• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. SEJARAH PERTENUNAN DI BALIGE

3.2. Perkembangan Industri Pertenunan Boi-Tulus Tekstil

3.2.7. Proses Produksi

Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa. Proses juga diartikan sebagai cara, metode ataupun teknik bagaimana produksi itu dilaksanakan. Proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah keguanaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada.40

Kegiatan produksi akan melibatkan pengubahan dan pengolahan berbagai macam sumber menjadi bahan jadi yang siap diminati konsumen. Kegiatan-kegiatan produksi akan menentukan peningkatan efesiensi operasi, perencanaan dan pengawasan produksi dalam menghasilkan kuantitas dan kualitas produk yang baik. Bahwa fungsi produksi adalah menciptakan barang atau jasa sesuai dengan kebutuhan

Konsep produksi sebenarnya mempunyai arti lebih luas dari pada hanya pengolahan (manufaktur) ataupun pengubahan tetapi bagaimana mengatur, mengelola, mengadministrasikan kegiatan produksi menjadi efektif dan efesien. Dalam meningkatkan proses produksi suatu perusahaan diperlukan bahan- bahan produksi. Untuk melakukan itu semua dibutuhkan unsur tenaga manusia, sumber daya alam, modal serta kecakapan. Semua unsur tersebut dinamakan faktor-faktor produksi, dimana faktor produksi tersebut menjadi penopang dalam usaha menciptakan nilai atau memperbesar nilai suatu barang yang dihasilkan perusahaan.

40

masyarakat pada waktu harga dan jumlah yang tepat41

41

Basu Swasta dan Ibnu Sukotjo, Pengantar Bisnis Modern (Pengantar Ekonomi

Perusaahaan Modern), Yogyakarta:Liberty, 1998, hal 285.

. Agar fungsi produksi dapat berjalan dengan baik maka perencanaan produksi menjadi hal penting yang perlu dilaksanakan. Perencanaan produksi itu meliputi yaitu jenis barang yang akan dibuat, jumlah barang yang akan dibuat, cara pembuatan (penggunaan peralatan yang dipakai). Keputusan tentang jenis barang dan jumlah yang akan dibuat dan peralatan yang dipakai tentu dipengaruhi oleh kebutuhan pasar.

Untuk dapat menghasilkan produk sarung dan ulos, karyawan membutuhkan beberapa tahapan proses produksi yang telah dibagi berdasarkan pembagian bidang- bidang kerja tertentu.

Bagan 2

Proses Produksi sarung dan ulos

Maniran/Hank Pencelupan benang Pengkelosan Pemaletan Penghanian Pencucukan Penyetelan Ditenun

Pengepakan (pemotongan, jahit, packing, cap) Pengebooman

Benang lusi (dalam lalatan lusi)

Benang pakan

1. Proses Mangiran/Hank.

Bahan baku yang didatangkan dari pabrik pemintalan tidak bisa langsung diproses lanjut, karena masih berbentuk gulugan yang digulung pada bobbin. Untuk melakukan pencucian dan pewarnaan benang harus diurai dulu menjadi urain benang dengan diameter kurang lebih 50 cm dan tebal gulungan sekitar 5 cm. proses penguraian ini disebut dengan proses mangiran atau hank yaitu dengan cara penggulugan benang tungkul pada mesin iran/hank. Tujuannya yaitu memisahkan benang dari tungkulnya agar mudah untuk proses pencelupan.

2. Proses Pencelupan

Pencelupan pada benang dilakukan untuk memberi warna pada benang dan jika benang tersebut ditenun akan menghasilkan kain yang memiliki komposisi warna /corak tertentu dari susunan dan persilangan benang lusi dan pakan. Pencelupan yaitu pemberian warna pada bahan tekstil secara merata dengan warna yang sama pada seluruh bahan tekstil dengan 3 komponen bahan utama yaitu zat warna, air dan obat bantu. Dalam proses pencelupan ada beberapa tahap yang harus dilalui diantaranya adalah:

a. Proses pencucian benang. Obat-obatan yang digunakan antara lain : - Tepol.

