• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI STRATEGI BAURAN PEMASARAN CAFE DEDAUNAN

6.3 Proses ( process )

Cafe Dedaunan selalu berusaha untuk memperhatikan dan mengutamakan proses yang baik. Strategi proses yang telah diterapkan oleh Cafe Dedaunan tidak hanya menghasilkan produk bermutu yang dijual tetapi faktor pelayanan menjadi hal yang penting juga dalam meraih pangsa pasar yang potensial. Oleh karena itu, Cafe Dedaunan selalu berusaha untuk menyediakan pelayanan yang maksimal bagi para konsumennya.

Proses pelayanan setiap hari dilakukan secara sistematis mulai dari penerimaan pengunjung sampai pengunjung meninggalkan ruangan cafe. Setiap konsumen yang datang langsung dilayani dengan baik, hal ini dilakukan untuk memberikan kesan awal yang baik sehingga konsumen merasa nyaman. Mekanisme penyajian menu makanan dilakukan berdasarkan pesanan konsumen saat itu. Proses

penyajian menu makanan pada Cafe Dedaunan secara garis besar adalah sebagai berikut:

1. Pemesanan (order). Konsumen yang berkunjung langsung dilayani olehcrew service dan setiap produk yang dipesan konsumen langsung dicatat dan diproses ke bagian dapur (kitchen area).

2. Persiapan bahan (preparation). Proses persiapan bahan dilakukan secara tepat sesuai dengan menu makanan yang ditawarkan. Bahan-bahan yang siap diolah disimpan dalam tempat yang sudah ditentukan sesuai dengan karakteristik masing-masing bahan. Cafe Dedaunan memiliki fasilitas penyimpanan berupa gudang yang dipergunakan untuk menyimpan bahan- bahan seperti beras, minyak goreng, tepung, dan gas. Sedangkan bahan-bahan yang memiliki daya simpan rendah seperti sayuran, daging, dan susu disimpan dalam ruang pendingin (frezeer)

3. Pemasakan (cooking). Proses pemasakan dilakukan di ruang dapur (kitchen area). Setiap pesanan dari konsumen langsung ditangani sehingga produk yang dihasilkan lebih bermutu dan memiliki cita rasa yang tinggi. Proses pemasakan dipimpin oleh seorang kitchen leader yang bertanggung jawab dalam menghasilkan hidangan yang bermutu.

4. Penyajian (serv). Kegiatan penyajian dilakukan oleh crew service dalam mengantarkan hidangan yang telah dipesan sebelumnya. Crew service senantiasa memberikan pelayanan terbaik yang seuai dengan keinginan konsumen.

5. Konsumsi (consumption). Hidangan yang disajikan siap untuk dikonsumsi dan dinikmati oleh konsumen. Setelah selesai disajikan dihadapan konsumen

seringkali crew service menawarkan kepada pengunjung jika masih membutuhkan sesuatu. Pelayanan ini diberikan untuk memberikan nilai kepuasan terhadap pelanggan lebih baik.

6. Pembayaran (bill to pay). Aktivitas terakhir yang dilakukan pengunjung setelah melakukan konsumsi adalah proses pembayaran. Crew service memberikan bukti pembayaran (bill) setelah ada permintaan dari pelanggan untuk membayar setiap jenis makanan/minuman yang dipesan. Setelah diketahui oleh konsumen maka tanda bukti dan uang pembayaran diserahkan kembali kecashier untuk diperoses dengan menggunakan mesinregister.Bill diserahkan kembali kepada konsumen bersama sisa uang kembalian jika ada.

6.4 Produktivitas dan Kualitas (productivity and quality)

Produktivitas bagi usaha cafe perlu didukung dengan pengawasan menyeluruh terhadap proses produksi. Produktivitas dapat berjalan baik jika dilakukan sesuai dengan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan sehingga akan membantu kelancaran jalannya proses produksi. Elemen penting dalam usaha Cafe Dedaunan dititik beratkan pada pelayanan dan produk. Kualitas pelayanan sangat ditentukan oleh produktivitas karyawan dalam melakukan pekerjaan dan tanggung jawab masing-masing dalam menjalankan proses produksi sehingga bisa dihasilkan produk berkualitas yang sesuai dengan nilai yang diharapkan pelanggan. Produktivitas dalam memproses suatu produk juga sangat ditentukan oleh standar baku yang telah ditentukan perusahaan. Cafe Dedaunan melakukan pengawasan terhadap produk yang dihasilkan mulai dari penanganan

bahan baku sampai produk jadi yang siap disajikan kepada konsumen. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas produk agar sesuai dengan keinginan konsumen.

