• Tidak ada hasil yang ditemukan

Para petani jamur di wilayah Desa Wadungasih rata – rata menjadikan usahatani jamur sebagai pekerjaan sampingan, sedangkan beberapa petani di jadikan sebagai pekerjaan pokok karena hasil yang menguntungkan. Beberapa petani sebelumnya ada yang bekerja sebagai buruh pabrik namun skrg sudah beralih sebagai petani jamur. Jamur yang mereka kembangkan tidak berasal dari

sidoarjo, melainkan di datangkan lansung dari Kediri, dan pembelian baglog jamur tersebut melelui ketua kelompok tani jamur di desa Wadungasih.

Proses produksi jamur tiram di desa Wadungasih dilakukan dengan beberapa tahap hingga sampai ke tangan konsumen. Berikut adalah tahap – tahap proses produksi jamur tiram di desa Wadungasih:

1. Persiapan Kumbung

Kumbung adalah istilah yang biasa di sebut untuk rumah jamur yang fungsinya untuk menyimpan media tanam jamur agar hasilnya berkualitas baik dari segi bentuk maupun bobotnya. Membuat kumbung jamur sebenarnya mudah sebab hampir sama dengan membuat gubug, bahannya pun bisa di dapatkan di sekitar rumah misalnya bambu yang penting kuat dan kokoh. Dindingnya bisa berbentuk gedek ( anyaman bambu ) tiangnya bisa dari kayu dan atapnya bisa di buat dari genting biasa atau bisa dari alang-alang yang penting tidak bocor saat hujan.

Di desa Wadungasih banyak yang menggunakan asbes daripada menggunakan genteng atau alang-alang, karena asbes lebih murah disbanding dengan harga genteng atau pun alang-alang, tetapi didalam budidaya jamur setidaknya diusahakan atapnya tidak memakai asbes sebab hawa di dalam ruangan menjadi panas.

Lantai sebaiknya di pelur semen atau di beri pasir bersih, selaen untuk bisa menjaga kebersihan area dalam kumbung lantai harus di usahakan bisa menjaga hawa didalam ruangan menjadi dingin dan lembab karena memang pada dasarnya habitat jamur berada di tempat yang lembab dan agak dingin.

Gambar 3. Susunan baglog didalam kumbung

Ketika kumbung sudah di persiapkan kemudian baglog di tata di dalam rak, rak paling bawah, jarak dari tanah sekitar 20 cm – 30 cm, setiap rak memiliki 4 tingkatan dimana setiapa tingkatan ada 2-4 baglog yang di susun dan jumlah baglog yang akan digunakan tergantung kapasitas dari setiap kumbung yang dimiliki oleh petani.

2. Perletakan Baglog Masa Inkubasi dan Pembukaan Baglog

Polibek yang telah di inokulasi ditempatkan pada rak-rak yang telah disediakan. Rak-rak ini sebaiknya ditempatkan dalam suatu ruangan agar suhu dan kelembabannya tidak terpengaruh oleh udara luar. Suhu dan kelembabannya diusahakan stabil sesuai dengan kondisi yang diinginkan bagi pertumbuhan jamur yaitu 24 – 28 C dan kelembaban udara 80 – 90 %. baglog

tersebut dibiarkan selama 6 – 8 minggu sampai miselium tumbuh memenuhi kantong palstik sehingga warnanya putih padat.

Setelah baglog berwarna putik kompak (umur 6 – 8 minggu), maka polibek dapat dibuka dengan melepas karet dan cincin pralon. Kemudian plastik yang terbuka disibakkan keluar agar permukaan media tumbuh jamur mendapatkan udara sebanyak-banyaknya.

Gambar 4. Pembukaan baglog jamur

Pada gambar di atas dilakukan pembukaan plastik media, pembukaan media bertujuan untuk memberikan oksigen yang cukup bagi pertumbuhan tubuh buah jamur. Pembukaan media dilakukan dengan cara menyobek plastik media dibagian ujung yang terdapat cincin pada ujung baglog. Satu sampai dua minggu setelah media dibuka akan tumbuh tubuh buah.

3. Penumbuhan

Penumbuhan jamur setelah dilakukakanya pembukaan media satu sampai dua minggu akan tumbuh tubuh buah. Tubuh buah yang sudah tumbuh tersebut

selanjutnya dibiarkan selama dua hingga tiga hari atau sampai tercapai pertumbuhan yang optimal.

