• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR PRODUKSI DAN RESIKO USAHA JAMUR TIRAM PUTIH DI DESA WADUNGASIH KECAMATAN BUDURAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR - FAKTOR PRODUKSI DAN RESIKO USAHA JAMUR TIRAM PUTIH DI DESA WADUNGASIH KECAMATAN BUDURAN."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Program Studi : Agribisnis

Diajukan Oleh:

NANDA ENDAR PERMANA NPM: 0924010010

K e p a d a

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA

(2)
(3)

Puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Proposal Skripsi dengan judul “ Analisis Faktor-Faktor Produksi dan Resiko

Usaha Jamur Tiram Di Desa Wadungasih Kecamatan Buduran ” .

Penyusunan Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat

menyelesaikan kuliah pada akhir semester Jurusan Agribisnis di Fakultas

Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur.

Hal ini penulis menyadari bahwa segala keberhasilan dan kesuksesan

tidak terlepas dari sang khaliq dan juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.

Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

Ir. Mubarokah, MTP selaku Dosen Pembimbing dan juga Ir. Sigit Dwi Nugroho,

MSi yang telah banyak memberikan banyak pengarahan, motivasi, masukan

serta meluangkan waktu dan tenaganya dengan penuh kesabaran dan

keikhlasan untuk membimbing penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MM selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Dr.Ir. Ramdan Hidayat, MSi selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Dr.Ir. Eko Nurhadi, MS selaku Ketua Jurusan Agribisnis, Fakultas

Pertanian-Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Seluruh keluarga besarku terutama Orang tuaku, kakak-kakakku dan

adik-adikku yang telah banyak memberikan dukungan do’a, semangat dan kasih

(4)

Namun demikian penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun

penyajian proposal skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat

banyak kekurangan. Untuk itu penulis harapkan kepada pembaca, kritik dan

saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan proposal skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat

bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Surabaya, Juni 2013

(5)

ABSTRAK

RINGKASAN

KATA PENGANTAR……… i

DAFTAR ISI……….. ………. iii

DAFTAR TABEL……… v

DAFTAR GAMBAR………. ………vi

DAFTAR LAMPIRAN……….. ………vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ...1

B. Permasalahan…... ... 2

C. Tujuan Penelitian ... ……….3

D. Manfaat Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Penelitian Terdahulu ... 5

B. Pengertian Usaha Tani………… ... 7

C. Faktor yang Mempengaruhi Produksi………. 9

D. Morfologi dan Klasifikasi Jamu Tiram ... 14

E. Budidaya Jamur Tiram……… ... 16

F. Analisis Resiko………..……… 26

III. KERANGK A PEMIKIRAN ... 32

A. Kerangka Pemikiran ... 32

B. Hipotesis……….. 36

IV. METODE PENELITIAN ... 37

A. Penentuan Lokasi. ... 37

(6)

E. Metode Pengujian... 39

V. HASIL DAN PEMBAHASAN……… ……….47

A. Gambaran Umum Desa Wadungasih……….. 47

B. Proses Produksi Jamur Tiram Putih di Desa Wadungasih………. 53

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Jamur Tiram Putih……….. 62

D. Analisis Resiko Pada Usahatani Jamur……….……….. 67

E. Kendala yang Di Hadapi Dalam Usahatani Jamur……….………. 71

VI. KESIMPULAN DAN SARAN……….. 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(7)

usahatani jamur tiram putih. Agar peneliti dapat menganalisis resiko fisik, ekonomi, dan faktor – faktor yang berpengaruh terhadap produksi jamur tiram putih serta mengetahui upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif, regresi linier berganda, uji f, dan analisis resiko. Metode yang paling efektif digunakan dalam mengukur dampak risiko adalah Value at Risk.Hasil penelitian dari usaha jamur tiram putih di desa wadungasih kecamatan buduran menunjukan Luas Kumbung, Jumlah Baglog, Frekuensi Penyiraman dan Tenaga Kerja merupakan faktor – faktor produksi yang sangat berpengaruh pada usahatani jamur tiram putih dengan di buktikannya menggunakan analisis regresi linier dengan hasil signifikan. produksi jamur pada usahatani jamur tiram putih memiliki resiko gagal sebesar 44,4% dan resiko ekonomi yang dialami petani selama tahun 2011-2012, kurangnya penerimaan produksi sebesar Rp, 10.419.732, sehingga produksi jamur mengalami resiko cukup tinggi. Kendala yg dihadapi oleh petani jamur di desa Wadungasih.diantaranya ketersediaan modal dan kurangnya motivasi. Untuk mengatasi hal tersebut untuk para petani harus memperhatikan pertu bahan jamurnya dimana kemungkinan gangguan hama seperti tikus, atau tidak stabilnnya suhu dalam kumbung yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur,

maka untuk menghindari kegagalan tersebut petani harus lebih

memperhatikannya.

Kata Kunci : Usahatani, Jamur Tiram Putih, dan Resiko

ABSTRACT

This research aims to study the production process on the white oyster mushroom farming. So that researchers can analyze the risk of physical, economic, and factors - factors that affect the production of white oyster mushroom, and know the efforts to overcome these problems. The analysis used the descriptive analysis, multiple linear regression, f test, and risk analysis. The most effective method is used to measure the impact of risk is Value at Risk.Hasil study of white oyster mushroom business in the village district wadungasih Buduran shows Kumbung area, Total Baglog, Watering Frequency and Labor is a factor - a very influential factor in the production of oyster mushroom farm in white with proved it using linear regression analysis with significant results. production of mushrooms in oyster mushroom farms have the risk of failure by 44.4% and economic risks experienced by farmers during the years 2011-2012, the lack of production revenue of Rp, 10,419,732, resulting in production of mushrooms at risk is quite high. Constraints faced by farmers who fungus in the village Wadungasih.diantaranya availability of capital and lack of motivation. To overcome this, the farmers have to pay attention to the material Pertu mushrooms where the possibility of pests such as mice, or in kumbung stabils temperature that can affect the growth of fungi, to avoid the failure of farmers to be more noticed.

(8)

MUBAROKAH, MTP. DOSEN PENDAMPING: Ir. SIGIT DWI NUGROHO, MSi

RINGKASAN

Jamur tiram putih termasuk salah satu varietas jamur yang banyak di kembangkan untuk berbisnis terutama di desa Wadungasih Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo. Resiko terbesar yang dihadapi usaha budidaya jamur tiram putih di Desa Wadungasih adalah resiko produksi. Proses produksi jamur tiram di desa Wadungasih dilakukan dengan beberapa tahap hingga sampai ke tangan konsumen. Jamur tiram putih yang dihasilkan oleh petani Desa Wadungasih rata-rata dari 1000 log dapat memproduksi kurang lebih 900 kg dan dipasarkan dalam bentuk segar. Hasil produksi jamur tiram putih di desa wadungasih dibagi menjadi 2 hasil produksi, yang pertama yaitu buah jamur yang masi segar langsung dari pemanenan dan produk segar dan sudah dalam bentuk olahan.

Berdasarkan tabel penelitian dapat diketahui nilai koefisien determinasi (R-Square) yang digunakan untuk mengetahui persentase pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) sebesar 0.99. Hal ini berarti variable luas kumbung, jumlah baglog, frekuensi penyiraman dan tenaga kerja secara bersama mampu menjelaskan pengaruh terhadap produksi jamur tiram putih sebesar 99% . Sedangkan sisanya yaitu sebesar 1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti seperti adanya hama, penyakit atau kompsisi pada baglog jamur. Uji F adalah untuk mengetahui derajat signifikansi pengaruh secara simultan variabel-varibel independen (X) terhadap variabel dependen Jumlah produksi jamur tiram putih di desa Wadungasih.. Dari hasil tabel diatas dapat pula diketahui nilai Fhitung sebesar 24,596 . nilai Fhitung > Ftabel (276,661 >

3,052), maka Ho ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa Luas Kumbung, Jumlah Baglog, Frekuensi Penyiraman dan Tenaga Kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap hasil atau Jumlah Produksi Jamur tiram putih.

(9)

A. Latar Belakang

Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari

kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan

ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk

setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung.

Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal

dengan sebutan King Oyster Mushroom. Jamur tiram mempunyai khasiat untuk

kesehatan manusia sebagai protein nabati yang tidak mengandung kolesterol,

sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit darah tinggi, penyakit jantung,

untuk mengurangi berat badan, obat diabetes, obat anemia dan sebagai obat

anti tumor (Suriawiria, 2006).

Jamur tiram putih adalah jamur yang hidup di kayu dan mudah

dibudidayakn menggunakan substrat serbuk kayu dan diinkubasikan dalam

kumbung. Jamur tiram dapat ditumbuh kembangkan pada media serbuk kayu

yang di kemas dalam kantong plastik. Jamur tiram biasa hidup pada daerah

bersuhu 10-32o celcius.