Hasil akhir dari kegiatan produksi sangat ditentukan oleh proses pembuatan dan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi (makanan). Penyajian makanan dilakukan melalui pemesanan langsung oleh konsumen. Cafe Dedaunan melakukan pengawasan dan kontrol terhadap bahan baku pada saat dipesan, diolah, dan disajikan kepada konsumen. Langkah ini dilakukan untuk menjaga kualitas produk baik mutu, higienis, dan citarasa menu makanan yang disajikan. Standar makanan yang diproses disesuaikan dengan keinginan konsumen, sehingga konsumen tidak merasa kecewa setelah melakukan konsumsi.

Setiap saat ada pemesanan konsumen (customer order) kepada pelayan cafe (server) maka langsung ditindak lanjuti oleh pihak dapur (crew kitchen). Makanan kemudian diolah berdasarkan menu yang dipesan konsumen. Volume makanan dibuat tidak terlalu banyak ataupun sedikit tetapi dibuat sesuai ketentuan pembuatan hidangan yaituStandar Recipe Product (SRP).

6.5 Orang (people)

Konsep bisnis industri jasa menitikberatkan pada proses interaksi langsung dan pribadi antara pelanggan dan karyawan perusahaan terutama service crew. Konsumen sering menilai kualitas jasa yang mereka terima berdasarkan penilaian terhadap orang-orang yang menyajikan jasa tersebut. Apabila orang yang menjadi penyedia jasa memberikan pelayanan yang baik, maka akan menimbulkan kesan positif terhadap cafe di benak konsumen, demikian pula sebaliknya jika orang yang

menjadi penyedia jasa tidak memberikan pelayanan yang baik, maka konsumen akan memiliki tanggapan yang kurang baik pula terhadap cafe tersebut.

Cafe Dedaunan sangat mengutamakan pelayanan yang berkualitas kepada konsumen melalui sikap yang ramah, sopan, dan mendahulukan senyuman sehingga konsumen merasa diperhatikan. Tahapan pelayanan yang dilakukan oleh Cafe Dedaunan dalam memuaskan konsumennya yaitu melalui tindakan sebagai berikut: 1. Greeting yaitu memberi salam sesuai dengan keadaan waktu kedatangan,

segera menyambut tamu dengan posisi badan tegak dan sopan, menyapa konsumen dengan tekanan suara yang baik dan artikulasi yang jelas, menatap mata konsumen dengan tatapan yang sopan.

2. Escorting yaitu mengantarkan tamu ke meja yang telah di pesan dan menunjukkan dengan lengan dan tangan terbuka secara luwes, server harus mendahului tamu pada saat menuju meja dengan menjaga jarak, menunjukkan meja dan menarik kursi untuk mempersilahkan tamu duduk. 3. Seating yaitu menarik kursi dan mempersilahkan tamu duduk, bila letak

kursi/sofa menempel pada dinding maka tariklah meja agar ada ruang supaya tamu dapat masuk dengan leluasa, dan jangan lupa mendorong kembali meja, jangan sampai ruang gerak tamu terbatas atau terhalang.

4. Suggesting the Menu yaitu menyarankan makanan apa yang enak dan cocok untuk tamu, demikian juga jika ada menu spesial hari ini (special of the day/chef specialies),untuk mendukung suggesting the menu staff diharapkan dapat menguasai menu atau produk yang dijual, dan harus mempunyai knowledge tentang produk yang ditawarkan, serta selalu mengingat makanan kegemaran dan kebiasaan-kebiasaan tamu reguler.

