• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

i Skri psi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat sarjana pertanian

di Fakultas Pe rtanian

Universi tas Sebelas Maret Surak arta

Jurusan / Program Studi Sosial Ekonomi Pertani an / Agrobisni s

O leh : Agung Ary W ibowo

H 0304047

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERS ITAS SEBELAS MARET

(2)

ii

ANALISIS USAHA TERNAK ITIK

DI KABUPATEN SUKOHARJO

Yang dipersiapkan dan disusun oleh : Agung Ary W ibowo

H 0304047

Telah dipert ahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 30 Desem ber 2009

Dan dinyatakan telah m em enuhi syarat

Susunan Dewan Pe nguji

Surakart a, Januari 2010 Mengetahui, Universitas Sebelas Maret,

Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. Sun toro, MS. NIP. 19551217 198203 1 003 Ketua

Wiwit Rahayu , SP. MP. NIP. 19711109 199703 2 004

Anggota I

Umi Barokah, S P. MP. NIP. 19730129 200604 2 001

Anggota II

(3)

iii

menyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS USAH A TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKO HARJO .

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk m em peroleh derajat Sarjana S1 Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakart a.

Dalam kesempatan ini penyusun ingin m engucapkan terim a kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak m em bant u dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, antara lain :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Catur Tunggal B.J.P, MS. Selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonom i Pert anian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakart a, sekaligus Pem bim bing Akademik yang sabar mem berikan pengarahan.

3. Ibu Wiwit Rahayu, SP. MP. Selaku Pembimbing Utama yang dengan sabar memberikan pengarahan, bimbingan dan dorongan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan penelitian yaitu dari awal hingga akhir. 4. Ibu Um i Barokah, SP. MP. Selaku Pembimbing Pendam ping yang telah m

em-berikan bantuan, bim bingan sert a pengarahan bagi penulis dalam penyusunan sam pai menyelesaikan laporan penelitian ini.

5. Ibu Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS. Yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.

(4)

iv

7. Jajaran pemerintah Kabupaten Sukoharjo serta Kecam atan Gatak yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis guna menyesaikan penelitian. 8. Ibu, bapak, budhe, kakak, adhek, yang selalu setia m em berikanku motivasi

dan dorongan sert a dengan ikhlas mendoakan di setiap langkah penyusun. 9. Tem an-teman Agrobisnis 2004, yang telah m enjadikanku bagian dari kalian

sert a telah mem beriku inspirasi dalam m enyusun laporan penelitian ini.

10. Tem an-teman Agrobisnis 2005, yang telah menem ani sert a m embantuku pada akhir m asa perkuliahanku.

11. Tem an-teman HIMASET A angkatan 2003/2004, aku pernah kerja bareng dengan kalian dan terima kasih telah memperkenalkan tentang organisasi. 12. Tem an-teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi, yang telah

memberikan dorongan sert a motivasi kepada penulis. Ayo lanjutkan perjungan kita yang tinggal selangkah lagi!

13. Sem ua pihak yang telah mem bantu penulis dari awal hingga akhir penyusunan laporan sehingga penulis mam pu menyelesaikan laporan penelitian ini.

Penulis sangat menyadari m asih banyak kekurangan dalam pembuatan laporan penelitian ini baik dari segi penyajian m aupun pem bahasannya. Untuk itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang mem bangun dalam memperbaiki pembuatan laporan penelitian selanjutnya.

Akhirnya penulis berharap sem oga laporan penelitian ini dapat mem berikan manfaat sekaligus menam bah pengetahuan bagi penyusun sendiri pada khususnya dan pem baca pada um umnya. Am in.

Surakart a, Desember 2009

(5)

v

H ALAMAN PENGESAHAN ………. ii

KATA PENG ANTAR ………..…... iii

DAFTAR ISI………..………... v

DAFTAR TABEL……….………….………... vii

DAFTAR G AMBAR……….………….……….. ix

DAFTAR LAMPIRAN……….………….………... x

RING KASAN……….………... xi

SUMMARY……….……….………. xii

I. PENDAHULUAN………..………. A. Latar Belakang………. ………... 1

B. Perumusan Masalah ……….……….. 2

C. Tujuan Penelitian ………...……… 3

D. Kegunaan Penelitian ………. ………. 3

II. LANDASAN TEO RI ……….………... A. Penelitian T erdahulu... 4

B. Tinjauan Pustaka ………... …... ………... 5

C. Kerangka T eoritis Pendekat an Masalah... 12

D. Hipotesis... 15

E. Asumsi... 15

F. Pem batasan Masalah... 15

G. Definisi Operasional Variabel... 15

III. METO DE PENELITIAN……….. A. Metode Dasar Penelitian………. 17

B. Metode Pengam bilan Lokasi Penelitian……….. 17

C. Jenis dan Sumber Data……….... 19

D. Teknik Pengum pulan Data……….. 20

(6)

vi

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN………...

A. Keadaan Geografis….. ……… 25

B. Keadaan Penduduk……….. 26

C. Keadaan Sarana Perekonomian………... 30

D. Keadaan Usaha ternak itik.………. 32

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAH ASAN………..…. A. Hasil Penelitian 35 1. Kondisi Usaha Ternak Itik………. 2. Karakteristik Responden…... 35 36 3. Sum ber Modal Usaha………... 39

4. Sarana Produksi...………... 39

5. Proses Produksi...………... 6. Analisis Usaha... 41 44 B. Pembahasan...……….. 52

C. Permasalahan Usaha T ernak It ik... D. Solusi... 55 56 VII. KESIMPULAN DAN SARAN... A. Kesimpulan……… 58

B. Saran………... 59

DAFTAR PUSTAKA ………..…… 60

(7)

vii

di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007...

25

Tabel 5. Keadaan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Menurut Um ur dan Jenis Kelamin Tahun 2007...

27

Tabel 6. Keadaan Penduduk Kecamatan Gatak Kabupat en Sukoharjo Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2007.

28

Tabel 7. Komposisi Penduduk Menurut Lapangan Usaha di Kabupat en Sukoharjo Tahun 2007...

29 Tabel 8. Keadaan Penduduk Kecamatan Gatak Kabupat en

Sukoharjo Berdasarkan Mata Pencaharian T ahun 2007…..

30

Tabel 9. Sarana Perekonomian di Kabupaten Sukoharjo tahun 2007...

31 Tabel 10. Sarana Perekonomian di Kecam atan Gatak Tahun

2007...

31 Tabel 11. Jenis-jenis Komoditi Peternakan di Kabupat en Sukoharjo

(8)

viii

Tabel 19. Biaya Penyusutan Pada Usaha T ernak Itik di Kabupat en Sukoharjo Pada Bulan Mei 2009...

46

Tabel 20. Biaya Rata-rata Usaha T ernak It ik Pada Bulan Mei 2009 per 297 Ekor It ik dan 12 Mesin T etas...

46

Tabel 21. Hasil Produksi dan Penerim aan Usaha T ernak Itik di Kabupat en Sukoharjo...

48

Tabel 22. Keuntungan Rata-Rata Peternak It ik Selam a Bulan Mei 2009...

49

Tabel 23. Profitabilitas Usaha T ernak Itik di Kabupat en Sukoharjo Bulan Mei 2009...

50

Tabel 24. Efisiensi Usaha T ernak Itik di Kabupaten Sukoharjo... 51 Tabel 25. Sim pangan baku, Koefisien variasi, dan Batas bawah

keuntungan usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo...

(9)
(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nom or Judul H alaman

Lampiran 1. Kerangka Sampel... 62

Lampiran 2. Karakteristik Responden Usaha T ernak It ik di Kabupaten Sukoharjo... 63 Lampiran 3. Rata-Rata Biaya Pakan... 64

Lampiran 4. Input T elur Tetas ... 65

Lampiran 5. Biaya Penyusutan... 66

Lampiran 6. Input T otal... 67

Lampiran 7. Rata-Rata Hasil Produksi... 68 Lampiran 8. Rata-Rata Keuntungan dan Efisiensi Usaha T ernak

It ik...

(11)

xi RINGKASAN

Penelitian ini bert ujuan untuk mengetahui besarnya biaya, penerim aan, keuntungan serta besarnya tingkat efisiensi usaha dan besarnya risiko usaha dari ternak itik di Kabupaten Sukoharjo. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sukoharjo. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Analisis data yang digunakan yaitu dengan analisis usaha, biaya, penerim aan, keunt ungan serta analisis efisiensi usaha dan analisis risiko usaha.

