• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. SEJARAH PERTENUNAN DI BALIGE

3.2. Perkembangan Industri Pertenunan Boi-Tulus Tekstil

3.2.4. Tenaga Kerja dan Upah

Manusia dalam menjalani dan menjalankan kehidupannya tidak pernah berada dalam keadaan kosong. Kehidupan terus-menerus diisi oleh manusia dengan berbagai kegiatan yang dilakukan perseorangan ataupun kelompok. Diantara kegiatan itu terdapat kegiatan kerja untuk menghasilkan sesuatu guna untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam proses produksi. Dari seluruh sumber daya perusahaan, manusia atau tenaga kerja jelas menjadi salah satu yang terpenting. Mesin tidak akan berjalan sendiri, dan tanpa manusia, uang tidak ada mamfaatnya, hanya tergeletak bercampur debu. Apa yang menyebabkan perusaan itu hidup dan berguna adalah manusia.

Untuk melaksanakan suatu usaha, selalu dibutuhkan tenaga. Sesuai dengan peningkatan kesibukan kerja suatu usaha, maka pengusaha memerlukan tambahan tenaga orang lain, yaitu buruh, karyawan, dan untuk perusahaan besar masih ditambah lagi dengan staf-staf. Pegawai, karyawan, buruh atau tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam pengelolaan kegiatan usaha. Bagaimanapun majunya teknologi dewasa ini, namun faktor manusia masih memegang peranan bagi suksesnya suatu usaha.

Memang kita mengetahui, bahwa sudah banyak tenaga manusia yang dapat digantikan oleh alat mekanis dan otomatis. Tetapi di dalam banyak hal, manusia masih diperlukan, terutama di dalam hal-hal dimana alat perlengkapan mekanis itu

belum dapat dipergunakan. Kegiatan suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan, yang kegiatannya dilakukan dengan bantuan tenaga orang lain. Demikian penting kedudukan manusia dalam suatu usaha, sehingga sebagian besar waktu dan tenaga pengusaha dalam menghadapi masalah adalah terutama dicurahkan kepada masalah- masalah manusia, yaitu tenaga kerjanya. Dilihat secara praktis dan historis, perkembangan manusia boleh dikatakan bahwa semenjak manusia membentuk suatu usaha, bagaimanapun primitif bentuk usaha itu sudah diharapkan kepada manajemen kepegawaian atau tenaga kerja.

Rata-rata kaum karyawan yang bekerja di perusahaan Boi-Tulus berasal dari masyarakat setempat dan dari desa-desa sekitar Balige yang berdekatan seperti sangkar ni huta, lumban silintong, lumban dolok, baba lubis, perdede pasir dan desa baruara. Mereka berasal dari kalangan yang memiliki lahan pertanian yang sedikit, bisa dikatakan memiliki ekonomi yang lemah sehingga mencari alternatif penghasilan tambahan dari luar pertanian. Kadangkala resiko kegagalan dalam sektor pertanian juga ada, lebih- lebih pada mereka yang mempunyai lahan pertanian sedikit tadi, maka mereka tidak semata-mata untuk menggantungkan diri pada sektor agraris atau dengan kata lain untuk mengurangi kegagalan bertani dan menambah pendapatan yang terasa kurang dari luar sektor pertanian. Namun mereka juga tetap menjalankan usaha pertaniannya guna untuk menutupi kebutuhan akan beras selama setahunnya.

Dalam hal perekrutan tenaga kerja pada pertenunan Boi-Tulus tidak memerlukan syarat-syarat khusus untuk bekerja seperti izasah dan sebagainya yang terpenting adalah mau bekerja, karena dalam pertenunan ini hanya dibutuhkan

keuletan, kesabaran dan ketekunan sehingga tidak ada aturan yang mengikat dan karyawan tersebut bebas keluar masuk perusahaan. Biasanya karyawan yang baru bergabung diberi pelatihan oleh para karyawan satu krunya. Misalnya, jika Ia masuk dalam bagian pengkelosan maka karyawan senior pada bagian pengkelosan tersebut akan mengajarinya hingga mahir, biasanya sampai memakan waktu kira-kira 2-5 hari.

Jika terjadi kekurangan karyawan atau jika ada seseorang meninggalkan industi pertenunan ini dengan alasan tersendiri, misalnya pekerja tersebut mendapat pekerjaan yang lebih layak menurutnya atau merantau ketempat lain. Maka pengusaha akan memintakan kepada para tenaga kerja yang lain yang sudah menetap bekerja untuk merekrut tenaga kerja yang ingin bekerja. Dari penelitian penulis, bahwa tenaga kerja yang direkrut yang diutamakan adalah dari sahabat ataupun keluarga yang pernah atau masih kerja di perusahaan itu. Misalnya, seorang karyawan membawa tetangganya untuk bekerja dan juga saudaranya yang lain untuk bekerja bersama dengannya di perusahaan Boi-Tulus ini. Tujuan perekrutan seperti ini adalah agar terjalinnya hubungan kekeluargaan pada setiap karyawan karena diluar perusahaan pun mereka sudah saling mengenal.

