SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Program Studi : Agribisnis
Diajukan Oleh:
NANDA ENDAR PERMANA NPM: 0924010010
K e p a d a
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA
Puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proposal Skripsi dengan judul “ Analisis Faktor-Faktor Produksi dan Resiko
Usaha Jamur Tiram Di Desa Wadungasih Kecamatan Buduran ” .
Penyusunan Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan kuliah pada akhir semester Jurusan Agribisnis di Fakultas
Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur.
Hal ini penulis menyadari bahwa segala keberhasilan dan kesuksesan
tidak terlepas dari sang khaliq dan juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Ir. Mubarokah, MTP selaku Dosen Pembimbing dan juga Ir. Sigit Dwi Nugroho,
MSi yang telah banyak memberikan banyak pengarahan, motivasi, masukan
serta meluangkan waktu dan tenaganya dengan penuh kesabaran dan
keikhlasan untuk membimbing penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MM selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dr.Ir. Ramdan Hidayat, MSi selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Dr.Ir. Eko Nurhadi, MS selaku Ketua Jurusan Agribisnis, Fakultas
Pertanian-Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Seluruh keluarga besarku terutama Orang tuaku, kakak-kakakku dan
adik-adikku yang telah banyak memberikan dukungan do’a, semangat dan kasih
Namun demikian penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun
penyajian proposal skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat
banyak kekurangan. Untuk itu penulis harapkan kepada pembaca, kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan proposal skripsi ini.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Surabaya, Juni 2013
ABSTRAK
RINGKASAN
KATA PENGANTAR……… i
DAFTAR ISI……….. ………. iii
DAFTAR TABEL……… v
DAFTAR GAMBAR………. ………vi
DAFTAR LAMPIRAN……….. ………vii
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ...1
B. Permasalahan…... ... 2
C. Tujuan Penelitian ... ……….3
D. Manfaat Penelitian ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
A. Penelitian Terdahulu ... 5
B. Pengertian Usaha Tani………… ... 7
C. Faktor yang Mempengaruhi Produksi………. 9
D. Morfologi dan Klasifikasi Jamu Tiram ... 14
E. Budidaya Jamur Tiram……… ... 16
F. Analisis Resiko………..……… 26
III. KERANGK A PEMIKIRAN ... 32
A. Kerangka Pemikiran ... 32
B. Hipotesis……….. 36
IV. METODE PENELITIAN ... 37
A. Penentuan Lokasi. ... 37
E. Metode Pengujian... 39
V. HASIL DAN PEMBAHASAN……… ……….47
A. Gambaran Umum Desa Wadungasih……….. 47
B. Proses Produksi Jamur Tiram Putih di Desa Wadungasih………. 53
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Jamur Tiram Putih……….. 62
D. Analisis Resiko Pada Usahatani Jamur……….……….. 67
E. Kendala yang Di Hadapi Dalam Usahatani Jamur……….………. 71
VI. KESIMPULAN DAN SARAN……….. 74
DAFTAR PUSTAKA ... 76
usahatani jamur tiram putih. Agar peneliti dapat menganalisis resiko fisik, ekonomi, dan faktor – faktor yang berpengaruh terhadap produksi jamur tiram putih serta mengetahui upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif, regresi linier berganda, uji f, dan analisis resiko. Metode yang paling efektif digunakan dalam mengukur dampak risiko adalah Value at Risk.Hasil penelitian dari usaha jamur tiram putih di desa wadungasih kecamatan buduran menunjukan Luas Kumbung, Jumlah Baglog, Frekuensi Penyiraman dan Tenaga Kerja merupakan faktor – faktor produksi yang sangat berpengaruh pada usahatani jamur tiram putih dengan di buktikannya menggunakan analisis regresi linier dengan hasil signifikan. produksi jamur pada usahatani jamur tiram putih memiliki resiko gagal sebesar 44,4% dan resiko ekonomi yang dialami petani selama tahun 2011-2012, kurangnya penerimaan produksi sebesar Rp, 10.419.732, sehingga produksi jamur mengalami resiko cukup tinggi. Kendala yg dihadapi oleh petani jamur di desa Wadungasih.diantaranya ketersediaan modal dan kurangnya motivasi. Untuk mengatasi hal tersebut untuk para petani harus memperhatikan pertu bahan jamurnya dimana kemungkinan gangguan hama seperti tikus, atau tidak stabilnnya suhu dalam kumbung yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur,
maka untuk menghindari kegagalan tersebut petani harus lebih
memperhatikannya.
Kata Kunci : Usahatani, Jamur Tiram Putih, dan Resiko
ABSTRACT
This research aims to study the production process on the white oyster mushroom farming. So that researchers can analyze the risk of physical, economic, and factors - factors that affect the production of white oyster mushroom, and know the efforts to overcome these problems. The analysis used the descriptive analysis, multiple linear regression, f test, and risk analysis. The most effective method is used to measure the impact of risk is Value at Risk.Hasil study of white oyster mushroom business in the village district wadungasih Buduran shows Kumbung area, Total Baglog, Watering Frequency and Labor is a factor - a very influential factor in the production of oyster mushroom farm in white with proved it using linear regression analysis with significant results. production of mushrooms in oyster mushroom farms have the risk of failure by 44.4% and economic risks experienced by farmers during the years 2011-2012, the lack of production revenue of Rp, 10,419,732, resulting in production of mushrooms at risk is quite high. Constraints faced by farmers who fungus in the village Wadungasih.diantaranya availability of capital and lack of motivation. To overcome this, the farmers have to pay attention to the material Pertu mushrooms where the possibility of pests such as mice, or in kumbung stabils temperature that can affect the growth of fungi, to avoid the failure of farmers to be more noticed.
MUBAROKAH, MTP. DOSEN PENDAMPING: Ir. SIGIT DWI NUGROHO, MSi
RINGKASAN
Jamur tiram putih termasuk salah satu varietas jamur yang banyak di kembangkan untuk berbisnis terutama di desa Wadungasih Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo. Resiko terbesar yang dihadapi usaha budidaya jamur tiram putih di Desa Wadungasih adalah resiko produksi. Proses produksi jamur tiram di desa Wadungasih dilakukan dengan beberapa tahap hingga sampai ke tangan konsumen. Jamur tiram putih yang dihasilkan oleh petani Desa Wadungasih rata-rata dari 1000 log dapat memproduksi kurang lebih 900 kg dan dipasarkan dalam bentuk segar. Hasil produksi jamur tiram putih di desa wadungasih dibagi menjadi 2 hasil produksi, yang pertama yaitu buah jamur yang masi segar langsung dari pemanenan dan produk segar dan sudah dalam bentuk olahan.
Berdasarkan tabel penelitian dapat diketahui nilai koefisien determinasi (R-Square) yang digunakan untuk mengetahui persentase pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) sebesar 0.99. Hal ini berarti variable luas kumbung, jumlah baglog, frekuensi penyiraman dan tenaga kerja secara bersama mampu menjelaskan pengaruh terhadap produksi jamur tiram putih sebesar 99% . Sedangkan sisanya yaitu sebesar 1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti seperti adanya hama, penyakit atau kompsisi pada baglog jamur. Uji F adalah untuk mengetahui derajat signifikansi pengaruh secara simultan variabel-varibel independen (X) terhadap variabel dependen Jumlah produksi jamur tiram putih di desa Wadungasih.. Dari hasil tabel diatas dapat pula diketahui nilai Fhitung sebesar 24,596 . nilai Fhitung > Ftabel (276,661 >
3,052), maka Ho ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa Luas Kumbung, Jumlah Baglog, Frekuensi Penyiraman dan Tenaga Kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap hasil atau Jumlah Produksi Jamur tiram putih.
A. Latar Belakang
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari
kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan
ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk
setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung.
Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal
dengan sebutan King Oyster Mushroom. Jamur tiram mempunyai khasiat untuk
kesehatan manusia sebagai protein nabati yang tidak mengandung kolesterol,
sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit darah tinggi, penyakit jantung,
untuk mengurangi berat badan, obat diabetes, obat anemia dan sebagai obat
anti tumor (Suriawiria, 2006).
Jamur tiram putih adalah jamur yang hidup di kayu dan mudah
dibudidayakn menggunakan substrat serbuk kayu dan diinkubasikan dalam
kumbung. Jamur tiram dapat ditumbuh kembangkan pada media serbuk kayu
yang di kemas dalam kantong plastik. Jamur tiram biasa hidup pada daerah
bersuhu 10-32o celcius.