Dari hasil penelitian diperoleh besarnya biaya tot al rata-rata dari usaha ternak itik di Kabupat en Sukoharjo yaitu sebesar Rp 15.130.167,00 per bulan, dengan penerimaan rata-rata sebesar Rp 17.230.000,00 per bulan sehingga keuntungan rata-rat a yang diperoleh peternak itik adalah sebesar Rp 2.099.833,00 per bulan. Usaha ini m empunyai nilai efisiensi lebih dari satu (efisien) yaitu sebesar 1,14. Nilai koefisien variasi (CV) dari usaha ternak itik sebesar 0,24 dan nilai batas bawah keunt ungan (L) sebesar Rp 1.078.735. Dari besarnya nilai koefisien variasi dan nilai batas bawah keuntungan dapat dikatakan bahwa para peternak itik akan selalu unt ung atau terhindar dari m engalami kerugian. Untuk pengusahaan ternak itik dengan jumlah itik 100 ekor dan 4 mesin tetas biaya total rata-rata sebesar Rp 5.043.389,00 per bulan. Diperoleh penerimaan rata-rata sebesar Rp 5.743.333,00 per bulan sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh sebesar Rp 699.944,00. T ingkat profitabilitas 7,2% berarti usaha itik m engunt ung-kan, nilai efisiensi 1,13 berart i usaha ini telah efisien, nilai koefisien variasi (CV) sebesar 0,24 dan nilai batas bawah keunt ungan (L) sebesar Rp 360.310,00 berart i usaha ini akan terhindar dari risiko kerugian.

(12)

xii

ANALYSIS O F DUC K LIVESTO C K IN SUKO H ARJO REGENCY

Agung Ary W ibowo H 0304047

SUMMARY

This research aimed to analyze how much cost, revenue, profit, efficiency level, and the risk of the duck livestock in Sukoharjo regency. The basic method for this research is descriptive. T he research took place in Sukoharjo regency. The data used are primary and secondary data. The data analyses are cost analysis, revenue analysis, profit analysis, efficiency analysis, and the risk of the business.

The result of this research indicates that the monthly cost of duck livestock in Sukoharjo regency is Rp 15.130.167,00, with the revenue Rp 17.230.000, 00, with the result that the profit is Rp 2.099.833,00 per m ont h. T he efficiency value is m ore than one (efficient ) that is 1,14. The the Coefficient Variation (CV) of the duck breeding business in Sukoharjo Regency is 0,24, with L is Rp 1.078.735. From the value of CV and L, it can be concluded that the duck breeders will always gain profit and never suffer a financial loss. For the duck breeders with 100 tail of ducks and 4 breeding machines the overall cost is Rp 5.043.389,00 per month. The revenue is Rp 5.743.333,00, so that the profit is Rp 699.944,00. The provit level is 7,2% so it can be concluded that the duck livestock causes a benefit, the efficiency value is 1,13, means that this business is efficient, the CV is 0,24 and the L is Rp 360.310,00, so it can be concluded that this business is far from disadvantage risk.

(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan serta besarnya tingkat efisiensi usaha dan besarnya risiko usaha dari ternak itik di Kabupaten Sukoharjo. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sukoharjo. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Analisis data yang digunakan yaitu dengan analisis usaha, biaya, penerimaan, keuntungan serta analisis efisiensi usaha dan analisis risiko usaha.

Dari hasil penelitian diperoleh besarnya biaya total rata-rata dari usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo yaitu sebesar Rp 15.130.167,00 per bulan, dengan penerimaan rata-rata sebesar Rp 17.230.000,00 per bulan sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh peternak itik adalah sebesar Rp 2.099.833,00 per bulan. Usaha ini mempunyai nilai efisiensi lebih dari satu (efisien) yaitu sebesar 1,14. Nilai koefisien variasi (CV) dari usaha ternak itik sebesar 0,24 dan nilai batas bawah keuntungan (L) sebesar Rp 1.078.735. Dari besarnya nilai koefisien variasi dan nilai batas bawah keuntungan dapat dikatakan bahwa para peternak itik akan selalu untung atau terhindar dari mengalami kerugian.

Untuk pengusahaan ternak itik dengan jumlah itik 100 ekor dan 4 mesin tetas biaya total rata-rata sebesar Rp 5.043.389,00 per bulan. Diperoleh penerimaan rata sebesar Rp 5.743.333,00 per bulan sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh sebesar Rp 699.944,00. Tingkat profitabilitas 7,2% berarti usaha itik menguntungkan, nilai efisiensi 1,13 berarti usaha ini telah efisien, nilai koefisien variasi (CV) sebesar 0,24 dan nilai batas bawah keuntungan (L) sebesar Rp 360.310,00 berarti usaha ini akan terhindar dari risiko kerugian.

Kata kunci : Ternak Itik, Keuntungan, Efisiensi, Risiko. Ketera ngan :

1. Ma hasiswa Jur usa n/Progr am Studi Sosial Ekonom i P ertania n/Agrobisnis Fakultas P ertania n Universitas Sebelas Mare t Sur akarta denga n NIM H 0304047

(14)

ANALYSIS OF DUCK LIVESTOC K IN SUKOHARJO REGENCY

Agung Ary Wibowo1 ) Wiwit Rahayu, SP. MP.2 )

Umi Barokah, SP. MP.3 )

ABSTRAC T

This research aimed to analyze how much cost, revenue, profit, efficiency level, and the risk of the duck livestock in Sukoharjo regency. The basic method for this research is descriptive. The research took place in Sukoharjo regency. The data used are primary and secondary data. The data analyses are cost analysis, revenue analysis, profit analysis, efficiency analysis, and the risk of the business.

The result of this research indicates that the monthly cost of duck livestock in Sukoharjo regency is Rp 15.130.167,00, with the revenue Rp 17.230.000, 00, with the result that the profit is Rp 2.099.833,00 per month. The efficiency value is more than one (efficient) that is 1,14. The the Coefficient Variation (CV) of the duck breeding business in Sukoharjo Regency is 0,24, with L is Rp 1.078.735. From the value of CV and L, it can be concluded that the duck breeders will always gain profit and never suffer a financial loss.

For the duck breeders with 100 tail of ducks and 4 breeding machines the overall cost is Rp 5.043.389,00 per month. The revenue is Rp 5.743.333,00, so that the profit is Rp 699.944,00. The profit level is 7,2% so it can be concluded that the duck livestock causes a benefit, the efficiency value is 1,13, means that this business is efficient, the CV is 0,24 and the L is Rp 360.310,00, so it can be concluded that this business is far from disadvantage risk.

Key Words : Duck livestock, P rofit, Efficiency level, Risk. P ersonal ide ntific ation :

1. Student of Soc ial Ec onom ic Agr iculture P rogram/ Agr obisnis, A griculture Fa culty of Sebelas Maret University Surakarta , SRN (Student Registration Num ber) H0304047

(15)

perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Pemerint ah melalui departemen pertanian sebagai penanggungjawab dan simpul koordinasi dalam pem bangunan pert anian telah m enetapkan strat egi untuk berpartisipasi m eng-gerakkan perekonom ian nasional. Salah satunya adalah pembangunan subsistem usahatani yaitu pembangunan dalam kegiatan yang m enggunakan barang-barang modal dan sumberdaya alam untuk m enghasilkan komoditas pert anian prim er. Termasuk dalam hal ini adalah usaha tanam an pangan dan peternakan (Saragih, 2003).

Kom oditas ternak khususnya unggas mempunyai prospek pasar yang sangat baik karena didukung oleh karakteristik produk unggas yang dapat diterim a oleh masyarakat Indonesia, harga relatif murah dengan akses yang mudah diperoleh. Komoditas ini m erupakan pendorong utama penyediaan protein hewani nasional, serta m erupakan kontributor terbanyak dalam penyediaan daging nasional sekitar 65,46 % dari total produksi daging (T PD) (BPS, 2006).

T ernak itik merupakan komoditi ternak unggas yang potensial sebagai penghasil telur dan daging. Sum bangan ternak itik terhadap produksi telur nasional cukup signifikan, yakni sebagai penyumbang kedua terbesar setelah ayam ras, dengan produksi telur itik dalam negeri sekit ar 245 ribu ton/tahun. Disamping ukuran telurnya yang lebih besar dari telur ayam, ternak itik mudah pemeliharaannya, m udah beradaptasi dengan kondisi setempat sert a merupakan bagian dari kehidupan m asyarakat tani pedesaan (Rusfidra, 2006).

Perkembangan populasi itik di Indonesia pada tahun 2007 diperkirakan mengalami kenaikan sebesar 4,9 %. Produksi telur meningkat rata-rat a 7,7% per tahun (Ditjen Peternakan, 2007). Perkembangan ternak itik berjalan perlahan namun dapat dikatakan mempunyai prospek yang cerah dim asa yang akan datang. Indonesia belum m enggarap pasar ekspor m engingat selam a ini

(16)

2

pem asaran telur itik di dalam negeri m asih mampu m enyerap produksi yang dihasilkan oleh peternak.

