Cit, hlm. 513. 67

Pelaksanaan hak atas ketidak setujuan terhadap keputusan RUPS tersebut tidak menghentikan proses akuisisi tersebut.68

Pasal 127 ayat (4) memberikan hak kepada kreditor untuk mengajukan keberatan atas rancangan penagmbilalihan yang dilakukan perseroan, dengan ketentuan:

1. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari setelah pengumuman ringkasan rancangan pengambialihan dalam surat kabar,

2. Jika dlam jangka waktu tersebut tidak diajukan keberatan, kreditor dianggap menyetujui rancangan pengabilalihan,

3. Apabila direksi tidak dapat menyelesaikan keberatan kreditor sampai tanggal RUPS diselenggarakan, maka keberatan tersebut disampaikan direksi dalam RUPS untuk diselesaikan.

4. Apabila direksi dan RUPS tidak dapat menyelesaikan keberatan kreditor, maka pengambialihan tidak dapat dilaksanakan.

Berdasarkan pasal 128 ayat (1) apabila rancangan pengambilalihan telah disetujui oleh RUPS, maka proses rancangan pengambilalihan dituangkan kedalam akta pengambilalihan yang dibuat langsung dihadapan notaris dengan bahasa Indonesia.

Berdasarkan Pasal 131 ayat (1) pengambialihan saham tidak mengakibatkan terjadinya perubahan anggaran dasar sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 21

68

ayat (1), dengan demikian tidak memerlukan persetujuan menteri, akan tetapi cukup dengan menyampaikan pemberitahuan kepada menteri.

Pasal 133 ayat (2) memerintahkan bahwa setelah 30 hari terhitung sejak terjadinya pengambialihan, maka direksi perseroan yang diambil alih wajib mengumumkan dalam 1 (satu) surat kabar atau lebih.

2. Proses Pengambialalihan Secara langsung dari Pemegang Saham

Ketentuan proses pengambilalihan saham pada pemegang saham secara langsung berbeda dengan proses pengambilalihan saham melalui direksi. Dalam pengambilalihan saham secara langsung dari pemegang saham, proses pengambilalihannya lebih sederhana.

Proses pengambilalihan secara langsung melalui pemegang saham diatur dalam Pasal 127 ayat (5) yang menegaskan bahwa dalam hal pengambilalihan secara langsung, tidak perlu menyampaikan dan meminta persetujuan dari direksi dan dewan komisaris perseroan penerbit saham tersebut, sebagaimana yang tertera dalam ketentuan Pasal 125 ayat (5). Sehingga ketentuan dalam Pasal 125 ayat (6) tidak berlaku dalam proses pengambilalihan melalui pemegang saham secara langsung. Hanya saja dalam pengambilalihan ini wajib memperhatikan ketentuan anggaran dasar perseroan yang diambil alih tentang pemindahan hak atas saham dan perjanjian yang telah dibuat dan disepakati perseroan dengan pihak lain (Pasal 125 ayat 8).

B. Pelaksanaan Pengambialihan pada PT terbuka

Sebagaimana proses pengambilalihan terhadap perseroan tertutup, proses pengambialihan terhadap perseroan terbuka dilaksanakan dengan cara yang sama dengan proses pengambialihan terhadap perseroan tertutup. Hanya saja perbedaan antara pengambialihan perseroan tertutup dan terbuka terletak pada tahapan tambahan untuk perseroan terbuka setelah terjadinya akuisisi.

Dalam pelaksanaan akuisisi atau pengambilalihan yang melibatkan perseroan terbuka terbagi menjadi beberapa kategori. Untuk mengetahui kategorinya haruslah melihat faktor-faktor yang dominan sebagai berikut:69

1) Apakah perusahaan terbuka sebagai perusahaan yang diakuisisi. 2) Apakah perusahaan terbuka sebagai perusahaan yang mengakuisisi.

3) Apakah perusahaan terbuka baik yang mengakuisisi, ataupun yang diakuisisi. 4) Apakah dalam akuisisi tersebut ada unsur benturan kepentingan.

Perbedaan unsur-unsur tersebut di atas yang menyebabkan adanya perbedaan kategori pengambilalihan terhadap perseroan terbuka. Sehingga perbedaan tersebut mengakibatkan berbeda pula aturan yang berlaku pada masing-masing proses, persyaratan hukum dan perbedaan konsekuensi hukumnya dalam pengambilalihan.