Jamur tiram putih termasuk salah satu varietas jamur yang banyak di

kembangkan untuk berbisnis terutama di desa Wadungasih Kecamatan Buduran

Kabupaten Sidoarjo. Jamur tiram putih memiliki bebarapa ke unggulan

diantaranya jamur tersebut dapat di olah atau dijadikan berbagai makanan

seperti kripik, krispi dan sebagainya. Jamur tiram juga dapat di panen lebih cepat

meskipun di kembangkan di daerah di dataran rendah serta meiliki produksi

tinggi. Kandungan jamur tiram di bandingkan dengan jamur yang lainnya juga

memiliki kandungan protein yang lebih tinggi di bandingkan dengan jamur yang

(10)

Menurut Sunarto sebagai ketua kelompok petani di kampung jamur,

tingkat peminat jamur tiram di Sidoarjo dan sekitarnya juga sangat banyak.

Permintaan untuk konsumsi pada masyarakat juga semakin meningkat terutama

pada varietas jamur tiram di daerah dataran rendah, tidak banyak pengusaha

jamur di daerah dataran rendah yg berhasil mengembangkan usahanya apalagi

untuk mempertahankan usahanya tersebut. Salah satu cara untuk memenuhi

permintaan konsumen adalah dengan meningkatkan produksi jamur tiram.

Resiko terbesar yang dihadapi usaha budidaya jamur tiram putih di Desa

Wadungasih adalah resiko produksi. Dimana hasil panen yang diperoleh

bervariasi dalam jumlahnya. Hasil produksi jamur tiram putih dalam setiap

periode memiliki jumlah yang berbeda - beda.

Beberapa faktor dapat mempengaruhi hal yang dapat menunjang atau

menghambat hasil dari produkis jamur tiram. Misalkan dalam aspek lingkungan

yang menentukan keberhasilan budidaya jamur tiram diantaranya adalah

kelembapan, waktu tumbuh, kandungan CO2, cahaya dan sirkulasi udara. Selain

aspek lingkungan sebagai faktor keberhasilan budidaya jamur tiram, bahwa

terdapat beberapa faktor penentu lain yang menunjang keberhasilan seperti

lingkungan kawasan, bentuk sifat lahan, tenaga kerja yang diperlukan, sumber

bahan baku, sumber air, dan bibit yang harus disesuaikan.

B. Permasalahan

Nilai ekonomis jamur tiram beberapa tahun ini terus meningkat.

Komoditas jamur terutama jamur tiram sangat banyak di minati oleh para

konsumen untuk di jadikan konsumsi di berbagai jenis makanan. Permintaan

akan produk ini senantiasa meningkat juga disebabkan karena kebutuhan pasar

akan produk kian meluas, tak hanya dalam bentuk segar, tetapi juga olahan.

(11)

terjadi berdirinya Kampung Jamur. Petani Jamur di daerah tersebut berjumlah

sekitar 20 orang yang berusahatani jamur kecil – kecilan.

Pengaruh cuaca yang tidak menentu mengakibatkan petani jamur tidak

dapat memaksimalkan produksi jamur yang petani dirikan, sehingga permintaan

yang semakin meningkat tidak dapat petani penuhi. Jika diadakan penelitian

lebih lanjut untuk mencari dan mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi

apa saja yang ada pada usaha budidaya jamur tiram putih di desa Wadungasih

ini. Identifikasi ini dilakukan dengan harapan dapat diterapkan, paling tidak dapat

meminimalkan dampak dan probabilitas dari sumber-sumber resiko. Oleh karena

itu berkait dengan produksi jamur tiram di Kampung Jamur Desa Wadungasih

dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Faktor – faktor apa yang berpengaruh terhadap produksi jamur tiram putih?

2. Bagaimanakah kemungkinan terjadinya resiko pada usahatani jamur tiram ?

3. Apakah yang menjadi kendala dalam usahatani jamur tiram?

C. Tujuan Penelitian

1. Mempelajari proses produksi pada usahatani jamur tiram putih.

2. Menganalisis faktor – faktor yang berpengaruh terhadap produksi jamur

tiram putih.

3. Menganalisis terjadinya resiko fisik dan resiko ekonomi pada kegiatan

produksi jamur tiram ?

(12)

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi ilmu pengetahuan

Dengan disusunnya skrpisi ini, penulis berharap dapat memberikan

sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta dapat

menjadi bahan studi perbandingan bagi penulis dimasa yang akan datang

pada Usaha tani di Kampung Jamur Desa Wadungasih.

b. Bagi penulis

Dengan penyusunan skripsi ini penulis mendapat manfaat yaitu

sebagai penerapan dan perbandingan dengan teori-teori yang pernah

penulis terima dibangku kulah terhadap kenyataan yang sebenarnya di

Kampung Jamur Desa Wadungasih.

c. Bagi Petani Jamur

Dengan disusunnya skripsi ini, pihak terkait dapat

mempergunakannya sebagai dasar pertimbangan dan masukan informasi

guna meningkatkan kegiatan produksi jamur yang diharapkan oleh pihak

terkait dengan produksi Jamur Tiram di Kampung Jamur Desa

Wadungasih.

d. Bagi lembaga/perguruan tinggi

Dengan disusunnya skripsi ini diharapkan hasil penelitian ini dapat

menambah bahan pustaka (literatur) di perpustakaan dan dapat di jadikan

(13)

II TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Netty Widyastuti dan Donowati Tjokrokusumo 2008. Melakukan penilitian

tentang Aspek Lingkungan Sebagai Faktor Penentu Keberhasilan Budidaya

Jamur Tiram (Pleurotus sp) Aspek lingkungan yang menentukan keberhasilan

budidaya jamur tiram diantaranya adalah kelembapan, waktu tumbuh,

kandungan CO2, cahaya dan sirkulasi udara. Selain aspek lingkungan sebagai

faktor keberhasilan budidaya jamur tiram, kenyataan di lapang menunjukkan

bahwa terdapat beberapa faktor penentu lain yang menunjang keberhasilan

seperti lingkungan kawasan, bentuk sifat lahan, tenaga kerja yang diperlukan,

sumber bahan baku, sumber air, dan bibit yang harus disesuaikan.Perlu

memperhatikan alur budidaya jamur tiram .Perlu peran peneliti untuk melakukan

optimasi budidaya jamur tiram secara sinergi dengan para petani, sehingga akan

lebih meningkatkan produksi.

Maharani (2007) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Usahatani

dan Tataniaga Jamur Tiram Putih (Studi kasus : Desa Kertawangi, Kecamatan

Cisarua, Kabupaten Bandung, Jawa Barat). Memperoleh hasil bahwa

besarnyaR/C rasio atas biaya tunai adalah 2,69 dan besarnya R/C rasio atas

biaya total adalah 2,20. Berdasarkan kedua perhitungan tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa usahatani jamur tiram putih ini menguntungkan

dan sudah efisien. Bibit jamur tiram putih dan minyak tanah merupakan

variabel yang berpengaruh nyata pada peningkatan produksi jamur tiram putih.

Oleh karena itu dengan memperhatikan penggunaan ketiga variabel tersebut

maka efisiensi usahatani jamur tiram putih dapat dipertahankan.

Berdasarkan analisis saluran tataniaganya dapat disimpulkan bahwa secara

(14)

keuntungan yang diperoleh petani hampir sama, bahkan lebih kecil dari

keuntungan lembaga tataniaga lainnya.

Penelitian yang dilakukan Ruillah (2006), mengenai Analisis Usahatani

Jamur Tiram Putih, kasus Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten

Bandung, Jawa Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa elastisitas

produksi yang terbesar adalah bibit yaitu sebesar 0,22 persen. Adapun variable

dummy adalah lahan dan luas kumbung yang tidak berpengaruh terhadap luas

produksi, tetapi lebih di tentukan oleh jumlah log jamur yang diproduksi oleh

petani. Apabila dilihat dari imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio) diketahui

bahwa R/C atas biaya tunai petani pada skala III lebih besar dibandingkan

dengan skala I dan II yaitu sebesar 3,75. Hal ini berarti setiap rupiah biaya yang

dikeluarkan oleh petani skala III akan memberikan penerimaan sebesar Rp 3,75

sehingga usahatani jamur tiram putih yang lebih efisien terletak pada skala III.

Jamilah (2010) meneliti tentang analisis resiko produksi wortel dan

bawang daun. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis tingkat resiko

produksi wortel dan bawang daun, serta menganalisis alternatif penanganan

resiko produksi dari kedua jenis komoditas tersebut. Penelitian ini difokuskan

pada analisis resiko produksi. Alat analisis yang digunakan untuk mengukur

tingkat resiko menggunakan analisis dasar yang sering digunakan untuk

mengukur resiko yaitu variance, standard deviation, dan coefficient variation. Alat

analisis dasar tersebut juga akan digunakan penulis untuk menghitung resiko

produksi jamur tiram putih.