Pada um um nya populasi itik dalam jum lah besar banyak terdapat di Pulau Jawa dan sekaligus merupakan pusat pem asaran telur itik yang sangat menguntungkan bagi petani peternak yang memeliharanya. Oleh karena itu daerahdaerah dataran rendah dan dekat dengan sum ber air banyak m em -punyai peternak-peternak itik, salah satunya Kabupaten Sukoharjo. Perkem bangan populasi itik selam a lim a tahun terakhir di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada tabel 1,

Tabel 1. Populasi It ik di Kabupaten Sukoharjo Pada Tahun 2004-2008

Tah un Populasi (e kor)

2004 2005 2006 2007 2008

85.432 85.974 98.589 99.485 128.047 Sum ber : BPS Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

Data populasi itik di Kabupaten Sukoharjo dari tahun 2004-2008 menunjukkan perkem bangan. Kenyataan inilah yang m endorong peneliti unt uk mengetahui lebih lanjut mengenai usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo.

B. Perum usan Masalah

(17)

Adanya kendala diatas m enyebabkan para peternak itik menghadapi risiko dalam menjalankan usahanya. Berkaitan dengan uraian diatas m aka dalam penelitian ini m engangkat beberapa permasalahan ant ara lain :

1. Berapa besarnya biaya, penerim aan, keunt ungan, dan profitabilitas dari usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo?

2. Berapa besarnya tingkat efisiensi usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo?

3. Berapa besarnya risiko usaha dari ternak itik di Kabupaten Sukoharjo? C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, dan profitabilitas dari usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo.

2. Mengetahui besarnya tingkat efisiensi usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo.

3. Mengetahui besarnya risiko usaha dari t ernak itik di Kabupat en Sukoharjo. D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti menambah wawasan dan pengetahuan tentang usaha ternak itik, serta merupakan salah satu syarat untuk m enyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pelaku usaha, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pem ikiran dalam peningkatan usaha unt uk mencapai keuntungan yang maksimal.

3. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pem ikiran dan bahan pert imbangan dalam penyusunan kebijakan terutama dalam pengembangan usaha ternak itik.

(18)

II. LANDASAN TEO RI

A. Penelitian Terdah ulu

Hasil penelitian Sri (2003) tentang Analisis Usaha Peternak Ayam Ras Petelur di Kecam atan Karanganom Kabupaten Klaten, m enunjukkan bahwa usaha peternakan ayam ras petelur di Kecam atan Karanganom Kabupaten Klaten memiliki jum lah rata-rat a ayam yang dipelihara 1.513 ekor dengan mengeluarkan biaya total sebesar Rp 80.901.925 selam a proses produksi dua tahun sedangkan penerim aannya sebesar Rp 94.296.389,00 dengan demikian keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 13.394.463,00. Usaha peternakan ayam ras di Kecam atan Karanganom Kabupaten Klaten sudah dilakukan secara efisien dengan nilai R/C rasio sebesar 1,2.

Hasil penelitian Andriyani (2004) m engenai Analisis Usaha Ternak Puyuh di Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar, menunjukkan bahwa hasil yang dapat diam bil dari usaha ternak puyuh adalah telur, puyuh afkir, dan kot oran puyuh. Biaya dalam usaha ternak puyuh selam a periode produksi per 1000 ekor puyuh sebesar Rp 7.556.200,00 dengan keunt ungan yang diperoleh sebesar Rp 15.992.400,00. Usaha ternak puyuh di Kecam atan Colomadu Kabupat en Karanganyar telah efisien dengan nilai R/C rasio sebesar 3,12. Sedangkan nilai B/C rasio sebesar 2,12 maka usaha ternak puyuh mengunt ungkan untuk diusahakan karena akan memberikan manfaat kepada peternak dengan mem berikan keunt ungan yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

Berdasarkan kedua hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa baik usaha ternak puyuh m aupun usaha ternak ayam ras petelur dapat menghasilkan keuntungan. Besarnya keunt ungan tersebut dipengaruhi oleh besarnya penerim aan dan besarnya biaya yang dikeluarkan. Selain itu besarnya penerimaan dan besarnya biaya yang dikeluarkan akan m enunjukkan tingkat efisiensi dari pengelolaan usaha tersebut.

(19)

B. Tinjauan Pustaka 1. Itik (Anas domesticus)

It ik dikenal juga dengan istilah Bebek (bahasa Jawa). Nenek moyangnya berasal dari Amerika Utara m erupakan itik liar (Anas moscha) atau Wild m allard. Terus menerus dijinakkan oleh manusia hingga jadilah itik yang diperlihara sekarang yang disebut Anas dom esticus (itik ternak).

Unggas air terdiri dari berbagai macam nya, m ulai dari unggas air liar hingga unggas air yang sudah diternakkan. Dari serangkaian unggas air itu terdapat unggas yang mempunyai arti pent ing bagi kehidupan manusia, karena mam pu memenuhi salah satu hasrat hidup manusia. Jajaran unggas air ini adalah unggas air kecil berbadan ram ping dan lincah yang dikenal dengan “itik”, serta unggas air yang lebih gem uk dan bergerak lamban yang kem udian diberi nama “bebek”. Sayang sekali banyak anggota masyarakat yang tidak membedakan “itik” dengan “bebek”. Kata “bebek” berasal dari bahasa daerah dan di banyak pedesaan Indonesia sam a saja ant ara itik dengan bebek dengan satu sebutan “bebek”(Rasyaf, 1993).

2. Usaha Ternak Itik

T ernak itik adalah salah satu usaha budidaya salah satu jenis unggas air yang dapat mengimbangi laju pertum buhan kebutuhan protein hewani, karena itik mem iliki keunggulan di ant ara unggas lokal lainnya yaitu ;

a. Produksi telurnya tinggi (200-250 butir pertahun).

b. Itik m ulai bertelur ketika berumur 6 bulan dengan masa produksi selama 11 bulan terus m enerus setiap tahunnya, hanya mem erlukan wakt u istirahat berproduksi pada masa rontok bulu.

c. Tidak m engerami telurnya sehingga efekt if dalam m emproduksi telur. d. Harga telur yang relatif tinggi dibandingkan dengan telur unggas yang

lain.

e. Pem asarannya mudah.

(20)

6

3. Budidaya Itik

Berternak unggas mem punyai 3 m acam tujuan yaitu berternak unggas sebagai unggas potong, beternak unggas sebagai unggas petelur, sert a berternak unggas sebagai penghasil bibit (M arhijant o, 1993). Sebelum seorang pet ernak memulai usahanya, harus m enyiapkan diri terutama dalam hal pemahaman tent ang budidaya beternak itik ant ara lain :

1. Lokasi

Mengenai lokasi kandang yang perlu diperhat ikan adalah letak lokasi jauh dari keram aian/pemukim an penduduk, mempunyai letak transportasi yang m udah dijangkau dari lokasi pem asaran dan kondisi lingkungan kandang yang kondusif bagi produktivit as ternak.

2. Penyiapan Sarana dan P eralatan

- Persyaratan temperatur kandang ± 39 derajat C. - Kelem baban kandang berkisar antara 60-65%.

- Penerangan kandang diberikan untuk memudahkan pengaturan kandang agar tata kandang sesuai dengan fungsi bagian-bagian kandang.

Kondisi kandang tidak harus dari bahan yang m ahal tetapi cukup sederhana asal tahan lam a (kuat).

3. Pembibitan

Pemilihan bibit ada 3 ( t iga) cara unt uk mem peroleh bibit itik yang baik adalah sebagai berikut :

a. Membeli telur tetas dari induk itik yang dijam in keunggulannya b. Memelihara induk itik yaitu pejantan dan betina itik unggul untuk

mendapatkan telur tetas kemudian meletakannya pada ment ok, ayam at au mesin tetas

(21)

4. Reproduksi dan Perkawinan

Reproduksi atau perkem bangbiakan dim aksudkan untuk m endapatkan telur tetas yang fertil/terbuahi dengan baik oleh itik jant an. Sedangkan sistem perkawinan dikenal ada dua m acam yaitu itik hand

m ating/pakan itik yang dibuat oleh manusia dan nature mating

(perkawinan itik secara alam i). 5. Pemeliharaan

Sanit asi dan Tindakan Preventif, sanitasi kandang mutlak diperlukan dalam pemeliharaan itik dan tindakan prevent if (pencegahan penyakit) perlu diperhatikan sejak dini unt uk mewaspadai timbulnya penyakit.

Pemberian Pakan, pemberian pakan itik tersebut dalam tiga fase, yaitu fase stater (um ur 0–8 m inggu), fase grower (umur 8–18 minggu) dan fase layar (umur 18–72 m inggu). Pakan ketiga fase tersebut berupa pakan jadi dari pabrik (secara praktisnya) dengan kode masing-masing fase.

