• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Produksi a. Produksi Telur a.Produksi Telur

D. Keadaan Usaha Ternak Iti k

5. Proses Produksi a. Produksi Telur a.Produksi Telur

Pemeliharaan itik disini m erupakan jenis pemeliharaan sistem kering yaitu itik berada di dalam kandang terus tanpa ada proses dim andikan. It ik memiliki 2 kandang berbeda, kandang siang dan malam unt uk istirahat. Setiap pagi itik dikeluarkan dari kandang istirahat m enuju kandang siang dimana terjadi akt ivit as makan, minum , dan berjem ur.

Kandang siang lebih terbuka agar terkena sinar matahari untuk membantu pert um buhan dan daya tahan itik. Pakan itik diberikan di kandang ini dengan campuran konsentrat, bekatul, m ineral, dan air. Makanan itik dijaga agar selalu ada sisanya karena itik akan m akan sebanyaknya jika tidak ada sisa makanan di tempat makan mereka.

42

Jika sudah menjadi kebiasaan, itik akan makan secukupnya tanpa harus kenyang karena sisa pakan masih ada.

Aktivitas itik dikandang siang selesai setelah pemberian pakan terakhir yaitu sore hari, itik dipindahkan menuju kandang malam / kandang istirahat. Kandang istirahat ini lebih teduh ruangnya dan lebih hangat karena diberi seresah jerami, disini tidak ada perlakuan terhadap itik. It ik beristirahat, serta m elakukan proses bert elur. Kebiasaan itik dalam m elakukan proses bert elur yaitu memilih di pojokan kandang, itik akan merasa hangat dan nyaman dengan tum pukan jerami yang terkum pul.

Pagi hari itik dikeluarkan dari kandang istirahat menuju kandang aktivitas, selanjutnya peternak m engum pulkan telur yang sudah ada. Kegiatan ini berlangsung seterusnya, telur itik dapat diambil setiap hari di kandang.

Peternak itik memiliki pedoman dalam m enentukan itik layak di masukkan dalam kategori itik penghasil telur, yaitu setiap 100 ekor itik mampu menghasilkan minimal t elur 60 butir/hari. Rata-rata peternak di Kabupaten Sukoharjo mem iliki 297 ekor itik dengan rat a-rata produksi telur per hari 215 butir, rat a-rat a produksi telur per bulan sebanyak 6.450 butir.

b. Produksi DOD (Day Old Duck)

Peternak unt uk menghasilkan DOD menggunakan mesin tetas, mereka memiliki rata-rata sebanyak 12 buah, kapasitas sebuah m esin tetas dapat menam pung 400 butir telur. Mesin tetas dibuat sedemikian rupa sehingga suhu panas didalam m esin hampir sama dengan kondisi jika telur dierami secara alam iah yaitu sekitar 390C.

Para peternak unt uk proses pengisian m esin tetas biasanya tidak 1 mesin saja tetapi 3 m esin sekaligus. Rata-rata m esin tetas yang dim iliki peternak sebanyak 12 buah dengan wakt u pengisian mesin tetas 7 hari sekali, karena dengan tujuan untuk ;

1. Mem enuhi kebutuhan pembeli dengan permintaan yang biasanya lebih dari 300 ekor, itupun hanya satu jenis kelamin DOD.

2. Ada tenggang waktu unt uk proses pengumpulan telur.

3. Ada tenggang waktu unt uk menyiapkan telur dan membersihkan m esin tetas.

Langkah-langkah yang dilakukan peternak untuk produksi DOD adalah sebagai berikut;

i. Menyiapkan telur yang akan ditetaskan dengan jumlah sesuai kapasitas mesin tetas serta sudah dibersihkan.

ii. Menyalakan lam pu pada mesin tetas.

iii. Mengecek tingkat derajad panas didalam mesin ±390C, jika suhu dirasa kurang panas maka nyala lampu minyak diperbesar atau nyala bolam lam pu diperbesar menggunakan dim mer, demikian sebaliknya.