5. Taking the order yaitu menuliskan semua pesanan tamu pada captain order (terdiri dari 3 rangkap) dengan jelas dan lengkap, memberikan kode untuk tamu wanita dan pria, jika wanita diberikan tanda lingkaran pada item pesanannya pada captain order, memastikan (repeat) untuk mengulangi semua orderan tamu di depan tamu dengan jelas untuk menghindari kesalahan, selanjutnya service crew memberikan captain order tersebut ke runner yang langsung membacaitems (pesanan menu) kekitchen crew. 6. Food taking yaitu pada saat orderan selesai dibuat oleh kitchen dan bar,

runner menyesuaikan dengan lembar putih yang dipegang olehnya, baik jenis maupun jumlah item yang dibuat, pengambilan makanan/pesanan dari bagian kitchen harus sesuai dengan urutannya yaitu mendahulukan tamu yang memesan terlebih dahulu, setelah makanan keluar semua dan sudah diantar oleh service crew, maka runner menyerahkan lembar putih ke cashier untuk menjumlahkan nominal orderan, selanjutnya pada saat customer selesai makan dan meminta bukti pembayaran (bill), maka service crew menyerahkan lembar putih yang sebelumnya telah ditotalkan oleh cashier untuk diberikan kecustomer.

7. Food deliver yaitu pastikan minuman keluar terlebih dahulu daripada makanan, pada saat mengantarkan makanan dan minuman, wanita dan anak- anak harus didahulukan, saat meletakkan pesanan harus menyebutkan nama makanan/minuman tersebut, dan mengucapkan selamat menikmati makanan tersebut kepada tamu.

8. Billing yaitu chasier mem-posting semua orderan sesuai dengan lembar putih dan menyerahkan bill beserta uang kembalian tamu (jika dibayarkan cash),

atau copy receipt jika tamu memakai kartu kredit ke dalam bill holder, berikan ke service crew, untuk selanjutnya mengantarkan kembali ke customer.

9. Fare welling yaitu apabila tamu sudah selesai serta bersiap meninggalkan meja, tariklah kursi/meja untuk memudahkan tamu berdiri, mengucapkan terimakasih atas kedatangannya dan semoga bertemu kembali.

6.6 Promosi (promotion)

Kegiatan promosi merupakan salah satu variabel bauran pemasaran yang digunakan oleh perusahaan untuk mengadakan komunikasi dengan pasarnya, karena dengan adanya promosi maka konsumen akan mengetahui hadirnya suatu produk. faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Promosi merupakan suatu bentuk komunikasi pemasaran yang berusaha untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi dan membujuk, mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.

Cafe Dedaunan menyadari bahwa promosi merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mendukung program pemasaran. Kegiatan promosi yang dilakukan Cafe Dedaunan untuk mengenalkan usahanya ke konsumen yaitu melalui pemasangan papanbillboard sebanyak tiga buah yang terletak di jalan Pajajaran dan jalan Gadog. Kerjasama dengan biro perjalanan travel dan pihak guide KRB untuk mengenalkan usahanya kepada wisatawan mancanegara, disamping mengunjungi Kebun Raya Bogor para wisman diharapkan juga mengunjungi Cafe Dedaunan. Local Store Marketing (LSM) juga bagian dari strategi pemasaran perusahaan dalam

memperkenalkan usahanya ke konsumen dengan cara menyebarkan brosur dan penerangan paket informasi mengenai Cafe Dedaunan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan bahwa semua alternatif strategi yang telah diterapkan belum sepenuhnya efektif untuk menarik minat pengunjung. Sedangkan strategi promosi yang dirasa paling efektif adalah melalui penyampaian langsung dari mulut ke mulut (mouth to mouth) oleh konsumen yang bersangkutan.

Kegiatan promosi Cafe Dedaunan tidak diprioritaskan pada penggunaan media elektronik karena dengan sendirinya pihak perusahaan sangat terbantu dengan adanya peliputan langsung yang dilakukan oleh media elektronik baik televisi, radio, dan majalah. Banyak program televisi yang menyiarkan usaha Cafe Dedaunan pada acara-acara kuliner ataupun wisata. Manfaat yang didapat oleh Cafe Dedaunan dengan adanya peliputan tersebut adalah pihak perusahaan dapat menekan biaya untuk kegiatan promosi, selain ituimage perusahaan dapat diketahui oleh masyarakat secara luas.

