• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

B. Proses Manajemen Risiko KPR iB Griya Hasanah

1. Proses Penilaian Risiko

Dalam melakukan penilaian risiko terlebih dahulu Bank BNI Syariah KC Fatmawati melihat aspek risiko nasabah dengan menilainya dari segi usaha yang akan dijalankan dan jaminan yang menjadi tanda keseriusan nasabah dalam melakukan pembiayaan. Hal ini sangat penting dilakukan oleh bank karena ini bagian dari manajemen risiko yang dilakukan BNI Syariah risiko pembiayaan yaitu risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati.

Ada beberapa tahap proses penilaian risiko dengan langkah awal yang dilakukan adalah identifikasi risiko, kemudian pengukuran risiko, setelah pemantauan risiko dan langkah terakhir adalah pengendalian risiko, adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: 1) Identifikasi Risiko14

Identifikasi Risiko adalah suatu proses mengenali baik seluruh risiko yang ada pada setiap aktivitas, jenis dan transaksi financial yang dijalankan oleh bank BNI Syariah KC Fatmawati. Tetapi juga mendeteksi kemungkinan risiko baru yang mungkin saja terjadi.Hal ini penting karena banyak peristiwa atau keadaan yang menimbulkan kerugiaan financial yang besar bagi perbankan, bahkan Negara, sebagaii akibat adanya risiko yang tersembunyi dan tidak terdeteksi secara dini.

14

Adapun prosesidentifikasi dan deteksi ini adalah proses yang sangat penting karena Bank BNI Syariah adalah dengan mengetahui terlebih mendalam transaksi yang akan dijalankan, seperti dalam pembiayaan KPR. Risiko-risiko yang dapat di identifikasi antara lain adalah nasabah membatalkan jual beli namun bank terlanjur membeli objek barang. Nasabah memanipulasi harga objek barang, nasabah memanipulasi informasi data penghasilan, nasabah tidak mampu membayar kewajiban pada saat jatuh tempo yang telah disepakati.15

Prosedur yang diterapkan oleh BNI Syariah KC Fatmawati adalah pada saat analisa pengajuan pembiayaan berdasarkan pada karakter nasabah, kondisi keuangan, serta dengan memperhatikan beberapa dokumen penting terkait seperti KTP, slip gaji asli dll. Dalam menganalisa calon nasabah pihak bank BNI syariah harus cermat dan teliti, karena kondisi kondisi nasabah sangat berpengaruh terhadap terpenuhinya kewajiban nanti, jika nasabah mempunyai karakter yang baik dan jujur serta kondisi keuangan yang memadai maka kegagalan dalam hal pembayaran akan dapat dihindari, sehingga bank BNI syariah tidak akan menanggung kerugian yang akan berdampak pada kelangsungan usahanya serta kesehatan bank BNI syariah KC Fatmawati itu sendiri.

2) Pengukuran Risiko

15

69

Pengukuran risiko dilakukan untuk menilai sejauh mana risiko tersebut dapat membahayakan kelangsungan aktivitas bank, pengukuran ini dapat dilakukan dengan mengevaluasi secara berkala terhadap seluruh data yang ada dan prosedur yang telah digunakan untuk mengukur risiko, dengan demikian maka prosedur yang ada dapat menyesuaikan terhadap perubahan yang terjadi di luar kegiatan bank.16

Pengukuran Risiko bank BNI Syariah KC Fatmawati dilakukan sesuai peraturan BI Nomor 13/23/PBI/2011 tentang penerapan manajemen risiko bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah dengan menggunakan metode scoring. Proses scoring dilakukan berdasarkan pada data historis pembayaran nasabah terhadap hutang terdahulu, jumlah pinjaman, jangka waktu, penambahan kredit dan jenis kredit yang sedang dilakukan. Dalam prinsipnya BNI Syariah KC Fatmawati menggunakan analisis Penilaian Pemberiaan Pembiayaan menerapkan 5C yaitu:17

1. Character (watak/ kepribadian)18

Penilaian ini berdasarkan sifat atau karakter nasabah pengambil pembiayaan KPR BNI Syariah seperti kebenaran data (pribadi, pekerjaan dan jaminan) yang dilampirkan

16

Veithzal Rivai dan Rifki Ismail.Islamic Risk Management For Islamic Bank.

