• Tidak ada hasil yang ditemukan

51 Sedangkan untuk industri kecil penilaian berdasarkan sebagai

PANDUAN TEKNIS PENILAIAN

A. PROSES PRODUKSI

Tingkat capaian penerapan program sesuai dengan komitmen perusahaan dalam meningkatkan efisiensi produksi > 75% tercapai 4 50,1 < x ≤ 75% tercapai 3 25 < x ≤ 50% tercapai 2 0 < x ≤ 25% tercapai 1 Belum tercapai atau tidak

ada program 0

Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri No.70/BPPI/PER/2/2016

BAB V

PANDUAN TEKNIS PENILAIAN

Dalam melakukan penilaian penghargaan industri hijau, Tim Teknis mengacu kriteria yang telah ditetapkan pada Buku Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau. Sistem penilaian

berdasarkan skala rating dengan menggunakan skor angka 0 sampai dengan 4 (angka nol sebagai skor terendah dan angka empat sebagai skor tertinggi). Penetapan skor didasarkan pada hasil evaluasi/analisa dari masing-masing kriteria dengan menggunakan indikator yang telah ada.

A. PROSES PRODUKSI

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Program Efisiensi Produksi a. Kebijakan perusahaan dalam penerapan efisiensi produsi Komitmen manajemen puncak (top management), adanya: Komitmen tertulis 1 Perencanaan (rencana kerja) 1 Pelaksanaan 1 Pemantauan/evaluasi 1 Penjelasan:

1. Kebijakan perusahaan yang dapat mendukung penerapan efisiensi produksi adalah kebijakan yang khususnya terkait dengan produksi antara lain penghematan penggunaan material input/bahan baku dan bahan penolong, energi dan air. Kebijakan perusahaan ini tertuang dalam bentuk Key Performance

Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri No.70/BPPI/PER/2/2016

Indicator (KPI) atau target yang terukur. Kebijakan harus

dilaksanakan dan perlu dievaluasi secara berkala sehingga dapat berjalan optimal.

2. Sumber Data/Informasi: Data sekunder:

Dokumen kebijakan dan program penerapan efisiensi produksi perusahaan.

Data Primer:

Wawancara terkait dengan program penerapan efisiensi produksi dan pelaksanaannya.

3. Cara/Justifikasi Penilaian:

 Identifikasi dokumen kebijakan dan program penerapan efisiensi produksi.

 Observasi penerapan program di lapangan

 Identifikasi laporan hasil pemantauan/evaluasi program

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Program Efisiensi Produksi b. Tingkat capaian penerapan program sesuai dengan komitmen perusahaan dalam meningkatkan efisiensi produksi > 75% tercapai 4 50,1 < x ≤ 75% tercapai 3 25 < x ≤ 50% tercapai 2 0 < x ≤ 25% tercapai 1 Belum tercapai atau tidak

ada program 0

dan Pengembangan Industri No. 82/BPPI/PER/3/2016

Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri No.70/BPPI/PER/2/2016

Indicator (KPI) atau target yang terukur. Kebijakan harus

dilaksanakan dan perlu dievaluasi secara berkala sehingga dapat berjalan optimal.

2. Sumber Data/Informasi: Data sekunder:

Dokumen kebijakan dan program penerapan efisiensi produksi perusahaan.

Data Primer:

Wawancara terkait dengan program penerapan efisiensi produksi dan pelaksanaannya.

3. Cara/Justifikasi Penilaian:

 Identifikasi dokumen kebijakan dan program penerapan efisiensi produksi.

 Observasi penerapan program di lapangan

 Identifikasi laporan hasil pemantauan/evaluasi program

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Program Efisiensi Produksi b. Tingkat capaian penerapan program sesuai dengan komitmen perusahaan dalam meningkatkan efisiensi produksi > 75% tercapai 4 50,1 < x ≤ 75% tercapai 3 25 < x ≤ 50% tercapai 2 0 < x ≤ 25% tercapai 1 Belum tercapai atau tidak

ada program 0

Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri No.70/BPPI/PER/2/2016

BAB V

PANDUAN TEKNIS PENILAIAN

Dalam melakukan penilaian penghargaan industri hijau, Tim Teknis mengacu kriteria yang telah ditetapkan pada Buku Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau. Sistem penilaian

berdasarkan skala rating dengan menggunakan skor angka 0 sampai dengan 4 (angka nol sebagai skor terendah dan angka empat sebagai skor tertinggi). Penetapan skor didasarkan pada hasil evaluasi/analisa dari masing-masing kriteria dengan menggunakan indikator yang telah ada.