Jamur tiram putih termasuk salah satu varietas jamur yang banyak di
kembangkan untuk berbisnis terutama di desa Wadungasih Kecamatan Buduran
Kabupaten Sidoarjo. Jamur tiram putih memiliki bebarapa ke unggulan
diantaranya jamur tersebut dapat di olah atau dijadikan berbagai makanan
seperti kripik, krispi dan sebagainya. Jamur tiram juga dapat di panen lebih cepat
meskipun di kembangkan di daerah di dataran rendah serta meiliki produksi
tinggi. Kandungan jamur tiram di bandingkan dengan jamur yang lainnya juga
memiliki kandungan protein yang lebih tinggi di bandingkan dengan jamur yang
Menurut Sunarto sebagai ketua kelompok petani di kampung jamur,
tingkat peminat jamur tiram di Sidoarjo dan sekitarnya juga sangat banyak.
Permintaan untuk konsumsi pada masyarakat juga semakin meningkat terutama
pada varietas jamur tiram di daerah dataran rendah, tidak banyak pengusaha
jamur di daerah dataran rendah yg berhasil mengembangkan usahanya apalagi
untuk mempertahankan usahanya tersebut. Salah satu cara untuk memenuhi
permintaan konsumen adalah dengan meningkatkan produksi jamur tiram.
Resiko terbesar yang dihadapi usaha budidaya jamur tiram putih di Desa
Wadungasih adalah resiko produksi. Dimana hasil panen yang diperoleh
bervariasi dalam jumlahnya. Hasil produksi jamur tiram putih dalam setiap
periode memiliki jumlah yang berbeda - beda.
Beberapa faktor dapat mempengaruhi hal yang dapat menunjang atau
menghambat hasil dari produkis jamur tiram. Misalkan dalam aspek lingkungan
yang menentukan keberhasilan budidaya jamur tiram diantaranya adalah
kelembapan, waktu tumbuh, kandungan CO2, cahaya dan sirkulasi udara. Selain
aspek lingkungan sebagai faktor keberhasilan budidaya jamur tiram, bahwa
terdapat beberapa faktor penentu lain yang menunjang keberhasilan seperti
lingkungan kawasan, bentuk sifat lahan, tenaga kerja yang diperlukan, sumber
bahan baku, sumber air, dan bibit yang harus disesuaikan.
B. Permasalahan
Nilai ekonomis jamur tiram beberapa tahun ini terus meningkat.
Komoditas jamur terutama jamur tiram sangat banyak di minati oleh para
konsumen untuk di jadikan konsumsi di berbagai jenis makanan. Permintaan
akan produk ini senantiasa meningkat juga disebabkan karena kebutuhan pasar
akan produk kian meluas, tak hanya dalam bentuk segar, tetapi juga olahan.
terjadi berdirinya Kampung Jamur. Petani Jamur di daerah tersebut berjumlah
sekitar 20 orang yang berusahatani jamur kecil – kecilan.
Pengaruh cuaca yang tidak menentu mengakibatkan petani jamur tidak
dapat memaksimalkan produksi jamur yang petani dirikan, sehingga permintaan
yang semakin meningkat tidak dapat petani penuhi. Jika diadakan penelitian
lebih lanjut untuk mencari dan mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi
apa saja yang ada pada usaha budidaya jamur tiram putih di desa Wadungasih
ini. Identifikasi ini dilakukan dengan harapan dapat diterapkan, paling tidak dapat
meminimalkan dampak dan probabilitas dari sumber-sumber resiko. Oleh karena
itu berkait dengan produksi jamur tiram di Kampung Jamur Desa Wadungasih
dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Faktor – faktor apa yang berpengaruh terhadap produksi jamur tiram putih?
2. Bagaimanakah kemungkinan terjadinya resiko pada usahatani jamur tiram ?
3. Apakah yang menjadi kendala dalam usahatani jamur tiram?
C. Tujuan Penelitian
1. Mempelajari proses produksi pada usahatani jamur tiram putih.
2. Menganalisis faktor – faktor yang berpengaruh terhadap produksi jamur
tiram putih.
3. Menganalisis terjadinya resiko fisik dan resiko ekonomi pada kegiatan
produksi jamur tiram ?
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi ilmu pengetahuan
Dengan disusunnya skrpisi ini, penulis berharap dapat memberikan
sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta dapat
menjadi bahan studi perbandingan bagi penulis dimasa yang akan datang
pada Usaha tani di Kampung Jamur Desa Wadungasih.
b. Bagi penulis
Dengan penyusunan skripsi ini penulis mendapat manfaat yaitu
sebagai penerapan dan perbandingan dengan teori-teori yang pernah
penulis terima dibangku kulah terhadap kenyataan yang sebenarnya di
Kampung Jamur Desa Wadungasih.
c. Bagi Petani Jamur
Dengan disusunnya skripsi ini, pihak terkait dapat
mempergunakannya sebagai dasar pertimbangan dan masukan informasi
guna meningkatkan kegiatan produksi jamur yang diharapkan oleh pihak
terkait dengan produksi Jamur Tiram di Kampung Jamur Desa
Wadungasih.
d. Bagi lembaga/perguruan tinggi
Dengan disusunnya skripsi ini diharapkan hasil penelitian ini dapat
menambah bahan pustaka (literatur) di perpustakaan dan dapat di jadikan
II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Netty Widyastuti dan Donowati Tjokrokusumo 2008. Melakukan penilitian
tentang Aspek Lingkungan Sebagai Faktor Penentu Keberhasilan Budidaya
Jamur Tiram (Pleurotus sp) Aspek lingkungan yang menentukan keberhasilan
budidaya jamur tiram diantaranya adalah kelembapan, waktu tumbuh,
kandungan CO2, cahaya dan sirkulasi udara. Selain aspek lingkungan sebagai
faktor keberhasilan budidaya jamur tiram, kenyataan di lapang menunjukkan
bahwa terdapat beberapa faktor penentu lain yang menunjang keberhasilan
seperti lingkungan kawasan, bentuk sifat lahan, tenaga kerja yang diperlukan,
sumber bahan baku, sumber air, dan bibit yang harus disesuaikan.Perlu
memperhatikan alur budidaya jamur tiram .Perlu peran peneliti untuk melakukan
optimasi budidaya jamur tiram secara sinergi dengan para petani, sehingga akan
lebih meningkatkan produksi.
Maharani (2007) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Usahatani
dan Tataniaga Jamur Tiram Putih (Studi kasus : Desa Kertawangi, Kecamatan
Cisarua, Kabupaten Bandung, Jawa Barat). Memperoleh hasil bahwa
besarnyaR/C rasio atas biaya tunai adalah 2,69 dan besarnya R/C rasio atas
biaya total adalah 2,20. Berdasarkan kedua perhitungan tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa usahatani jamur tiram putih ini menguntungkan
dan sudah efisien. Bibit jamur tiram putih dan minyak tanah merupakan
variabel yang berpengaruh nyata pada peningkatan produksi jamur tiram putih.
Oleh karena itu dengan memperhatikan penggunaan ketiga variabel tersebut
maka efisiensi usahatani jamur tiram putih dapat dipertahankan.
Berdasarkan analisis saluran tataniaganya dapat disimpulkan bahwa secara
keuntungan yang diperoleh petani hampir sama, bahkan lebih kecil dari
keuntungan lembaga tataniaga lainnya.
Penelitian yang dilakukan Ruillah (2006), mengenai Analisis Usahatani
Jamur Tiram Putih, kasus Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten
Bandung, Jawa Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa elastisitas
produksi yang terbesar adalah bibit yaitu sebesar 0,22 persen. Adapun variable
dummy adalah lahan dan luas kumbung yang tidak berpengaruh terhadap luas
produksi, tetapi lebih di tentukan oleh jumlah log jamur yang diproduksi oleh
petani. Apabila dilihat dari imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio) diketahui
bahwa R/C atas biaya tunai petani pada skala III lebih besar dibandingkan
dengan skala I dan II yaitu sebesar 3,75. Hal ini berarti setiap rupiah biaya yang
dikeluarkan oleh petani skala III akan memberikan penerimaan sebesar Rp 3,75
sehingga usahatani jamur tiram putih yang lebih efisien terletak pada skala III.
Jamilah (2010) meneliti tentang analisis resiko produksi wortel dan
bawang daun. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis tingkat resiko
produksi wortel dan bawang daun, serta menganalisis alternatif penanganan
resiko produksi dari kedua jenis komoditas tersebut. Penelitian ini difokuskan
pada analisis resiko produksi. Alat analisis yang digunakan untuk mengukur
tingkat resiko menggunakan analisis dasar yang sering digunakan untuk
mengukur resiko yaitu variance, standard deviation, dan coefficient variation. Alat
analisis dasar tersebut juga akan digunakan penulis untuk menghitung resiko
produksi jamur tiram putih.