Pemeliharaan Kandang, kandang hendaknya selalu dijaga kebersihannya dan daya gunanya agar produksi tidak terpengaruh dari kondisi kandang yang ada.

6. Penyakit

Secara garis besar penyakit itik dikelompokkan dalam dua hal yaitu: a. Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganism e seperti virus, bakteri

dan protozoa.

b. Penyakit yang disebabkan oleh defisiensi zat makanan dan tata laksana perkandangan yang kurang tepat.

7. Panen

(22)

8

8. Penetasan

Itik m emiliki sifat tidak m engerami telurnya sehingga efektif dalam m em produksi telur, unt uk menghasilkan bibit dapat dilakukan dengan :

- penetasan alam iah rekayasa yaitu penetasan dengan bant uan unggas lain.

- penetasan menggunakan alat tetas, pada umumnya m esin tetas memiliki kapasitas 250-350 butir/unit dengan setiap periode penetasan 28 hari.

(Bappenas, 2008). 4. Biaya

Menurut Rasyaf (2000) biaya yang dikeluarkan oleh peternak tergantung pada beberapa hal berikut :

a. Biaya yang dikeluarkan tergantung pada jenis ternak, dalam hal ini spesifikasi tiap ternak jelas menghasilkan biaya yang berbeda-beda. b. Biaya yang dikeluarkan tergantung besar kecilnya usaha peternakan. c. Biaya yang dikeluarkan tergant ung pada kem am puan m anajem en dan

administrasi peternakan.

Biaya adalah nilai dari sem ua masukan ekonom ik yang diperlukan, yang dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk m enghasilkan suatu pro-duk. Analisis biaya terdiri dari tiga konsep yang berbeda. Pertama, konsep biaya alat luar, yaitu biaya total luar secara nyata. Kedua, konsep biaya mengusahakan, yaitu biaya alat luar ditambah biaya tenaga kerja keluarga. Konsep terakhir yaitu biaya menghasilkan, yaitu biaya m engusahakan di-tam bah biaya m odal sendiri (Prasetyo, 1995). Biaya total adalah biaya total untuk m enghasilkan tingkat keluaran tert entu.

5. Penerimaan

(23)

produksi dikalikan dengan harga jual output. Secara m atematis dapat ditulis sebagai berikut:

TR = Q x P dim ana :

TR = penerimaan total

Q = jumlah output/produk yang dihasilkan P = harga jual

Semakin banyak jum lah hasil produksi maupun semakin tinggi harga per unit produk yang bersangkutan, maka penerimaan total yang diterima produsen akan semakin besar. Sebaliknya jika hasil produksi sedikit dan harganya rendah maka penerim aan tot al yang diterima oleh produsen sem akin kecil (Soedjar want o dan Riswan, 1994).

6. Keuntungan

Menurut Suparmoko (1992), keunt ungan adalah selisih ant ara penerim aan tot al dengan biaya produksi sesuai dengan tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi pada penggunaannya yang terbaik. Secara matem atis dapat ditulis sebagai berikut:

π = TR – T C dim ana

π = keuntungan TR = penerim aan t ot al TC = biaya total

Keunt ungan perusahaan adalah perbedaan ant ara pendapatan bersih dengan bunga dari seluruh m odal yang dipergunakan dalam usahatani atau merupakan perbedaan ant ara pendapatan kotor dengan biaya menghasil-kan. Ini dapat dinyatakan sebagai persen dari pendapatan kotor atau dalam persen dari biaya m enghasilkan (Hadisapoetro, 1977).

(24)

10

lagi. Dengan keunt ungan yang diperoleh, pengelola akan dapat melakukan penyem purnaan mutu, pengem bangan teknologi dan pelayanan lebih bagus kepada konsum en. Dengan keunt ungan pula usaha dapat diperluas, produksi diperbanyak sehingga konsum en akan memperoleh jam inan mutu, jumlah, dan harga yang memuaskan (Anonim , 2008).

7. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemam puan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, istilah rasio profitabilitas merujuk pada beberapa indikator atau rasio yang berbeda yang bisa digunakan untuk menentukan profitabilitas dan prestasi kerja perusahaan (Downey dan Erickson, 1992).

Menurut Riyanto (2001), profitabilitas dimaksud unt uk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penjualan. Profitabilitas m erupakan salah satu fakt or yang m enentukan tinggi rendahnya kinerja usaha. Dengan kata lain, profitabilitas m erupakan perbandingan antara keuntungan dari penjualan dengan biaya total yang dinyatakan dengan prosent ase. Secara m atematis dapat ditulis sebagai berikut:

Profitabilitas = dim ana :

π = keunt ungan TC = biaya tot al 8. Efi siensi

Keuntungan yang tinggi tidak selalu m enunjukkan efisiensi yang tinggi, karena kem ungkinan penerim aan yang besar tersebut diperoleh dari investasi yang besar. Efisiensi mempunyai tujuan mem perkecil biaya produksi persatuan produk yang dimaksudkan untuk m em peroleh keuntungan yang optimal (Rahardi, 1999).

(25)

menggunakan R/C Rasio. R/C Rasio adalah singkat an Return Cost Ratio

atau dikenal dengan perbandingan (nisbah) antara penerim aan dan biaya. Secara matem atis sebagai berikut:

Efisiensi = keterangan :

R = penerimaan C = biaya tot al

Kriteria yang digunakan dalam penent uan efisiensi usaha adalah: R/C > 1 berart i usaha yang dijalankan sudah efisien.

R/C = 1 berart i usaha belum efisien atau usaha baru m encapai kondisi im pas.

R/C < 1 berart i usaha yang dijalankan tidak efisien (Soekartawi, 1995).

9. Risiko Usaha

Secara umum risiko dikaitkan dengan kem ungkinan (probabilitas) terjadinya peristiwa diluar yang diharapkan. Bila investor m enanam kan modal untuk m endirikan usaha, tujuannya adalah unt uk memperoleh keun-tungan di masa depan, tetapi pada waktu yang sam a juga mem ahami risi-ko kurang dari yang diharapkan. Makin besar kemungkinan rendahnya ke-untungan atau bahkan rugi, dikat akan makin besar risiko usaha tersebut (Soeharto, 1997).

(26)

12

C. Kerangka Teori Pendekatan Masal ah

Seorang peternak dalam m enjalankan usahanya pasti mem iliki tujuan unt uk mendapatkan keunt ungan yang maksimal. Bermacam -macam cara dapat dilakukan oleh pet ernak seperti mem inimalkan biaya produksi, m eningkat kan jum lah produksi. Akan tetapi setiap usaha m em punyai karakt eristik yang berbeda-beda sehingga diperlukan suatu analisis usaha yang tepat supaya tujuan dari peternak tersebut dapat tercapai.

Analisis biaya dim anfaatkan oleh peternak dalam m engambil suatu keputusan. Biaya merupakan nilai korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi. Biaya yang digunakan adalah biaya mengusahakan dalam proses produksi untuk m enghasilkan produk meliputi biaya sarana produksi yaitu pakan, bahan bakar, listrik, pengemasan, biaya tenaga kerja, dan biaya penyusutan. Keunt ungan adalah selisih antara penerim aan yang diterima dari penjualan dengan biaya kesem patan dari sumber daya yang digunakan. Keuntungan sebagai kelebihan penerimaan (Revenue) atas biaya-biaya yang dikeluarkan. Secara m atematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

π = TR – T C = Q.P – TC

Keterangan :

π = Keunt ungan usaha (Rupiah) TR = Penerimaan total usaha (Rupiah) TC = Biaya tot al usaha (Rupiah)

Q = Jumlah produk hasil usaha (Ekor/Butir) P = Harga produk hasil usaha (Rupiah)

(27)

penjualan dengan biaya tot al yang dinyatakan dalam prosent ase. Secara statistik risiko dapat dihitung dengan menggunakan ukuran keragaman

(variance) atau sim pangan baku (standart deviation).

Hubungan antara simpangan baku dengan keunt ungan rata-rata diukur dengan koefisien variasi (CV) dan batas bawah keuntungan (L). Koefisien va-riasi m erupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung peternak dengan jumlah keunt ungan yang akan diperoleh sebagai hasil dan sejumlah modal yang ditanamkan dalam proses produksi. Semakin besar nilai koefisien variasi m enunjukkan bahwa risiko yang harus ditanggung oleh peternak sem akin besar dibanding dengan keuntungannya. Batas bawah keuntungan (L) m enunjukkan nilai norm al yang terendah yang mungkin diterima oleh peternak. Apabila nilai (L) ini sama dengan atau lebih dari nol, maka peternak tidak akan mengalam i kerugian. Sebaliknya jika nilai L kurang dari nol m aka dapat disim pulkan bahwa dalam setiap proses produksi ada peluang kerugian yang akan diderita peternak.