iv. Jika keadaan suhu sudah stabil kira-kira satu sampai dua jam tidak berubah, m aka telur yang sudah di siapkan ditata rapi di tatakan kem udian dim asukkan, selanjutnya pint u mesin tetas ditutup rapat.

v. Setelah 1 hari, telur diseleksi untuk m engetahui telur yang berbibit dengan teropong buatan. Jika telur tidak berbibit m aka dikeluarkan dari mesin tetas.

vi. Setiap hari kontrol suhu, kelem baban, sert a kondisi telur di dalam m esin penetas.

vii. T elur di dalam m esin tet as dibalik empat kali sehari. viii. Demikian seterusnya hingga telur m enetas ± 30 hari.

ix. DOD akan m enetas bersam aan pada hari tersebut, jika ada yang terlam bat menetas m aka diikutkan mesin tetas lainnya.

T elur yang digunakan untuk mem enuhi kapasitas mesin tetas selama satu bulan rata-rata sebanyak 4.613 butir, dengan jumlah m esin tetas yang ada menghasilkan DOD rata-rata sebanyak 1.434 ekor untuk DOD jenis kelamin betina dan 1.841 ekor DOD jenis kelam in jantan.

44

c. Pemasaran

Hasil ternak itik baik telur m aupun DOD mudah dalam pem asaran, hal ini terbukti dengan selalu terjual berapapun jumlah yang dihasilkan. Telur dijual hanya untuk m encukupi kebutuhan di wilayah Kabupaten Sukoharjo, sedangkan DOD dipasarkan di wilayah Kabupaten Sukoharjo sert a luar daerah. Untuk m em udahkan proses angkut, telur diletakkan pada trey sedangkan DOD pada kardus. Sebuah trey m em uat 30 telur dan 1 buah kardus untuk tempat DOD dapat m em uat 150 DOD.

Daerah pemasaran DOD di luar wilayah Kabupaten Sukoharjo, antara lain Sragen, Ngawi, Boyolali, Sem arang, Kudus, Purworejo, Purwokerto, Brebes, Mojokert o, Malang, Jombang.

Pemasaran luar Kabupaten Sukoharjo, hasil produksi untuk DOD biasanya sudah dipesan sebelumnya sert a ongkos untuk kirim dibebankan pada pem esan, pengirim an DOD dapat dititipkan lewat jasa bus dan keret a api, ada juga pem beli yang datang langsung ke peternak.

6. Analisis Usah a a. Biaya

Biaya yang dikeluarkan pet ernak itik m eliputi biaya indukan, biaya pakan, biaya tenaga kerja, biaya bahan bakar, biaya pengemasan, biaya pembelian telur bibit untuk penetasan, dan biaya penyusutan peralatan. Biaya indukan dihitung untuk m engetahui berapa besarnya nilai uang yang harus dikeluarkan setiap peternak untuk kebutuhan pem belian induk, dihit ung dalam beban biaya per bulan yang harus ditanggung peternak. Besarnya biaya indukan per bulan dapat dihitung dengan rum us :

Biaya indukan per bulan =

Biaya indukan dari usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini.

T abel 18. Biaya Indukan Pada Usaha T ernak Itik di Kabupaten Sukoharjo Pada Bulan Mei 2009

Je nis Jumlah

(Ekor)

Harga (Rp)

Awal Afkir EkonomisUm ur

Biaya Indukan (Rp)

per per responden 100 ekor Indukan 297 40.000 27.000 12 (bln) 321.389 107.130 Sum ber : Analisis Data Primer

Dari Tabel 18 diketahui biaya indukan pada usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo sebesar Rp 321.389,00 per bulan. Untuk pengusahaan itik dengan jumlah 100 ekor diketahui biaya indukan per bulan sebesar Rp 107.130,00.