Penelitian terdahulu di atas mempunyai perbedaan dengan penelitian ini
yang menganalisis resiko dengan metode nilai standar atau z-score dan
variable seperti bibit jamur, tenaga kerja, dan luas kumbung terhadap produksi
jamur tiram di Kampung Jamur Desa Wadungasih.
B. Pengertian Usaha Tani
Menurut Soeharjo dan Patong (1973), usahatani adalah kombinasi yang
tersusun (organisasi) dari alam, kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi
di lapangan pertanian. Ketatalaksanaan organisasi itu sendiri diusahakan oleh
seorang atau sekumpulan orang.
Mosher (1966) memberikan defenisi farm (yang diterjemahkan oleh
Krisnadi menjadi usahatani) sebagai suatu tempat atau bagian dari permukaan
bumi dimana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu apakah ia
seorang pemilik, penyakap, atau manajer yang digaji. Dalam suatu usahatani,
tanaman yang diusahakan tidaklah terbatas pada suatu macam tanaman
tertentu,tetapi dapat terdiri atas berbagai macam tanaman, ternak dan ikan.
Usaha tani merupakan sebagian dari sebidang tanah, dimana seorang
petani atau badan tertentu untuk mengembangkan tumbuh – tumbuhan dan
hewan dengan bantuan alam, tenaga kerja, dan modal untuk memperoleh
penghasilan yang sebesar – besarnya. Dalam melaksanakan usahatani, seorang
petani haruslah berpikir bagaimana untuk mengalokasikan input seefisien
mungkin. Untuk memperoleh produksi yang optimal, tindakan yang dapat
dilakukan adalah bagaimana untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar
dengan menekan seluruh biaya produksi sekecil – kecilnya. Untuk memperoleh
produksi yang optimal dari usahatani, petani harus melakukan usaha untuk
memadukan faktor – faktor produksi, sarana produksi, tenaga kerja, modal, dan
manajemen.(Adiwilaga,1994)
Pengertian usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi. Pada waktu tertentu.
Dikatakan efektif bila pertani atau produsen dapat mengalokasikan sumber daya
yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila
pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang
melebihi masukkan (input). (Soekarwati, 2002)
Ilmu usahatani yaitu ilmu yang menyelidiki segala sesuatu yang
berhubungan dengan kegiatan orang di bidang pertanian, tegasnya ilmu
usahatani itu mnyelidiki cara-cara seorang petani sebagai pengusaha penyusun,
mengatur, menjalankan perusahaan itu. Secara garis besar, usaha tani dapat
didefinikasikan sebagai suatu usaha yang bertujuan memperoleh bidang
produksi pertanian. Usaha ini merupakan kemampuan dari sumber daya alam
yang diperlukan untuk suatu produksi pertanian, seperti air tanah dan lain-lain.
Usahatani dapat berupa kegiatan atau aktivitas bercocok tanam atau memelihara
tanah, maka dapat di katakan bahwa ilmu usaha tani adalah ilmu yang
menyelidiki dan kegiatan manusia dalam melakukan kegiatan pertanian di
tanahnya. (Adiwilaga, 1994).
Usahatani dapat dikatakan sebagai unit atau produksi dalam keseluruhan
organisasi. Usahatani pada umumnya dilakukan di areal yang sempit, tujuannya
untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Teknologi yang digunakan juga relatif
sederhana. Umumnya cara permodalannya yang di miliki petani tidak mampu
untuk membeli teknologi. Dengan demikian petani berusahatani menurut apa
C. Faktor yang Mempengaruhi Produksi
Produksi adalah hubungan antara faktor-faktor produksi yangdisebut input
dengan hasil produksi yang disebut output (Sudarsono,1984 : 32-36). Dari input
yang tersedia setiap perusahaan termasuk didalamnya sektor pertanian, ingin
memperoleh hasil maksimunsesuai dengan tingkat teknologi yang ada pada saat
itu. Fungsiproduksi ini bisa dilakukan dengan berbagai cara untuk memperoleh
output tertentu, bisa bersifat labour intencive ( lebih banyak penggunaan tenaga
kerja) seperti yang banyak dilakukan sistempertanian di Indonesia, atau dengan
system capital intencive dengan lebih banyak menggunakan capital dan
mesin-mesin seperti banyak dilakukan di negar-negara maju seperti Amerika, Jepang
(Deliarnov,1994: 180-181).Suatu fungsi produksi dapat memberi gambaran
kepada kitatentang produksi yang efisien secara teknis, artinya semua
penggunaan input dalam produksi serba minimal atau serba
efisien(Sudarsono,1984: 44-45). Sedangkan menurut Deliarnov (1994:97-98) dari
input yang tersedia setiap perusahaan ingin memperoleh hasilyang maksimal
sesuai dengan tingkat teknologi yang tertinggi padasaat itu.Untuk meningkatkan
produksi dapat dilakukan dengan cara (Soekartawi,1990:15-17):
a.Menambah jumlah salah satu dari input yang digunakan.
b.Menambah beberapa input (lebih dari input yang digunakan).
Produktivitas dari faktor-faktor produksi dapat dicerminkan dari produk marginal .
Produk marginal adalah tambahan produksi yang diperoleh sebagai akibat dari
adanya penambahan kuantitas faktor produksi yangdipergunakan. Produk
marginal dapat berada pada posisi law of diminishing returns , yaitu penurunan
tingkat penambahan hasilkarena adanya penambahan input variabel. Dan posisi
besar. Semakin banyak faktor produksi yang dipakai produksinya semakin
meningkat. Diantara kedua posisi tersebut terdapatskala pertambahan hasil yang
konstan(Sudarsono,1984 : 32-36).
Produksi adalah bidang yang terus berkembang selaras dengan
perkembangan pendapatan, dimana produksi memiliki jalinan timbal balik (dua
arah) yang sangat erat dengan pendapatan, maka pengaruh produksi terhadap
pendapatan usahatani yaitu jika produksi semakin meningkat maka pendapatan
petani juga akan mengalami peningkatan, dan sebaliknya jika produksi menurun
maka pendapatan petani juga akan mengalami penurunan (Gaspersz,2003).
Biaya Produksi adalah biaya yang harus di keluarkan oleh pengusaha
untuk dapat menghasilkan output. Hubungan biaya produksi dengan pendapatan
yaitu dimana jika biaya produksi semakin besar maka hasil output juga akan
semakin meningkat.
Harga adalah suatu tingkat penilaian yang pada tingkat itu barang yang
bersangkutan dapat ditukarkan dengan sesuatu yang lain, apapun bentuknya.
Sehingga hubungan antara harga dengan pendapatan yaitu jika harga semakin
meningkat, maka pendapatan petani juga akan meningkat. Dan jika harga turun
maka pendapatan petani juga menurun.
Fungsi produksi adalah fungsi yang menunjukkan hubungan antara
berbagai kombinasi input yang digunakan untuk menghasilkan output. Asumsi
dasar untuk menjelaskan fungsi produksi adalah berlakunya “ the law of
diminishing ret urns” yang menyat akan bahwa apabila suatu input dit ambahkan
dan input lain tetap maka tambahan out put dari setiap tambahan satu unit input
yang ditambahkan mula-mula menaik, tapi pada suatu tingkat tertentu akan
menurun jika input tambahan tersubut terus menerus dit ambahkan. Jadi dalam
1) Tahap 1 : produksi terus bertambah dengan cepat
2) Tahap 2 : pertambahan produksi total semakin lama semakin mengecil
3) Tahap 3 : pertambahan produksi total semakin berkuran
1. Element input dalam sistem produksi
Pada dasarnya input dalam sistem produksi dapat di klasifikasikan ke
dalam dua jenis, yaitu: input tetap (fixed input) dan input variabel (variable input).
Input tetap di definisikan sebagai suatu input bagi sistem produksi yang tingkat
penggunaan itu tidak tergantung pada jumlah output yang diproduksi. Input
variabel di definisikan sebagai suatu input bagi sistem produksi yang tingkat
penggunaan input itu tergantung pada jmulah output yang akan di produksi,
(Kotler, 2004). Dalam sistem produksi terdapat beberapa input baik variabel
maupun tetap, sebagai berikut (anomimous,2011):
a. Tenaga kerja . Operasi sistem produksi membutuhkan intervensi dan
orang-orang yang terlibat dalam proses sistem produksi di anggap
sebagai input tenaga kerja . Tenaga kerja adalah semua yang bersedia
dan sanggup bekerja. Golongan ini meliputi yang bekerja untuk
kepentingan sendiri, baik anggota-anggota keluarga yang tidak menerima
bayaran berupa uang maupun mereka yang bekerja untuk gaji dan upah.