Penelitian terdahulu di atas mempunyai perbedaan dengan penelitian ini

yang menganalisis resiko dengan metode nilai standar atau z-score dan

(15)

variable seperti bibit jamur, tenaga kerja, dan luas kumbung terhadap produksi

jamur tiram di Kampung Jamur Desa Wadungasih.

B. Pengertian Usaha Tani

Menurut Soeharjo dan Patong (1973), usahatani adalah kombinasi yang

tersusun (organisasi) dari alam, kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi

di lapangan pertanian. Ketatalaksanaan organisasi itu sendiri diusahakan oleh

seorang atau sekumpulan orang.

Mosher (1966) memberikan defenisi farm (yang diterjemahkan oleh

Krisnadi menjadi usahatani) sebagai suatu tempat atau bagian dari permukaan

bumi dimana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu apakah ia

seorang pemilik, penyakap, atau manajer yang digaji. Dalam suatu usahatani,

tanaman yang diusahakan tidaklah terbatas pada suatu macam tanaman

tertentu,tetapi dapat terdiri atas berbagai macam tanaman, ternak dan ikan.

Usaha tani merupakan sebagian dari sebidang tanah, dimana seorang

petani atau badan tertentu untuk mengembangkan tumbuh – tumbuhan dan

hewan dengan bantuan alam, tenaga kerja, dan modal untuk memperoleh

penghasilan yang sebesar – besarnya. Dalam melaksanakan usahatani, seorang

petani haruslah berpikir bagaimana untuk mengalokasikan input seefisien

mungkin. Untuk memperoleh produksi yang optimal, tindakan yang dapat

dilakukan adalah bagaimana untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar

dengan menekan seluruh biaya produksi sekecil – kecilnya. Untuk memperoleh

produksi yang optimal dari usahatani, petani harus melakukan usaha untuk

memadukan faktor – faktor produksi, sarana produksi, tenaga kerja, modal, dan

manajemen.(Adiwilaga,1994)

Pengertian usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari

(16)

efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi. Pada waktu tertentu.

Dikatakan efektif bila pertani atau produsen dapat mengalokasikan sumber daya

yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila

pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang

melebihi masukkan (input). (Soekarwati, 2002)

Ilmu usahatani yaitu ilmu yang menyelidiki segala sesuatu yang

berhubungan dengan kegiatan orang di bidang pertanian, tegasnya ilmu

usahatani itu mnyelidiki cara-cara seorang petani sebagai pengusaha penyusun,

mengatur, menjalankan perusahaan itu. Secara garis besar, usaha tani dapat

didefinikasikan sebagai suatu usaha yang bertujuan memperoleh bidang

produksi pertanian. Usaha ini merupakan kemampuan dari sumber daya alam

yang diperlukan untuk suatu produksi pertanian, seperti air tanah dan lain-lain.

Usahatani dapat berupa kegiatan atau aktivitas bercocok tanam atau memelihara

tanah, maka dapat di katakan bahwa ilmu usaha tani adalah ilmu yang

menyelidiki dan kegiatan manusia dalam melakukan kegiatan pertanian di

tanahnya. (Adiwilaga, 1994).

Usahatani dapat dikatakan sebagai unit atau produksi dalam keseluruhan

organisasi. Usahatani pada umumnya dilakukan di areal yang sempit, tujuannya

untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Teknologi yang digunakan juga relatif

sederhana. Umumnya cara permodalannya yang di miliki petani tidak mampu

untuk membeli teknologi. Dengan demikian petani berusahatani menurut apa

(17)

C. Faktor yang Mempengaruhi Produksi

Produksi adalah hubungan antara faktor-faktor produksi yangdisebut input

dengan hasil produksi yang disebut output (Sudarsono,1984 : 32-36). Dari input

yang tersedia setiap perusahaan termasuk didalamnya sektor pertanian, ingin

memperoleh hasil maksimunsesuai dengan tingkat teknologi yang ada pada saat

itu. Fungsiproduksi ini bisa dilakukan dengan berbagai cara untuk memperoleh

output tertentu, bisa bersifat labour intencive ( lebih banyak penggunaan tenaga

kerja) seperti yang banyak dilakukan sistempertanian di Indonesia, atau dengan

system capital intencive dengan lebih banyak menggunakan capital dan

mesin-mesin seperti banyak dilakukan di negar-negara maju seperti Amerika, Jepang

(Deliarnov,1994: 180-181).Suatu fungsi produksi dapat memberi gambaran

kepada kitatentang produksi yang efisien secara teknis, artinya semua

penggunaan input dalam produksi serba minimal atau serba

efisien(Sudarsono,1984: 44-45). Sedangkan menurut Deliarnov (1994:97-98) dari

input yang tersedia setiap perusahaan ingin memperoleh hasilyang maksimal

sesuai dengan tingkat teknologi yang tertinggi padasaat itu.Untuk meningkatkan

produksi dapat dilakukan dengan cara (Soekartawi,1990:15-17):

a.Menambah jumlah salah satu dari input yang digunakan.

b.Menambah beberapa input (lebih dari input yang digunakan).

Produktivitas dari faktor-faktor produksi dapat dicerminkan dari produk marginal .

Produk marginal adalah tambahan produksi yang diperoleh sebagai akibat dari

adanya penambahan kuantitas faktor produksi yangdipergunakan. Produk

marginal dapat berada pada posisi law of diminishing returns , yaitu penurunan

tingkat penambahan hasilkarena adanya penambahan input variabel. Dan posisi

(18)

besar. Semakin banyak faktor produksi yang dipakai produksinya semakin

meningkat. Diantara kedua posisi tersebut terdapatskala pertambahan hasil yang

konstan(Sudarsono,1984 : 32-36).

Produksi adalah bidang yang terus berkembang selaras dengan

perkembangan pendapatan, dimana produksi memiliki jalinan timbal balik (dua

arah) yang sangat erat dengan pendapatan, maka pengaruh produksi terhadap

pendapatan usahatani yaitu jika produksi semakin meningkat maka pendapatan

petani juga akan mengalami peningkatan, dan sebaliknya jika produksi menurun

maka pendapatan petani juga akan mengalami penurunan (Gaspersz,2003).

Biaya Produksi adalah biaya yang harus di keluarkan oleh pengusaha

untuk dapat menghasilkan output. Hubungan biaya produksi dengan pendapatan

yaitu dimana jika biaya produksi semakin besar maka hasil output juga akan

semakin meningkat.

Harga adalah suatu tingkat penilaian yang pada tingkat itu barang yang

bersangkutan dapat ditukarkan dengan sesuatu yang lain, apapun bentuknya.

Sehingga hubungan antara harga dengan pendapatan yaitu jika harga semakin

meningkat, maka pendapatan petani juga akan meningkat. Dan jika harga turun

maka pendapatan petani juga menurun.

Fungsi produksi adalah fungsi yang menunjukkan hubungan antara

berbagai kombinasi input yang digunakan untuk menghasilkan output. Asumsi

dasar untuk menjelaskan fungsi produksi adalah berlakunya “ the law of

diminishing ret urns” yang menyat akan bahwa apabila suatu input dit ambahkan

dan input lain tetap maka tambahan out put dari setiap tambahan satu unit input

yang ditambahkan mula-mula menaik, tapi pada suatu tingkat tertentu akan

menurun jika input tambahan tersubut terus menerus dit ambahkan. Jadi dalam

(19)

1) Tahap 1 : produksi terus bertambah dengan cepat

2) Tahap 2 : pertambahan produksi total semakin lama semakin mengecil

3) Tahap 3 : pertambahan produksi total semakin berkuran

1. Element input dalam sistem produksi

Pada dasarnya input dalam sistem produksi dapat di klasifikasikan ke

dalam dua jenis, yaitu: input tetap (fixed input) dan input variabel (variable input).

Input tetap di definisikan sebagai suatu input bagi sistem produksi yang tingkat

penggunaan itu tidak tergantung pada jumlah output yang diproduksi. Input

variabel di definisikan sebagai suatu input bagi sistem produksi yang tingkat

penggunaan input itu tergantung pada jmulah output yang akan di produksi,

(Kotler, 2004). Dalam sistem produksi terdapat beberapa input baik variabel

maupun tetap, sebagai berikut (anomimous,2011):

a. Tenaga kerja . Operasi sistem produksi membutuhkan intervensi dan

orang-orang yang terlibat dalam proses sistem produksi di anggap

sebagai input tenaga kerja . Tenaga kerja adalah semua yang bersedia

dan sanggup bekerja. Golongan ini meliputi yang bekerja untuk

kepentingan sendiri, baik anggota-anggota keluarga yang tidak menerima

bayaran berupa uang maupun mereka yang bekerja untuk gaji dan upah.

Juga yang menganggur, tetapi yang sebenarnya bersedia dan mampu

untuk bekerja. Berdasarkan umur tenaga kerja dibagi tiga :

1. Penduduk dibawah usia kerja : dibawah 15 tahun

(20)

3. Golongan yang sebenarnya sudah melebihi umur kerja, diatas 65

tahun.