Jika melihat dari faktor-faktor yang telah disebut di atas, maka proses akuisisi atau pengambilalihan pada perseroan terbuka dibagi menjadi:

1. Akuisisi transaksi material;

69

2. Akuisisi perusahaan terbuka sebagai perusahaan target;

3. Akuisisi perseroan terbuka yang transaksinya berbenturan kepentingan.

1. Akuisisi Transaksi Material

Di dalam pengambilalihan suatu perseroan terbuka, materialitas suatu transaksi merupakan hal penting yang perlu diperhatikan, karena dalam pelaksanaan akuisisi biasanya kepentingan para pihak investor yang kedududukannya lemah acap kali diabaikan oleh pihak pengendali perusahaan yang pada umumnya adalah pemegang saham mayoritas. Di lain sisi keputusan penting dalam hal pengambilalihan terhadap material tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap kepentingan dan nasib perseroan, sehingga wajib diketahui oleh publik dan bagi investor, agar dapat mengambil sikap atas kepemilikan efeknya. Hal inilah yang menjadi alasan dibentuk pengaturan Nomor IX.E.2 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama.70

Yang tergolong ke dalam transaksi material adalah salah satu dari transaksi-transaksi berikut ini yang dilakukan oleh perseroan terbuka, yaitu :71

1) Akuisisi saham perusahaan lain. 2) Akuisisi aset perusahaan lain.

3) Akuisisi segmen usaha perusahaan lain. 4) Penjualan saham perusahaan lain. 5) penjualan aset perusahaan terbuka.

70

Alya, Op.cit., hlm. 32. 71

6) Penjualan segmen usaha perusahaan terbuka. 7) Penyertaan saham dalam perusahaan lain. 8) Pengalihan aset perusahaan terbuka. 9) Tukar menukar aset perusahaan terbuka. 10)Penjualan segmen usaha perusahaan terbuka. 11)Pengalihan segmen perusahaan terbuka.

12)Tukar menukar segmen usaha perusahaan terbuka.

Yang dimana nilai transaksinya sama atau lebih besar dari hal berikut:72

1) 10% (sepuluh persen) dari pendapatan (revenues) perusahaan, atau 2) 20% (dua puluh persen) dari ekuitas.

Jika melihat pada pengertian transaksi material yang telah disebutkan di atas, maka akuisisi transaksi material adalah perusahaan publik yang melakukan akuisisi khususnya dalam akuisisi saham, yang dimana perusahaan yang melakukan akuisisi adalah relatif kecil atau perusahaan yang diakuisisi relatif besar.73

Apabila sebuah perusahaan terbuka yang melakukan transaksi material, maka transaksi material tersebut harus memenuhi syarat-syarat sebagi berikut:

72

Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (a), Nomor IX.E.2 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama, angka 1.

73

a. RUPS Pada Akuisisi Transaksi Material

Sebelum melaksanakan pengambilalihan yang tergolong transaksi material, maka terlebih dahulu perlu dilakukan RUPS. Dalam hal pelaksanaan RUPS, terdapat prosedur yang harus di taati oleh pihak agar pelaksanaan akuisisinya dapat disetujui dalam RUPS. Adapun beberapa prosedurnya adalah:

1) Dalam agenda RUPS harus ada acara khusus mengenai penjelasan tentang perusahaan yang sahamnya akan diambilalih tersebut.

2) Menunjuk pihak independen yang akan melaksanakan penilaian dan pendapat tentang kelayakan nilai transaksi tersebut.

3) Membuat pengumuman dalam surat kabar.

b. Penunjukan Pihak Independen

Dalm hal ini pihak independen diperlukan untuk menganalisis serta memberikan pendapatnya tentang kelayakan investasi perusahaan terbuka dalam perusahaan target yang bukan merupakan perusahaan terbuka.74

c. Pengumuman Melalui Surat Kabar

`Dalam hal transaksi material, perlu dibuat pengumuman di dalam surat kabar edaran nasional yang berbahasa Indonesia. Tujuan dibuatnya pengumuman tersebut adalah agar para pihak pemangku kepentingan (stake holder) mendapatkan informasi yang jelas dalam pelaksanaan pengambilalihan perseroan tersebut.

