• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

D. Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)

6. Proses rational emotive behavior therapy (REBT)

Proses REBT terdiri dari tahapan-tahapan yang berbeda dalam setiap tahapan. Terapis dapat menggunakan berbagai teknik dan strategi yang dianggap sesuai dengan keadaan klien. Berikut ini merupakan uraian tahapan utama dalam REBT yaitu tahap awal, pertengahan dan akhir (Dryden & Neenan, 2004):

a. Tahap awal (Beginning stage)

Adapun yang dilakukan pada tahap awal yaitu: 1) Membangun aliansi kerja

Tugas pertama dari terapis dalam REBT adalah memulai sesi pertama dengan memberi salam pada klien dan membangun aliansi terapeutik yang produktif dengan klien melalui diskusi mengenai alasan klien untuk mengikuti terapi, menjelaskan tujuan terapis dan membantu menjelaskan adanya kekeliruan dalam memandang konsep terapi, membicarakan frekuensi dan durasi terapi, mengkomunikasikan pemahaman terhadap permasalahan klien, menunjukkan penerimaan tanpa syarat terhadap klien serta menunjukkan kredibilitas sebagai terapis yang efektif.

2) Mengajarkan model ABC

Pada tahap ini terapis mengajarkan model gangguan emosional pada klien. Awalnya terapis membantu klien untuk memahami bahwa permasalahan emosionalnya lebih banyak dipengaruhi oleh keyakinan irasional daripada pengalaman yang sulit dalam hidupnya. Kemudian terapis membantu klien untuk memahami

bahwa dalam rangka mengubah emosi disfungsional mereka, penting untuk memeriksa bagaimana keyakinan yang mereka miliki apakah rasional atau irasional. Selanjutnya terapis mendorong klien untuk mempraktikkan apa yang mereka peroleh dalam sesi terapi ke dalam kehidupan sehari-hari (menginternalisasikan ketiga insight utama).

Pada tahap awal terapi REBT, klien masih belum familiar dengan terapi REBT. Oleh karena itu terapis diharapkan menggunakan pendekatan aktif direktif yang terfokus untuk membantu klien mempelajari model gangguan emosional dalam terapi REBT. Penting bagi terapis untuk tetap fokus terhadap suatu masalah sampai pada batasan waktu tertentu. Apabila terapis mengubah fokus dari satu masalah ke masalah lain sebelum klien memahami salah satunya, maka akan menimbulkan kebingungan pada klien dan mereka akan kesulitan mempelajari gangguan emosional terkait masalah yang mereka alami. Pada akhir tahap awal, klien diharapkan dapat memperoleh pelajaran bahwa keyakinan irasional mereka sebagian besar mempengaruhi masalah emosional dan behavioral yang mereka alami dan mereka harus terlebih dahulu mengidentifikasi keyakinan irasional mereka sebelum mulai memahami masalah utama mereka. Pelajaran tersebut harus dilanjutkan dengan pengerjaan tugas-tugas rumah.

3) Mengatasi keraguan-keraguan klien

Klien memiliki cara sendiri mengenai apa yang menurut mereka berguna bagi penyelesaian masalah mereka, termasuk hal-hal terkait metode dalam terapi REBT. Guna mengatasi keraguan klien terhadap seberapa efektif metode terapi ini dalam membantu mereka, terapis dapat memberikan target waktu penggunaan metode tersebut misalnya selama 5 sesi pertama.

b. Tahap pertengahan (Middle stage)

Adapun yang dilakukan pada tahap pertengahan yaitu: 1) Mempertimbangkan untuk mengubah fokus masalah

Pada tahap pertengahan terapi, klien harus memperoleh pengalaman terkait mempertanyakan keyakinan irasional yang mempengaruhi permasalahan mereka serta mempertimbangkan keyakinan rasional yang menjadi alternatifnya. Klien juga diharapkan sudah mulai terbiasa dengan tugas rumah yang diberikan terapis. Ketika klien memiliki beberapa permasalahan selain permasalahan utama yang ingin mereka atasi atau selesaikan, maka penting untuk tetap bertahan dengan permasalahan utama yang mereka alami.

2) Mengidentifikasi dan memodifikasi keyakinan irasional inti

Ketika terapis mengubah fokus masalah ke masalah lainnya, baik sebelum atau sesudah klien mencapai kemampuan coping yang memadai terhadap masalah utama, penting bagi terapis untuk

mencari tema utama dari keyakinan irasional yang menjadi akar permasalahan klien. Pada umumnya klien memiliki dua atau tiga keyakinan irasional inti, maka terapis perlu menghindari asumsi bahwa seluruh masalah klien dapat dijelaskan dengan mengacu pada satu keyakinan inti saja.