Faktor produksi berupa tenaga kerja ini adalah manusia / SDM yang

mempunyai keahlian dan ketrampilan yang dibedakan 3 golongan, yaitu :

1. Tenaga kerja kasar, adalah tenaga yang tidak berpendidikan atau

berpendidikan rendah dan tidak memiliki keahlian dalam suatu bidang

pekerjaan (contoh : tukang sapu jalan, kuli bangunan dll).

2. Tenaga kerja terampil, adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dari

pelatihan atau pengalaman kerja (contoh : montir mobil, tukang kayu,

perbaikan TV dan lain-lain).

3. Tenaga kerja terdidik, adalah tenaga kerja yang memiliki pendidikan

cukup tinggi dan ahli dalam bidang tertentu (contoh : dokter, akuntan,

insinyur, dll).

b. Modal. Operasi sistem produksi membutuhkan modal. Biasanya dalam

periode jangka pendek, modal diklasifikasikan sebagai input tetap.

c. Material. Agar sistem produksi dapat menghasilkan produk manufaktur,

maka diperlukan material atau bahan baku. Material di klasifikasikan

sebagai input variabel.

d. Energi. Mesin-mesin produksi dan aktivitas pabrik/usahatani lainnya

membutuhkan energi untuk menjalankan aktivitas itu.

e. Tanah. Sistem produksi manufaktur membutuhkan lokasi atau ruang

untuk mendirikan pabrik, gudang, dan lain-lain. Namun, dalam sistem

produksi pertanian, input tanah biasanya diklasifiksikan sebagai input

(21)

f. Informasi. Dalam industri modern, informasi telah dipandang sebagai

input.

g. Manajerial. Sistem industri modern yang berada dalam lingkungan pasar

global yang amat sangat kompetitif membutuhkan : supervisi,

perencanaan, pengendalian, koordinasi, dan kepemimpinan yang efekstif

untuk meningkatkan performasi sistem itu secara terus menerus.

2. Eleman Output dalam sistem produksi

Pengukuran output yang paling mudah dan bersifat klasik adalah unit

output yang di produksi oleh sistem produksi itu (Kotler. 2004). Dalam sistem

Produksi modern, seperti: Just in time (JIT), beberapa pengukuran pada tingkat

output sistem produksi yang relavan dipertimbangkan, adalah

(anonymous,2011):

a. Kuantitas produk sesuai pesanan konsumen atau permintaan pasar

diukur dalam satuan unit.

b. Tingkat efektifitas dari sistem produksi, merupakan rasio output aktual

terhadap output yang direncanakan sesuai permntaan pasar, di ukur

dalam satuan persen, nilai ideal adalah 100%.

c. Banyaknya produk cacat, dapat diukur dalam satuan unit atau persentase

dari output total yang diproduksi sesuai permitaan pasar.

d. Biaya per unit output, diukur dalam satuan mata uang seperti rupiah/unit,

dollar/unit, dll

(22)

Perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang juga mengalami

masalah kelangkaan. Untuk mencapai tujuan keuntungan yang maksimum,

perusahaan harus dapat mengalokasikan sumberdaya secara efektif dan efisien.

Sumberdaya merupakan faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi

barang atau jasa. Menurut Lipsey (1984) fungsi produksi adalah hubungan

antara faktor produksi yang digunakan sebagai input dalam proses produksi

dengan jumlah output yang dihasilkan (pada suatu waktu dan tingkat teknologi

tertentu).(anonimous, 2011)

Efektivitas merupakan karakteristik lain dari proses yang mengukur

derajat pencapaian output dari sistem produksi. Efisiensi adalah ukuran yang

menunjukkan bagaimana baiknya sumber daya-sumber daya ekonomi digunakan

dalam proses produksi untuk menghasilkan output (Gaspersz, 2003).

Efisiensi dalam teori produksi adalah cara untuk memaksimumkan

keuntungan. Hal ini terlihat dari konsep keuntungan yang merupakan selisih dari

penerimaan dengan biaya. Untuk memaksimumkan keuntungan dapat dilakukan

dengan dua cara, yaitu memaksimumkan penerimaan atau meminimumkan

biaya. Maksimum penerimaan ini, dalam efisiensi berarti memproduksi output

semaksimum mungkin dengan tingkat penggunaan input yang tetap. Minimum

biaya adalah memproduksi output pada tingkat tertentu dengan biaya produksi

seminimum mungkin (Gaspersz, 2003).

D. Morfologi dan Klasifikasi Jamur Tiram

Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak

dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada

tanaman yang berklorofil. Oleh karena itu, jamur mengambil zat-zat makanan

(23)

hidupnya. Jamur digolongkan sebagai tanaman heterotrofik karena

ketergantungannya terhadap organisme lain tersebut (Cahyana, et. al., 2007).

Jamur tiram atau jamur tiram putih adalah jamur pangan dengan tudung

berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak

cekung dan berwarna putih hingga krem. Tubuh buah memiliki batang yang

berada dipinggir (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram

(ostreatus), sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus.

Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii atau King Oyster

Mushroom (Suriawiria, 2001).

Tubuh buah mempunyai tudung yang berubah dari hitam, abu-abu,

coklat, hingga putih dengan permukaan yang hampir licin dengan diameter 5 - 20

cm. Tepi tudung mulus sedikit berlekuk. Spora berbentuk batang berukuran (8 -

11) × (3 - 4) μ m. Miselium berwarna putih dan bisa tumbuh dengan cepat. Di

alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan

pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di

permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang

sudah ditebang. Klasifikasi Jamur Tiram Putih ( Pleurotus Ostreatus ) secara

lengkap menurut Cahyana (1997) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Mycetea

Divisio : Amastigomycotae

Phylum : Basidiomycotae

Kelas : Hymenomycetes

Ordo : Agaricales

Family : Pleurotaceae

Genus : Pleurotus

(24)

Aspek keuntungan lain bila dibandingkan antara bahan pangan dan

makanan lain dengan beberapa jenis jamur yang dapat dikonsumsi adalah nilai

gizinya. Jamur tiram memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dan kandungan asam

amino yang lengkap.

Tabel 1. Komposisi dan Kandungan Nutrisi Jamur Tiram Putih (Per 100 gram bahan kering)

No. Zat Gizi Kandungan

Sumber. aOei, 1996; b Bano et al, 1981 dalam Bano & Rajarathnam.1982.

E. Budidaya Jamur Tiram

Jamur terdiri dari bermacam-macam jenis, ada yang merugikan dan ada

yang menguntungkan bagi kehidupan manusia. Jamur yang merugikan antara

lain karena bersifat patogen yaitu dapat menyebabkan penyakit pada manusia,

hewan maupun tumbuhan. Diantara jamur yang menguntungkan manusia

misalnya : penicillium yang menghasilkan antibiotik penisilin, jamur-jamur yang

berperan dalam proses fermentasi makanan seperti kecap, tempe, tape, tauco

(25)

antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shiitake, jamur agaricus (campignon)

dan jamur merang.

Dewasa ini budidaya jamur (Mushrooming the mushroom) yang dapat

dimakan telah banyak dilakukan orang yaitu dengan menggunakan limbah

pertanian sebagai media tumbuhnya. Budidaya jamur yang dapat dimakan

(edible mushroom) merupakan salah satu cara mengatasi kekurangan pangan

dan gizi serta menganekaragamkan pola komsumsi pangan rakyat. Dari analisa

menunjukkan bahwa kandungan mineral jamur lebih tinggi daripada gading sapi

dan domba, bahkan hampir dua kali lipat jumlah garam mineral dalam sayuran.

Jumlah proteinnya dua kali lipat protein asparagus, kol, kentang dan empat kali

lipat daripada tomat dan wortel serta enam kali lipat dari jeruk. Selain itu jamur

juga mengandung zat besi, tembaga, kalium dan kapur, kaya vitamin B dan D,

sejumlah enzim tripsin yang berperan sangat penting pada proses pencernaan,

kalor dan kolesterolnya rendah.

Beberapa keuntungan budidaya jamur yaitu :

1. Melalui pemanfaatan bahan-bahan limbah di sekitar kita akan menjadikan

lingkungan kita bersih, indah dan sehat.

2. Budidaya jamur dapat diusahakan tanpa menggunakan lahan yang luas

3. Produk Jamur dapat dimanfaatkan untuk menambah gizi atau menu serta

dapat menambah pendapatan keluarga.

4. Kompos bekas media tanam dapat langsung digunakan untuk pupuk kolam

ikan, makanan ikan dan untuk memelihara cacing.

Menurut Cahyana (1997) Budidaya jamur tiram putih secara komersil

memerlukan beberapa bangunan yang diperlukan dalam kegiatan usahanya.