Juga yang menganggur, tetapi yang sebenarnya bersedia dan mampu
untuk bekerja. Berdasarkan umur tenaga kerja dibagi tiga :
1. Penduduk dibawah usia kerja : dibawah 15 tahun
3. Golongan yang sebenarnya sudah melebihi umur kerja, diatas 65
tahun.
Faktor produksi berupa tenaga kerja ini adalah manusia / SDM yang
mempunyai keahlian dan ketrampilan yang dibedakan 3 golongan, yaitu :
1. Tenaga kerja kasar, adalah tenaga yang tidak berpendidikan atau
berpendidikan rendah dan tidak memiliki keahlian dalam suatu bidang
pekerjaan (contoh : tukang sapu jalan, kuli bangunan dll).
2. Tenaga kerja terampil, adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dari
pelatihan atau pengalaman kerja (contoh : montir mobil, tukang kayu,
perbaikan TV dan lain-lain).
3. Tenaga kerja terdidik, adalah tenaga kerja yang memiliki pendidikan
cukup tinggi dan ahli dalam bidang tertentu (contoh : dokter, akuntan,
insinyur, dll).
b. Modal. Operasi sistem produksi membutuhkan modal. Biasanya dalam
periode jangka pendek, modal diklasifikasikan sebagai input tetap.
c. Material. Agar sistem produksi dapat menghasilkan produk manufaktur,
maka diperlukan material atau bahan baku. Material di klasifikasikan
sebagai input variabel.
d. Energi. Mesin-mesin produksi dan aktivitas pabrik/usahatani lainnya
membutuhkan energi untuk menjalankan aktivitas itu.
e. Tanah. Sistem produksi manufaktur membutuhkan lokasi atau ruang
untuk mendirikan pabrik, gudang, dan lain-lain. Namun, dalam sistem
produksi pertanian, input tanah biasanya diklasifiksikan sebagai input
f. Informasi. Dalam industri modern, informasi telah dipandang sebagai
input.
g. Manajerial. Sistem industri modern yang berada dalam lingkungan pasar
global yang amat sangat kompetitif membutuhkan : supervisi,
perencanaan, pengendalian, koordinasi, dan kepemimpinan yang efekstif
untuk meningkatkan performasi sistem itu secara terus menerus.
2. Eleman Output dalam sistem produksi
Pengukuran output yang paling mudah dan bersifat klasik adalah unit
output yang di produksi oleh sistem produksi itu (Kotler. 2004). Dalam sistem
Produksi modern, seperti: Just in time (JIT), beberapa pengukuran pada tingkat
output sistem produksi yang relavan dipertimbangkan, adalah
(anonymous,2011):
a. Kuantitas produk sesuai pesanan konsumen atau permintaan pasar
diukur dalam satuan unit.
b. Tingkat efektifitas dari sistem produksi, merupakan rasio output aktual
terhadap output yang direncanakan sesuai permntaan pasar, di ukur
dalam satuan persen, nilai ideal adalah 100%.
c. Banyaknya produk cacat, dapat diukur dalam satuan unit atau persentase
dari output total yang diproduksi sesuai permitaan pasar.
d. Biaya per unit output, diukur dalam satuan mata uang seperti rupiah/unit,
dollar/unit, dll
Perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang juga mengalami
masalah kelangkaan. Untuk mencapai tujuan keuntungan yang maksimum,
perusahaan harus dapat mengalokasikan sumberdaya secara efektif dan efisien.
Sumberdaya merupakan faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi
barang atau jasa. Menurut Lipsey (1984) fungsi produksi adalah hubungan
antara faktor produksi yang digunakan sebagai input dalam proses produksi
dengan jumlah output yang dihasilkan (pada suatu waktu dan tingkat teknologi
tertentu).(anonimous, 2011)
Efektivitas merupakan karakteristik lain dari proses yang mengukur
derajat pencapaian output dari sistem produksi. Efisiensi adalah ukuran yang
menunjukkan bagaimana baiknya sumber daya-sumber daya ekonomi digunakan
dalam proses produksi untuk menghasilkan output (Gaspersz, 2003).
Efisiensi dalam teori produksi adalah cara untuk memaksimumkan
keuntungan. Hal ini terlihat dari konsep keuntungan yang merupakan selisih dari
penerimaan dengan biaya. Untuk memaksimumkan keuntungan dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu memaksimumkan penerimaan atau meminimumkan
biaya. Maksimum penerimaan ini, dalam efisiensi berarti memproduksi output
semaksimum mungkin dengan tingkat penggunaan input yang tetap. Minimum
biaya adalah memproduksi output pada tingkat tertentu dengan biaya produksi
seminimum mungkin (Gaspersz, 2003).
D. Morfologi dan Klasifikasi Jamur Tiram
Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak
dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada
tanaman yang berklorofil. Oleh karena itu, jamur mengambil zat-zat makanan
hidupnya. Jamur digolongkan sebagai tanaman heterotrofik karena
ketergantungannya terhadap organisme lain tersebut (Cahyana, et. al., 2007).
Jamur tiram atau jamur tiram putih adalah jamur pangan dengan tudung
berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak
cekung dan berwarna putih hingga krem. Tubuh buah memiliki batang yang
berada dipinggir (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram
(ostreatus), sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus.
Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii atau King Oyster
Mushroom (Suriawiria, 2001).
Tubuh buah mempunyai tudung yang berubah dari hitam, abu-abu,
coklat, hingga putih dengan permukaan yang hampir licin dengan diameter 5 - 20
cm. Tepi tudung mulus sedikit berlekuk. Spora berbentuk batang berukuran (8 -
11) × (3 - 4) μ m. Miselium berwarna putih dan bisa tumbuh dengan cepat. Di
alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan
pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di
permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang
sudah ditebang. Klasifikasi Jamur Tiram Putih ( Pleurotus Ostreatus ) secara
lengkap menurut Cahyana (1997) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Mycetea
Divisio : Amastigomycotae
Phylum : Basidiomycotae
Kelas : Hymenomycetes
Ordo : Agaricales
Family : Pleurotaceae
Genus : Pleurotus
Aspek keuntungan lain bila dibandingkan antara bahan pangan dan
makanan lain dengan beberapa jenis jamur yang dapat dikonsumsi adalah nilai
gizinya. Jamur tiram memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dan kandungan asam
amino yang lengkap.
Tabel 1. Komposisi dan Kandungan Nutrisi Jamur Tiram Putih (Per 100 gram bahan kering)
No. Zat Gizi Kandungan
Sumber. aOei, 1996; b Bano et al, 1981 dalam Bano & Rajarathnam.1982.
E. Budidaya Jamur Tiram
Jamur terdiri dari bermacam-macam jenis, ada yang merugikan dan ada
yang menguntungkan bagi kehidupan manusia. Jamur yang merugikan antara
lain karena bersifat patogen yaitu dapat menyebabkan penyakit pada manusia,
hewan maupun tumbuhan. Diantara jamur yang menguntungkan manusia
misalnya : penicillium yang menghasilkan antibiotik penisilin, jamur-jamur yang
berperan dalam proses fermentasi makanan seperti kecap, tempe, tape, tauco
antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shiitake, jamur agaricus (campignon)
dan jamur merang.
Dewasa ini budidaya jamur (Mushrooming the mushroom) yang dapat
dimakan telah banyak dilakukan orang yaitu dengan menggunakan limbah
pertanian sebagai media tumbuhnya. Budidaya jamur yang dapat dimakan
(edible mushroom) merupakan salah satu cara mengatasi kekurangan pangan
dan gizi serta menganekaragamkan pola komsumsi pangan rakyat. Dari analisa
menunjukkan bahwa kandungan mineral jamur lebih tinggi daripada gading sapi
dan domba, bahkan hampir dua kali lipat jumlah garam mineral dalam sayuran.
Jumlah proteinnya dua kali lipat protein asparagus, kol, kentang dan empat kali
lipat daripada tomat dan wortel serta enam kali lipat dari jeruk. Selain itu jamur
juga mengandung zat besi, tembaga, kalium dan kapur, kaya vitamin B dan D,
sejumlah enzim tripsin yang berperan sangat penting pada proses pencernaan,
kalor dan kolesterolnya rendah.
Beberapa keuntungan budidaya jamur yaitu :
1. Melalui pemanfaatan bahan-bahan limbah di sekitar kita akan menjadikan
lingkungan kita bersih, indah dan sehat.
