• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.2 Penyiaran ( Broadcasting ) Televisi

2.2.4 Proses Penyiaran ( Broadcasting ) Televisi

Menurut Setyobudi (2006), pada televisi broadcasting masukan program acara dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu program acara siaran tidak langsung (recording) serta program acara siaran langsung (live). Kedua jenis program acara tersebut melewati proses panjang sebelum dapat ditayangkan oleh sebuah stasiun televisi. Salah satu di antaranya dijelaskan sebagai berikut:

1. Program Acara Siaran Tidak Langsung (Recording)

Menurut Setyobudi (2006), program acara siaran tidak langsung (recording) merupakan program acara yang kejadiannya sudah dilakukan terlebih dahulu, baru kemudian dilakukan proses penyempurnaan, baik sistem audio

melalui mixing atau dubbing dan sistem video melalui proses editing, titling,

chroma key dan pemberian effect yang dalam TV Production dikenal dengan istilah Post Production.

Agar lebih jelas, berikut blok diagram program acara siaran tidak langsung (recording), dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Proses Program Acara Siaran Tidak Langsung (Recording) (Sumber: Setyobudi, 2006)

Secara prinsip kerja program acara siaran tidak langsung (recording) dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Bagian Produksi Non Drama

Bagian produksi merupakan dapur sebuah stasiun televisi. Sebab pada bagian ini sebuah program acara dikemas, mulai dari persiapan konsep yang meliputi riset writer, creative, penulisan rundown acara, meeting

koordinasi dengan bagian-bagian terkait. Pembedaan istilah drama dan non drama merupakan cara yang paling mudah untuk mengklasifikasikan jenis acara. Yang dapat dikategorikan program acara non drama, yaitu musik, kuis, variety show, talk show, magazine udara, komedi dan liputan-liputan khusus.

Pada intinya program acara non drama yaitu sebuah program yang tidak mengandung muatan-muatan narasi atau fiktif dan cenderung bersifat hiburan (entertaint). Penggarapan sebuah program acara non drama sebenarnya sangat komplek atau tidak sederhana. Banyak keterkaitan dengan bagian lain.

b. Bagian Produksi Drama

Bagian drama identik dengan program bernuansa cerita fiktif seperti sinetron, film dan telenovela. Penggarapan program drama cukup sulit karena menyangkut seni peran. Proses sebuah program acara drama juga tidak mudah, karena melibatkan banyak “crew”, seperti bagian perizinan lokasi, penulisan skenario, fotografer dan sutradara.

c. News Department

Bagian pemberitaan atau News Departemen merupakan bagian yang mensuplai informasi atau berita. Sifat tayangan sangat spesifik, walaupun sangat cocok bila disiarkan secara langsung. Dikarenakan mempunyai nilai informasi yang lebih up to date. Namun dalam beberapa hal, seperti saat peliputan di medan pertempuran, pada suasana kerusuhan, kejadian bencana alam, dimana untuk proses siaran langsung sulit dilakukan dan penayangan informasi menggunakan cara rekaman (taping) dari bagian pemberitaan tetap ditunggu-tunggu oleh pemirsa.

d. Studio Department

Studio merupakan fasilitator (facility) berlangsungnya sebuah program acara. Studio dapat berperan sebagai pensupport ketiga jenis sajian (non drama, drama, dan news) untuk keperluan recording maupun siaran langsung.

e. Electronic Field Production (EFP)

EFP adalah bagian penyangga utama sebuah produksi suatu program acara televisi, yang bersifat out door atau peliputan diluar studio, baik bersifat drama maupun non drama. EFP merupakan bagian yang terintegrasi dari seksi kamera, seksi audio dan seksi lighting.

Hasil shooting bagian EFP merupakan data mentah, sehingga harus di edit

f. Post Production

Post Production atau bagian editing, merupakan bagian yang akan mensortir hasil-hasil shooting, baik drama atau non drama. Post Production dibedakan menjadi dua bagian besar, yaitu Off Line Editing

dan On Line Editing.

- Off line editing lebih membatasi pekerjaan pada pengurutan hasil mentah shooting, menjadi sebuah hasil yang rapi namun kasar. Umumnya hanya cut to cut video namun hasilnya sudah menjadi sebuah storyboard yang urut dan rapi, tanpa efek-efek apapun. Ruangan untuk off line video cukup dibangun menggunakan dua Video Tape Recorder (VTR) saja sebagai player dan satu lagi sebagai

recording.

- On line editing lebih mempunyai kompleksitas perangkat, baik dari sisi

audio maupun video. Bagian on line editing banyak melakukan proses polesan gambar hasil cut to cut off line editing, seperti solving

(perpindahan gambar secara halus), efek-efek gambar yang variatif, sampai penulisan nama atau tittle.

Post production tidak semata-mata hanya off line dan on line edting, karena di bagian ini ada seksi bagian audio mixing dan dubbing. Sebab hasil editing on line kebanyakan audio-nya masih asli baik program drama maupun non drama. Untuk itu diperlukan efek-efek suara yang khusus, agar dapat dihasilkan produksi program yang lebih hidup nuasanya baik

berupa proses penambahan efek musik (ilustrasi musik) maupun sulih suara (dubbing).

g. Tape Library

Bagian tape library akan mencatat semua kaset (tape) yang masuk dan keluar, agar tetap termonitor keberadaannya.

h. Production House (PH)

Rumah produksi atau production house (PH) adalah penyedia program-program acara televisi baik drama (sinetron dan film) maupun non drama (kuis dan infotainment). Production house (PH) juga melakukan produksi

video untuk iklan (komersial), company profile dan video klip musik. Kehadiran rumah produksi bagi sebuah stasiun televisi sangat diperlukan karena sangat sulit bagi sebuah stasiun televisi broadcasting untuk memenuhi semua program acaranya dengan memproduksi sendiri atau in house production.

Banyak perusahaan rumah produksi di Indonesia, seiring perkembangan dunia pertelevisian akhir-akhir ini, seperti Multivision Plus, Prima Visualindo, MD, Viandra, Karnos Film, Soraya Intercine dan lain-lain. Untuk bekerja sama dengan rumah produksi, setiap stasiun televisi melakukan perjanjian atau kebijakan yang berbeda-beda. Ada yang menggunakan model bagi hasil pendapatan iklan atau beli lepas dimana keduanya mempunyai konsekuensi yang berlainan.

Model bagi hasil, konsekuensi didapat yaitu saat program acara yang dibeli mengalami “booming” atau mempunyai rating tinggi, sehingga

menghasilkan iklan banyak, berdasar perjanjian awal yaitu bagi hasil maka stasiun televisi tersebut tidak mendapatkan iklan seluruhnya, namun harus dibagi dengan rumah produksi pemasoknya. Tapi sebaliknya, bila program acara yang dibeli kurang laku di pasaran, secara biaya produksi sebuah stasiun televisi tidak mengalami banyak kerugian, namun juga ditanggung oleh rumah produksi tersebut.

Sedangkan model pembelian program lepas, maka apapun yang terjadi dengan program acara tadi akan ditanggung sendiri oleh stasiun televisi tersebut. Maka disinilah peran para pengambilan keputusan pada sebuah stasiun televisi untuk mampu menganalisa kelayakan suatu program untuk di jual.

Dokumen terkait