74

Adapun isi dari pengumuman tersebut adalah mencakup informasi mengenai:75

Uraian mengenai transaksi material yang dilakukan beserta identitas diri pihak-pihak yang melakukan transaksi;

1) Penjelasan mengenai transaksi material serta pengaruhnya kepada kondisi perusahaan;

2) Ringkasan laporan pihak independen;

3) Data perusahaan, saham, dan segmen perusahaan yang akan diakuisisi; 4) Tempat dan waktu dilaksanakannya RUPS;

5) Pernyataan komisaris dan direktur tentang informasi material yang tidak menyesatkan;

6) Penjelasan tentang tempat dan alamat yang dapat dihubungi oleh pemegang saham apabila ingin mendapatkan informasi tentang transaksi material.

d. Circulair Letter tentang Akuisisi Sebagai Transaksi

Penyampaian data atau yang disebut dengan Circulair letter berisikan tentang data transaksi material harus disediakan kepada pemegang saham dan Bapepam yang selambat-lambatnya 28 (dua puluh delapan) hari sebelum dilaksanakannya RUPS, yang di dalamnya berisi:76

1) Informasi yang diumumkan dalam surat kabar sebagaimana yang dinyatakan dalam angka 3 peraturan BAPEPAM No. IX.E.2;

75

Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (a), angka 2 dan 3. 76

2) Laporan penilaian pihak independen;

3) Data dan laporan keuangan perusahaan target yang akan diambil alih dengan cara transaksi material,dengan ketentuan:

a) Untuk perusahaan yang didirikan, berupa studi kelayakan yang dibuat oleh pihak independen;

b) Untuk perusahaan target sudah berdiri tetapi belum melakukan kegiatan utama, diperlukan audit oleh akuntan yang terdaftar di Bapepam terhadap neraca pembukuan;

c) Jika perusahaan target sudah berdiri dan sudah melakukan kegiatan utama, diperlukan audit oleh akuntan terdaftar di Bapepam terhadap neraca selama 2 (dua) tahun terakhir.

d) Jika perusahaan target sudah berdiri dan sudah melakukan kegiatan utama, diperlukan audit oleh akuntan terdaftar di Bapepam terhadap neraca selama 2 (dua) tahun terakhir. Jika perusahaan target sudah berdiri dan sudah melakukan kegiatan utama, tetapi berdirinya belum 2 (dua) tahun, maka diperlukan audit oleh akuntan yang terdaftar di Bapepam terhadap neraca selama berdiri, dengan ketentuan bahwa laporan keuangan terakhir yang telah diaudit tersebut tidak boleh melebihi 180 (seratus delapan puluh) hari sebelum diselenggarakannya RUPS.

e. Pengecualian terhadap Transaksi Material

Dalam hal transaksi material sebagaimana yang diatur dalam angka 2 dan 3 peraturan BAPEPAM No. IX.E.2 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama, ada hal-hal yang dikecualikan, yaitu:

1) Jika transaksi yang dilakukan oleh anak perusahaan yang dimiliki sekurang-kurangnya 99% (Sembilan puluh Sembilan persen);

2) Jika emiten menerbitkan efek selain efek ekuitas;

3) Emiten atau perusahaan publik yang mengungkapkan informasi transaksi secara lengkap dalam prospektus yang telah memenuhi kriteria ditentukan;

4) Emiten tau perusahaan publik yang menmbah jumlah modalnya untuk mempertahankan persentase kepemilikannya;

5) Emiten atau perusahaaan publik yang memenuhi kriteria seperti yang dimaksud dalam angka 1 huruf b Peraturan Nomor IX.D.4 tentang Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu;

6) Trabsaksi yang merupakan kegiatan usaha utama dari emiten atau perusahaaan publik.

f. Akuisisi Transaksi Material yang tidak Disetujui

Apabila rencana transaksi material tidak disetujui oleh RUPS, maka rencana pengajuan kembali baru dapat dilakukan setelah 12 (dua belas) bulan setelah pelaksanaan RUPS pertama.77

77

g. Akuisisi oleh Anak Perseroan atau Perseroan Terkendali

Apabila transaksi material dan akuisisi dilakukan oleh anak perseroan atau perseroan terkendali yang laporan keuangannya terkonsolidasikan dengan emiten atau perusahaan public, maka emiten dan perusahaan public tersebut pun harus melakukan prosedur seperti yang diatur dalam peraturan tentang transaksi material dan perubahan kegiatan utama usaha.

2. Akuisisi Terhadap Perseroan Terbuka Sebagai Target

Pengaturan mengenai pengambilalihan yang dilakukan terhadap perseroan terbuka yang sebagai target diatur di dalam Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal Nomor IX.H.1 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka.

Selain pengaturan tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka, Peraturan Nomor IX.F.1 tentang Tender Offer merupakan peraturan yang sangat penting dalam mendampingi Peraturan BAPEPAM No. IX.H.1.