2. Budidaya jamur dapat diusahakan tanpa menggunakan lahan yang luas
3. Produk Jamur dapat dimanfaatkan untuk menambah gizi atau menu serta
dapat menambah pendapatan keluarga.
4. Kompos bekas media tanam dapat langsung digunakan untuk pupuk kolam
ikan, makanan ikan dan untuk memelihara cacing.
Menurut Cahyana (1997) Budidaya jamur tiram putih secara komersil
memerlukan beberapa bangunan yang diperlukan dalam kegiatan usahanya.
Bangunan yang diperlukan terdiri dari ruang persiapan, ruang inokulasi, ruang
inkubasi, ruang penanaman dan ruang pembibitan. Bangunan tersebut dibuat
genteng. Dinding bangunan dibuat dari anyaman bambu dengan tujuan
memperkecil biaya bangunan, disamping pembuatannya yang mudah, anyaman
bambu ini sangat baik dalam pengaturan suhu dan kelembaban ruangan, karena
memberikan sirkulasi udara yang baik dari ventilasi anyaman serta dengan
masuknya angin melalui jaringan anyaman, dapat mempercepat perkembangan
spora jamur.
Dalam budi daya Jamur Tiram Putih ( Pleurotus Ostreatus ) secara modern
dengan orientasi produksi tinggi, kumbung sangat diperlukan. Kumbung adalah
Bangunan berbentuk rumah yang khusus dibangun untuk digunakan sebagai
tempat membudidayakan Jamur Tiram Putih ( Pleurotus Ostreatus ) dan
berfungsi melindungi media tanam jamur dari air hujan dan sinar matahari
langsung dan kemungkinan masuknya kontaminan spora jamur lain yang tidak
diharapkan. Kondisi di dalam kumbung bisa diatur menyerupai keadaaan habitat
asli Jamur Tiram Putih ( Pleurotus Ostreatus ).
Rangka kumbung bisa dibuat dari bahan besi, kayu, atau bahkan untuk
menghemat bisa memanfaatkan batangan bambu yang harganya lebih murah.
Dinding dan atapnya bisa dibuat dari lembaran plastik atau bahan – bahan lain
yang mudah didapat disekitar rumah, seperti anyaman tebu atau jerami asalkan
bisa menahan air hujan dan sinar matahari secara langsung. Sementara itu,
ukuran kumbung yang dibuat tergantung dari skala usaha yang dikehendaki.
Sebagai patokan, ukuran yang sering digunakan dan cukup memadai adalah 6 x
4 x 2,5 meter. Dengan ukuran seperti itu, di dalam kumbung dapat diletakkan
dua baris rak kayu atau bambu untuk menempatkan media tanam jamur dengan
masing – masing rak terdiri atas 3 – 5 tingkat. Rak – rak tersebut ditempatkan
sehingga tersisa ruang di antara keduanya untuk tempat melintas para pekerja
Pembangunan gubug atau rumah jamur mempunyai beberapa syarat
seperti luas dari gubug jamur tersebut tergantung pada lokasi yang tersedia.
Tinggi dinding 3m, tinggi puncak bangunan dengan lantai dasar 4m – 4,5m.
Dinding tersebut terbuat dari anyaman bambu dan atap dari bangunan gubug
berasal dari anyaman bambu atau genting dan untuk lantai di anjurkan berpasir
agar waktu penyiraman menjaga kelembaban.
Beberapa syarat tumbuhnya jamur tiram:
1. Budidaya jamur tiram dapat dilakukan secara optimal sepanjang tahun pada
dataran yang letaknya 550m – 800m dpl.
2. Suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan miselium 20oC – 30oC dan
kelmbaban 80% - 85%.
3. Suhu untuk pembentukan tubuh buah (fruiting body) lebih rendah atau sama
dengan 26oC dan kelembaban dalam kubung 90%-94%.
4. Kubung atau rumah jamur di anjurkan di bangun pada tempat – tempat yang
teduh (dibawah tegakan pohon tahunan) dan tidak terkena pancaran sinar
matahari secara langsung ini dimaksudkan untuk menjaga suhu dan
kelembaban ruang kubung.
5. Sirkulasi udara dalam kubung lancar dan angin spoi-spoi basah.
6. Jamur tiram membutuhkan oksigen sebagai senyawa pertumbuhan.
Terbatasnya oksigen dalam kubung mengganggu pembentukan tubuh buah
jamur.
7. Oksigen berlebihan menybabkan tubuh buah jamur tiram cepat menjadi layu.
Jamur tiram putih merupakan salah satu jamur kayu yang sekarang telah
banyak dibudidayakan orang. Media tanam atau substratnya yang sudah umum
digunakan adalah gergajian kayu alba (sengon), tetapi sembarang gergajian
kayu sebetulnya dapat digunakan, tentunya kayu yang tidak beracun, kemudian
Adapun proses budidaya jamur tiram putih adalah sebagai berikut :
1. Bahan dan Alat
a. Bahan
Bahan – bahan lain yang digunakan dalam budidaya jamur kayu pada media
plastik terdiri dari beberapa macam yaitu serbuk kayu, bekatul (dedak padi),
Tapioka, kapur (CaCO3), gips (Ca2SO4) dan TSP. Dapat pula ditambahkan
tepung tapioka atau tepung biji–bijian yang lain. Perbandingan kebutuhan bahan
– bahan tersebut adalah seperti pada Tabel 2.
Tabel 2 Kebutuhan Bahan – Bahan dalam Budidaya Jamur Tiram
Formulasi Serbuk
Sumber : Cahyana et. al (1999)
Pada Tabel 2 terdapat berbagai formulasi media untuk pertumbuhan
jamur tiram. Hal tersebut berdasarkan pengalaman masing – masing pengusaha
yang dilakukan di tempat yang berbeda yang lebih menguntungkan. Berdasarkan
Tabel 2 dapat dipilih salah satu formulasi yang sesuai dengan kondisi tempat
budidaya.
b. Alat
Peralatan dalam budidaya jamur tiram putih pada umumnya menggunakan
alat-alat sederhana yang mudah diperoleh seperti :
Jarum inokulasi digunakan untuk menginokulasi miselium jamur
ke media, maksudnya mengambil potongan agar-agar yang telah
ditumbuhi miselium dan memindahkannnya ke media agar-agar.
2. Sprayer
Sprayer digunakan untuk menyemprotkan alkohol 70% ke dalam
ruangan agar ruangan menjadi steril. Penyemprotan ini dilakukan satu
jam sebelum melakukan inokulasi.
3. Timbangan
Timbangan 150 kg digunakan untuk menimbang bahan-bahan
yang akan digunakan untuk pembuatan media tanam atau media bibit
jamur, sedangkan timbangan 2 kg digunakan untuk menimbang hasil
panen jamur.
4. Alkohol 70%
Alkohol ini digunakan untuk pekerjaan aseptik, misalnya
mencelupkan jarum inokulasi, selain itu digunakan untuk mensterilkan
tangan yang akan melakukan pekerjaan inokulasi.
5. Saringan Pengayak
Saringan pengayak digunakan untuk mengayak serbuk gergaji
agar seragam ukurannya dan tidak tercampur dengan bahan ikutan
lainnya seperti kayu atau kerikil. Saringan ayakan dapat dibuat dengan
menggunakan kawat ayakan berukuran kira-kira 0,5 cm dengan panjang
1,5 meter dan lebar 1 meter.
6. Autoklaf
Autoklaf digunakan untuk mensterilkan media. Contoh
karet, serbuk kayu, baglog, media bibit dan botol bibit. Kapasitas autoklaf
yang digunakan adalah 500 baglog.
7. Termometer
Alat ini mempunyai fungsi untuk mengukur suhu udara di dalam
bangunan atau kumbung jamur.
8. Higrometer
Alat ini digantung dalam ruangan dan digunakan untuk mengukur
kelembaban ruangan penanaman atau ruang inkubasi.
2. Proses pengomposan
Sebelum ditanam bibit, bahab-bahan media tanam tersebut di komposkan
terlebih dahulu selama 15 hari dengan tahapan sebagai berikut :
a. Serbuk gergaji yang telah benar-benar kering direndam dengan air
bersihdidalam suatu wadah selama 1 malam.
b. Tiriskan (sampai dikepal tidak pecah), selanjutnya tambahkan
tambahkankapur beserta bekaltul dan diaduk sampai rata. Biarkan dalam
tumpukan selama 5 hari.
c. Tumpukan diaduk kembali dengan ditambahkan pupuk TSP dan biarkan
selama 5 hari.
d. Bahan diaduk kembali dan tambahkan gips. Biarkan lagi tumpukan itu
sampai 5 hari, maka proses pengomposan telah selesai.