6.7 Bukti Fisik (physic)

Keberadaan suatu usaha dalam industri jasa boga sangat ditentukan oleh bukti fisik yang menunjukkan keberadaannya ditengah-tengah masyarakat. Penataan ruangan cafe adalah bukti fisik yang sangat jelas untuk menunjukkan keberadaan Cafe Dedauan. Penentuan model desain ruangan cafe tidak dapat ditentukan sendiri karena harus mengikuti persetujuan pihak Kebun Raya Bogor. Bahan-bahan yang digunakan sebagi pendukung fasilitas cafe harus alami, umumnya terbuat dari bahan kayu seperti kursi, meja, dan atap ruangan. Syarat model bangunan tersebut ditujukan untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan alami Kebun Raya Bogor.

Luas bangunan Cafe Dedaunan yaitu 375 m2dan posisi bangunan menghadap ke arah lapangan rumput, sehingga pengunjung dapat menikmati pemandangan alam dari sudut pandang yang lebih luas. Berdasarkan ketentuan pihak KRB bahwa bangunan cafe tidak bisa diperluas atau dirubah lagi bentuk dan desain bangunannya. Untuk meningkatkan layanan kepada pengunjung maka Cafe Dedaunan melakukan pembagian area kerja menjadi dua area utama, yaitu area depan (front area) dan area belakang (back area). Berdasarkan fungsi operasional area utama dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu (1) front area terdiri dari: dinning room, bar area, toilet, dan cashier (2) back area terdiri dari: hot kitchen dan cold kitchen, warehouse, dan dishwasher.

Keberadaan bukti fisik ini membantu dalam aspek pemasaran perusahaan, karena dengan adanya bukti fisik maka pelanggan bisa merasakan pengaruh keberadaan dari Cafe Dedaunan. Dengan demikian pengunjung memiliki tingkat kepuasan yang lebih baik terhadap cafe.

6.8 Harga (price)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepekaan harga adalah mutu produk, yaitu pembeli akan semakin kurang peka jika produk tersebut dianggap mempunyai mutu atau gengsi lebih. Bagi masyarakat golongan menengah atas, harga tidak menjadi permasalahan dalam mengambil keputusan pembelian, namun faktor pendorongnya adalah tingkat kesukaan dari konsumen tersebut.

Cafe Dedaunan memposisikan dirinya sebagai Cafe untuk masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas yang bersedia untuk membayar lebih tinggi untuk setiap produk berkualitas. Cafe Dedaunan menerapkan harga kompetitif

(medium price) untuk setiap produknya. Cafe Dedaunan menentukkan harga pokok yang lebih tinggi dibandingkan harga pesaing didasarkan pada hasil perhitungan biaya bahan baku (supplier cost), tenaga kerja, biaya operasional, serta tambahan biaya pelayanan (service cost) sebesar 5 persen untuk setiap produk. Sejak tahun 2004 sampai tahun 2008, Cafe Dedaunan belum pernah meningkatkan harga produk untuk setiap menu, hal ini dikarenakan harga penjualan awalnya sudah cukup tinggi.

BAB VII

KARAKTERISTIK DAN PERSEPSI KONSUMEN LOKAL DAN

WISMAN TERHADAP ATRIBUT BAURAN PEMASARAN

CAFE DEDAUNAN

7.1 Identifikasi Karakteristik Responden Cafe Dedaunan Kebun Raya Bogor

Karakteristik responden Cafe Dedaunan yang dievaluasi dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, status pernikahan, lokasi tempat tinggal, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, pengeluaran rata-rata makan di Cafe Dedaunan, dan alat transportasi yang digunakan, cara mendapatkan Informasi mengenai Cafe Dedaunan. Jumlah responden yang diteliti sebanyak 60 orang yang terbagi menjadi 30 pengunjung lokal dan 30 pengunjung wisman,

7.1.1 Jenis kelamin

Konsumen lokal Cafe Dedaunan yang menjadi responden dalam penelitian ini, didominasi oleh laki-laki yaitu sebanyak 20 orang (66,67 persen). Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa Cafe Dedaunan dengan produk dan suasana yang ditawarkannya banyak diminati oleh kaum laki-laki. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Keragaman Responden Lokal Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