Bangunan yang diperlukan terdiri dari ruang persiapan, ruang inokulasi, ruang

inkubasi, ruang penanaman dan ruang pembibitan. Bangunan tersebut dibuat

(26)

genteng. Dinding bangunan dibuat dari anyaman bambu dengan tujuan

memperkecil biaya bangunan, disamping pembuatannya yang mudah, anyaman

bambu ini sangat baik dalam pengaturan suhu dan kelembaban ruangan, karena

memberikan sirkulasi udara yang baik dari ventilasi anyaman serta dengan

masuknya angin melalui jaringan anyaman, dapat mempercepat perkembangan

spora jamur.

Dalam budi daya Jamur Tiram Putih ( Pleurotus Ostreatus ) secara modern

dengan orientasi produksi tinggi, kumbung sangat diperlukan. Kumbung adalah

Bangunan berbentuk rumah yang khusus dibangun untuk digunakan sebagai

tempat membudidayakan Jamur Tiram Putih ( Pleurotus Ostreatus ) dan

berfungsi melindungi media tanam jamur dari air hujan dan sinar matahari

langsung dan kemungkinan masuknya kontaminan spora jamur lain yang tidak

diharapkan. Kondisi di dalam kumbung bisa diatur menyerupai keadaaan habitat

asli Jamur Tiram Putih ( Pleurotus Ostreatus ).

Rangka kumbung bisa dibuat dari bahan besi, kayu, atau bahkan untuk

menghemat bisa memanfaatkan batangan bambu yang harganya lebih murah.

Dinding dan atapnya bisa dibuat dari lembaran plastik atau bahan – bahan lain

yang mudah didapat disekitar rumah, seperti anyaman tebu atau jerami asalkan

bisa menahan air hujan dan sinar matahari secara langsung. Sementara itu,

ukuran kumbung yang dibuat tergantung dari skala usaha yang dikehendaki.

Sebagai patokan, ukuran yang sering digunakan dan cukup memadai adalah 6 x

4 x 2,5 meter. Dengan ukuran seperti itu, di dalam kumbung dapat diletakkan

dua baris rak kayu atau bambu untuk menempatkan media tanam jamur dengan

masing – masing rak terdiri atas 3 – 5 tingkat. Rak – rak tersebut ditempatkan

sehingga tersisa ruang di antara keduanya untuk tempat melintas para pekerja

(27)

Pembangunan gubug atau rumah jamur mempunyai beberapa syarat

seperti luas dari gubug jamur tersebut tergantung pada lokasi yang tersedia.

Tinggi dinding 3m, tinggi puncak bangunan dengan lantai dasar 4m – 4,5m.

Dinding tersebut terbuat dari anyaman bambu dan atap dari bangunan gubug

berasal dari anyaman bambu atau genting dan untuk lantai di anjurkan berpasir

agar waktu penyiraman menjaga kelembaban.

Beberapa syarat tumbuhnya jamur tiram:

1. Budidaya jamur tiram dapat dilakukan secara optimal sepanjang tahun pada

dataran yang letaknya 550m – 800m dpl.

2. Suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan miselium 20oC – 30oC dan

kelmbaban 80% - 85%.

3. Suhu untuk pembentukan tubuh buah (fruiting body) lebih rendah atau sama

dengan 26oC dan kelembaban dalam kubung 90%-94%.

4. Kubung atau rumah jamur di anjurkan di bangun pada tempat – tempat yang

teduh (dibawah tegakan pohon tahunan) dan tidak terkena pancaran sinar

matahari secara langsung ini dimaksudkan untuk menjaga suhu dan

kelembaban ruang kubung.

5. Sirkulasi udara dalam kubung lancar dan angin spoi-spoi basah.

6. Jamur tiram membutuhkan oksigen sebagai senyawa pertumbuhan.

Terbatasnya oksigen dalam kubung mengganggu pembentukan tubuh buah

jamur.

7. Oksigen berlebihan menybabkan tubuh buah jamur tiram cepat menjadi layu.

Jamur tiram putih merupakan salah satu jamur kayu yang sekarang telah

banyak dibudidayakan orang. Media tanam atau substratnya yang sudah umum

digunakan adalah gergajian kayu alba (sengon), tetapi sembarang gergajian

kayu sebetulnya dapat digunakan, tentunya kayu yang tidak beracun, kemudian

(28)

Adapun proses budidaya jamur tiram putih adalah sebagai berikut :

1. Bahan dan Alat

a. Bahan

Bahan – bahan lain yang digunakan dalam budidaya jamur kayu pada media

plastik terdiri dari beberapa macam yaitu serbuk kayu, bekatul (dedak padi),

Tapioka, kapur (CaCO3), gips (Ca2SO4) dan TSP. Dapat pula ditambahkan

tepung tapioka atau tepung biji–bijian yang lain. Perbandingan kebutuhan bahan

– bahan tersebut adalah seperti pada Tabel 2.

Tabel 2 Kebutuhan Bahan – Bahan dalam Budidaya Jamur Tiram

Formulasi Serbuk

Sumber : Cahyana et. al (1999)

Pada Tabel 2 terdapat berbagai formulasi media untuk pertumbuhan

jamur tiram. Hal tersebut berdasarkan pengalaman masing – masing pengusaha

yang dilakukan di tempat yang berbeda yang lebih menguntungkan. Berdasarkan

Tabel 2 dapat dipilih salah satu formulasi yang sesuai dengan kondisi tempat

budidaya.

b. Alat

Peralatan dalam budidaya jamur tiram putih pada umumnya menggunakan

alat-alat sederhana yang mudah diperoleh seperti :

(29)

Jarum inokulasi digunakan untuk menginokulasi miselium jamur

ke media, maksudnya mengambil potongan agar-agar yang telah

ditumbuhi miselium dan memindahkannnya ke media agar-agar.

2. Sprayer

Sprayer digunakan untuk menyemprotkan alkohol 70% ke dalam

ruangan agar ruangan menjadi steril. Penyemprotan ini dilakukan satu

jam sebelum melakukan inokulasi.

3. Timbangan

Timbangan 150 kg digunakan untuk menimbang bahan-bahan

yang akan digunakan untuk pembuatan media tanam atau media bibit

jamur, sedangkan timbangan 2 kg digunakan untuk menimbang hasil

panen jamur.

4. Alkohol 70%

Alkohol ini digunakan untuk pekerjaan aseptik, misalnya

mencelupkan jarum inokulasi, selain itu digunakan untuk mensterilkan

tangan yang akan melakukan pekerjaan inokulasi.

5. Saringan Pengayak

Saringan pengayak digunakan untuk mengayak serbuk gergaji

agar seragam ukurannya dan tidak tercampur dengan bahan ikutan

lainnya seperti kayu atau kerikil. Saringan ayakan dapat dibuat dengan

menggunakan kawat ayakan berukuran kira-kira 0,5 cm dengan panjang

1,5 meter dan lebar 1 meter.

6. Autoklaf

Autoklaf digunakan untuk mensterilkan media. Contoh

(30)

karet, serbuk kayu, baglog, media bibit dan botol bibit. Kapasitas autoklaf

yang digunakan adalah 500 baglog.

7. Termometer

Alat ini mempunyai fungsi untuk mengukur suhu udara di dalam

bangunan atau kumbung jamur.

8. Higrometer

Alat ini digantung dalam ruangan dan digunakan untuk mengukur

kelembaban ruangan penanaman atau ruang inkubasi.

2. Proses pengomposan

Sebelum ditanam bibit, bahab-bahan media tanam tersebut di komposkan

terlebih dahulu selama 15 hari dengan tahapan sebagai berikut :

a. Serbuk gergaji yang telah benar-benar kering direndam dengan air

bersihdidalam suatu wadah selama 1 malam.

b. Tiriskan (sampai dikepal tidak pecah), selanjutnya tambahkan

tambahkankapur beserta bekaltul dan diaduk sampai rata. Biarkan dalam

tumpukan selama 5 hari.

c. Tumpukan diaduk kembali dengan ditambahkan pupuk TSP dan biarkan

selama 5 hari.

d. Bahan diaduk kembali dan tambahkan gips. Biarkan lagi tumpukan itu

sampai 5 hari, maka proses pengomposan telah selesai.

3. Proses Pembungkusan

Bahan-bahan media tanam yang telah dikomposkan dimasukkan ke

dalam kantong plastik. Kantong plastik pada kedua ujung pangkalnya ditekuk

kedalam, sehingga setelah diisi dan dipadatkan kantong plastik dapat berdiri

seperti botol. Kantong plastik diisi kurang lebih ¾ bagian, kemudian yang ¼

(31)

(polibek) pada posisi terbalik yaitu bagian yang ditekuk/ dilipat kedalam

ditempatkan dibawah.

4. Proses Sterilisari

Siapkan alat drum perebus beserta perlengkapannya. Sarangan

diletakkan kira-kiran 1/3 bagian drum dari bawah. Isilah drum dengan air bersih

kira-kira ¼ bagian drum. Sumber panas dinyalakan, sambil media tanam

dimasukkan ke dalam platik besar tahan panas yang menjulur ke atas drum.