Hubungan antara koefisien variasi (CV) dengan batas bawah keuntungan adalah apabila nilai CV 0,5 dan nilai L 0 peternak akan selalu untung atau im pas. Sebaliknya apabila nilai CV > 0,5 dan nilai L < 0 peternak akan mengalami kerugian.

(28)

14

Input

Pakan Vaksin/obat T enaga kerja Bahan bakar Listrik

Biaya tot al

Analisis Usaha : - Keuntungan - Profitabilitas

- Efisiensi - Risiko

Risiko pasar Lim bah :

1. Kot oran 2. Cangkang telur Risiko

harga

Resiko produksi

T elur itik Bibit/ (DOD) It ik afkir

Penerimaan Adapun kerangka teori pendekat an masalah dalam penelitian ini :

Gam bar 1. Skema Kerangka Teori Pendekatan Masalah Analisis Usaha Ternak Itik.

D. Hi pote sis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Diduga usaha ternak itik yang dijalankan di Kabupaten Sukoharjo mengunt ungkan.

2. Diduga usaha ternak itik yang dijalankan di Kabupaten Sukoharjo sudah efisien.

Usaha T ernak It ik di Kabupaten Sukoharjo

(29)

3. Diduga usaha ternak itik yang dijalankan di Kabupaten Sukoharjo mempunyai risiko.

E. Asumsi

1. Fakt or produksi berupa tenaga kerja keluarga diasum sikan menerim a upah yang besarnya sam a dengan upah tenaga kerja luar yang berlaku di daerah penelitian.

2. Fakt or iklim tidak berpengaruh terhadap usaha ternak itik.

3. Telur untuk pengisian mesin tetas dianggap didapat dari pembelian telur. 4. Telur yang diproduksi dijual semua.

F. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Harga input dan output m enggunakan harga yang berlaku di daerah

peneli-tian.

2. Usaha ternak itik yang diteliti adalah ternak itik yang pem eliharaannya di dalam kandang (sistem kering).

3. Penelitian ini menggunakan data produksi selam a 1 bulan yaitu pada bulan Mei 2009.

4. Dalam analisis juga dihitung untuk setiap usaha ternak itik per 100 ekor dan 4 m esin tetas.

G. Defi nisi O perasional dan Pengukuran Vari abel

1. Usaha ternak adalah kegiatan memelihara hewan dan m engam bil manfaat dari hewan yang dipelihara.

2. Usaha ternak itik adalah usaha peternakan yang berupa unggas jenis itik hasilnya adalah telur, bibit (DOD), itik afkir.

3. Telur itik adalah hasil produksi ternak itik yang berupa telur dan dinyatakan dalam satuan butir.

(30)

16

5. Itik afkir adalah itik yang sudah tidak produktif unt uk diternakkan sehing-ga hanya akan m em perbesar biaya jika terus dipelihara dan dinyatakan dalam satuan ekor.

6. Biaya total m erupakan sem ua biaya yang dikeluarkan dan digunakan dalam proses produksi dalam hal ini biaya yang dihitung meliputi biaya indukan, tenaga kerja, pakan, bahan bakar, listrik, penyusutan mesin tetas, pengem asan dan dinyat akan dalam satuan rupiah.

7. Penerim aan usaha ternak itik adalah perkalian antara jumlah produk yang terjual dengan harga per satuan produk dan dinyatakan dalam satuan rupiah. Produk yang dihasilkan adalah telur, bibit (DOD) dan itik afkir. 8. Keuntungan usaha ternak itik adalah selisih ant ara penerimaan total

dengan biaya total dinyatakan dalam satuan rupiah.

9. Profitabilitas adalah perbandingan ant ara keuntungan yang diperoleh dengan biaya total yang digunakan dalam usaha ternak itik, dinyatakan dalam persen (%).

10.Efisiensi usaha m erupakan perbandingan ant ara penerimaan total dengan biaya total.

(31)

yaitu penelitian yang didasarkan pada pemecahan m asalah-masalah aktual pada m asa sekarang. Data yang dikum pulkan mula-m ula disusun, dijelaskan, kem udian dianalisis (met ode ini sering disebut dengan m etode analitik) (Surakhmad, 1994).

B. Metode Pe ngambilan Data

1. Metode Penentuan Daerah Sam pel

(32)

18

Dari T abel 2 diketahui populasi itik yang dim iliki setiap kecam atan di wilayah Kabupaten Sukoharjo, terpilih Kecamatan Gatak sebagai kecamatan sam pel karena miliki populasi itik yang terbesar.

Pengam bilan desa sebagai lokasi sam pel dilakukan secara

purposive sam pling dengan kriteria desa tersebut memiliki populasi itik terbesar dan m emiliki peternak itik terbanyak di Kecam atan Gatak. Untuk mengetahui dimana populasi itik terbesar di tingkat desa, peneliti mengam bil data dari Sub Dinas Peternakan Kabupat en Sukoharjo Tribulan IV tahun 2008, dalam data yang diambil di Sub Dinas Peternakan Kabupaten Sukoharjo populasi itik disajikan mulai dari tingkat kecam atan sam pai tingkat desa yang berada di wilayah Kabupat en Sukoharjo. Jumlah peternak dan populasi itik di Kecamatan Gatak di sajikan pada T abel 3. T abel 3. Jum lah Peternak It ik dan Populasi Itik di Kecamatan Gatak Kabupaten

Sukoharjo T ahun 2008

(33)

2. Metode Pe ngambilan Responden

Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), bila data dianalisis dengan statistik param etrik m aka jumlah data sam pel harus besar, karena nilai-nilai yang diperoleh distribusinya harus mengikuti distribusi normal. Sam pel yang tergolong sam pel besar yang distribusinya normal adalah sam pel yang jumlahnya ≥30 kasus yang diam bil secara random. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan sebanyak 30 peternak.

Pemilihan sampel peternak itik dilakukan secara simple random sam pling (sam pel acak sederhana) m aksudnya adalah sem ua individu dalam populasi diberikan kesempatan unt uk dipilih m enjadi anggota sam pel (Singarimbun dan Efendi, 1995). Dalam penelitian ini sampel adalah peternak itik yang mem iliki m esin tetas, pengambilan sam pel peternak itik di dapat dari kerangka sampel yang disusun peneliti, kerangkan disusun berdasar data dan keterangan di instansi pemerintahan terkait dalam hal ini data dari kantor kelurahan Kagokan, dari data pem erintah desa jumlah peternak yang memiki m esin tetas sebanyak 49 peternak kem udian diam bil 30 pet ernak sebagai sampel secara acak dengan cara undian.

C. Jenis Sum ber Data 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara dengan menggunakan daft ar pert anyaan (kuesioner) yang sudah dipersiapkan. Sumber data prim er dari penelitian ini adalah peternak itik yang mengusahakan usaha ternak dengan sistem kandang dan penetasan dengan mesin tetas.

2. Data Sekunder

(34)

20

bulan dari dinas peternakan, data monografi dan ket erangan pengisian dari Kecamatan Gatak, data sampel peternak dari Kelurahan Kagokan,

D. Teknik Pengumpulan Data

1.Observasi

T eknik pengum pulan data dengan observasi dilakukan dengan cara pengam atan langsung pada daerah yang akan diteliti, sehingga akan mem peroleh gambaran yang jelas/sebenarnya mengenai objek yang diteliti. 2.Wawancara

T eknik pengum pulan data dengan wawancara ini dilakukan dengan cara bertanya langsung kepada responden berdasarkan pada daftar pert anyaan yang telah dibuat.

3.Pencatatan

Pencatatan dilakukan untuk memperoleh data sekunder, dengan cara mencatat data yang ada pada instansi atau lem baga yang terkait dengan penelitian.

E. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini untuk m enganalisis data m enggunakan analisis usaha yaitu lebih mengutam akan bagaim ana kemampuan suatu usaha unt uk mem pe-roleh keunt ungan dari usaha yang dijalankan dalam hal ini usaha ternak itik. 1. Analisis Usaha

Analisis Biaya, Penerimaan, dan Keuntungan dari usaha ternak itik. a. Konsep biaya yang dipergunakan adalah konsep biaya mengusahakan

yaitu biaya alat luar ditambah biaya tenaga kerja keluarga, dalam hal ini biaya yang dihitung meliputi biaya tenaga kerja, pakan, minyak tanah, listrik, pengemasan.

b. Unt uk mengetahui penerimaan dari usaha ternak itik yaitu dengan mengalikan jumlah produk (terjual) dengan harga produk tersebut. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

(35)

T Rt = Qt x Pt T Rb = Qb x Pb Keterangan :

T R = Penerim aan total usaha ternak itik (Rupiah) T Rt = Penerim aan dari hasil penjualan telur (Rupiah) T Rb = Penerim aan dari hasil penjualan bibit (Rupiah) Qt = Jumlah telur yang dijual (Butir)

Qb = Jumlah bibit yang dijual (Ekor) Pt = Harga telur (Rupiah)

Pb = Harga bibit (Rupiah)

c. Keuntungan usaha adalah selisih antara penerim aan tot al dengan biaya total. Metode perhitungan keunt ungan usaha ternak itik secara m ate-matis dirum uskan sebagai berikut:

π

= TR – T C dim ana :

π

= keuntungan usaha ternak itik (Rupiah) TR = penerimaan tot al usaha t ernak itik (Rupiah) TC = biaya total usaha ternak itik (Rupiah) 2. Profitabilitas Usaha

Untuk m engetahui nilai profitabilitas usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo adalah dengan membandingkan antara keunt ungan usaha pada ternak itik yang diperoleh dengan biaya tot al yang telah dikeluarkan dan kem udian dikalikan 100%. Secara m atematis dirumuskan sebagai berikut :

Profitabilitas = dim ana :

π = keuntungan usaha ternak itik (Rupiah) TC = biaya total usaha ternak itik (Rupiah).

(36)

22

Profitabilitas > 0 berarti usaha ternak itik yang diusahakan m engunt ung-kan

Profitabilitas = 0 berarti usaha pada ternak itik yang diusahakan m engala-mi BEP (im pas)

Profitabilitas < 0 berarti pada ternak itik yang diusahakan tidak m eng-untungkan.

3. Analisis Efisiensi Usaha

Untuk m engetahui efisiensi usaha ternak itik yang telah dijalankan selama ini dengan m enggunakan perhitungan R/C rasio. R/C rasio adalah singkatan dari Return Cost Ratio atau dikenal dengan nisbah antara penerim aan dan biaya.

Efisiensi usaha ternak itik dapat dihitung dengan mem bandingkan besarnya penerimaan usaha ternak itik dengan biaya yang digunakan untuk produksi yang secara matematis dapat dirum uskan sebagai berikut :

Efisiensi = keterangan :

R = penerim aan usaha ternak itik (Rupiah) C = biaya total usaha ternak itik (Rupiah)

Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi usaha adalah : R/C > 1 berart i usaha ternak itik yang dijalankan sudah efisien.

R/C = 1 berart i usaha ternak itik belum efisien atau baru m encapai kondisi impas.

R/C < 1 berart i usaha ternak itik yang dijalankan tidak efisien. 4. Analisis Risiko Usaha

(37)

CV = keterangan :

CV = koefisien variasi usaha ternak itik

V = sim pangan baku keunt ungan usaha ternak itik (Rupiah) E = keuntungan rat a-rata usaha ternak itik (Rupiah)

Sebelum mengukur koefisien variasi harus mencari keunt ungan rata-rata usaha ternak itik dan simpangan bakunya, yang dirumuskan sebagai berikut :

E = keterangan :

E = keuntungan rat a-rata usaha ternak itik (Rupiah)

Ei = keuntungan usaha ternak itik yang diterima peternak (Rupiah) n = jum lah peternak itik (orang)

Setelah mengetahui keuntungan rata-rata usaha ternak itik selanjutnya m encari sim pangan baku dengan menggunakan metode analisis ragam, karena sim pangan baku m erupakan akar dari ragam , yaitu :

V=

Adapun dalam perhitungan analisis ragam dirum uskan sebagai berikut:

V2 = Keterangan :

V2 = ragam

n = jum lah peternak itik (orang)

E = keuntungan rat a-rata usaha ternak itik (Rupiah)

Ei = keuntungan usaha ternak itik yang diterima peternak (Rupiah) Untuk m engetahui batas bawah keuntungan usaha ternak itik diguna-kan rum us :

(38)

24

keterangan :

L = batas bawah keuntungan usaha ternak itik (Rupiah) E = keunt ungan rata-rata usaha ternak itik (Rupiah)

V = simpangan baku keuntungan usaha ternak itik (Rupiah)

(39)

57' 33,70" BT sampai 110° 42' 6,79" BT dan 7° 32' 7,00" LS sampai 7°49' 32,00" LS. Kabupaten Sukoharjo sebagai salah satu kabupat en di wilayah Propinsi Jawa Tengah, letaknya berbatasan dengan 6 (enam ) kabupaten / kota, yaitu sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kota Surakart a dan Kabupaten Karanganyar Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar

Sebelah Selatan : Kabupaten Gunungki dul (DIY) dan Kabupaten Wonogiri Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali dan Kabupat en Klaten

Secara adm inistratif, Kabupaten Sukoharjo terbagi m enjadi 12 kecamatan. Luas wilayah Kabupaten Sukoharjo yaitu seluas 46.666 Ha atau sekit ar 1,43 % luas wilayah Propinsi Jawa Tengah. Kecamatan yang paling luas adalah Kecam atan Polokart o yaitu 6.218 Ha (13%), sedangkan yang paling kecil adalah Kecam atan Kart asura seluas 1.923 Ha (4,12%). (Kabupaten Sukoharjo dalam Angka, 2007).

Kecamatan Gatak merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo terletak di dataran tinggi, yaitu 118 meter di atas permukaan laut dengan luas wilayah 1.947,2 Ha, yang mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Kart asura Sebelah T imur : Kecamatan Baki

Sebelah Selatan : Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten Sebelah Barat : Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali

Luas wilayah yang ada di Kecamatan Gatak terdiri dari 1.271 Ha lahan sawah, tegal 2,2 Ha, pekarangan 517 Ha, dan lainnya 157 Ha. Luas bukan lahan sawah yang dipakai unt uk pekarangan merupakan luas terbesar dibandingkan dengan luas bukan sawah lainnya. Hal ini merupakan pot ensi bagi pemilik lahan untuk m enambah pendapatan keluarga dengan m

(40)

26

kan usaha ditempat pekarangan mereka, salah satunya m engusahakan usaha ternak itik.

B. Keadaan Penduduk

1. Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Kom posisi penduduk m enurut jenis kelam in di Kabupaten Sukoharjo adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelam in, Sex Rasio di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak T ahun 2007

Dae rah Jum lah Penduduk (Ji wa) Sex Rasio

Laki - laki Perempuan Ju mlah

Sukoharjo Gatak

411.340 23.648

420.273 24.046

831.613 47.694

0,97 0,98 Sum ber : Kabupaten Sukoharjo Dalam Angka, 2007

Kecamatan Gatak Dalam Angka, 2007

Dari T abel 4 dapat dilihat bahwa penduduk Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2007 berjum lah 831.613 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki berjumlah 411.340 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 420.273 jiwa. Rasio jenis kelamin di Kabupat en Sukoharjo pada tahun 2008 adalah sebesar 0,97 yang berart i bahwa dalam setiap 100 penduduk perempuan terdapat 97 penduduk laki–laki.

(41)

Keadaan penduduk menurut umur bagi suatu daerah dapat digunakan untuk mengetahui besarnya penduduk yang produkt if dan non produkt if. Jum lah penduduk Kabupaten Sukoharjo m enurut um ur dan jenis kelamin adalah sebagai berikut.

Tabel 5. Keadaan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Menurut Um ur dan penduduk Kabupaten Sukoharjo merupakan penduduk dalam usia produkt if yaitu penduduk yang berusia antara 15-59 tahun. Sebagian besar penduduk yang berusia produkt if di Kabupat en Sukoharjo ini dapat memberikan gambaran tentang keadaan tenaga kerjanya.

(42)

28

Tabel 6. Keadaan Penduduk Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo Menurut Um ur dan Jenis Kelamin Tahun 2007 4561 jiwa. Secara keseluruhan dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Kecamatan Gatak m erupakan penduduk dalam usia produkt if yaitu penduduk yang berusia ant ara 15-59 tahun. Sebagian besar penduduk yang berusia produkt if di Kecamatan Gatak ini dapat memberikan gambaran mengenai keadaan tenaga kerja pada usaha ternak itik, yaitu bahwa tenaga kerjanya berada pada usia produkt if, dari hasil penelitian diket ahui bahwa yang aktif dalam usaha ternak itik adalah penduduk dalam usia produkt if. 3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

(43)

tersedia.

Jumlah penduduk yang bekerja m enurut lapangan usaha utam a di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2007 adalah sebagai berikut.