Laki-laki 20 66,67

Perempuan 10 33,33

Konsumen wisman Cafe Dedaunan yang menjadi responden dalam penelitian ini, memiliki kesamaan dengan jumlah pengunjung lokal yang didominasi oleh laki- laki yaitu sebanyak 20 orang (66,67 persen). Sebagian besar wistawan mancanegara yang suka berpetualangan adalah kaum laki-laki sehingga kunjungan konsumen wisman ke Cafe Dedaunan mayoritas adalah laki-laki. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Keragaman Responden Wisman Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

Laki-laki 20 66,67

Perempuan 10 33,33

Total 30 100

7.1.2 Usia

Jumlah responden lokal Cafe Dedaunan didominasi oleh kelompok usia 21- 40 tahun sebanyak 22 orang (73,33 persen) karena konsumen yang mengunjungi cafe tersebut mayoritas telah bekerja atau usia produktif dan mengunjungi cafe untuk beristirahat dari kesibukan sehari-hari. Sedangkan usia diatas 41-60 tahun sebanyak 5 orang (16,67 persen) kemudian diikuti oleh usia kurang dari 21 tahun sebanyak 3 orang (10 persen) (Tabel 11).

Tabel 11 Keragaman Responden Lokal Berdasarkan Usia

Usia Jumlah (orang) Persentase (%)

< 20 tahun 3 10,00

21 – 40 tahun 22 73,33

41 – 60 tahun 5 16,67

> 61 tahun

Jumlah responden wisman Cafe Dedaunan didominasi oleh kelompok usia 21-40 tahun sebanyak 13 orang (43,33 persen) dan usia 41-60 tahun sebanyak 12 orang (40 persen). Sedangkan usia diatas 61 tahun sebanyak 4 orang (13,33 persen) kemudian diikuti oleh usia kurang dari 20 tahun sebanyak 1 orang (3,33 persen) (Tabel 12).

Tabel 12 Keragaman Responden Wisman Berdasarkan Usia

Usia Jumlah (orang) Persentase (%)

< 20 tahun 1 3,33 21 – 40 tahun 13 43,34 41 – 60 tahun 12 40,00 > 61 tahun 4 13,33 Total 30 100 7.1.3 Pendidikan Terakhir

Responden yang datang ke Cafe Dedaunan memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda dari SLTA sampai dengan pascasarjana. Mayoritas pendidikan akhir responden lokal adalah sarjana sebanyak 15 orang (50 persen) kemudian diikuti diploma sebanyak 7 orang (23,33 persen). Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Keragaman Responden Lokal Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

SLTA 5 16,67

Diploma 7 23,33

Sarjana 15 50,00

Pascasarjana 3 10,00

Tingkat pendidikan untuk konsumen wisman mayoritas adalah pascasarjana sebanyak 17 orang (56,67 persen), sedangkan untuk tingkat sarjana adalah sebanyak 7 orang (23,33 persen). Hal ini menandakan bahwa pengunjung Cafe Dedaunan merupakan orang-orang yang berpendidikan (terpelajar). Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Keragaman Responden Wisman Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

SLTA 5 16,67 Diploma 1 3,33 Sarjana 7 23,33 Pascasarjana 17 56.67 Total 30 100 7.1.4 Status Pernikahan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden lokal yang datang ke Cafe Dedaunan sebagian besar bestatus belum menikah, yaitu sebanyak 17 orang (56,67 persen) karena responden yang diwawancarai mayoritas belum menikah, sedangkan sisanya berstatus sudah menikah sebanyak 13 orang (43,34 persen) (Tabel 15). Hal ini berkaitan dengan karakteristik usia, pendidikan dan pekerjaan dari responden. Usia responden merupakan usia dewasa dan mayoritas pendidikannya adalah perguruan tinggi dan berdasarkan pekerjaan mayoritas sebagai pegawai swasta sehingga hal ini menunjukan bahwa responden sudah mapan dan berstatus menikah. Intensitas waktu yang banyak dihabiskan diluar rumah dan hanya memiliki waktu istirahat yang sempit, sehingga mereka memilih makan di luar rumah dengan suasana nyaman yang dapat menghilangkan kejenuhan akibat kesibukan dan lingkungan kerjanya.