(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,2013), h. 244

17

Wawancara pribadi dengan Bapak Heru Setyawan.Jakarta, 10 April 2014

18

oleh nasabah dan historis pembiayaan nasabah (berdasarkan laporan BI checking). Bi checkingbertugas memeriksa data calon nasabah apakah ada daftar hitam, daftar kredit macet Bank Indonesia dalam pembiayaan yang dilakukan calon nasabah pada bank-bank sebelumnya.

Dengan melakukan pemeriksaan daftar kredit macet dari bank Indonesia yang memuat nama-nama perorangan, perusahaan dan pengurusnya serta bank dan pengurus yang tercatat sebagai debitur kredit macet.

Dengan cara melakukan Bank checking yaitu meminta informasi kepada bank Indonesia (BI) untuk mengetahui apakah calon debitur yang mengajukan permohonan pembiayaan mempunyai pinjaman atau kredit pada Bank atau lembaga keungan lainnya.Dari informasi inilah dapat diketahui juga mengenai besarnya pinjaman, jangka waktu, jaminan, serta kolektibilitas pembiayaan.

Hasil dari pemeriksaan status nasabah ini akan menjadi bahan pertimbangan dalam memutuskan pembiayaan. Jika tercatatat sebagai debitur macet atau kondisinya kurang lancar, maka Bank BNI Syariah akan menolak dan tidak menyetujui pembiayaan yang diajukan oleh calon nasabah tersebut.

71

Penilaian ini diutamakan pada kemampuan calon nasabah untuk dapat mengembalikan dana pembiayaan yang telah diberikan bank BNI Syariah pada jangka waktu yang telah ditetapkan, biasanya hal ini dapat dilihat dari penghasilan calon debitur.Untuk menghitung penghasilan minimal dari calon penerima pembiayaan agar dapat diterima pembiayaannya maka cicilan pembiayaan kepemilikan rumah (KPR) haruslah minimal 400/0 dari penghasilannya. Misalkan cicilan pembiayaan KPR sebesar Rp. 2.500.000,- maka penghasilan minimalnya adalah Rp. 2.500.000,- / 400/0 = Rp. 6.250.000,-. Jika penghasilannya calon penerima nasabah dibawah Rp. 6.250.000,-, maka permohonan pembiayaannya akan ditolak.19

3. Capital (modal)

Penilaian atas modal yang disetor dapat berupa uang muka yang diberikan oleh pemohon kepada pihak bank BNI Syariah.

4. Collateral (barang jaminan)

Artinyajaminan yang telahdimiliki yang diberikannasabahPembiayaankepada bank BNI Syariah seperti: nilai jaminan berupa bangunan rumah dan tanah yang dinilai mampu mengcoverdari pembiayaan yang

19

diberikan kepada nasabah tersebut kepada pihak bank.Apabila dikemudian hari nasabah mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban untuk mengangsur pembiayaan KPR.20

5. Condition

Artinya keadaanusaha atau nasabah memiliki karir di perusahaan yang berprospek seperti: perusahaan yang dinilai memiliki prospek yang baik dan bonafit. Nasabah memiliki usaha yang memiliki prospek yang baik dan konsiten/kontinuitas dalam menjalankan usahanya dan memperoleh keuntungan (bukan usaha musiman).

3) Pemantauan Risiko

Pemantauan risiko dilakukan dengan memperhatikan perubahan kegiatan pembiayaan yang sedang dilakukan, berdasarkan pada data-data yang ada dan akurat yang telah berhasil dikumpulkan, kemudian bank BNI Syariah KC Fatmawati menetapkan risiko-risiko tersebut berdasarkan tingkatannya yang terdiri dari rendah (low), sedang (moderate),dantinggi (high). Pemetaan ini bertujuan untuk memudahkan pihak bank dalam memantau kegiatan pembiayaan berikutnya, jika teridentifikasi adanya suatu gejala yang menunjukan akan adanya risiko, misalnya nasabah mulai terlambat dalam melakukan pembayaran maka bank

20

73

akan mencari solusi atau pembinaan dan pengawasan terhadap pembiayaan KPR yang diberikan antara lain dengan melakukan pengecekan dan pengawasan secara intensif. Hal tersebut dapat menghindari bahwa dana pembiayaan digunakan untuk hal lain diluar untuk pembiayaan rumah.