Gambar 5. Pertumbuhan jamur yang sudah siap panen

Berhubung kondisi desa wadungasih di daerah dataran rendah dan kondisi

suhu rata-rata antara 25-35o C, sedangkan untuk pertumbuhan tubuh buah

adalah pada suhu 16oC-22oC dengan kelembaban 80-90 persen. Maka kondisi

tersebut harus dipertahankan agar pertumbuhan jamur tetap dalam kondisi yang baik dengan cara petani melakukan penyiraman di beberapa waktu sepertia pagi siang atapun di sore hari.. Pemyiraman dengan menggunakan air bersih umumnya menggunakan air sumur dilakukan di dasar tanah kumbung. Pengaruh adanya sinar matahari yang masuk ke dalam kumbung, diusahakan pada pembangunan kumbung di desa wadungasih tempat penyimpanan log harus tetap teduh dan sinar matahari tidak masuk secara langsung ke dalam ruangan. Hal tersebut dilakukan karena selain untuk menjaga kelembapan juga untuk mencegah terkenanya sinar secara langsung padabuah jamur atau baglog yang dapat menghambat pertumbuhan jamur tiram tersebut.

4. Perawatan Media

Terjadinya kerusakan pada kumbung maupun pada baglog jamur tergantung pada pemilik usaha yang merawatnya. Didesa Wadungasih perawatan media usaha jamur tiram terutaman pada kumbung jamur dilakukan setiap seminggu sekali, teruatama untuk pengecekan kumbung masi kuat berdiri atau ada kebocoran pada atap atu dinding bagian bawah yang biasa di rusak oleh tikus. Bahan untuk kumbung terbuat dari bambu yang sudah di rendam sebelumnya mampu bertahan samapai 4 tahun lebih.

Untuk perawatan pada baglog terutama setelah panen pertama maka langkah-langkah yang harus di lakukan adalah menutup baglog dan membalikan posisi. Setelah panen pertama selesai maka lipat kembali plastik baglog sehingga permukaan baglog tertutup kembali, kemudian rubah posisi baglog 180°, dengan posisi kepala baglog berada dibawah, selama 3 sampai 4 hari, selama proses ini baglog cukup disiram 1 kali dalam sehari.

Perubahan kembali posisi baglog setelah 3 sampai 4 hari dalam proses pembalikan baglog, lalu baglog kembalikan keposisi awal lalu kemudian lipat kembali plastik dikepala baglog sehingga kepala baglog terbuka kembali, dan lakukan penyiraman atau pelembapan 3 sampai 4 kali sehari. Hal tersebut dilakukan pada panen panen berikutnya.

5. Pemanenan

Pemanenan jamur tiram di desa Wadungasih dapat dilakukan setiap hari tergantung pada berpa jumlah baglog yang sedang tumbuh jamur. Jamur tiram tersebut dapat di panen setelah pertumbuhan jamur mencapai tingkat yang optimal yaitu cukup besar tetapi belum mekar penuh dengan diameter buah jamur tiram dengan rata-rata 5-10 cm, karena jamur tiram akan memiliki rasa yang enak dan aroma yang baik jika dipanen pada waktu umur muda. Biasanya

setelah tumbuh tubuh buah. Tetapi apabila ada permintaan jamur yang berlebihan, petani biasa melakukakn pemanenan labih awal dan jamur masih berumur muda.

Gambar 6. Petani sedang melakukan pemanenan

Petani jamur tiram di desa Wadungasih biasa melakukan pemanenan pada pagi atau sore hari ,setiap log jamur tiram putih dapat dipanen hingga tujuh kali namun petani melekukan hanya 5 kali saja. Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut semua atau seluruh rumpun jamur tiram putih yang ada. Pemanenan tidak dilakukan dengan cara hanya memotong cabang jamur yang ukurannya besar saja, karena dalam satu rumpun atau satu baglog tersebut jamur mempunyai pertumbuhan yang tidak sama. Maka jika pemanenan hanya dilakukan pada jamur yang ukurannya besar saja, jamur tiram putih yang ukurannya kecil tetap tidak akan bertambah besar malah kemungkinannya akan layu bahkan mati. Maka pemanenan harus dilakukan dari pangkal batang jamur tiram putih karena jika batangnya tersisa, maka akan terjadi pembusukan pada media tumbuh jamur.