Pakan m erupakan biaya yang paling besar dalam usaha ternak itik. Pamberian pakan yang sudah terjadwal serta harga pakan m em buat biaya ini paling besar dikeluarkan peternak. T enaga kerja yang digunakan m eliputi tenaga kerja keluarga sert a tenaga kerja luar, tugas tenaga kerja dibedakan menjadi dua hal yaitu tenaga kerja pem eliharan dan tenaga kerja penetasan. T enaga kerja pemeliharaan m engurusi itik sam pai produksi telur, sedangkan tenaga kerja penetasan m engurusi telur menjelang penetasan, sam pai pasca telur menetas.

Minyak tanah dan lisrik digunakan untuk bahan bakar m esin tetas, sedangkan saat penjualan menggunakan trey unt uk telur sert a kardus untuk DOD. Peternak juga mengeluarkan biaya untuk pembelian telur bibit untuk kebutuhan mesin tetasnya. Peternak m enggunakan peralatan dalam pelaksanaan proses produksi, peralatan yang digunakan adalah mesin tetas. Besarnya biaya penyusutan peralatan dapat dihitung dengan rum us :

Penyusutan per bulan =

Pada usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo yang mengalam i penyusutan adalah mesin tetas sebagai alat untuk m enghasilkan DOD. Biaya penyusutan peralatan usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada T abel 19 berikut ini.

46

T abel 19. Biaya Penyusutan Pada Usaha Ternak Itik di Kabupaten Sukoharjo Pada Bulan Mei 2009

Je nis Ju mlah (Buah) Harga (Rp) Awal Akhir Um ur Ekonomis Biaya Penyusutan (Rp) per per responden 4 mesin tetas Mesin tetas 12 400.000 30.000 60 (bln) 71.122 23.707

Sum ber : Analisis Data Primer

Dari Tabel 19 diketahui biaya penyusutan pada usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo yaitu biaya penyusutan mesin tetas sebesar Rp 71.122,00 per bulan. Unt uk mesin tetas sebanyak 4 buah mengalam i biaya penyusutan sebesar Rp 23.707,00 per bulan.

Macam dan besarnya biaya rata-rat a yang dikeluarkan oleh peternak itik di Kabupat en Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 20. T abel 20. Biaya Rata-rata Usaha Ternak It ik di Kabupaten Sukoharjo

Pada Bulan Mei 2009

No. Macam Biaya

Jumlah Per Per responden 100 ekor Harga (Rp) Biaya (Rp) Per Per responden 100 ekor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Biaya Indukan (ekor) Biaya pakan a. Konsentrat (kg) b. Bekatul (kg) c. Mineral (kg) Biaya tenaga kerja Biaya bahan bakar a. Minyak tanah (lt) b. Listrik (satuan) Biaya pengemasan a. Trey (sak) b. Kardus (buah) Biaya telur bibit(butir) Biaya Penyusutan Mesin tetas (buah)

297 510 2.157 12 2,3 14,8 11,7 4,9 32,7 4.613 12 100 170 719 4 0,8 4,9 3,9 1,6 10,9 1537 4 1082 320.000 2.000 1.200 650.000 6.000 25.000 5.000 1.250 1.100 5927 321.389 7.653.560 3.324.800 4.314.000 14.760 1.516.667 380.167 88.500 291.667 112.596 71.667 40.929 5.074.667 71.122 107.129 2.551.187 1.108.267 1.438.000 4.920 505.556 126.722 29.500 97.222 37.532 23.889 13.643 1.691.556 23.707 Biaya Total 15.130.167 5.043.389

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa rata-rata biaya yang dikeluarkan peternak dalam m engusahakan ternak itik selam a satu bulan antara lain biaya indukan sebesar Rp 321.389,00, biaya pakan meliputi konsentrat sebesar Rp 3.324.800,00, bekatul Rp 4.314.000,00 dan m ineral sebesar Rp 14.760,00, sedangkan biaya tenaga kerja yaitu

sebesar Rp 1.516.667,00, biaya bahan bakar unt uk mesin tetas yaitu m inyak tanah sebesar Rp 88.500,00 biaya listrik Rp 291.667,00 untuk biaya pengemasan sebesar Rp 112.596,00, biaya unt uk pem belian telur bibit Rp 5.074.667,00 dan biaya penyusutan sebesar Rp 71.122,00.