Pengambialihan pada Perseroan Terbuka adalah tindakan yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung, yang mengakibatkan berubahnya pengendalian atas perseroan terbuka (emiten/Perusahaan publik).78

Pihak yang menjadi pengendali perusahaan terbuka harus memiliki saham 25% atau lebih dan dapat membuktikan bahwa tidak mengendalikan perusahaan terbuka. Atau pihak yang mempunyai kemampuan, baik langsung maupun tidak langsung untuk mengendalikan perusahaan terbuka dengan cara menentukan

78

Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (b), Nomor IX.H.1 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka, angka 1 huruf e.

diangkat dan diberhentikannya direksi dan komisaris, atau melakukan perubahan AD perusahaan terbuka. 79

Dalam rangka akuisisi atau pengambilalihan perusahan terbuka, terdapat beberapa kewajiban-kewajiban hukum yang perlu dilakukan dalam rangka pengambilalihan perusahaan terbuka, yang diantaranya adalah:

a. Wajib melakukan Tender Offer; b. Keharusan Keterbukaan Informasi.

Di dalam peraturan BAPEPAM No. IX.H.1 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka, ditentukan adanya kewajiban melakukan tender offer dalam hal pengambilalihan saham dari perusahaan terbuka, yang dilakukan oleh pengendali perusahaan yang baru terhadap seluruh sisa saham yang bersifat ekuitas dari perusahaan tersebut. Tender offer atau penawaran tender adalah suatu penawaran yang dilakukan melalui media massa untuk memperoleh efek yang bersifat ekuitas (saham) dengan cara melakukan pembelian atau penukaran dengan efek lainnya.80

Dalam hal melakukan penawaraan tender wajib terhadap pengambilalihan perseroan terbuka, ada beberapa hal yang dikecualikan untuk saham-saham yang:81

79

Iswi Hariyani, R. Sefianto, Cita Yustisia s, Op.Cit., hlm. 138. 80

Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal Nomor IX.F.1 tentang Penawaran Tender, (c), angka 1 huruf d.

81

a. Saham yang telah dimiliki oleh pemegang saham yang telah melakukan transaksi pengambialihan perusahaan terbuka dengan pengendali baru perusahaan terbuka;

b. Saham yang dimiliki pihak lain yang telah mendapatkan penawaran dengan syarat dan kondisi yang sama dari pengendali perusahaan baru perusahaan terbuka;

c. Saham yang dimiliki oleh pihak lain yang pada saat bersamaan juga melakukan penawaran tender atas saham perusahaan terbuka yang sama; d. Saham yang dimiliki oleh pemegang saham utaama atau pihak pengendali

lain perusahaaan terbuka tersebut.

Berdasarkan peraturan Bapepam IX.H.1 angka 2, saham yang wajib dibeli pengendali baru adalah saham yang dimiliki oleh pemegang saham yang diperoleh pemegang saham tersebut sebelum tanggal pengumuman rencana penawaran tender. Akan tetapi ketentuan tersebut tidak berlaku bagi pengambilalihan perusahaan terbuka yang sebagai akibat:

a. Perkawinan atau pewarisan;

b. Pembelian atau perolehan saham terbuka dalam jangka waktu setiap 12 bulan, dalam jumlah sampai dengan 5% dari jumlah saham yang beredar dengan hak suara yang sah;

c. Pelaksanaan tugas dan wewenang dari badan atau lembaga pemerintah atau negara berdasarkan undang-undang;

d. Pembelian saham yang langsung dimiliki dan/atau dikuasai oleh badan atau lembaga pemerintah atau negara sebagai pelaksana ketentuan di atas;

e. Penetapan atau putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;

f. Pelaksanaan hak untuk memperoleh saham perusahaan terbuka yakni hak tersebut timbul dari efek yang diterbitkan oleh pihak selain perusahaan terbuka sebelum tanggal 13 Maret 2000;

g. Penggabungan usaha atau pelaksanaan likudasi pemegang saham;

h. Hibah yang merupakan penyerahan saham tanpa perjanjian untuk memperoleh imbalan dalam bentuk apapun;

i. Jaminan utang tertentu yang telah ditetapkan dalam perjanjian utang-piutang, serta jaminan utang dalam rangka restrukturisasi perusahaan yang ditetapkan oleh badan atau lembaga pemerintah atau negara yang berdasarkan undang-undang; dan

j. Perolehan saham sebagai pelaksanaan Peraturan Nomor IX.D.1 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dan Peraturan Nomor IX.D.4 tentang Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.

Pengecualian terhadap akaibat hukum yanag tidak diharuskan melakukan

Dokumen terkait