Tabel 7. Kom posisi Penduduk Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten

Perdagangan, Hot el & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan Jasa & Pemerintah

Jumlah Total 710.165 100,00

Sum ber : Kabupaten Sukoharjo Dalam Angka, 2007

Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa banyaknya penduduk di Kabupaten Sukoharjo yang bekerja di sekt or pertanian adalah 95.123 orang atau 13,39%, sedangkan penduduk yang bekerja di sekt or industri sebesar 102.531 orang atau 14,44%. Penduduk di Kabupaten Sukoharjo yang bekerja di sekt or industri lebih besar daripada di sektor pertanian karena sem akin m eningkatnya jum lah industri di Kabupat en Sukoharjo.

(44)

30

Tabel 8. Keadaan Penduduk Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2007

No. Mata Pencah arian Ju mlah (Jiwa) Prosentase (%) Gatak paling besar berm ata pencaharian sebagai petani sebanyak 13.498 jiwa dengan prosentase 44,2%. Hal ini disebabkan Kecam atan Gatak memiliki lahan pertanian yang masih luas yaitu 1.271 Ha lahan sawah. Sedangkan mata pencaharian sebagai peternak di Kecam atan Gatak menduduki peringkat terbesar kedua setelah mata pencaharian sebagai petani.

Luas bukan lahan sawah yang dipakai unt uk pekarangan merupakan luas terbesar dibandingkan dengan luas bukan sawah lainnya. Hal ini merupakan potensi bagi pemilik lahan untuk m enambah pendapatan keluarga dengan menjalankan usaha di tempat pekarangan, usaha yang cocok adalah dengan mengusahakan ternak, salah satunya usaha ternak itik.

C. Keadaan Sarana Perekonomian

(45)

masyarakat setem pat. Semakin baik sarana perekonom ian suatu daerah, akan mendorong kegiatan perekonom ian di daerah tersebut untuk tum buh dan berkem bang. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan ekonomi dapat berjalan lancar sehingga pendapatan dan kesejaht eraan m asyarakat dapat m eningkat .

Sarana perekonom ian yang ada di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada T abel 9 berikut.

Tabel 9. Sarana Perekonomian di Kabupaten Sukoharjo tahun 2007

No Jenis Saran a Ekonom i Ju mlah (unit)

Unt uk mengetahui keadaan sarana perekonomian di Kecam atan Gatak dapat dilihat dari Tabel 10.

Tabel 10. Sarana Perekonomian di Kecamatan Gatak T ahun 2007

No. Je nis Sarana Ekonomi Jumlah (u nit)

(46)

32

permanen, sehingga sangat m embant u kegiatan perekonomian penduduk dalam hal ini pemasaran produk dari usaha ternak itik, banyak dari pedagang yang menjual makanan dari hasil itik ant ara lain telur itik dan telur asin (pengolahan dari telur itik), sert a adanya pasar hewan untuk pem asaran DOD maupun itik dewasa yang ada setiap hari Pon (hari jawa) yang ramai dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah. Selain itu juga terdapat 328 toko, sert a 377 kios/warung, koperasi simpan pinjam sebanyak 48 unit , dan 6 bank. Dengan adanya koperasi simpan pinjam sert a bank m aka sangat berguna dalam penyediaan modal bagi setiap penduduk yang ingin mendirikan usaha sert a m em perlancar proses perekonomian.

Dengan demikian maka Kecamatan Gatak telah mempunyai sarana dan lem baga perekonomian yang dapat m endukung unt uk menjalankan suatu usaha salah satunya usaha ternak itik.

D. Keadaan Usaha Ternak Iti k

(47)

2007 ternak yang diusahakan di Kabupaten Sukoharjo m eliputi ternak besar yaitu kuda sebanyak 207 ekor, sapi pot ong sebanyak 26.116, sapi perah 612, kerbau 1.590, ternak kecil yaitu berupa kambing sebanyak 37.445, dom ba 35.383, babi 8.421, sedangkan unt uk unggas meliputi ayam ras sebanyak 2.695.350, ayam buras 697.198, dan itik sebanyak 99.485.

(48)

34

Tabel 12. Jenis Ternak dan Jumlah Peternak di Kecamatan Gatak T ahun 2007

No. Jenis Ternak Ju mlah Pete rnak (orang)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Sapi Kerbau Kam bing Kuda Babi Ayam Itik

71 33 317 18 106 4458 521 Sum ber : Kecamatan Gatak Dalam Angka, 2007

(49)

Kecamatan Gatak merupakan salah satu sent ra usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo. Penyebaran serta populasi itik sem akin m eningkat dari tahun ke tahum , keberadaan ternak itik m erupakan bagian dari kehidupan masyarakat sekitar. Metode pengusahaan itik di Kecam atan Gatak ada 3 tipe:

a. Um baran (t ipe basah) : tipe basah diusahakan oleh m asyarakat yang dekat dengan sum ber air/ sungai, cara m emelihara dengan mengeluarkan itik dari kandang pada siang hari unt uk mandi dan mencari m akan.

b. Kandang (t ipe kering) : yaitu dengan mem elihara itik di dalam kandang terus-menerus, itik diberi m akanan dari campuran pakan yang di dapat dari penjual m akanan ternak. Peternak dengan sistem ini juga menggunakan mesin tetas unt uk menghasilkan DOD. Kebutuhan telur untuk m esin tetas dipenuhi dari hasil pem eliharaan itik.

c. Penetasan : yaitu hanya mengusahakan penetasan tanpa memelihara itik unt uk di am bil telur. Kebutuhan telur unt uk mesin tetas yang dim iliki di dapat dari pem belian telur dari peternak yang ada di sekit arnya.

Peningkatan keuntungan m enjadi alasan utama dijalankannya usaha ini. Ternak itik ini m em butuhkan lahan yang luas sert a ketenangan, jauh dari akt ifitas m anusia hal ini menjadi pot ensi di daerah Kecamatan Gatak.

Pem eliharaan itik oleh peternak m asih m enggunakan lahan di sekit ar rum ah mereka. Usaha ternak itik di Kecamatan Gatak ini sudah berlangsung lama serta m erupakan bagian dari kehidupan sebagian masyarakat sekitar, baik dari hasil yang dapat diperoleh maupun limbah yang dihasilkan yaitu berupa kot oran dan cangkang telur. Pem asaran hasil

(50)

36

ternak barupa telur hanya unt uk mencukupi daerah Sukoharjo akan tetapi hasil berupa DOD pem asaranya lebih banyak ke luar daerah.

2. Karakteristik Respon den

Ident itas responden merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi um um dari peternak itik yang masih aktif berproduksi pada saat dilakukannya penelitian. Ident itas responden yang dikaji dalam penelitian ini meliputi: umur, tingkat pendidikan, jum lah anggot a keluarga, jum lah anggota yang akt if dalam usaha, jum lah tenaga kerja luar dan lama mengusahakan.

Tabel 13. Karakteristik Responden Usaha T ernak Itik

No. Urai an Rata-rata per Responden

1. Um ur responden (t ahun) 42 produkt if, umur responden berpengaruh terhadap produktivitas responden dalam menjalankan usahanya. Tingkat pendidikan rata-rata responden adalah 10 tahun atau sudah menyelesaikan wajib belajar 9 tahun dalam pendidikan formal. Sehingga dapat dikatakan wawasan ataupun penge-tahuan yang dim iliki oleh para responden sudah cukup m em adai. Walaupun pendidikan formal kurang dibutuhkan dalam usaha ternak itik, nam un hal tersebut akan mempengaruhi pola pikir dan cara kerja mereka dalam mengelola usaha ternak itik.

(51)

proses produksi usaha ternak itik. Semakin banyak jumlah anggota keluarga, maka kontribusi keterlibatan anggot a keluarga dalam usaha ternak itik akan semakin besar. Sedangkan jum lah rat a–rata anggota keluarga yang aktif dalam usaha ini hanya 2 orang. Hal tersebut dikarenakan anggot a keluarga yang lain dalam keluarga tersebut bekerja pada sektor pekerjaan yang lain atau masuk dalam kategori usia yang tidak produkt if dikarenakan m asih anak-anak atau sudah tua. Sement ara itu rata–rat a jumlah tenaga kerja luar yang dipekerjakan dalam usaha ternak itik oleh masing-masing responden adalah 1 orang. Semakin banyak anggota keluarga yang terlibat dalam usaha ternak itik m aka kebutuhan sudah m em iliki banyak pengalam an dalam menjalankan usahanya. Jumlah itik rata-rat a yang diusahakan sebanyak 297 ekor per responden, itik yang diusahakan adalah itik petelur (indukan). Para peternak m enet askan telur itik dengan m esin tetas dengan jumlah rata-rata mesin tetas yang mereka miliki sebanyak 12 buah.

Alasan responden dalam m enjalankan usahanya sebagai peternak itik dapat dilihat pada Tabel 14 dibawah ini.