Kegiatan pengawasan dan monitoring ini meliputi:21 a. Monitoring pekerjaan atau kegiatan usaha nasabah.

Mengingat pemberian pembiayaan KPR Syariah kepada nasabah lebih ditonjolkan kepada pertimbangan karakter atau kejujuran nasabah, maka bank wajib melaksanakan pengawasan atau monitoring atas kegiatan usaha nasabah secara rutin dan berkesinambungan.

b. Monitoring penggunaan atau kewajaran pembiayaan.

Monitoring penggunaan atau kewajaran pembiayaan KPR syariah dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam penggunaan dana KPR syariah tersebut.

4) Pengendalian Risiko

Langkah berikutnya yang harus dilakukan setelah proses pemantauan risiko yaitu tindakan mengendalikan risiko, mengamankan dan menghindari risiko bila memungkinkan. Dalam mengambil sebuah keputusan yang baik didalam pengendalian

21

risiko hanya dapat terlaksana apabila proses pengukuran risiko, pemantauan risiko berjalan dengan baik. Dengan kata lain BNI Syariah tidak akan dapat menentukan tindakan yang harus dilakukannya untuk melakukan risiko. Kecuali komparasi dan analisis antara risiko yang akan terjadi dengan ambang batas tingkat risiko yang diterima BNI Syariah terlaksana dengan baik. Apabila bank BNI Syariah tidak mengetahui posisinya terhadap risiko yang terjadi, maka tindakan yang diambil untuk mengatasi risiko akan bersifat reaktif, padahal tindakan proaktif akan jauh menguntungkan.22

Kolektibilitas adalah penggolongan tingkat kelancaran nasabah diukur berdasarkan jumlah hari tunggakan. Seperti yang tercantum dalam tabel dibawah ini:

Tabel 4.1 penggolongan kolektibilitas Jumlah Hari/ Tunggakan Penggolongan Kolektibility Kualitas 0 Kolektibilitas 1 Lancar

1 s/d. 90 hari Kolektibilitas2 Dalam perhatian khusus 91 s/d. 180 hari Kolektibilitas3 Kurang Lancar 181 s/d. 270 hari Kolektibilitas4 Diragukan

>Dari 270 hari Kolektibilitas5 Macet

22

75

Sumber: Data Bank BNI Syariah

Bila kolektibility cenderung semakin baik maka akan berdampak positif sehingga menaikan rentabilitas dan solvabilitas

bank BNI Syariah KC Fatmawati dan NPF semakin menurun.23 Dalam hal ini, terlebih dahulu BNI Syariah KC Fatmawati memonitoring usaha nasabah apakah nasabah tersebut layak dinyatakan kolektibilitas 1 atau kolektibilitas 2 sampai dengan kolektibilitas 5, apabila debitur melakukan pembayaran tepat waktu itu dikategorikan kolektibilitas 1 dengan kualitas pengembalian pembiayaannya lancar dan apabila pembiayaan tersebut tidak melakukan penunggakan pembayaran selama tiga bulan berturut-turut itu temasuk kategori dalam perhatian khusus atau kolektibilitas 2 pihak bank BNI Syariah akan memberikan surat peringatan 1 s/d 3. SP-1 (surat peringatan pertama), akan tetapi apabila penunggakannya berturut selama tiga bulan maka itu termasuk kategori kurang lancar akan diberikan surat peringatanSP-2 (surat peringatan kedua) dan apabila selama 12 bulan berturut-turutakan diberikan surat peringatan SP-3 (surat peringatan ketiga) dan bahkan sampai 21 bulan tidak membayar angsuran dikategorikan kedalam pembiayaan macet.maka pimpinan bank harus melakukan tindakan yang sebagaimana mestinya.Seperti eksekusi atau pemberian segel terhadap jaminan

23

nasabah, pemberian surat somasi 1 s/d 3, dan pelelangan atas jaminan nasabah.24

Dokumen terkait