Setelah pemanenan jamur, petani tidak langsung menbungkus atau menjual pada konsumen, tetapi petani melakukan pemotongan batang tubuh buah dipotong, lalu dilakukan penyortiran dengan cara memisahkan jamur yang rusak dari yang baik. Pembersihan jamur dilakukan dengan cara memotong atau

membuang pangkal tangkai jamur bekas menempel pada media tanam dengan menggunakan pisau.

Setelah jamur dibersihkan dan disortir selanjutnya dikemas. Pengemasan merupakan suatu cara untuk melindungi produk. Syarat-syarat yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan kemasan yang akan digunakan diantaranya harus melindungi komoditas yang dikemas dan tidak mengandung zat yang dapat mengganggu kesehatan manusia.

Kebersihan pada jamur juga sangat berpengaruh pada saat penjualan ke pada konsumen. Tujuan dilakukan pengemasan yaitu untuk menghindari kerusakan mekanis dan fisiologi. Selain itu mutu produk dapat dipertahankan sampai ke tangan konsumen sehingga tidak menurunkan nilai jual dan memudahkan dalam pemasarannya.

Jumlah produksi jamur yang dihasilkan oleh para petani jamur di desa wadungasih jumlahnya berbeda – beda. Perbedaan jumlah di karenakan karena adanya beberapa faktor – faktor yang berbeda di miliki setiap petani nya. Berikut ini adalah data hasil produksi dari 20 petani yang sengaja untuk di ambil datanya:

Tabel 9. Data Hasil Produksi Petani Jamur Tiram Putih desa Wadungasih Variabel Petani L.Kumbung (m2) Jumlah Baglog (persatuan) Frekuensi Penyiraman (kali) Tenaga Kerja (HOK) Hasil Produksi (kg) 1 138 7000 280 360 6048 2 75 6000 240 240 5021 3 31 4000 180 240 3000 4 35 3000 190 240 2350 5 24 2500 169 240 1800 6 48 4000 200 360 3300 7 16 2000 210 240 1124 8 46 3500 190 240 2470 9 49 4500 187 240 3320 10 42 3500 210 240 2700 11 36 2300 240 240 1250 12 30 2500 210 240 1400 13 48 4000 240 360 3000 14 12 1500 219 240 989 15 24 2000 224 240 1291 16 32 2200 240 360 1056 17 20 1500 257 240 1287 18 41 3500 240 240 2440 19 40 3500 190 360 2500 20 30 2000 220 240 1106

Sumber: data primer (2012)

Hasil produksi jamur tiram putih di desa wadungasih dibagi menjadi 2 hasil produksi, yang pertama yaitu buah jamur yang masi segar langsung dari pemanenan. Produk ini di lakukan apabila ada pemesanan jamur dari konsumen yang langsung di pesan dan tidak menunggu lama untuk dilakukannya pengolahan untuk di konsumsi. Dan produk yang ke dua berupa jamur yang sudah di olah, seperti di jadikan krispi jamur, hal ini dilakukan karena kondisi jamur yang tidak bisa tahan lama, sehingga petani memproduksi jamur krispi tersebut apabila pada saat pemanenan tidak ada konsumen yang membeli jamur

masi segar dari pemanenan. Maka petani jamur tidak akan merasa rugi apabila jamur tersebut masih belum ada pembeli, sehingga jamur masi bias di konsumsi pada bentuk olahan dari pada membusuk setelah pemanenan.

Jamur tiram putih yang dihasilkan oleh petani Desa Wadungasih rata-rata dari 1000 log dapat memproduksi kurang lebih 900 kg dan dipasarkan dalam bentuk segar. Sedangkan untuk mempertahankan kesegaran jamur tiram putih hingga sampai ke tangan konsumen maka pemasarannya harus dilakukan segera mungkin. Seperti pada penjelasan sebelumnya hasil panen di kelompokan menjadi 2 yaitu produk segar dan sudah dalam bentuk olahan. Dalam memasarkan produknya rata-rata petani di desa wadungasih menjual kepada pembeli dalam skala usaha kecil2an dan ada beberapa perusahaan besar, dan pembeli tersebut akan mendatangi para petani jamur pada saat jamur sudah mulai pemanenan.

Petani jamur di wilayah desa Wadungasih sudah mematok harga sama dengan petani lainnya yaitu sekitar Rp. 13.000 /kg dalam bentuk segar. Sedangkan dalam bentuk krispi nya bisa mencapai Rp. 25.000 /kg. Dengan hasil produksi yang cukup baik membuat semakin banyaknya peminat jamur untuk di konsumsi.

Dokumen terkait