3. Proses Pembungkusan
Bahan-bahan media tanam yang telah dikomposkan dimasukkan ke
dalam kantong plastik. Kantong plastik pada kedua ujung pangkalnya ditekuk
kedalam, sehingga setelah diisi dan dipadatkan kantong plastik dapat berdiri
seperti botol. Kantong plastik diisi kurang lebih ¾ bagian, kemudian yang ¼
(polibek) pada posisi terbalik yaitu bagian yang ditekuk/ dilipat kedalam
ditempatkan dibawah.
4. Proses Sterilisari
Siapkan alat drum perebus beserta perlengkapannya. Sarangan
diletakkan kira-kiran 1/3 bagian drum dari bawah. Isilah drum dengan air bersih
kira-kira ¼ bagian drum. Sumber panas dinyalakan, sambil media tanam
dimasukkan ke dalam platik besar tahan panas yang menjulur ke atas drum.
Proses sterilisasi dengan uap Ini dilakukan selama 6 – 8 jam pada suhu 90 –
95 C.
5. Teknik Penanaman Bibit ( Inokulasi )
Setelah proses sterilisasi selesai, polibek dari drum diambil keluar dan
dibiarkan dingin. Bila telah dingin, proses inokulasi dapat dilakukan yaitu dengan
cara memasukkan bibit dibagian atas, usahakan merata dibagian atas
permukaan media dalam baglog. Untuk mengikatkan plastik agar kuat, ujung
baglog dimasukan potongan pralon (cincin), kemudian ditutup dengan potongan
kertas koran dan diikat dengan karet gelang. Saat inokulasi sebaiknya jangan
sampai melebihi dari 24 jam setelah proses sterlisasi.
6. Pemeliharaan dan Inkubasi
Polibek yang telah di inokulasi ditempatkan pada rak-rak yang telah
disediakan. Rak-rak ini sebaiknya ditempatkan dalam suatu ruangan agar suhu
dan kelembabannya tidak terpengaruh oleh udara luar. Suhu dan
kelembabannya diusahakan stabil sesuai dengan kondisi yang diinginkan bagi
pertumbuhan jamur yaitu 24 – 28 C dan kelembaban udara 80 – 90 %. Polibek
tersebut dibiarkan selama 6 – 8 minggu sampai miselium tumbuh memenuhi
kantong palstik sehingga warnanya putih padat.
Setelah baglog berwarna putik kompak (umur 6 – 8 minggu), maka
polibek dapat dibuka dengan melepas karet dan cincin pralon. Kemudian plastik
yang terbuka disibakkan keluar agar permukaan media tumbuh jamur
mendapatkan udara sebanyak-banyaknya.
8. Pemanenan Jamur
Panen dilakukan jika bentuk dan ukuran tubuh buah jamur sudah memenuhi
persyaratan, terutama jika produk tersebut akan dijadikan komoditas
perdagangan secara bebas. Panen jamur tiram dapat dilakukan sembarang
waktu, baik pagi, siang, atau sore hari, asal jamur sudah memenuhi syarat untuk
dipanen, baik berdasarkan bentuk, ukuran ataupun warna tudung/tubuh buah.
Pemanenan dilakukan dengan cara mengangkat/mencabut jamur dari substrat
tanaman. Bekas batang jamur dalam substrat tanam harus dibersihkan. Bagian
ujung batang yang tertinggal di dalam substrat tanam harus dibersihkan, karena
cepat atau lambat ujung batang tersebut akan membusuk. Hasil panen kemudian
dibersihkan dan bagian bawah batang dipotong sesuai dengan ukuran yang
disyaratkan.
Pasca Panen
Jamur merupakan komoditas pertanian yang mudah rusak disebabkan
oleh karena layu atau membusuk. Oleh karena itu diperlukan penanganan pasca
panen yang tepat untuk menjaga kwalitas dan mengurangi tingkat kerugian.
Berikut ini adalah perlakuan untuk memperpanjang umur jamur setelah panen
agar tidak rusak ( membusuk atau berlendir) menurut Sriawiria (2004) :
Cara yang paling umum agar kesegaran jamur yang baru dipanen dapat lebih
lama serta tidak dapat mengalami kerusakan antara lain dengan menyimpan
di tempat dingin, suhu antara 1-5°C. dengan kondisi temperatur seperti itu,
umur jamur dapat diperpanjang minimal 4 – 5 x 24 jam, terutama untuk jamur
kayu.
b. Pengeringan
Pengeringan (dedikasi) adalah mengurangi kandungan air yang terdapat di
dalam bahan sehingga air yang tersisa tidak dapat digunakan untuk
kehidupan mikroba yang perusak yang ada pada bahan tersebut.
9. Perawatan Media Baglog
Setiap polibek yang telah ditumbuhi miselium dapat tumbuh jamur
berkalikali, sampai 4 – 6 kali panen. Pemanenan ini dapat berlangsung selama 2
– 3 bulan dengan hasil total 75% dari berat serbuk gergaji kering untuk
substratnya. Agar media tumbuh jamur berkali-kali maka perlu pemeliharaan.
Adapun pemeliharaannya adalah sebagai berikut :
a. Media baglog yang telah tumbuh jamur sekali, permukaan bekas tumbuh
jamur dikeruk atau dipotong 0,5 – 1 cm. Kemudian disuntikkan kedalamnya
larutan vitamin B kompleks sekitar 30 cc (2 butir Vit. B komplek dilarutkan
dalam 1,5 liter air bersih).
b. Setiap pagi dan sore permukaan media polibek disemprot dengan air bersih,
Jangan sampai terlihat kering permukaannya.
c. Untuk media polibek yang telah tumbuh jamur kedua, ketiga dan seterusnya
kompleks yang disuntikkan semakin berkurang sebanding dengan
berkurangnya media yang dipotong / dibuang.
10. Pemberatantasan Penyakit
Apabila proses sterilisasi berjalan dengan sempurna dan peralatan yang
dipakai bersih dan steril, maka tidak ada kontaminasipada subsratnya. Apabila
ada polibek terkontaminasi/ terkena penyakit, sebaiknya polibek tersebut dibuang
saja agar tidak menular dan menyebabkan turunnya produksi.
Catatan :
a. Peralatan yang dipakai pada saat penanaman bibit (inokulasi) harus bersih
dan steril. Peralatan agar steril, dipanaskan / dicelup dengan air mendidih
kemudian diolesi dengan alkohol 70 %. Sterilisasi peralatan harus dijaga
selama inokulasi agar media polibek tidak terkontaminasi.
b. Penamanan bibit jamur diusahakan ditempat tertutup dan steril.
c. Pada saat mencampur bahan-bahan media tanam sebaiknya memakai
masker agar uap hasil reaksi bahan-bahan tersebut tidak terhirup masuk ke
dalam paru-paru.
F. Analisis Resiko
Robison dan Barry (1987), memberikan arti pada resiko (risk) adalah
sebuah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diukur oleh pengambil
keputusan dan pada umumnya pengambil keputusan mengalami suatu kerugian,
resiko erat kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi kedua hal tersebut memiliki
makna yang berbeda. Ketidakpastian (uncertainty) adalah suatu kejadian yang
tidak dapat diukur oleh pengambil keputusan dengan demikian adanya
ketidakpastian dapat menimbulkan resiko.
Resiko adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan,
(2007) resiko dapat didefinisikan sebagai volatilitas outcome, yang umumnya
berapa nilai dari suatu aktiva atau hutang perusahaan dalam aktivitasnya
menghadapi dua jenis resiko yaitu resiko usaha dan resiko non usaha. Resiko
usaha adalah semua resiko yang berkaitan dengan usaha perusahaan untuk
menciptakan keunggulan bersaing dan memberikan nilai bagi pemegang saham.
Resiko dalam suatu usaha berhubungan dengan produk seperti inovasi
teknologi, desain produk, dan pemasaran produk. Perluasan operasi yang
berhubungan dengan besarnya tingkat biaya tetap dan biaya variabel juga
merupakan bagian dari resiko usaha. Resiko usaha bagi perusahaan merupakan
resiko yang dapat dikendalikan. Sedangkan resiko lainnya yang tidak dapat
dikendalikan oleh perusahaan dikategorikan sebagai resiko non usaha, salah
satu dari resiko non usaha adalah resiko strategik sebagai akibat dari perubahan
lingkungan, ekonomi dan politik.