A. PROSES PRODUKSI

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Program Efisiensi Produksi a. Kebijakan perusahaan dalam penerapan efisiensi produsi Komitmen manajemen puncak (top management), adanya: Komitmen tertulis 1 Perencanaan (rencana kerja) 1 Pelaksanaan 1 Pemantauan/evaluasi 1 Penjelasan:

1. Kebijakan perusahaan yang dapat mendukung penerapan efisiensi produksi adalah kebijakan yang khususnya terkait dengan produksi antara lain penghematan penggunaan material input/bahan baku dan bahan penolong, energi dan air. Kebijakan perusahaan ini tertuang dalam bentuk Key Performance

Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri No.70/BPPI/PER/2/2016

Indicator (KPI) atau target yang terukur. Kebijakan harus

dilaksanakan dan perlu dievaluasi secara berkala sehingga dapat berjalan optimal.

2. Sumber Data/Informasi: Data sekunder:

Dokumen kebijakan dan program penerapan efisiensi produksi perusahaan.

Data Primer:

Wawancara terkait dengan program penerapan efisiensi produksi dan pelaksanaannya.

3. Cara/Justifikasi Penilaian:

 Identifikasi dokumen kebijakan dan program penerapan efisiensi produksi.

 Observasi penerapan program di lapangan

 Identifikasi laporan hasil pemantauan/evaluasi program

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Program Efisiensi Produksi b. Tingkat capaian penerapan program sesuai dengan komitmen perusahaan dalam meningkatkan efisiensi produksi > 75% tercapai 4 50,1 < x ≤ 75% tercapai 3 25 < x ≤ 50% tercapai 2 0 < x ≤ 25% tercapai 1 Belum tercapai atau tidak

ada program 0

dan Pengembangan Industri No. 82/BPPI/PER/3/2016

dan Pengembangan Industri No.70/BPPI/PER/2/2016  Rumus Perhitungan =

x 100%

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Material input a. Sertifikasi/izin material input

100% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin

4

90 < x < 100% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin

3

80 < x ≤ 90% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin

2

70 < x ≤ 80% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin

1

0 < x ≤ 70% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin

0

Penjelasan:

1. Pemenuhan sertifikasi/izin material input dimaksudkan untuk memenuhi standar mutu dan keamanan yang mengacu pada standar nasional dan internasional. Bagi material input yang sudah ada standarnya baik nasional dan internasional dibuktikan dengan sertifikasi yang dimiliki seperti SNI, ASTM, ASME,

certificate of analysis (CoA), safety data sheet (SDS) atau

lain-lain. Sedangkan untuk material input yang belum memiliki standar harus memiliki izin penggunaan material input seperti Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian

dan Pengembangan Industri No.70/BPPI/PER/2/2016 Penjelasan:

1. Penerapan kebijakan dan program efisiensi produksi akan berdampak terhadap peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai industri hijau yang berkelanjutan. Indikator peningkatan efisiensi dan efektivitas dimaksud adalah tercapainya KPI atau target yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

2. Sumber Data/Informasi: Data sekunder:

Laporan kegiatan produksi, khususnya yang terkait dengan penggunaan sumber daya (material input/bahan baku dan bahan penolong, energi, air).

Data Primer:

Wawancara terkait dengan penerapan program. 3. Cara/Justifikasi Penilaian:

 Identifikasi dokumen kebijakan dan program penerapan efisiensi produksi.

 Identifikasi pelaksanaan program.

 Evaluasi tingkat pencapaian program yang telah dilakukan berdasarkan laporan tahunan perusahaan.