Tabel 15 Keragaman Responden Lokal Berdasarkan Status Pernikahan

Status Jumlah (orang) Persentase (%)

Menikah 13 43,33

Belum Menikah 17 56,67

Total 30 100

Responden wisman yang datang ke Cafe Dedaunan sebagian besar bestatus sudah menikah, yaitu sebanyak 17 orang (56,67 persen) karena responden yang diwawancarai mayoritas sudah berkeluaga, sedangkan sisanya berstatus sudah menikah sebanyak 13 orang (43,34 persen) (Tabel 16).

Tabel 16 Keragaman Responden Wisman Berdasarkan Status Pernikahan

Status Jumlah (orang) Persentase (%)

Menikah 17 56,67

Belum Menikah 13 43,33

Total 30 100

7.1.5 Lokasi Tempat Tinggal

Pengunjung lokal yang datang ke Cafe Dedaunan banyak berasal dari Jakarta yaitu sebanyak 18 orang (60 persen) karena merupakan salah satu kota terdekat dengan Bogor, dimana lokasi Cafe Dedaunan berada. Selain itu sangat terkait dengan pekerjaan responden sebagai pegawai swasta yang memiliki tingkat mobilitas yang tinggi seperti terlihat pada Tabel 17. Pengunjung yang berasal dari Bogor sebanyak 3 orang (10 persen), biasanya datang pada saat berekreasi ke Kebun Raya Bogor sekaligus mengunjungi Cafe Dedaunan.

Tabel 17 Keragaman Responden Lokal Berdasarkan Sebaran Tempat Tinggal

Lokasi Tempat Tinggal Jumlah (orang) Persentase (%)

Jakarta 18 60,00 Bogor 3 10,00 Depok 2 6,67 Bekasi 4 13,33 Lainnya 3 10,00 Total 30 100

Pengunjung wisman yang datang ke Cafe Dedaunan banyak yang berasal dari negara Belanda yaitu sebanyak 16 orang (53,33 persen) dan diikuti dengan negara Australia sebanyak 5 orang (16,67 persen). Sedangkan dari negara lainnya seperti Republik Ceko, Cuba, Belgia, New Zealand, dan Afrika Selatan sebanyak 8 orang (26,67 persen), seperti terlihat pada Tabel 18. Hal ini disebabkan karena image Kebun Raya Bogor sebagai lembaga konservasi tumbuhan yang sudah dikenal di seluruh dunia terutama negara Belanda. Selain itu banyak juga wisatawan dari negara lain yang melakukan kunjungan ke Cafe Dedaunan dan khususnya ke Kebun Raya Bogor.

Tabel 18 Keragaman Responden Wisman Berdasarkan Negara Asal

Negara Jumlah (orang) Persentase (%)

Australia 5 16,67 Belanda 16 53,33 Inggris 1 3,33 Lainnya 8 26,67 Total 30 100 7.1.6 Jenis Pekerjaan

Dilihat dari jenis pekerjaan dapat diketahui bahwa persentase pekerjaan responden lokal yang dominan adalah sebagai pegawai swasta, yaitu sebanyak 12

orang (40 persen). Banyaknya pengunjung yang berprofesi sebagai pegawai swasta dapat disebabkan karena sebagian besar mereka bekerja di kota Jakarta yang memiliki tingkat pendapatan yang relatif tinggi. Kunjungan mereka ke Cafe Dedaunan umumnya untuk bersantai dan sebagian kecil untuk kepentingan bisnis seperti pertemuan dengan rekan bisnis ataupun merencanakan kontrak bisnis. Cafe Dedaunan juga banyak dikunjungi oleh responden dengan profesi sebagai pengusaha sebanyak 7 orang (23,33 persen), 5 orang (16,67 persen) sebagai pegawai negeri, dan untuk responden yang memiliki pekerjaan sebagai pelajar sebanyak 4 orang (13,33 persen) (Tabel 19).