Benang yang keluar dari mesin hank sudah dalam bentuk untaian. Untaian benang tersebut direndam dalam air yang sudah dicampur dengan tapol kurang lebih 3 jam. Fungsi tepol adalah untuk membuka pori-pori benang supaya benang dapat menyerap obat-obatan yang diberikan. Selesai direndam benang diperas dengan mesin peras untuk menghilangkan kandungan air pada benang. Selanjutnya benang tersebut direndam kedala air yang sudah dicampur dengan kaporit. Perbandingannya untuk 1 m3 air diberi 2 kg kaporit. Kemudian benang dalam rendaman diinjak-injak dengan kaki supaya penyerapan obat lebih merata. Setelah itu direndam kurang lebih 2 jam agar didapatkan hasil yang maksimal yaitu benang yang putih bersih. Setelah direndam kurang lebih 2 jam benang dimasukkan kedalam mesin peras untuk menghilangkan kandungan air.

b. Proses pewarnaan

Setelah benang dicuci bersih kemudian benang dicelupkan pada pewarna textil dalam kondisi panas dalam waktu sekitar 15-30 menit. Jenis- jenis warna yang digunakan antara lain: hitam, hijau, biru, violet, kuning, merah, merah cas, merah marun, putih. Untuk pewarnaan benang ulos dilakukan dengan proses pengikatan pada benang lungsi sesuai dengan motif yang diinginkan kemudian dicelup. Pada benang sarung tidak perlu ada pengikatan, karena sarung hanya mengunakan motif kotak-kotak. Benang yang terikat tidak akan tercelup sehingga pada waktu bahan tersebut ditenun akan memberikan motif, biasanya benang yang diikan tersebut akan menghasilkan belang antara warna hitam dan putih.. Pencelupan dilakukan untuk memberikan

warna secara merata. Disini bahan yang terikat tidak akan tercelup sehingga pada waktu bahan tersebut ditenun akan memberikan motif.

Adapun Resep-resep warna-warna.

a. warna hitam, bahannya:

 sulfur black

 soafel

 air dengan suhu 100oC b. warna biru, violet, hijau bahannya:

 cat helanhreen warna biru, hijau, violet

• soda api

• sulfit

• air dengan suhu 500C c. warna kuning, bahannya:

 cat merah B

 soda api

 naftol ASG

 air dengan suhu 500C d. warna putih, bahannya:

 kaporit

 air bersih e. warna merah bahannya:

 naftol AS

 soda api

 air panas sekitar 500 C f. warna merah tua, bahannya:

 cat warna merah B Base

 nettrit

 naftol

 soda api

 air keras

 air panas sekitar 500 C

Benang yang telah diwarnai dicuci kembali kemudian ditiriskan dengan mesin pengering. Kemudian dipisahkan untuk benang pakan dan untuk benang lusi. Untuk benang pakan langsung dikeringkan/dijemur dibawah sinar matahari.

c. Proses Pengkanjian

Untuk proses pengkanjian benang untuk sarung berbeda dengan ulos. Untuk benang sarung dilakukan pengkanjian pada benang lusi. Untuk benang ulos kedua benang lungsi dan pakan dilakukan pengkanjian. Tujuan pengkanjian ini agar benang lusi maupun pakan tersebut tidak mudah putus. Setelah benang lusi dikanji benang tersebut ditiriskan selama satu malam, kemudian besok paginya dikukus selama dua jam, setelah itu benang tersebut dijemur langsung dibawah sinar matahari.

3. Proses pengkelosan

Setelah benang selesai dicuci dan diwarnai sampai keringdilanjutkan proses pengelosan, benang dari hasil pencucian dan pewarnaan masih berupa untaian selain itu keadaan benang masih dalam keadaan menggumpal karena pengaruh zat warna. Untuk itu benang harus dirapikan kedalam bentuk bobbin dan proses tersebut dinamakan pengelosan. Setelah selesai pengkelosan kemudia benang dipisahkan untuk pakan dan lungsi. Untuk lungsi langsung pada proses penghanian, sedangkan pakan pada proses pemaletan. Jadi dapatdisimpulkan bahwa maksud dari pengelosan adalah :

 Memperbaiki mutu benang.