Tampubolon (2004) mendefinisikan resiko sebagai bentuk-bentuk
peristiwa yang mempunyai pengaruh terhadap kemampuan seseorang atau
sebuah intitusi untuk mencapai tujuannya. Djohanputro (2004) mengemukakan
pengertian dasar resiko terkait dengan keadaan adanya ketidakpastian dan
tingkat ketidakpastiannya yang telah diketahui tingkat probabilitasnya dan
kejadiannya.
Menurut Darmawi (2004), resiko dihubungkan dengan kemungkinan
terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan atau tidak terduga.
Penggunaan kata “kemungkinan” tersebut sudah menunjukkan adanya
ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut merupakan kondisi yang menyebabkan
tumbuhnya resiko, sedangkan kondisi yang tidak pasti timbul karena berbagai
macam hal, antara lain :
1. Jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatan itu berakhir.
2. Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan.
3. Keterbatasan pengetahuan atau keterampilan mengambil keputusan, dan lain
sebagainya.
Menurut Kountur (2008) terdapat tiga unsur penting dari suatu kejadian
yang dianggap sebagai resiko, yaitu: (1) Merupakan suatu kejadian. (2) Kejadian
tersebut masih merupakan kemungkinan, jadi bisa terjadi dan bisa tidak. (3) Jika
sampai terjadi maka akan menimbulkan kerugian.
Menurut Harwood et al (1999), terdapat beberapa sumber resiko yang dapat
dihadapi oleh petani, yaitu :
1. Resiko produksi
Sumber resiko yang berasal dari kegiatan produksi diantaranya adalah gagal
panen, rendahnya produktivitas, kerusakan barang yang ditimbulkan oleh
serangan hama dan penyakit, perbedaan iklim dan cuaca, kesalahan
sumberdaya manusia, dan masih banyak lagi.
2. Resiko Pasar atau Harga
Resiko yang ditimbulkan oleh pasar diantaranya adalah barang tidak dapat
dijual yang diakibatkan ketidakpastian mutu, permintaan rendah,
ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan, dan
lain-lain. Sementara itu resiko yang ditimbulkan oleh harga antara lain harga
dapat naik akibat dari inflasi.
3. Resiko Kelembagaan
Resiko yang ditimbulkan dari kelembagaan antara lain adanya aturan tertentu
yang membuat anggota suatu organisasi menjadi kesulitan untuk
memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksinya.
4. Resiko Kebijakan
kekuasaan pemerintah yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha.
Dalam artian kebijakan tersebut membatasi gerak dari usaha tersebut.
Contohnya adalah kebijakan tarif ekspor.
5. Resiko Finansial
Resiko yang ditimbulkan oleh resiko finansial antara lain adalah adanya
piutang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha
terhambat, perputaran barang rendah, laba yang menurun akibat dari krisis
ekonomi dan sebagainya.
Resiko dapat juga diklasifikasikan dari sudut pandang penyebab timbulnya
resiko, akibat yang ditimbulkan, aktivitas yang dilakukan, dan sudut pandang
kejadian yang terjadi (Kountur, 2008) :
1. Resiko dari Sudut Pandang Penyebab
Resiko jika diklasifikasikan dalam sudut pandang penyebab terjadinya resiko
dapat dibedakan menjadi dua yaitu resiko keuangan dan resiko operasional.
Resiko keuangan adalah resiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan
seperti harga, tingkat bunga, dan mata uang asing. Resiko operasional adalah
resiko-resiko yang disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan. Faktor-faktor
non keuangan tersebut yaitu manusia, teknologi, dan alam.
2. Resiko dari Sudut Pandang Akibat
Resiko dari sudut pandang akibat dapat dibagi menjadi dua kategori resiko
yaitu resiko murni dan resiko spekulatif. Resiko murni adalah suatu kejadian
yang dapat berakibat merugikan saja, atau dapat juga berakibat merugikan
atau menguntungkan. Apabila suatu kejadian berakibat hanya merugikan saja
dan tidak memungkinkan adanya keuntungan maka resiko tersebut disebut
resiko murni. Resiko spekulatif adalah resiko yang tidak saja memungkinkan
terjadinya kerugian tetapi juga memungkinkan terjadinya keuntungan.
Resiko ini menyangkut dengan aktivitas yang dapat menimbulkan resiko,
misalnya aktivitas pemberian kredit oleh bank resikonya disebut dengan resiko
kredit. Banyaknya resiko dari sudut pandang aktivitas sebanyak jumlah
aktivitas yang ada.
4. Resiko dari Sudut Pandang Kejadian
Resiko ini menyatakan bahwa suatu resiko berdasarkan kejadiannya,
misalnya kejadian kebakaran maka disebut resiko kebakaran. Perlu diketahui
bahwa dalam suatu aktivitas pada umumnya terdapat beberapa kejadian,
sehingga kejadian adalah salah satu bagian dari aktivitas.
Menurut Kountur (2008), berdasarkan peta resiko dapat diketahui cara
penanganan resiko yang tepat untuk dilaksanakan. Terdapat dua strategi
penanganan resiko, yaitu :
1. Preventif
Preventif dilakukan sedemikian rupa sehingga resiko tidak terjadi, preventif
dilakukan dengan beberapa cara diantaranya : (1) Membuat atau memperbaiki
sistem, (2) Mengembangkan sumber daya manusia, dan (3) Memasang atau
memperbaiki fasilitas fisik.
2. Mitigasi
Mitigasi adalah strategi penanganan resiko yang dimaksudkan untuk
memperkecil dampak yang ditimbulkan dari resiko. Strategi mitigasi dilakukan
untuk menangani resiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun
beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah :
Diversifikasi merupakan cara menempatkan aset atau harta di beberapa
tempat sehingga jika salah satu tempat terkena musibah tidak akan
menhabiskan semua aset yang dimiliki.
b. Penggabungan
Penggabungan (merger) adalah salah satu cara atau pola penanganan resiko
yaitu dengan cara penggabungan dengan pihak atau perusahaan lain.Strategi
ini adalah dengan melakukan penggabungan atau dengan cara melakukan
akuisisi.
c. Pengalihan Resiko
Pengalihan resiko merupakan cara untuk mengurangi dampak resiko yaitu
dengan cara mengalihkan dampak resiko ke pihak lain. Maksud dari
pengalihan resiko ini adalah mengalihkan resiko kepihak lain sehingga jika
terjadi kerugian, pihak lainlah yang menanggung kerugian. Ada beberapa cara
untuk mengalihkan resiko ke pihak lain antara lain : leasing, outsourcing,
hedging dan asuransi.
Leasing adalah cara dimana suatu aset digunakan, tetapi kepemilikannya
ada pada pihak lain. Jika terjadi sesuatu hal pada aset yang dijaminkan tersebut,
maka pemiliknya yang akan menanggung kerugian atas aset tersebut.
Outsourcing adalah cara lain untuk mentransfer kerugian kepihak lain jika terjadi
resiko, dimana pekerjaan diberikan kepihak lain untuk mengerjakan suatu
pekerjaan, sehingga pemilik barang tidak menanggung kerugian.
Hedging adalah cara pengurangan dampak resiko yaitu dengan cara
pengurangan dampak resiko dengan cara mengalihkan resiko melalui transaksi
penjualan atau pembelian. Sedangkan asuransi juga merupakan salah satu cara
untuk mengalihkan resiko yaitu dengan cara mengasuransikan harta-harta
perusahaan yang dampak resikonya besar,yang artinya jika terjadi resiko pada
32
III. KERANGKA PEMIKIRAN
A. Kerangka Pemikiran
Jamur tiram putih termasuk salah satu varietas jamur yang banyak di
kembangkan untuk berbisnis terutama di desa Wadungasih Kecamatan Buduran
Kabupaten Sidoarjo. Jamur tiram putih memiliki bebarapa ke unggulan diantaranya
jamur tersebut dapat di olah atau dijadikan berbagai makanan seperti kripik, krispi
dan sebagainya. Jamur tiram juga dapat di panen lebih cepat meskipun di
kembangkan di daerah di dataran rendah serta meiliki produksi tinggi. Kandungan
jamur tiram di bandingkan dengan jamur yang lainnya juga memiliki kandungan
protein yang lebih tinggi di bandingkan dengan jamur yang lainnya.
Keberadaan jamur sebagai salah satu jenis bahan pangan telah cukup lama
dikenal oleh masyarakat di Indonesia sebagai salah satu bahan pangan yang
memiliki manfaat baik untuk kesehatan. Tabel 1 menunjukkan bahwa kandungan
nutrisi dalam jamur tiram sangat baik untuk di konsumsi. Dengan demikian, jamur
merupakan pilihan tepat untuk dikonsumsi sebagai alternatif menu makanan sehat.