Untuk pemeliharaan itik dengan jumlah 100 ekor dapat diketahui besarnya biaya rata-rata satu bulan yaitu biaya indukan Rp 107.129,00, biaya pakan meliputi konsentrat sebesar Rp 1.108.267,00 untuk bekatul sebesar Rp 1.108.267,00 dan mineral sebesar Rp 4.920,00, sedangkan biaya tenaga kerja sebesar Rp 505.556,00, biaya bahan bakar m esin tetas meliputi m inyak tanah sebesar Rp 29.500,00 dan biaya kebutuhan listrik Rp 97.222,00, sedangkan untuk biaya pengem asan Rp 37.532,00, biaya unt uk pembelian telur bibit Rp 1.691.556,00 dan biaya penyusut-an sebesar Rp 23.707,00.

Pada saat penelitian, kebutuhan pasar akan DOD tinggi sehingga m em pengaruhi perlakuan DOD yang akan dikirim . Jika permintaan tinggi peternak akan lebih menghemat biaya dalam hal ini biaya pakan untuk DOD, karena DOD yang dikirim yaitu DOD yang baru menetas atau berumur 1 hari unt uk mencukupi kebutuhan konsum en. DOD yang baru menetas atau berum ur 1 hari belum mempunyai nafsu m akan sehingga peternak tidak memberikan pakan pada DOD umur tersebut. b. Penerimaan

Penerimaan yang diperoleh peternak itik merupakan penerim aan yang berasal dari penjualan telur itik dan DOD yang dihasilkan. Besarnya produksi dan penerimaan yang diterima oleh peternak itik dapat dilihat pada T abel 21 berikut ini.

48

Tabel 21. Hasil Produksi dan Penerimaan Usaha T ernak Itik di Kabupaten Sukoharjo No. H asil Produksi Rata-rata Jumlah Per Per responden 100 itik H arga (Rp) Penerimaan (Rp) Per Per responden 100 itik 1. 2. Telur (butir) DOD (ekor) : a. DOD betina b. DOD jantan 6.450 1.434 1.841 2.150 478 613 1.100 4.500 2.000 7.095.000 6.453.000 3.682.000 2.365.000 2.151.000 1.227.333 Total Penerimaan 17.230.000 5.743.333

Sum ber: Analisis Data Primer

Dari Tabel 21 di atas dapat diketahui rata-rata hasil produksi selama satu bulan unt uk berupa telur sebanyak 6.450 butir. DOD meliputi DOD betina sebanyak 1.434 ekor dan DOD jantan sebanyak 1.841 ekor. Harga jual rat a-rata untuk telur Rp 1.100,00/butir, sedang-kan unt uk DOD betina Rp 4.500,00/ekor dan DOD jant an Rp 2.000,00 /ekor. Dari rata-rat a produksi yang terjual dan harga rata-rata m aka dapat dihasilkan penerim aan, besarnya rat a-rata penerimaan yang diperoleh dari usaha ternak itik selam a satu bulan adalah sebesar Rp 17.230.000,00 per responden.

Untuk pemeliharaan itik dengan jumlah 100 ekor dan 4 m esin tetas diketahui rata-rata hasil produksi selam a satu bulan untuk berupa telur sebanyak 2.150 butir. DOD m eliputi DOD betina sebanyak 478 ekor, dan DOD jant an sebanyak 613 ekor. T otal penerimaan dari usaha ternak itik yang m em elihara itik dengan jumlah 100 ekor dan m esin tetas 4 buah adalah sebesar Rp 5.743.333,00 per bulan.

Harga DOD betina lebih m ahal karena betina akan dapat digunakan dalam peternakan selanjutnya untuk m enghasilkan telur pada masa produksi sert a dapat diam bil dagingnya untuk itik potong jika sudah lewat m asa produksi, sedangkan itik jantan seberapa besarnya akan tetap hanya untuk diambil dagingnya/ itik potong.