Ada kecenderugan pengusaha pertenunan memakai tenaga kerja perempuan alasannya karena perempuan selain rajin bekerja juga dalam hal menenun lebih rapi, tekun, dan sangat cocok dengan karakteristiknya sebagai perempuan. Tetapi bukan berati pertenunan ini tidak membuka peluang kerja untuk laki-laki, ini dapat dimengerti karena secara tradisional pekerjaan pertenunan dalam masyarakat batak adalah dominan wanita. Namun industri tenun tradisional memiliki karakteristik yang

berbeda dengan industri tenun modern antara lain dalam proses ketenagakerjaan. Dalam proses tenun tradisional, semua tahapan dilakukan oleh kaum wanita. Sedangkan untuk industri yang lebih modern (ATBM/ATM) terdapat pembagian kerja antara wanita dan pria. Posisi atau begian kerja yang dilakukan para karyawan laki-laki adalah pada bagian pencelupan dan mekanik posisi karena bagian pekerjaan ini tergolong berat dan memerlukan tenaga yang kuat. Ada juga posisi yang lain yaitu mandor, penghanian, dan juga mekanik/teknisi.

Keterlibatan tenaga kerja perempuan dalam proses pertenunan didasarkan

pada anggapan umum tentang sifat-sifat yang dimiliki tenaga kerja perempuan, yaitu:

1. Tenaga kerja perempuan dapat bekerja lebih rajin, rapi, teliti, tekun, dan sabar sesuai dengan kebutuhan proses produksi pertenunan agar dapat menghasilkan produk sarung dan ulos yang berkualitas baik. Anggapan tersebut sampai saat ini masih melekat, khususnya pada tahap produksi menenun.

2. Tenaga kerja perempuan lebih tahan bekerja pada tahap produksi yang sifatnya monoton. Hal tersebut sesuai dengan tahap produksi menenun yang dilakukan dalam waktu lebih kurang 3-5 hari untuk menghabiskan benang lungsi pada lalatan tenun, dengan posisi berdiri sambil agak membungkuk.

Setiap harinya para karyawan bekerja berdasarkan jam kerja yang sudah ditentukan, yaitu sekitar 7 jam. Para buruh masuk kerja pada pukul 07.00 wib sampai pukul 16.30 wib, diselingi dengan waktu istrirahat yang 1,5 jam yaitu pukul 12.00 wib sampai 13.30 wib. Pada industri tidak mengenal adanya lembur karena merka

bekerja pada sistem harian kecuali hari Minggu. Mereka juga tidak mengenal jaminan kesehatan terlebih asuransi kesehatan. Penghasilan yang diterima seorang pekerja di pertenunan Boi-Tulus dapat digolongkan menjadi dua bentuk berupa:

1. Upah atau Gaji

Upah merupakan penerimaan sebagai imbalan dari pemberi kerja kepada penerima kerja untuk pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Berfungsi sebagai kelangsungan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan produksi, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk yang ditetapkan sesuai persetujuan, Undang- undang dan peraturan, dan dibayar atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi kerja dan penerima kerja38

38

Diakses dari http://education-vionet.blogspot.com(Istilah Ekonomi, Kompas 2 Mei 1998).

Sistem penggajian yang diterapkan oleh perusahaan secara keseluruhan menggunakan gaji pokok yang diterima tersebut sesuai dengan jabatan dan kinerja masing-masing karyawan. Gaji pokok ini kemudian dibagikan kepada para karyawan dalam setiap bulannya secara rutin. Gaji Tingkat pengupahan karyawan berdasarkan pada keterampilan dan jenjang penguasaan pertenunan yang dimiliki oleh karyawan tersebut sebagai berikut:

a). Tingkat I: mangiran, pencelupan (tukang celup/cat: mencelup/mewarnai benang) b). Tingkat II: Penjahit, pengelosan dan pemaletan

c). Tingkat III: penghanian (mengatur susunan benang menurut motif tertentu sebelum ditenun) dan penenun (tukang tenun: mengoperasikan alat tenun).

Jenjang keterampilan terendah adalah tukang celup dan yang tertinggi adalah tukang hanian dan tenun dua jenis pekerjaan ini paling rumit. Dengan sendirinya upah dan gengsi jenis pekerjaan ini adalah tentu lebih tinggi. Penggajian pada mandor dan teknisi juga dilakukan setiap bulan sebesar Rp. 70.000. mandor dan teknisi tidak dimaksukkan pada pembagian jenjang pengupahan karena mandor dan teknisi masuk dalam kategori staf perusahaan dan menjadi orang kepercayaan pemilik (pemimpin perusahaan) jika sewaktu-waktu pemimpin perusahaan tidak berada di lingkungan perusahaan.

Tabel 4.

Rata-rata upah karyawan industri tenun Boi-Tulus 1990-an No Jenis Pekerjaan Rata-rata upah (orang/bulan/Rp) 1 Tingkat I 55.000

2 Tingkat II 60.000 3 Tingkat III 65.000

2. Tunjangan Hari Raya dan Hari Natal

Tunjangan pada hari besar keagamaan diberikan kepada karyawan dengan ketentuan yang telah ditetapkan perusahaan dan diterima setiap tahunnya. Tunjangan ini diberi kepada para buruh sebesar upah 1 bulan.

Dokumen terkait