Tabel 19 Keragaman Responden Lokal Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

Pelajar/Mahasiswa 4 13,33

BUMN/Pegawai Negeri 5 16,67

Pegawai Swasta 12 40,00

Wiraswasta/Pengusaha 7 23,34

Ibu Rumah Tangga 1 3,33

Lainnya 1 3,33

Total 30 100

Responden wisman yang berkunjung ke Cafe Dedaunan mayoritas memiliki profesi yang bervariasi yaitu sebagai wiraswasta sebanyak 7 orang (23,33 persen), pengusaha 7 orang (23,33 persen), pegawai negeri 7 orang (23,33 persen) dan diikuti dengan profesi sebagai pelajar 6 orang (20 persen), sedangkan sisanya tidak bekerja sebanyak 3 orang (10 persen) (Tabel 20).

Tabel 20 Keragaman Responden Wisman Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

Pelajar/Mahasiswa 6 20,00 BUMN/Pegawai Negeri 7 23,34 Pegawai Swasta 7 23,33 Wiraswasta/Pengusaha 7 23,33 Tidak bekerja 3 10,00 Total 30 100

7.1.7 Alat Transportasi yang Digunakan

Mayoritas responden lokal yang datang ke cafe Dedaunan dengan menggunakan mobil pribadi, yaitu sebanyak 19 orang (63,33 persen), umumnya mereka datang bersama keluarga atau beberapa teman ataupun rekan bisnis. Sedangkan responden yang datang dengan menggunakan angkutan umum sebanyak 9 orang (30 persen), dan sisanya menggunakan motor sebanyak 2 orang (6,67 persen). Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 21

Tabel 21 Keragaman Responden Lokal Berdasarkan Alat Transportasi yang Digunakan

Alat Transportasi Jumlah (orang) Persentase (%)

Angkutan Umum 9 30,00

Mobil Pribadi 19 63,33

Motor 2 6,67

Total 30 100

Mayoritas responden wisman yang berkunjung ke Cafe Dedaunan dengan menggunakan mobil pribadi yaitu sebanyak 11 orang (36,67 persen), umumnya mereka datang bersama relasi atau diantar oleh jasa angkutan hotel. Selain itu

menggunakan angkutan umum yaitu sebanyak 11 orang (36,67 persen), sedangkan yang menggunakan angkutan tour travel adalah sebanyak 6 orang (20persen) dan sisanya menggunakan kendaraan motor sebanyak 2 orang (6,67 persen), seperti terlihat pada Tabel 22.

Tabel 22 Keragaman Responden Wisman Berdasarkan Alat Transportasi yang Digunakan

Alat Transportasi Jumlah (orang) Persentase (%)

Angkutan Umum 11 36,67

Mobil Pribadi 11 36,67

Tour Travel 6 20,00

Lainnya (motor) 2 6,66

Total 30 100

7.1.8 Pengeluaran Rata-rata Makan di Cafe Dedaunan

Pada Tabel 23 dapat dilihat bahwa mayoritas pengeluaran rata-rata responden lokal yang makan di Cafe Dedaunan adalah Rp. 210.000,- – Rp 300.000,-, yaitu sebanyak 10 orang (33,33 persen). Hal ini disebabkan karena mereka datang bersama keluarga atau kerabatnya sehingga pengeluaran makannya lebih besar, selain itu pengeluaran makan juga tergantung pada tingkat pendapatan responden. Pada umumnya responden Cafe Dedaunan termasuk dalam kelas ekonomi menengah ke atas sehingga mempengaruhi pengeluaran konsumsi makan di Cafe Dedaunan. Responden dengan pengeluaran makan di Cafe Dedaunan Rp 110.000,- – Rp 200.000,- sebanyak 9 orang (30 persen)), sedangkan responden dengan pengeluaran makan kurang dari Rp 100.000,- sebanyak 8 orang (26,67 persen). Responden ini umumnya adalah pelajar/mahasiswa yang belum menikah yang datang bersama teman dan masing-masing melakukan pembayaran sendiri.

abel 23 Keragaman Responden Lokal Berdasarkan Pengeluaran Rata-rata Makan di Cafe Dedaunan

Pengeluaran Jumlah (orang) Persentase (%)

< Rp 100.000,- 8 26,67

Rp 110.000,- – Rp 200.000,- 9 30,00

Rp 210.000,- – Rp 300.000,- 10 33,33

> Rp 510.000,- 3 10,00

Total 30 100

Responden wisman yang bersantap di Cafe Dedaunan memiliki tingkat

Dokumen terkait