Usaha tani jamur tiram merupakan usaha yang memiliki resiko terbesar yang
terjadi adalah pada risiko harga dan resiko produksi. Untuk mengetahui jenis resiko
yang terjadi terlebih dahulu dilakukan identifikasi resiko pada usaha yang dianggap
beresiko. Indikasi resiko pada suatu usaha dapat dilihat dari fluktuasi atau variasi
harga dan hasil produksi yang diperoleh pada suatu periode tertentu yang
dibandingkan dengan periode sebelum atau sesudahnya. Salah satu indikasi adanya
tanaman jamur Kerugian akibat resiko produksi yang dialami adalah jumlah produksi
yang rendah dan kualitas hasil panen juga menurun.
Fakta dilapangan menunjukkan bahwa semua produsen jamur tiram tidak
merasa kesulitan dalam memasarkan jamur tiram, bahkan belum dapat memenuhi
permintaan jamur tiram. Dengan demikian fenomena kelangkaan jamur tiram dapat
disebabkan oleh relatif sedikitnya produsen yang membudidayakan dan
permasalahan dalam produtivitas jamur tiram putih.
Jumlah baglog adalah bahan pokok atau bahan utama yang diolah dalam
proses produksi menjadi produk jadi. Banyak atau sedikitnya baglog jamur sangat
berperan sekali untuk meningkatkan jumlah produksi yang di hasilkan.
Tenaga kerja. Operasi sistem produksi membutuhkan intervensi dan
orang-orang yang terlibat dalam proses produksi jamur sehingga untuk kinerja tenaga kerja
tersebut sangat mempengaruhi produksi jamur.
Frekuensi Penyiraman dimana perlakuan di dalam pembudidayaan jamur
sangat mempengaruhi pertumbuhan jamur. Sehingga apabila penyiraman yang
teratur pada tanah kumbung yang bertujuan untuk mengatur suhu pada ruangan
kumbung.
Luas Kumbung adalah lokasi atau tempat yang digunakan untuk
membudidayakn jamur tiram. Besar kecilnya luas Kumbung sangat berpengaruh
terhadap banyak sedikitnya baglog yang akan di susun di dalam Kumbung tersebut.
Keempat faktor tersebut akan di rekomendasikan apakah factor factor
tersebut dapat mendominasi berhasilnya dalam pencapaian produksi jamur tiram
putih dan Langkah yang dilakukan pada penelitian ini adalah melakukan identifikasi
tersebut. Selain itu, dilakukan juga analisis ini dilakukan dengan metode analisis
deskriptif melalui observasi, wawancara, dan diskusi dengan supervisor dan anggota
petani jamur d Wadungasih mengenai upaya penanganan risiko produksi yang
diterapkan selama ini.
Analisis yang selanjutnya dilakukan adalah analisis probabilitas dan dampak
risiko produksi budidaya jamur tiram putih yang disebabkan oleh sumber-sumber
risiko. Resiko tersebut diantaranya resiko fisik dan resiko ekonomi. Resikjo fisik
dimana pada jamur tiram putih memiliki standar dalam memprodukis jamur dan
analisis ekonomi untuk mengetahui seberapa besar hasil yang mungkin akan
menjadi kekurangan pada penerimaan petani. Probabilitas atau kemungkinan
terjadinya risiko dilakukan dengan metode nilai standar atau z-score di Kampung
Jamur desa Wadungasih kecamatan Buduran kabupaten Sidoarjo.
Kendala yang di hadapi petani dapat diketahui pada saat proses produksi
dan salah satunya dari analisis resiko yang nantinya juga dapat di simpulkan.
Beberapa analisis tersebut nantinya akan disimpulkan sehingga dapat di temukan
tujuan hasil dari penelitian ini. Sehingga dapat di jelaskan pada gambar kerangka
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
USAHA TANI
JAM UR TIRAM PUTIH
JUM LAH
BAGLOG
FREKUENSI
PENYIRAM AN LUAS
KUM BUNG
PRODUKSI
ANALISIS
FAKTOR PRODUKSI
KESIM PULAN
KENDALA
USAHATANI ANALISIS
RESIKO FISIK & EKONOM I
B. HIPOTESIS
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat
praduga karena masih harus dibuktikan kebenaranya. Berdasarkan kerangka
pemikiran yang telah di uraikan dapat dirumuskan hipotesis yaitu , Diduga faktor luas
kumbung, jumlah baglog, frekuensi penyiraman dan tenaga kerja berpengaruh
Lokasi penelitian ini di lakukan di Kampung Jamur desa Wadungasih
Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo. Penentuan lokasi tersebut dilakukan
berdasarkan pertimbangan bahwa petani jamur tiram putih banyak terdapat di
desa Wadungasih, sehingga diharapkan memberikan kemudahan dalam
menggali informasi tentang jamur tiram putih secara detail.
B. Penentuan Responden
Jumlah petani jamur tiram putih di desa Wadungasih Kecamatan Buduran
Kabupaten Sidoarjo sebanyak 20 orang. Penentuan responden di ambil dengan
menggunakan metode studi kasus dimana pemilihan sampel di ambil secara
keseluruhan dengan bertujuan peneliti dapat memperoleh informasi yang
lengkap dan mendalam dengan kriteria tertentu. Kriteria tersebut adalah salah
satunya petani jamur tiram putih melakukan produksi di desa Wadungasih.
Penentuan responden secara keseluruhan di lakukan untuk bisa mendapatkan
informasi yang maksimal di samping itu keseluruhan petani tersebut melakukan
proses produksi.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan ada dua macam yaitu data primer dan data
sekunder
1. Data primer
Data yang diperoleh dari responden melalui wawancara dengan cara
memberikan tanya jawab. Data yang diperoleh meliputi data dari petani
jamur tiram di Kampung Jamur desa Wadungasih yaitu tentang kegiatan
meliputi masa pemeliharaan, masa panen, jumlah faktor produksi yang
2. Data sekunder
Data yang diperoleh dari dokumen atau buku – buku yang bersangkutan
dengan jamur tiram yang meliputi luas lahan, jumlah produksi dan data
yang dapat membantu penelitian ini.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara:
a. Wawancara
Merupakan proses komunikasi untuk memperoleh keterangan atau data
yang sesuai dengan tujuan penelitian ini. Alat ini digunakan pada metode ini
adalah kuisioner dimana erupakan seperangkat pertanyaan yang akan
disampaikan oleh peneliti untuk dijawab oleh responden. Alasan
digunakannya kuesioner adalah :
1) Kuesioner bisa digunakan untuk mengumpulkan data dalam waktu yang
relatif singkat, walaupun jumlah informan banyak.
2) Memudahkan dalam menganalisis data, karena informan mendapatkan
pertanyaan yang sama dan tidak perlu menginterprestasi.
b. Observasi
Merupakan cara pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan
diteliti.
c. Dokumentasi
Merupakan alat untuk membantu menerangkan atau memperjelas penelitian
dengan bentuk rekaman atau sebuah gambar untuk sebagai bukti dalam
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi dan pengukuran variabel merupakan suatu pernyataan tentang
definisi dan pengukuran variabel – variabel penelitian baik berdasarkan teori
yang telah ada maupun pengalaman empiris. Adapun definisi dan pengukuran
masing-masing variabel tersebut adalah sebagai berikut :
1. Produksi adalah hasil fisik (jamur tiram) yang di peroleh petani dari proses
produksi dalam usahatani pada waktu selama satu periode produksi yang di
ukur dalam satuan kilogram dan segala sesuatu yang dapat di tawarkan ke
suatu pasar untuk memnuhi keinginan atau kebutuhan.
2.
Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan pada usahatani
jamur tiram putih yang di ukur dengan hari kerja stara pria (HKSP).
3. Frekuensi Penyiraman adalah seberapa banyak penyiraman yang dilakukan
oleh para petani jamur melakukan penyiraman dalam waktu sehari dalam
proses produksi jamur tiram putih.
4. Baglog adalah tempat atau media yang digunakan untuk tumbuhnya jamur
dalam usahatani jamur tiram
5. Luas Kumbung adalah sebuah bangunan seperti rumah yang di manfaatkan
atau digunakan sebagai tempat untuk membudidayakan jamur untuk
mendukung produksi jamur dalam satuan meter persegi..
6. Risiko adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan,
membahayakan) dari suatu perubahan atau tindakan, pada umumnya risiko
didefinisikan dalam pengertian ketidakpastian
E. Metode Pengujian
1. Teknik uji Prasyarat Analisis
Sebelum data diolah atau di analisis maka perlu dilakukan uji prasyarat