 Laporan evaluasi pelaksanaan program efisiensi produksi, yang antara lain memuat Key Performance Indicator (KPI) atau target dan capaian.

dan Pengembangan Industri No.70/BPPI/PER/2/2016  Rumus Perhitungan =

x 100%

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Material input a. Sertifikasi/izin material input

100% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin

4

90 < x < 100% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin

3

80 < x ≤ 90% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin

2

70 < x ≤ 80% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin

1

0 < x ≤ 70% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin

0

Penjelasan:

1. Pemenuhan sertifikasi/izin material input dimaksudkan untuk memenuhi standar mutu dan keamanan yang mengacu pada standar nasional dan internasional. Bagi material input yang sudah ada standarnya baik nasional dan internasional dibuktikan dengan sertifikasi yang dimiliki seperti SNI, ASTM, ASME,

certificate of analysis (CoA), safety data sheet (SDS) atau

lain-lain. Sedangkan untuk material input yang belum memiliki standar harus memiliki izin penggunaan material input seperti

dan Pengembangan Industri No.70/BPPI/PER/2/2016  Rumus Perhitungan =

x 100%

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Material input a. Sertifikasi/izin material input

100% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin

4

90 < x < 100% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin

3

80 < x ≤ 90% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin

2

70 < x ≤ 80% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin

1

0 < x ≤ 70% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin

0

Penjelasan:

1. Pemenuhan sertifikasi/izin material input dimaksudkan untuk memenuhi standar mutu dan keamanan yang mengacu pada standar nasional dan internasional. Bagi material input yang sudah ada standarnya baik nasional dan internasional dibuktikan dengan sertifikasi yang dimiliki seperti SNI, ASTM, ASME,

certificate of analysis (CoA), safety data sheet (SDS) atau

lain-lain. Sedangkan untuk material input yang belum memiliki standar harus memiliki izin penggunaan material input seperti Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian

dan Pengembangan Industri No. 82/BPPI/PER/3/2016

dan Pengembangan Industri No.70/BPPI/PER/2/2016

79  Rumus Perhitungan =

x 100%

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Material input a. Sertifikasi/izin material input

100% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin

4

90 < x < 100% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin

3

80 < x ≤ 90% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin

2

70 < x ≤ 80% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin

1

0 < x ≤ 70% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin

0

Penjelasan:

1. Pemenuhan sertifikasi/izin material input dimaksudkan untuk memenuhi standar mutu dan keamanan yang mengacu pada standar nasional dan internasional. Bagi material input yang sudah ada standarnya baik nasional dan internasional dibuktikan dengan sertifikasi yang dimiliki seperti SNI, ASTM, ASME,

certificate of analysis (CoA), safety data sheet (SDS) atau

lain-lain. Sedangkan untuk material input yang belum memiliki standar harus memiliki izin penggunaan material input seperti Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian

dan Pengembangan Industri No.70/BPPI/PER/2/2016 Penjelasan:

1. Penerapan kebijakan dan program efisiensi produksi akan berdampak terhadap peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai industri hijau yang berkelanjutan. Indikator peningkatan efisiensi dan efektivitas dimaksud adalah tercapainya KPI atau target yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

2. Sumber Data/Informasi: Data sekunder:

Laporan kegiatan produksi, khususnya yang terkait dengan penggunaan sumber daya (material input/bahan baku dan bahan penolong, energi, air).

Data Primer:

Wawancara terkait dengan penerapan program. 3. Cara/Justifikasi Penilaian:

 Identifikasi dokumen kebijakan dan program penerapan efisiensi produksi.

 Identifikasi pelaksanaan program.

 Evaluasi tingkat pencapaian program yang telah dilakukan berdasarkan laporan tahunan perusahaan.

 Laporan evaluasi pelaksanaan program efisiensi produksi, yang antara lain memuat Key Performance Indicator (KPI) atau target dan capaian.

dan Pengembangan Industri No.70/BPPI/PER/2/2016

79  Rumus Perhitungan =

x 100%

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Material input a. Sertifikasi/izin material input

100% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin

4

90 < x < 100% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin

3

80 < x ≤ 90% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin

2

70 < x ≤ 80% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin

1

0 < x ≤ 70% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin

0

Penjelasan:

1. Pemenuhan sertifikasi/izin material input dimaksudkan untuk memenuhi standar mutu dan keamanan yang mengacu pada standar nasional dan internasional. Bagi material input yang sudah ada standarnya baik nasional dan internasional dibuktikan dengan sertifikasi yang dimiliki seperti SNI, ASTM, ASME,

certificate of analysis (CoA), safety data sheet (SDS) atau

lain-lain. Sedangkan untuk material input yang belum memiliki standar harus memiliki izin penggunaan material input seperti

dan Pengembangan Industri No.70/BPPI/PER/2/2016

79  Rumus Perhitungan =

x 100%

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Material input a. Sertifikasi/izin material input

100% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin

4

90 < x < 100% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin

3

80 < x ≤ 90% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin

2

70 < x ≤ 80% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin

1

0 < x ≤ 70% material input yang digunakan memiliki sertifikat/izin

0

Penjelasan:

1. Pemenuhan sertifikasi/izin material input dimaksudkan untuk memenuhi standar mutu dan keamanan yang mengacu pada standar nasional dan internasional. Bagi material input yang sudah ada standarnya baik nasional dan internasional dibuktikan dengan sertifikasi yang dimiliki seperti SNI, ASTM, ASME,

certificate of analysis (CoA), safety data sheet (SDS) atau

lain-lain. Sedangkan untuk material input yang belum memiliki standar harus memiliki izin penggunaan material input seperti

Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

dan Pengembangan Industri No.70/BPPI/PER/2/2016

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Material input b. Rasio produk terhadap material input

Penggunaan material input menghasilkan per unit produk rata-rata 97 < x ≤ 100%

4

Penggunaan material input menghasilkan per unit produk rata-rata 90 < x ≤ 97%

3

Penggunaan material input menghasilkan per unit produk rata-rata 80 < x ≤ 90%

2

Penggunaan material input menghasilkan per unit produk rata-rata 70 < x ≤ 80%

1

Penggunaan material input menghasilkan per unit produk rata-rata 0 < x ≤70%

0

Penjelasan:

1. Optimasi dan minimasi penggunaan material input/bahan baku dan bahan penolong adalah elemen terpenting dalam penerapan konsep industri hijau pada industri. Dengan penggunaan material input secara efisien akan berdampak positif terhadap pengurangan biaya produksi sekaligus mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Pemenuhan tingkat rasio satu Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian

dan Pengembangan Industri No.70/BPPI/PER/2/2016 izin penambangan untuk industri semen, sertifikat lacak balak untuk industri pulp dan kertas, atau lain-lain.

2. Sumber Data/Informasi: Data sekunder:

Bukti sertifikat/izin material input yang digunakan untuk proses produksi

Data Primer:

Wawancara terkait dengan penggunaan material input dan sertifikasi bahan baku.

3. Cara/Justifikasi Penilaian:

Identifikasi dan evaluasi sertifikat material input yang dimiliki baik dari nasional maupun internasional, berupa SNI, ASTM, ASME, certificate of analysis (CoA), safety data sheet (SDS) atau lain-lain.

Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

dan Pengembangan Industri No.70/BPPI/PER/2/2016

81

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Material input b. Rasio produk terhadap material input

Penggunaan material input menghasilkan per unit produk rata-rata 97 < x ≤ 100%

4

Penggunaan material input menghasilkan per unit produk rata-rata 90 < x ≤ 97%

3

Penggunaan material input menghasilkan per unit produk rata-rata 80 < x ≤ 90%

2

Penggunaan material input menghasilkan per unit produk rata-rata 70 < x ≤ 80%

1

Penggunaan material input menghasilkan per unit produk rata-rata 0 < x ≤70%

0

Penjelasan:

1. Optimasi dan minimasi penggunaan material input/bahan baku dan bahan penolong adalah elemen terpenting dalam penerapan konsep industri hijau pada industri. Dengan penggunaan material input secara efisien akan berdampak positif terhadap pengurangan biaya produksi sekaligus mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Pemenuhan tingkat rasio satu Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian

dan Pengembangan Industri No.70/BPPI/PER/2/2016 izin penambangan untuk industri semen, sertifikat lacak balak untuk industri pulp dan kertas, atau lain-lain.

2. Sumber Data/Informasi: Data sekunder:

Bukti sertifikat/izin material input yang digunakan untuk proses produksi

Data Primer:

Wawancara terkait dengan penggunaan material input dan sertifikasi bahan baku.

3. Cara/Justifikasi Penilaian:

Identifikasi dan evaluasi sertifikat material input yang dimiliki baik dari nasional maupun internasional, berupa SNI, ASTM, ASME, certificate of analysis (CoA), safety data sheet (SDS) atau lain-lain.

Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri No.70/BPPI/PER/2/2016 Rasio Produk terhadap Material Input =

SUB ASPEK KRITERIA INDIKATOR SKOR

Material input c. Upaya efisiensi Penggunaan Material Input

Telah melakukan efisiensi penggunaan material input (raw material index

reduction) > 7,5%

4

Telah melakukan efisiensi penggunaan material (raw

material index reduction)

5,0 < x ≤ 7,5%

3

Telah melakukan efisiensi penggunaan material input (raw material index

reduction) 2,5 < x ≤5,0%

2

Telah melakukan efisiensi penggunaan material input (raw material index

reduction) 0 < x ≤ 2,5 %

1

Belum ada upaya efisiensi penggunaan material input

0

Penjelasan:

1. Efisiensi penggunaan material input adalah upaya untuk melakukan penghematan penggunaan material input dalam proses produksi. Dengan penggunaan material input dalam jumlah yang sama diharapkan jumlah produk yang dihasilkan dapat meningkat. Indikator perhitungan efisiensi adalah berdasarkan indeks bahan baku (raw material index), yaitu jumlah penggunaan material input per satuan produk.

Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri No.70/BPPI/PER/2/2016 satuan penggunaan material input terhadap satu satuan produk yang dihasilkan dari rata-rata industri merupakan sasaran penerapan industri hijau.

Khusus industri yang berbasis agro seperti industri gula, pulp, minuman teh, kelapa sawit, tahu dan lain-lain, maka basis perhitungan tingkat rasio penggunaan material adalah berdasarkan hasil ektraksi. Contoh: industri gula yang menggunakan material inputnya tebu, maka dasar perhitungan rasio material input terhadap produk adalah ekstrak tebu (nira). 2. Sumber Data/Informasi:

Data sekunder:

 Dokumen Penggunaan material input 3 tahun terakhir  Neraca Massa

 Data kapasitas produksi 3 tahun terakhir  Diagram proses produksi

Data Primer:

Observasi lapangan dan wawancara 3. Cara/Justifikasi Penilaian:

 Analisa data penggunaan material input.  Analisa data kapasitas produksi.

 Hitung efisiensi penggunaan material input terhadap produk dengan rumus: rata-rata jumlah produk per tahun dibagi rata-rata jumlah penggunaan material input per tahun.

Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri No.70/BPPI/PER/2/2016 Rasio Produk terhadap Material Input =

SUB ASPEK KRITERIA INDIKATOR SKOR

Material input c. Upaya efisiensi Penggunaan Material Input

Telah melakukan efisiensi penggunaan material input (raw material index

reduction) > 7,5%

4

Telah melakukan efisiensi penggunaan material (raw

material index reduction)

5,0 < x ≤ 7,5%

3

Telah melakukan efisiensi penggunaan material input (raw material index

reduction) 2,5 < x ≤5,0%

2

Telah melakukan efisiensi penggunaan material input (raw material index

reduction) 0 < x ≤ 2,5 %

1

Belum ada upaya efisiensi penggunaan material input

0

Penjelasan:

1. Efisiensi penggunaan material input adalah upaya untuk melakukan penghematan penggunaan material input dalam proses produksi. Dengan penggunaan material input dalam jumlah yang sama diharapkan jumlah produk yang dihasilkan dapat meningkat. Indikator perhitungan efisiensi adalah berdasarkan indeks bahan baku (raw material index), yaitu jumlah penggunaan material input per satuan produk.

Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri No.70/BPPI/PER/2/2016 Rasio Produk terhadap Material Input =

SUB ASPEK KRITERIA INDIKATOR SKOR

Material input c. Upaya efisiensi Penggunaan Material Input

Telah melakukan efisiensi penggunaan material input (raw material index

reduction) > 7,5%

4

Telah melakukan efisiensi penggunaan material (raw

material index reduction)

5,0 < x ≤ 7,5%

3

Telah melakukan efisiensi penggunaan material input (raw material index

reduction) 2,5 < x ≤5,0%

2

Telah melakukan efisiensi penggunaan material input (raw material index

reduction) 0 < x ≤ 2,5 %

1

Belum ada upaya efisiensi penggunaan material input

0

Penjelasan:

1. Efisiensi penggunaan material input adalah upaya untuk melakukan penghematan penggunaan material input dalam proses produksi. Dengan penggunaan material input dalam jumlah yang sama diharapkan jumlah produk yang dihasilkan dapat meningkat. Indikator perhitungan efisiensi adalah berdasarkan indeks bahan baku (raw material index), yaitu jumlah penggunaan material input per satuan produk.

dan Pengembangan Industri No. 82/BPPI/PER/3/2016

Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri No.70/BPPI/PER/2/2016 Rasio Produk terhadap Material Input =

SUB ASPEK KRITERIA INDIKATOR SKOR

Material input c. Upaya efisiensi Penggunaan Material Input

Telah melakukan efisiensi penggunaan material input (raw material index

reduction) > 7,5%

4

Telah melakukan efisiensi penggunaan material (raw

material index reduction)

5,0 < x ≤ 7,5%

3

Telah melakukan efisiensi penggunaan material input (raw material index

reduction) 2,5 < x ≤5,0%

2

Telah melakukan efisiensi penggunaan material input (raw material index

reduction) 0 < x ≤ 2,5 %

1

Belum ada upaya efisiensi penggunaan material input

0

Penjelasan:

1. Efisiensi penggunaan material input adalah upaya untuk melakukan penghematan penggunaan material input dalam proses produksi. Dengan penggunaan material input dalam jumlah yang sama diharapkan jumlah produk yang dihasilkan dapat meningkat. Indikator perhitungan efisiensi adalah berdasarkan indeks bahan baku (raw material index), yaitu jumlah penggunaan material input per satuan produk.

Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri No.70/BPPI/PER/2/2016 satuan penggunaan material input terhadap satu satuan produk yang dihasilkan dari rata-rata industri merupakan sasaran penerapan industri hijau.

Khusus industri yang berbasis agro seperti industri gula, pulp, minuman teh, kelapa sawit, tahu dan lain-lain, maka basis perhitungan tingkat rasio penggunaan material adalah berdasarkan hasil ektraksi. Contoh: industri gula yang menggunakan material inputnya tebu, maka dasar perhitungan rasio material input terhadap produk adalah ekstrak tebu (nira). 2. Sumber Data/Informasi:

Data sekunder:

 Dokumen Penggunaan material input 3 tahun terakhir  Neraca Massa

 Data kapasitas produksi 3 tahun terakhir  Diagram proses produksi

Data Primer:

Observasi lapangan dan wawancara 3. Cara/Justifikasi Penilaian:

 Analisa data penggunaan material input.  Analisa data kapasitas produksi.

 Hitung efisiensi penggunaan material input terhadap produk dengan rumus: rata-rata jumlah produk per tahun dibagi rata-rata jumlah penggunaan material input per tahun.

Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri No.70/BPPI/PER/2/2016 Rasio Produk terhadap Material Input =

SUB ASPEK KRITERIA INDIKATOR SKOR

Material input c. Upaya efisiensi Penggunaan Material Input

Telah melakukan efisiensi penggunaan material input (raw material index

reduction) > 7,5%

4

Telah melakukan efisiensi penggunaan material (raw

material index reduction)

5,0 < x ≤ 7,5%

3

Telah melakukan efisiensi penggunaan material input (raw material index

reduction) 2,5 < x ≤5,0%

2

Telah melakukan efisiensi penggunaan material input (raw material index

reduction) 0 < x ≤ 2,5 %

1

Belum ada upaya efisiensi penggunaan material input

0

Penjelasan:

1. Efisiensi penggunaan material input adalah upaya untuk melakukan penghematan penggunaan material input dalam proses produksi. Dengan penggunaan material input dalam jumlah yang sama diharapkan jumlah produk yang dihasilkan dapat meningkat. Indikator perhitungan efisiensi adalah berdasarkan indeks bahan baku (raw material index), yaitu jumlah penggunaan material input per satuan produk.

Lampiran Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri No.70/BPPI/PER/2/2016 Rasio Produk terhadap Material Input =

SUB ASPEK KRITERIA INDIKATOR SKOR

Material input c. Upaya efisiensi Penggunaan Material Input

Telah melakukan efisiensi penggunaan material input (raw material index

reduction) > 7,5%

4

Telah melakukan efisiensi

Dokumen terkait