Proses sterilisasi dengan uap Ini dilakukan selama 6 – 8 jam pada suhu 90 –

95 C.

5. Teknik Penanaman Bibit ( Inokulasi )

Setelah proses sterilisasi selesai, polibek dari drum diambil keluar dan

dibiarkan dingin. Bila telah dingin, proses inokulasi dapat dilakukan yaitu dengan

cara memasukkan bibit dibagian atas, usahakan merata dibagian atas

permukaan media dalam baglog. Untuk mengikatkan plastik agar kuat, ujung

baglog dimasukan potongan pralon (cincin), kemudian ditutup dengan potongan

kertas koran dan diikat dengan karet gelang. Saat inokulasi sebaiknya jangan

sampai melebihi dari 24 jam setelah proses sterlisasi.

6. Pemeliharaan dan Inkubasi

Polibek yang telah di inokulasi ditempatkan pada rak-rak yang telah

disediakan. Rak-rak ini sebaiknya ditempatkan dalam suatu ruangan agar suhu

dan kelembabannya tidak terpengaruh oleh udara luar. Suhu dan

kelembabannya diusahakan stabil sesuai dengan kondisi yang diinginkan bagi

pertumbuhan jamur yaitu 24 – 28 C dan kelembaban udara 80 – 90 %. Polibek

tersebut dibiarkan selama 6 – 8 minggu sampai miselium tumbuh memenuhi

kantong palstik sehingga warnanya putih padat.

(32)

Setelah baglog berwarna putik kompak (umur 6 – 8 minggu), maka

polibek dapat dibuka dengan melepas karet dan cincin pralon. Kemudian plastik

yang terbuka disibakkan keluar agar permukaan media tumbuh jamur

mendapatkan udara sebanyak-banyaknya.

8. Pemanenan Jamur

Panen dilakukan jika bentuk dan ukuran tubuh buah jamur sudah memenuhi

persyaratan, terutama jika produk tersebut akan dijadikan komoditas

perdagangan secara bebas. Panen jamur tiram dapat dilakukan sembarang

waktu, baik pagi, siang, atau sore hari, asal jamur sudah memenuhi syarat untuk

dipanen, baik berdasarkan bentuk, ukuran ataupun warna tudung/tubuh buah.

Pemanenan dilakukan dengan cara mengangkat/mencabut jamur dari substrat

tanaman. Bekas batang jamur dalam substrat tanam harus dibersihkan. Bagian

ujung batang yang tertinggal di dalam substrat tanam harus dibersihkan, karena

cepat atau lambat ujung batang tersebut akan membusuk. Hasil panen kemudian

dibersihkan dan bagian bawah batang dipotong sesuai dengan ukuran yang

disyaratkan.

Pasca Panen

Jamur merupakan komoditas pertanian yang mudah rusak disebabkan

oleh karena layu atau membusuk. Oleh karena itu diperlukan penanganan pasca

panen yang tepat untuk menjaga kwalitas dan mengurangi tingkat kerugian.

Berikut ini adalah perlakuan untuk memperpanjang umur jamur setelah panen

agar tidak rusak ( membusuk atau berlendir) menurut Sriawiria (2004) :

(33)

Cara yang paling umum agar kesegaran jamur yang baru dipanen dapat lebih

lama serta tidak dapat mengalami kerusakan antara lain dengan menyimpan

di tempat dingin, suhu antara 1-5°C. dengan kondisi temperatur seperti itu,

umur jamur dapat diperpanjang minimal 4 – 5 x 24 jam, terutama untuk jamur

kayu.

b. Pengeringan

Pengeringan (dedikasi) adalah mengurangi kandungan air yang terdapat di

dalam bahan sehingga air yang tersisa tidak dapat digunakan untuk

kehidupan mikroba yang perusak yang ada pada bahan tersebut.

9. Perawatan Media Baglog

Setiap polibek yang telah ditumbuhi miselium dapat tumbuh jamur

berkalikali, sampai 4 – 6 kali panen. Pemanenan ini dapat berlangsung selama 2

– 3 bulan dengan hasil total 75% dari berat serbuk gergaji kering untuk

substratnya. Agar media tumbuh jamur berkali-kali maka perlu pemeliharaan.

Adapun pemeliharaannya adalah sebagai berikut :

a. Media baglog yang telah tumbuh jamur sekali, permukaan bekas tumbuh

jamur dikeruk atau dipotong 0,5 – 1 cm. Kemudian disuntikkan kedalamnya

larutan vitamin B kompleks sekitar 30 cc (2 butir Vit. B komplek dilarutkan

dalam 1,5 liter air bersih).

b. Setiap pagi dan sore permukaan media polibek disemprot dengan air bersih,

Jangan sampai terlihat kering permukaannya.

c. Untuk media polibek yang telah tumbuh jamur kedua, ketiga dan seterusnya

(34)

kompleks yang disuntikkan semakin berkurang sebanding dengan

berkurangnya media yang dipotong / dibuang.

10. Pemberatantasan Penyakit

Apabila proses sterilisasi berjalan dengan sempurna dan peralatan yang

dipakai bersih dan steril, maka tidak ada kontaminasipada subsratnya. Apabila

ada polibek terkontaminasi/ terkena penyakit, sebaiknya polibek tersebut dibuang

saja agar tidak menular dan menyebabkan turunnya produksi.

Catatan :

a. Peralatan yang dipakai pada saat penanaman bibit (inokulasi) harus bersih

dan steril. Peralatan agar steril, dipanaskan / dicelup dengan air mendidih

kemudian diolesi dengan alkohol 70 %. Sterilisasi peralatan harus dijaga

selama inokulasi agar media polibek tidak terkontaminasi.

b. Penamanan bibit jamur diusahakan ditempat tertutup dan steril.

c. Pada saat mencampur bahan-bahan media tanam sebaiknya memakai

masker agar uap hasil reaksi bahan-bahan tersebut tidak terhirup masuk ke

dalam paru-paru.

F. Analisis Resiko

Robison dan Barry (1987), memberikan arti pada resiko (risk) adalah

sebuah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diukur oleh pengambil

keputusan dan pada umumnya pengambil keputusan mengalami suatu kerugian,

resiko erat kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi kedua hal tersebut memiliki

makna yang berbeda. Ketidakpastian (uncertainty) adalah suatu kejadian yang

tidak dapat diukur oleh pengambil keputusan dengan demikian adanya

ketidakpastian dapat menimbulkan resiko.

Resiko adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan,

(35)

(2007) resiko dapat didefinisikan sebagai volatilitas outcome, yang umumnya

berapa nilai dari suatu aktiva atau hutang perusahaan dalam aktivitasnya

menghadapi dua jenis resiko yaitu resiko usaha dan resiko non usaha. Resiko

usaha adalah semua resiko yang berkaitan dengan usaha perusahaan untuk

menciptakan keunggulan bersaing dan memberikan nilai bagi pemegang saham.

Resiko dalam suatu usaha berhubungan dengan produk seperti inovasi

teknologi, desain produk, dan pemasaran produk. Perluasan operasi yang

berhubungan dengan besarnya tingkat biaya tetap dan biaya variabel juga

merupakan bagian dari resiko usaha. Resiko usaha bagi perusahaan merupakan

resiko yang dapat dikendalikan. Sedangkan resiko lainnya yang tidak dapat

dikendalikan oleh perusahaan dikategorikan sebagai resiko non usaha, salah

satu dari resiko non usaha adalah resiko strategik sebagai akibat dari perubahan

lingkungan, ekonomi dan politik.

Tampubolon (2004) mendefinisikan resiko sebagai bentuk-bentuk

peristiwa yang mempunyai pengaruh terhadap kemampuan seseorang atau

sebuah intitusi untuk mencapai tujuannya. Djohanputro (2004) mengemukakan

pengertian dasar resiko terkait dengan keadaan adanya ketidakpastian dan

tingkat ketidakpastiannya yang telah diketahui tingkat probabilitasnya dan

kejadiannya.

Menurut Darmawi (2004), resiko dihubungkan dengan kemungkinan

terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan atau tidak terduga.

Penggunaan kata “kemungkinan” tersebut sudah menunjukkan adanya

ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut merupakan kondisi yang menyebabkan

tumbuhnya resiko, sedangkan kondisi yang tidak pasti timbul karena berbagai

macam hal, antara lain :

1. Jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatan itu berakhir.

(36)

2. Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan.

3. Keterbatasan pengetahuan atau keterampilan mengambil keputusan, dan lain

sebagainya.

Menurut Kountur (2008) terdapat tiga unsur penting dari suatu kejadian

yang dianggap sebagai resiko, yaitu: (1) Merupakan suatu kejadian. (2) Kejadian

tersebut masih merupakan kemungkinan, jadi bisa terjadi dan bisa tidak. (3) Jika

sampai terjadi maka akan menimbulkan kerugian.