 Mendapatkan gulungan benang dalam volume yang sesuai. 4. Proses Pemaletan

Pemaletan merupakan proses yang di lakukan khusus untuk benang pakan yang di gunakan pada proses pertenunan. Gulungan benang pada bobbin palet ini akan di pasangkan pada alat teropong yang di sebut shuttle. Agar gulungan benang pada bobbin palet dapat masuk / sesuai dengan shuttle, harus ada pengaturan antara jenis benang yang akan di palet dengan kecepatan penggulungan benang pada bobbin palet. Tujuan dari proses pemaletan, yaitu untuk menggulung kembali benang-benang dari bentuk bobbin palet, menjdi bentuk bobin pakan atau palet.

5. Proses Penghanian

Proses penghanian adalah pengaturan dan penyusunan warna dan jumlah benang lusi sesuai panjang dan lebar kain yang akan dibuat secara sejajar sesuai

dengan desain. Biasanya dalam sekali proses penghanian bisa menghasilkan 50-60 lembar kain sarung dan ulos.

6. Proses Mangeboom

Pada proses ini benang yang sudah siap dalam proses penghanian kemudian dipindahkan dengan cara menggulung benang lusi pada lalatan (boom hanian) yang kosong. Adapun tujuan dari proses pengebooman ini agar seluruh benang lusi sama tegangnya.

7. Manutcup/pencucukan

Pencucukan adalah proses pemasukan benang lusi yang sudah berada pada lalatan atau Boom lusi, dimasukkan atau dicucukkan satu persatu benang lusi kedalam mata gun lalu kedalam celah-celah lubang sisir dengan menggunakan pisau cucuk.

8. Penyetelan

Pada proses ini benang lusi dalam lalatan/boom yang sudah dicucukan pada mata gun dan celah-celah sisir kemudian dipasang pada mesin tenun sehingga benang dapat ditenun. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan benang pakan yang sudah berada dalam gulungan palet pada mata teropong, dan dipasangkan pada peluncur teropong. Penyetelan ini dilakukan oleh mekanik. Guna dari penyetelan ini adalah untuk mengaturatur motif dan perpaduan warna yang akan dihasilkan. Seperti motif liris dengan kotak besar dan kotak kecil dan jenis-jenis ulos yang akan di tenun.

9. Menenun

Menenun adalah proses menyilang-yilangkan dua set memasuk-masukkan bena (benang lusi) yang akhirnya menghasilkan helaian kain.

Agar proses tenunan dapat dilaksanakan dengan baik, perlu diketahui gerakan-gerakan pokok yang terjadi pada proses tersebut. Sesuai dengan urutannya maka gerakan tersebut adalah:

a. pembukaan mulut lusi yaitu membuka benang-benang lusi sehingga membentuk celah yang disebut mulut lusi.

b. peluncuran pakan yaitu pemasukan atau peluncuran benang pakan menembus mulut lusi sehingga benang lusi dengan benang pakan saling menyilang membentuk anyaman.

c. pengetekan yaitu merapatkan benang pakan yang baru diluncurkan kepada benang pakan sebelumnya yang telah menganyam dengan benang lusi. d. penggulungan kain yaitu menggulung kain sedikit demi sedikit sesuai

anyaman yang telah terjadi.

e. penguluran lusi yaitu mengulur benang lusi dari gulungannya sedikit demi sedikit sesuai dengan kebutuhan proses pembentukan mulut lusi dan penyilangan benang berikutnya.

10.Pengepakan (pemotongan, jahit, cap, packing,)

Setelah proses pertenunan selesai berarti sudah dihasilkan kain sarung dan ulos dengan ukuran panjang. Kemudian untuk mendapatkan sarung dan ulos sesuai

dengan ukuran yang diinginkan, maka dilakukan pemotongan. Pemotongan dilakukan secara manual dengan menggunakan gunting dan alat ukur. Setelah didapatkan lembaran sarung dan ulos sesuai dengan ukuran, Kemudian dilakukan penjahitan. Untuk sarung kedua ujungnya disatukan, sedangkan ulos kedua ujung rumbai- rumbainya dirapikan agar sama panjang. Kemudian sarung dan ulos dilipat dan di beri cap perusahaan dan kemudian dimasukkan dalam alat packing agar lipatannya rapi. Kemudian dibungkus dalam plastik transparan dan siap untuk dipasarkan. Untuk setiap pemasaran satuan yang digunakan adalah 1 kodi (berisi 20 lembar kain).

Dokumen terkait