Pada saat dilakukan penelitian tidak ada penerimaan dari penjual-an itik afkir karena peternak tidak menjual itiknya jika dirasa m asih

produktif, dan juga saat dilakukan penelitian harga telur dan DOD masih stabil pada level yang tinggi sehingga lebih baik mempertahan-kan produksi itik untuk m endapatmempertahan-kan penerimaan daripada menjual itik afkir. Limbah yang dihasilkan dapat juga m enambah keunt ungan yaitu berupa kotoran ternak, akan tetapi saat dilakukan penelitian tidak ada peternak yang membersihkan kotoran di kandang. Hasil dari kot oran ternak dapat dinikmat i saat itik di afkir oleh pet ernak, kot oran di kandang dibersihkan saat tidak ada ternak, dikum pulkan di jual per sak sebagai cam puran pupuk tanam an.

c. Keuntungan

Keunt ungan yang diterim a oleh peternak m erupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Besarnya keunt ungan rata-rat a yang diterima peternak itik dapat dilihat pada T abel 22 di bawah ini.

T abel 22. Keunt ungan Rata-Rata Peternak Itik Selam a Bulan Mei 2009

No Urai an Rata-rata Pe r

Responden (Rp) Per 100 Ekor

1 Penerim aan 17.230.000 5.743.333 2 Biaya T otal 15.130.167 5.043.389

Keuntungan 2.099.833 699.944

Sum ber: Analisis Data Primer

T abel 22 menunjukkan bahwa penerim aan rata-rat a per peternak itik adalah sebesar Rp 17.230.000,00 dengan biaya total yang dikeluarkan rat a-rata sebesar Rp 15.130.167,00 sehingga rata-rata keunt ungan yang diperoleh setiap peternak itik di Kabupaten Sukoharjo adalah sebesar Rp 2.099.833,00. Dengan demikian, keunt ungan rata-rata yang diperoleh setiap peternak itik selama satu bulan adalah sebesar Rp 2.099.833,00.

Untuk pengusahaan ternak itik dengan jum lah itik sebanyak 100 ekor dan 4 mesin tetas, penerim aan rata-rat a per peternak itik adalah sebesar Rp 5.743.333,00 dengan biaya total yang dikeluarkan rata-rata

50

sebesar Rp 5.043.389,00 sehingga rat a-rat a keunt ungan yang diperoleh peternak itik selama satu bulan adalah sebesar Rp 699.944,00.

d. Profitabilitas usaha

Berdasarkan keuntungan yang diperoleh, maka dapat diketahui profitabilitas atau tingkat keuntungan dari usaha ternak itik. Profitabilitas merupakan hasil bagi ant ara keuntungan usaha dengan biaya total yang dinyat akan dalam persen. Untuk m engetahui besarnya profitabilitas dari usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 23 dibawah ini.

Tabel 23. Profitabilitas Usaha Ternak Itik di Kabupaten Sukoharjo Bulan Mei 2009

No Urai an Rata-rata Per

Responden (Rp) Per 100 Ekor

1 Keuntungan 2.099.833 699.944

2 Biaya Tot al 15.130.167 5.043.389

Profitabilitas 13,87% 7,2%

Sumber : Analisis Data Prim er

T abel 23 menunjukkan bahwa profitabilitas atau tingkat keuntungan dari usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo pada bulan Mei 2009 adalah sebesar 13,87%. Hal ini berart i setiap m odal sebesar Rp 100,00 yang diinvestasikan akan diperoleh keuntungan Rp 13,87. Usaha ini term asuk dalam kriteria mengunt ungkan, karena m em iliki nilai profitabilitas lebih dari nol. Profitabilitas ini m erupakan hasil bagi antara keunt ungan usaha dengan biaya tot al.