Tabel 14. Alasan Responden Mengusahakan Usaha Ternak Itik

(52)

38

yaitu sebesar 60,00% (18 responden) mengusahakan ternak itik karena lebih m engunt ungkan daripada usaha lain, hal ini dibuktikan sendiri oleh para responden yaitu selama mengusahakan ternak itik hasil yang didapat mampu m encukupi kebutuhan hidup keluarga. Usaha ternak itik di Kabu-paten Sukoharjo telah berlangsung cukup lama dan sudah diwariskan turun tem urun kepada anak-anaknya, karena alasan responden menjalankan usaha ternak itik ini adalah warisan dari orang tuanya yaitu sebanyak 10 responden (33,33%). Alasan lainnya yaitu tidak mempunyai pekerjaan lain sebanyak 2 responden (6,67%), m ereka mencoba m engusahakan usaha ternak itik yang sudah berkem bang di daerahnya untuk m endapat kan penghasilan.

Setiap usaha yang dilakukan dapat merupakan usaha utama ataupun usaha sam pingan. Begitu juga dengan usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo. Berikut ini tabel m engenai stat us usaha ternak itik:

Tabel 15. Status Usaha T ernak It ik di Kabupaten Sukoharjo

No. Status Usaha Ju mlah (Respon den) Prosentase (%)

1. 2.

Utama Sam pingan

24 6

80 20

Jum lah 30 100

Sum ber: Analisis Data Primer

(53)

3. Sumber Modal Usaha

Para peternak itik dalam m enjalankan usahanya pasti m embutuhkan modal. Modal untuk m elaksanakan proses produksi yang digunakan disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Sumber Modal Usaha T ernak It ik di Kabupaten Sukoharjo

No Sumber Modal Ju mlah Prosentase (%)

1. 2.

Modal sendiri Modal pinjam an

30 0

100 0

Total 30 100

Sum ber: Analisis Data Primer

Berdasarkan T abel 16 diketahui bahwa 100% atau seluruh responden yang dipilih menjalankan usahanya m enggunakan m odal sendiri. Para responden sudah lam a m engusahakan usahanya, sehingga saat dilakukan penelitian tidak ada m odal pinjaman/bant uan dari pihak perkreditan maupun bank.

4. Sarana Produksi a. Pakan

Bahan utama yang digunakan dalam usaha ternak itik adalah pakan ternak, dalam usaha ternak itik pakan ternak yang digunakan antara lain bekatul, konsentrat (Pokpan 144), dan m ineral (Turbo). Pakan tersebut diperoleh dengan cara mem beli dari pedagang pakan ternak dan tempat penggilingan beras untuk bekat ul. Peternak yang m em butuhkan pakan dalam jum lah yang banyak sudah berlangganan sebelumnya, dengan sistem barang diantar sam pai di tem pat.

(54)

40

a. Pemberian pakan pagi hari pada jam 06.00-07.00 b. Pemberian pakan siang pada jam 12.00

c. Pemberian pakan pada sore hari jam 16.00

Pemberian pakan rata-rata responden per hari dengan jumlah rata-rata itik yang dipelihara peternak yaitu 297 ekor dapat dilihat pada

Sumber: Analisis Data Prim er

Berdasarkan Tabel 17 diketahui rat a-rata pem berian pakan sert a komposisi campuran pakan itik per hari, pakan utama yang dikonsumsi untuk itik petelur adalah konsent rat dengan campuran yang diberikan adalah bekatul dan mineral. Untuk rat a-rata itik yang dipelihara dengan jumlah 297 ekor m embutuhkan 72 kg bekatul, 17 kg konsent rat, dan 0,4 karena kekurangan air minum.

(55)

b. T empat Pakan : sebagai wadah unt uk menaruh pakan ternak terbuat dari balok kayu.

c. T empat Minum : sebagai wadah air yang selalu ada di dalam kandang untuk m inum ternak.

d. Ember: digunakan sebagai wadah untuk m encampur pakan.

e. Panci/rengkot : sebagai takaran/ukuran unt uk cam puran pakan yang akan diberikan pada ternak.

f. Gayung : digunakan unt uk menuang air pada tempat m inum.

g. Keranjang T elur : alat yang terbuat dari kayu yang berbentuk kotak digunakan unt uk menaruh telur yang telah diam bil dari kandang. h. Mesin T etas : alat unt uk menetaskan telur, m erupakan rangkaian

bahan dari triplek, kayu, lam pu, dimm er (instalasi listrik untuk m engatur suhu), lampu m inyak, engsel, kaca. Biasanya mampu m enampung 400 telur untuk diteteskan.

i. T erm om eter : unt uk mengukur suhu pada m esin tetas.

j. Baki Pelembab : unt uk menjaga kelem baban pada m esin tetas, baki berisi air sert a ditaruh di bawah mesin tetas.

5. Proses Produksi a. Produksi Telur

Pemeliharaan itik disini m erupakan jenis pemeliharaan sistem kering yaitu itik berada di dalam kandang terus tanpa ada proses dim andikan. It ik memiliki 2 kandang berbeda, kandang siang dan malam unt uk istirahat. Setiap pagi itik dikeluarkan dari kandang istirahat m enuju kandang siang dimana terjadi akt ivit as makan, minum , dan berjem ur.

(56)

42

Jika sudah menjadi kebiasaan, itik akan makan secukupnya tanpa harus kenyang karena sisa pakan masih ada.

Aktivitas itik dikandang siang selesai setelah pemberian pakan terakhir yaitu sore hari, itik dipindahkan menuju kandang malam / kandang istirahat. Kandang istirahat ini lebih teduh ruangnya dan lebih hangat karena diberi seresah jerami, disini tidak ada perlakuan terhadap itik. It ik beristirahat, serta m elakukan proses bert elur. Kebiasaan itik dalam m elakukan proses bert elur yaitu memilih di pojokan kandang, itik akan merasa hangat dan nyaman dengan tum pukan jerami yang terkum pul.

Pagi hari itik dikeluarkan dari kandang istirahat menuju kandang aktivitas, selanjutnya peternak m engum pulkan telur yang sudah ada. Kegiatan ini berlangsung seterusnya, telur itik dapat diambil setiap hari di kandang.

Peternak itik memiliki pedoman dalam m enentukan itik layak di masukkan dalam kategori itik penghasil telur, yaitu setiap 100 ekor itik mampu menghasilkan minimal t elur 60 butir/hari. Rata-rata peternak di Kabupaten Sukoharjo mem iliki 297 ekor itik dengan rat a-rata produksi telur per hari 215 butir, rat a-rat a produksi telur per bulan sebanyak 6.450 butir.

b. Produksi DOD (Day Old Duck)

Peternak unt uk menghasilkan DOD menggunakan mesin tetas, mereka memiliki rata-rata sebanyak 12 buah, kapasitas sebuah m esin tetas dapat menam pung 400 butir telur. Mesin tetas dibuat sedemikian rupa sehingga suhu panas didalam m esin hampir sama dengan kondisi jika telur dierami secara alam iah yaitu sekitar 390C.

Gambar

Tabel 1. Populasi Itik di Kabupaten Sukoharjo Pada Tahun 2004-2008
Gambar 1. Skema Kerangka Teori Pendekatan Masalah Analisis Usaha
Tabel 3. Jumlah Peternak Itik dan Populasi Itik di Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008
Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Rasio di   Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007
+7

Referensi

Dokumen terkait

7.175.417 per tahun dan kontribusi pendapatan dari usaha ternak itik terhadap pendapatan keluarga cukup besar yaitu sebesar 35,9 %, masalah masalah yang dihadapi oleh peternak

Biaya total yang dikeluarkan oleh peternak dalam satu tahun usaha adalah sebesar Rp2.028.678,- Secara ringkas besarnya biaya produksi pada usaha ternak babi di Kabupaten

Jumlah ini terbilang cukup rendah dibandingkan dengan peternak lain seperti ternak ayam broiler maupun ayam petelur, sehingga usaha ternak itik yang di kelola masih

Dalam usaha ternak itik pedaging di Desa Juluk Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep, besarnya nilai laba yang memadai dalam usaha tani (ROI) adalah NFI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas dan efisiensi dari industri kerajinan rotan di Kecamatan Gatak

Penelitian bertujuan 1). mengetahui tingkat pendapatan usaha ternak itik di Kabupaten Tegal, 2). mengetahui kemampuan usaha ternak itik dalam meng-hasilkan laba, 3). mengetahui

Analisis Pengembangan Usaha Kelompok Ternak Itik Mongglemong di Desa Dasan Cermen Kecamatan Sandubaya Kota Mataram Dalam Praktik Pemasaran yang digunakan oleh kelompok ternak itik

Untuk mengetahui nilai profitabilitas usaha adalah dengan membandingkan antara keuntungan usaha ternak yang diperoleh dengan total biaya yang telah dikeluarkan dan dikalikan 100% dengan