Menurut Harwood et al (1999), terdapat beberapa sumber resiko yang dapat

dihadapi oleh petani, yaitu :

1. Resiko produksi

Sumber resiko yang berasal dari kegiatan produksi diantaranya adalah gagal

panen, rendahnya produktivitas, kerusakan barang yang ditimbulkan oleh

serangan hama dan penyakit, perbedaan iklim dan cuaca, kesalahan

sumberdaya manusia, dan masih banyak lagi.

2. Resiko Pasar atau Harga

Resiko yang ditimbulkan oleh pasar diantaranya adalah barang tidak dapat

dijual yang diakibatkan ketidakpastian mutu, permintaan rendah,

ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan, dan

lain-lain. Sementara itu resiko yang ditimbulkan oleh harga antara lain harga

dapat naik akibat dari inflasi.

3. Resiko Kelembagaan

Resiko yang ditimbulkan dari kelembagaan antara lain adanya aturan tertentu

yang membuat anggota suatu organisasi menjadi kesulitan untuk

memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksinya.

4. Resiko Kebijakan

(37)

kekuasaan pemerintah yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha.

Dalam artian kebijakan tersebut membatasi gerak dari usaha tersebut.

Contohnya adalah kebijakan tarif ekspor.

5. Resiko Finansial

Resiko yang ditimbulkan oleh resiko finansial antara lain adalah adanya

piutang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha

terhambat, perputaran barang rendah, laba yang menurun akibat dari krisis

ekonomi dan sebagainya.

Resiko dapat juga diklasifikasikan dari sudut pandang penyebab timbulnya

resiko, akibat yang ditimbulkan, aktivitas yang dilakukan, dan sudut pandang

kejadian yang terjadi (Kountur, 2008) :

1. Resiko dari Sudut Pandang Penyebab

Resiko jika diklasifikasikan dalam sudut pandang penyebab terjadinya resiko

dapat dibedakan menjadi dua yaitu resiko keuangan dan resiko operasional.

Resiko keuangan adalah resiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan

seperti harga, tingkat bunga, dan mata uang asing. Resiko operasional adalah

resiko-resiko yang disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan. Faktor-faktor

non keuangan tersebut yaitu manusia, teknologi, dan alam.

2. Resiko dari Sudut Pandang Akibat

Resiko dari sudut pandang akibat dapat dibagi menjadi dua kategori resiko

yaitu resiko murni dan resiko spekulatif. Resiko murni adalah suatu kejadian

yang dapat berakibat merugikan saja, atau dapat juga berakibat merugikan

atau menguntungkan. Apabila suatu kejadian berakibat hanya merugikan saja

dan tidak memungkinkan adanya keuntungan maka resiko tersebut disebut

resiko murni. Resiko spekulatif adalah resiko yang tidak saja memungkinkan

terjadinya kerugian tetapi juga memungkinkan terjadinya keuntungan.

(38)

Resiko ini menyangkut dengan aktivitas yang dapat menimbulkan resiko,

misalnya aktivitas pemberian kredit oleh bank resikonya disebut dengan resiko

kredit. Banyaknya resiko dari sudut pandang aktivitas sebanyak jumlah

aktivitas yang ada.

4. Resiko dari Sudut Pandang Kejadian

Resiko ini menyatakan bahwa suatu resiko berdasarkan kejadiannya,

misalnya kejadian kebakaran maka disebut resiko kebakaran. Perlu diketahui

bahwa dalam suatu aktivitas pada umumnya terdapat beberapa kejadian,

sehingga kejadian adalah salah satu bagian dari aktivitas.

Menurut Kountur (2008), berdasarkan peta resiko dapat diketahui cara

penanganan resiko yang tepat untuk dilaksanakan. Terdapat dua strategi

penanganan resiko, yaitu :

1. Preventif

Preventif dilakukan sedemikian rupa sehingga resiko tidak terjadi, preventif

dilakukan dengan beberapa cara diantaranya : (1) Membuat atau memperbaiki

sistem, (2) Mengembangkan sumber daya manusia, dan (3) Memasang atau

memperbaiki fasilitas fisik.

2. Mitigasi

Mitigasi adalah strategi penanganan resiko yang dimaksudkan untuk

memperkecil dampak yang ditimbulkan dari resiko. Strategi mitigasi dilakukan

untuk menangani resiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun

beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah :

(39)

Diversifikasi merupakan cara menempatkan aset atau harta di beberapa

tempat sehingga jika salah satu tempat terkena musibah tidak akan

menhabiskan semua aset yang dimiliki.

b. Penggabungan

Penggabungan (merger) adalah salah satu cara atau pola penanganan resiko

yaitu dengan cara penggabungan dengan pihak atau perusahaan lain.Strategi

ini adalah dengan melakukan penggabungan atau dengan cara melakukan

akuisisi.

c. Pengalihan Resiko

Pengalihan resiko merupakan cara untuk mengurangi dampak resiko yaitu

dengan cara mengalihkan dampak resiko ke pihak lain. Maksud dari

pengalihan resiko ini adalah mengalihkan resiko kepihak lain sehingga jika

terjadi kerugian, pihak lainlah yang menanggung kerugian. Ada beberapa cara

untuk mengalihkan resiko ke pihak lain antara lain : leasing, outsourcing,

hedging dan asuransi.

Leasing adalah cara dimana suatu aset digunakan, tetapi kepemilikannya

ada pada pihak lain. Jika terjadi sesuatu hal pada aset yang dijaminkan tersebut,

maka pemiliknya yang akan menanggung kerugian atas aset tersebut.

Outsourcing adalah cara lain untuk mentransfer kerugian kepihak lain jika terjadi

resiko, dimana pekerjaan diberikan kepihak lain untuk mengerjakan suatu

pekerjaan, sehingga pemilik barang tidak menanggung kerugian.

Hedging adalah cara pengurangan dampak resiko yaitu dengan cara

pengurangan dampak resiko dengan cara mengalihkan resiko melalui transaksi

penjualan atau pembelian. Sedangkan asuransi juga merupakan salah satu cara

untuk mengalihkan resiko yaitu dengan cara mengasuransikan harta-harta

perusahaan yang dampak resikonya besar,yang artinya jika terjadi resiko pada

(40)

32

III. KERANGKA PEMIKIRAN

A. Kerangka Pemikiran

Jamur tiram putih termasuk salah satu varietas jamur yang banyak di

kembangkan untuk berbisnis terutama di desa Wadungasih Kecamatan Buduran

Kabupaten Sidoarjo. Jamur tiram putih memiliki bebarapa ke unggulan diantaranya

jamur tersebut dapat di olah atau dijadikan berbagai makanan seperti kripik, krispi

dan sebagainya. Jamur tiram juga dapat di panen lebih cepat meskipun di

kembangkan di daerah di dataran rendah serta meiliki produksi tinggi. Kandungan

jamur tiram di bandingkan dengan jamur yang lainnya juga memiliki kandungan

protein yang lebih tinggi di bandingkan dengan jamur yang lainnya.

Keberadaan jamur sebagai salah satu jenis bahan pangan telah cukup lama

dikenal oleh masyarakat di Indonesia sebagai salah satu bahan pangan yang

memiliki manfaat baik untuk kesehatan. Tabel 1 menunjukkan bahwa kandungan

nutrisi dalam jamur tiram sangat baik untuk di konsumsi. Dengan demikian, jamur

merupakan pilihan tepat untuk dikonsumsi sebagai alternatif menu makanan sehat.

Usaha tani jamur tiram merupakan usaha yang memiliki resiko terbesar yang

terjadi adalah pada risiko harga dan resiko produksi. Untuk mengetahui jenis resiko

yang terjadi terlebih dahulu dilakukan identifikasi resiko pada usaha yang dianggap

beresiko. Indikasi resiko pada suatu usaha dapat dilihat dari fluktuasi atau variasi

harga dan hasil produksi yang diperoleh pada suatu periode tertentu yang

dibandingkan dengan periode sebelum atau sesudahnya. Salah satu indikasi adanya

(41)

tanaman jamur Kerugian akibat resiko produksi yang dialami adalah jumlah produksi

yang rendah dan kualitas hasil panen juga menurun.

Fakta dilapangan menunjukkan bahwa semua produsen jamur tiram tidak

merasa kesulitan dalam memasarkan jamur tiram, bahkan belum dapat memenuhi

permintaan jamur tiram. Dengan demikian fenomena kelangkaan jamur tiram dapat

disebabkan oleh relatif sedikitnya produsen yang membudidayakan dan

permasalahan dalam produtivitas jamur tiram putih.

Jumlah baglog adalah bahan pokok atau bahan utama yang diolah dalam

proses produksi menjadi produk jadi. Banyak atau sedikitnya baglog jamur sangat

berperan sekali untuk meningkatkan jumlah produksi yang di hasilkan.