Untuk pengusahaan dengan jum lah itik 100 ekor dan 4 m esin tetas m enunjukkan profitabilitas sebesar 7,2% hal ini berart i untuk setiap Rp 100,00 yang diinvestasikan akan m em peroleh keuntungan Rp 7,20.

e. Efi siensi usaha te rnak i tik

Efisiensi usaha ternak itik merupakan perbandingan antara total penerim aan rat a-rata yang diterima oleh peternak dengan rata-rata biaya total yang dikeluarkan dalam mengusahakan ternak. Besar

efisiensi usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 24 di bawah ini.

Tabel 24. Efisiensi Usaha Ternak Itik di Kabupaten Sukoharjo

No Uraian Rata-rata Per

Responden (Rp) Pe r 100 Ekor

1 Penerim aan 17.230.000 5.743.333

2 Biaya T otal 15.130.167 5.043.389

Efisiensi Usaha 1,14 1,13

Sum ber : Analisis Data Primer

T abel 24 m enunjukkan bahwa efisiensi usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo pada bulan Mei 2009 sebesar 1,14 berart i bahwa usaha ternak itik yang telah dijalankan sudah efisien, ditunjukkan dengan nilai R/C rasio lebih dari satu. Hal ini sesuai dengan pendugaan yang dilakukan pada saat awal penelitian, yaitu usaha ternak itik yang dijalankan di Kabupaten Sukoharjo sudah efisien.

Nilai R/C rasio ini m enunjukkan keunt ungan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk m em produksi. Nilai R/C rasio 1,14 berart i bahwa usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo sudah efisien. Unt uk pem eliharaan itik dengan jumlah 100 ekor dan 4 mesin tetas nilai R/C rasio sebesar 1,13 berart i usaha ternak dengan jum lah itik 100 dan 4 mesin tetas sudah efisien.

f. Risiko usaha tern ak iti k

Hubungan ant ara risiko dan keuntungan dapat diukur dengan koefisien variasi (CV) dan batas bawah keunt ungan (L). Koefisien variasi merupakan perbandingan ant ara risiko yang harus ditanggung dengan jum lah keunt ungan yang akan diperoleh sebagai hasil dan sejumlah modal yang ditanamkan dalam proses produksi. Sem akin besar nilai koefisien variasi menunjukkan bahwa risiko yang harus ditanggung semakin besar dibanding dengan keuntungannya. Sedangkan batas bawah keuntungan (L) m enunjukkan nilai nominal keuntungan terendah yang mungkin diterima oleh responden (Hernanto, 1993).

52

Untuk m engetahui besarnya risiko usaha yang harus ditanggung oleh setiap pet ernak itik di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 25 berikut ini.

Tabel 25. Simpangan baku, koefisien variasi, dan batas bawah keuntungan usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo

No. Uraian

Rata-rata per

Responden (Rp) Per 100 ekor

1. 2. 3. 4.

Keuntungan Sim pangan baku Koefisien variasi

Batas bawah keunt ungan

2.099.833,00 509.453,00 0,24 1.080.928,00 699.944,00 169.817,00 0,24 360.310,00 Sum ber : Analisis Data Primer

T abel 25 m enunjukkan bahwa keuntungan rata-rat a peternak itik di Kabupaten Sukoharjo untuk satu bulan masa produksi sebesar Rp 2.099.833,00. Besarnya sim pangan baku keunt ungan Rp 509.453,00 dengan nilai koefisien variasi 0,24 dan nilai batas bawah keuntungan Rp 1.080.928,00. Dari besarnya nilai koefisien variasi dan nilai batas bawah keuntungan, koefisien variasi kurang dari 0,5 dan nilai batas bawah keuntungan lebih dari 0 dapat dikatakan bahwa para peternak itik akan selalu untung atau terhindar dari mengalam i kerugian, atau dengan kata lain usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo terhindar dari m engalam i risiko. Hal ini bert ent angan dengan pendugaan awal bahwa usaha ternak itik di Kabupat en Sukoharjo memiliki risiko.