3) Mendorong klien untuk terlibat dalam tugas-tugas yang relevan Tujuan utama terapis selama sesi pertengahan adalah mendorong klien untuk memperkuat pendirian terkait keyakinan rasionalnya. Guna dapat mencapai tujuan tersebut, terapis dan klien dapat menggunakan berbagai macam teknik dalam REBT yang dirancang untik membantu klien menginternalisasikan filosofi rasional yang baru. Selain itu penting juga bagi terapis untuk membantu klien agar dapat:

a) Memahami apa saja tugas mereka, dan bagaimana tugas-tugas tersebut dapat membantu pencapaian tujuan terapeutik

b) Mengidentifikasi dan mengatasi keraguan-keraguan mereka terkait kemampuan untuk melakukan tugas.

c) Memahami tugas terapis dan bagaimana hubungannya dengan tugas klien dan dengan upaya pencapaian tujuan terapeutik. d) Melaksanakan tugas yang secara nyata dapat dikerjakan

e) Mempraktikkan tugas terapeutik baik di dalam sesi maupun di luar sesi (jeda antar sesi).

f) Menggunakan teknik yang dianggap efektif dan dapat membantu mereka mencapai tujuan terapeutik.

Guna mengetahui keberhasilan dan pengalaman klien saat mengerjakan tugas-tugas baik dalam sesi terapi maupun di luar terapi (tugas rumah pada jeda antar sesi), maka terapis dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:

a) Bertanya pada klien mengenai hal-hal yang dapat dan tidak dapat dipelajari dari tugas yang dikerjakan.

b) Melanjutkan keberhasilan klien mengerjakan suatu tugas, maupun melanjutkan usaha untuk melakukan usaha tersebut. c) Mengidentifikasi dan memperbaiki kekeliruan yang dibuat

klien saat mengerjakan tugas.

d) Membantu klien menghilangkan resistansi terhadap tugas yang diberikan dan menyemangati klien untuk melakukan tugas-tugas selanjutnya atau mengerjakan ulang tugas-tugas yang dianggap gagal.

4) Mengatasi hambatan terhadap perubahan

Tahap pertengahan dalam REBT merupakan tahap dimana klien paling resisten terhadap perubahan. Maultsby (dalam Dryden & Neenan, 2004) mengemukakan bahwa perubahan dapat menjadi pengalaman tidak menyenangkan bagi klien. Perubahan ini

biasanya diwakili oleh keadaan yang disebut “disonansi kognitif

-emosional” yakni keadaan dimana klien merasa “asing” seiring mereka berusaha untuk memperkuat keyakinan irasional. Terapis diharapkan dapat membantu klien menerima bahwa perasaan

klien tidak harus selalu merasa nyaman dan wajar terhadap perasaan tersebut.

5) Mendorong klien untuk memelihara dan meningkatkan pencapaiannya

Ellis (dalam Dryden & Neenan, 2004) menegaskan bahwa pada tahap pertengahan klien mungkin menghadapi kemajuan maupun kemunduran dalam proses menginternalisasikan keyakinan rasional. Oleh karena itu terapis harus membantu klien agar dapat terikat secara penuh dalam sesi terapi dengan cara: 1) mengatasi hal-hal yang dapat membawa pada kemunduran, 2) memelihara kemajuan yang telah dicapai dan 3) meningkatkan lagi upaya untuk menginternalisaikan keyakinan rasional dan mencapai tujuan. 6) Mendorong klien untuk menjadi terapis bagi dirinya sendiri

Pada akhir tahap pertengahan, tugas penting bagi terapis adalah memotivasi klien untuk menjadi terapis bagi dirinya sendiri. Pada tahap ini terapis mengajak klien berdiskusi mengenai masalah yang dihadapi. Di awal diskusi terapis mengambil peran aktif direktif namun seiring diskusi berlanjut terapis secara perlahan mengurangi peran aktif direktifnya dan membantu klien mempraktikkan terapi kepada dirinya sendiri. Agar dapat menjadi terapis bagi diri sendiri, klien harus dapat mengidentifikasi emosi dan perilaku bermasalah yang ada pada dirinya, menghubungkan keduanya dengan peristiwa pemicu, baru kemudian mengidentifikasi keyakinan irasional inti. Klien juga didorong untuk mempertanyakan

keyakinan irasional dan mengembangkan alternatif keyakinan rasional karena tugas utama klien pada tahap ini adalah memperkuat keyakinan rasional.

c. Tahap akhir (Ending stage)

Tahap akhir dimulai ketika klien dianggap telah membuat kemajuan yang signifikan menuju penyelesaian masalah utamanya dengan menggunakan teknik REBT. Selama tahap akhir, terapis dapat mendorong klien untuk mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi di masa mendatang dengan menggunakan keterampilan-keterampilan yang diperoleh dari proses terapi ini. Klien diharapkan dapat memandang dirinya sebagai sumber utama pemecahan masalah.

Ketika proses terapi berlangsung dengan sukses, pada tahapan akhir terapis dan klien mungkin mencapai suatu hubungan yang signifikan, dengan demikian maka wajar apabila pada tahap ini terapis memberikan pujian pada klien atas keberhasilan dan ketekunan klien mengikuti sesi terapi serta memberikan hadiah bagi klien.

7. Panduan pelaksanaan rational emotive behavior group therapy