Tenaga kerja. Operasi sistem produksi membutuhkan intervensi dan

orang-orang yang terlibat dalam proses produksi jamur sehingga untuk kinerja tenaga kerja

tersebut sangat mempengaruhi produksi jamur.

Frekuensi Penyiraman dimana perlakuan di dalam pembudidayaan jamur

sangat mempengaruhi pertumbuhan jamur. Sehingga apabila penyiraman yang

teratur pada tanah kumbung yang bertujuan untuk mengatur suhu pada ruangan

kumbung.

Luas Kumbung adalah lokasi atau tempat yang digunakan untuk

membudidayakn jamur tiram. Besar kecilnya luas Kumbung sangat berpengaruh

terhadap banyak sedikitnya baglog yang akan di susun di dalam Kumbung tersebut.

Keempat faktor tersebut akan di rekomendasikan apakah factor factor

tersebut dapat mendominasi berhasilnya dalam pencapaian produksi jamur tiram

putih dan Langkah yang dilakukan pada penelitian ini adalah melakukan identifikasi

(42)

tersebut. Selain itu, dilakukan juga analisis ini dilakukan dengan metode analisis

deskriptif melalui observasi, wawancara, dan diskusi dengan supervisor dan anggota

petani jamur d Wadungasih mengenai upaya penanganan risiko produksi yang

diterapkan selama ini.

Analisis yang selanjutnya dilakukan adalah analisis probabilitas dan dampak

risiko produksi budidaya jamur tiram putih yang disebabkan oleh sumber-sumber

risiko. Resiko tersebut diantaranya resiko fisik dan resiko ekonomi. Resikjo fisik

dimana pada jamur tiram putih memiliki standar dalam memprodukis jamur dan

analisis ekonomi untuk mengetahui seberapa besar hasil yang mungkin akan

menjadi kekurangan pada penerimaan petani. Probabilitas atau kemungkinan

terjadinya risiko dilakukan dengan metode nilai standar atau z-score di Kampung

Jamur desa Wadungasih kecamatan Buduran kabupaten Sidoarjo.

Kendala yang di hadapi petani dapat diketahui pada saat proses produksi

dan salah satunya dari analisis resiko yang nantinya juga dapat di simpulkan.

Beberapa analisis tersebut nantinya akan disimpulkan sehingga dapat di temukan

tujuan hasil dari penelitian ini. Sehingga dapat di jelaskan pada gambar kerangka

(43)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

USAHA TANI

JAM UR TIRAM PUTIH

JUM LAH

BAGLOG

FREKUENSI

PENYIRAM AN LUAS

KUM BUNG

PRODUKSI

ANALISIS

FAKTOR PRODUKSI

KESIM PULAN

KENDALA

USAHATANI ANALISIS

RESIKO FISIK & EKONOM I

(44)

B. HIPOTESIS

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat

praduga karena masih harus dibuktikan kebenaranya. Berdasarkan kerangka

pemikiran yang telah di uraikan dapat dirumuskan hipotesis yaitu , Diduga faktor luas

kumbung, jumlah baglog, frekuensi penyiraman dan tenaga kerja berpengaruh

(45)

Lokasi penelitian ini di lakukan di Kampung Jamur desa Wadungasih

Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo. Penentuan lokasi tersebut dilakukan

berdasarkan pertimbangan bahwa petani jamur tiram putih banyak terdapat di

desa Wadungasih, sehingga diharapkan memberikan kemudahan dalam

menggali informasi tentang jamur tiram putih secara detail.

B. Penentuan Responden

Jumlah petani jamur tiram putih di desa Wadungasih Kecamatan Buduran

Kabupaten Sidoarjo sebanyak 20 orang. Penentuan responden di ambil dengan

menggunakan metode studi kasus dimana pemilihan sampel di ambil secara

keseluruhan dengan bertujuan peneliti dapat memperoleh informasi yang

lengkap dan mendalam dengan kriteria tertentu. Kriteria tersebut adalah salah

satunya petani jamur tiram putih melakukan produksi di desa Wadungasih.

Penentuan responden secara keseluruhan di lakukan untuk bisa mendapatkan

informasi yang maksimal di samping itu keseluruhan petani tersebut melakukan

proses produksi.

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan ada dua macam yaitu data primer dan data

sekunder

1. Data primer

Data yang diperoleh dari responden melalui wawancara dengan cara

memberikan tanya jawab. Data yang diperoleh meliputi data dari petani

jamur tiram di Kampung Jamur desa Wadungasih yaitu tentang kegiatan

meliputi masa pemeliharaan, masa panen, jumlah faktor produksi yang

(46)

2. Data sekunder

Data yang diperoleh dari dokumen atau buku – buku yang bersangkutan

dengan jamur tiram yang meliputi luas lahan, jumlah produksi dan data

yang dapat membantu penelitian ini.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Wawancara

Merupakan proses komunikasi untuk memperoleh keterangan atau data

yang sesuai dengan tujuan penelitian ini. Alat ini digunakan pada metode ini

adalah kuisioner dimana erupakan seperangkat pertanyaan yang akan

disampaikan oleh peneliti untuk dijawab oleh responden. Alasan

digunakannya kuesioner adalah :

1) Kuesioner bisa digunakan untuk mengumpulkan data dalam waktu yang

relatif singkat, walaupun jumlah informan banyak.

2) Memudahkan dalam menganalisis data, karena informan mendapatkan

pertanyaan yang sama dan tidak perlu menginterprestasi.

b. Observasi

Merupakan cara pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan

diteliti.

c. Dokumentasi

Merupakan alat untuk membantu menerangkan atau memperjelas penelitian

dengan bentuk rekaman atau sebuah gambar untuk sebagai bukti dalam

(47)

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi dan pengukuran variabel merupakan suatu pernyataan tentang

definisi dan pengukuran variabel – variabel penelitian baik berdasarkan teori

yang telah ada maupun pengalaman empiris. Adapun definisi dan pengukuran

masing-masing variabel tersebut adalah sebagai berikut :

1. Produksi adalah hasil fisik (jamur tiram) yang di peroleh petani dari proses

produksi dalam usahatani pada waktu selama satu periode produksi yang di

ukur dalam satuan kilogram dan segala sesuatu yang dapat di tawarkan ke

suatu pasar untuk memnuhi keinginan atau kebutuhan.

2.

Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan pada usahatani

jamur tiram putih yang di ukur dengan hari kerja stara pria (HKSP).

3. Frekuensi Penyiraman adalah seberapa banyak penyiraman yang dilakukan

oleh para petani jamur melakukan penyiraman dalam waktu sehari dalam

proses produksi jamur tiram putih.

4. Baglog adalah tempat atau media yang digunakan untuk tumbuhnya jamur

dalam usahatani jamur tiram

5. Luas Kumbung adalah sebuah bangunan seperti rumah yang di manfaatkan

atau digunakan sebagai tempat untuk membudidayakan jamur untuk

mendukung produksi jamur dalam satuan meter persegi..

6. Risiko adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan,

membahayakan) dari suatu perubahan atau tindakan, pada umumnya risiko

didefinisikan dalam pengertian ketidakpastian

E. Metode Pengujian

1. Teknik uji Prasyarat Analisis

Sebelum data diolah atau di analisis maka perlu dilakukan uji prasyarat

Gambar

Tabel 1. Komposisi dan Kandungan Nutrisi Jamur Tiram Putih (Per 100 gram bahan kering)
Tabel 2 Kebutuhan Bahan – Bahan dalam Budidaya Jamur Tiram
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
gambar 2  untuk lebih jelasnya.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha jamur tiram putih di kumbung jamur Bapak Ramadin yaitu proses kegagalan sterilisasi baglog (pengukusan), penyakit,

Pada Tabel 10 dapat dilihat tingkatan risiko dari empat sumber risiko produksi pada usaha budidaya jamur tiram di Yayasan Paguyuban Ikhlas. Dari informasi status risiko tersebut

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Besarnya biaya yang dikeluarkan dalam usahatani jamur tiram yang ada di Desa Kamulyan Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya

Beberapa sumber risiko produksi yang terjadi pada setiap tahapan proses produksi jamur tiram putih di Rimba Jaya Mushroom mulai dari tahap persiapan bahan baku sampai

Penelitan ini dengan Judul Analisis Biaya dan Pendapatan Industri Rumah Tangga Usaha Jamur Tiram Putih (Studi Kasus di Desa Noelbaki Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang),

Seluruh pengusaha produk olahan jamur tiram putih, petani budidaya jamur tiram putih, anggota asosiasi produk olahan jamur tiram putih, konsumen produk olahan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Besarnya biaya yang dikeluarkan dalam usahatani jamur tiram yang ada di Desa Kamulyan Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya

Tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini yaitu untuk meningkatkan wawasan masyarakat terkait diversifikasi olahan jamur tiram putih terutama di desa Sukajadi, Kecamatan