Pengusahaan ternak itik dengan jumlah 100 ekor dan 4 m esin tetas, Besarnya simpangan baku keunt ungan Rp 169.817,00 dengan nilai koefisien variasi 0,24 dan nilai batas bawah keuntungan sebesar Rp 360.310,00. Dari besarnya nilai koefisien variasi dan nilai batas bawah keuntungan, m aka berart i usaha ini akan selalu terhindar dari risiko kerugian.

B. Pembahasan

Biaya yang dikeluarkan oleh peternak meliputi biaya indukan, biaya pakan antara lain berupa konsent rat, bekatul, dan mineral. Biaya bahan bakar untuk mesin tetas yaitu minyak tanah dan listrik. Biaya tenaga kerja untuk

proses produksi, biaya untuk pembelian telur bibit bagi peternak yang tidak dapat mem enuhi kapasitas m esin tetas hanya dari telur produksi ternaknya, biaya untuk pengemasan m eliputi biaya trey dan biaya kardus, dan biaya penyusutan yaitu penyusutan mesin tetas.

Biaya indukan per bulan dengan jum lah induk 297 ekor yaitu sebesar Rp 321.389,00. Proses pengangkutan untuk hasil berupa telur m enggunakan trey, 1 trey m em uat 30 telur, untuk hasil berupa DOD m enggunakan kardus yang dibeli bekas pengem asan bibit ayam (DOC), 1 kardus dapat m em uat 150 DOD. Biaya untuk pakan m erupakan biaya terbesar dalam usaha ternak itik karena kebutuhan utama dari itik adalah pakan/nutrisi untuk tubuh. Harga konsent rat per sak/50kg yaitu Rp 320.000,00, unt uk bekatul m enggunakan harga per Kg yaitu Rp 2.000,00/kg sedangkan harga untuk m ineral yaitu sebesar Rp 1.200,00/kg.

Biaya tenaga kerja merupakan biaya terbesar kedua setelah biaya yang dikeluarkan unt uk kebutuhan pakan ternak, dim ana dalam penelitian ini menggunakan konsep biaya m engusahakan dalam hal ini tenaga kerja keluarga juga diperhitungkan. Upah yang diterima tenaga kerja keluarga besarnya sama dengan tenaga kerja luar yang dipekerjakan yaitu sebesar Rp 650.000,00 /bulan. Rata–rata tenaga kerja keluarga 2 orang hal ini lebih besar daripada rata-rata tenaga kerja luar yaitu 1 orang.

T enaga kerja dalam usaha ternak itik dibedakan menjadi dua tugas yaitu tenaga pem eliharaan dan tenaga kerja penet asan. T enaga kerja pemeliharaan bert ugas m engurusi semua hal berkaitan dengan itik serta produksi telurnya, antara lain tugasnya m em beri pakan setiap hari, m enjaga kebersihan kandang, mengam bil telur yang ada dalam kandang. Tenaga kerja penetasan m engurusi sem ua yang berkaitan dengan m esin tetas menjelang penet asan sampai pasca penetasan antara lain tugasnya m engurusi telur saat akan dilakukan penetasan, menjaga suhu panas dan kelembaban didalam mesin, membalik telur 4 kali sehari, menjaga kebersihan m esin tetas sampai m engurusi saat penet asan.

Biaya telur bibit juga term asuk dalam pembiayaan peternak itik, peternak dianggap melakukan pembelian telur untuk kebutuhan m esin

tetas-54

nya. Kapasitas satu buah mesin tetas m enampung 400 butir telur, peternak membeli telur dengan harga per butir Rp 1.100,00.

Bahan bakar m esin tetas m enggunakaan minyak tanah dan listrik. Penggunaan listrik lebih mudah dalam proses m engont rol panas/suhu ruang di dalam mesin tetas. Menggunakan minyak tanah, panas yang didapat dari lam pu minyak (teplok) akan lebih sulit dikontrol karena nyala api tidak stabil. Menggunakan lam pu listrik (bolam) mudah dalam mengont rol suhu panasnya,

Dokumen terkait