• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosesus Odontoblas

Dalam dokumen HIPERSENSITIVITAS DENTIN (Halaman 24-37)

Prosessus odontoblas memiliki diameter terbesar pada daerah disekitar pulpa (3-4µm) meruncing 1µm sekitar dentin dengan jumlah odontoblas kisaran 59.000 sampai 76.000 per milimeter persegi pada dentin koronal, dengan jumlah yang lebih sedikit di bagian akar dentin (Gambar 10). Mahkota gigi yang berkembang sempurna, badan sel odontoblas berbentuk kolumnar dengan diameter kira-kira 7µm dan panjangnya 50 µm.15

Prosesus odontoblas mengandung vesikel, mikrotubulus, dan filamen perantara. Organel utama yang terkait dengan sintesis protein terdapat dalam badan sel odontoblas tetapi tidak meluas ke dalam prosesus. Membran protein yang disebut lamina limitans dapat terlihat melapisi dinding tubulus dentin.15,19

Gambar 10. Prosesus odontoblast15

Klasifikasi Dentin

Dentinogenesis atau proses pembentukan dentin dimulai dari odontoblast membentuk matrik kolagen yang bergerak dari dentino enamel junction (DEJ) ke arah pulpa. Dentin memiliki struktur formasi dan protektif pada pulpa yang dibentuk saat proses dentinogenesis, odontoblast membentuk bagian dentin primer, sekunder, dan Dentin primer merupakan dentin terbentuk pertama sedangkan dentin sekunder terbentuk setelah gigi erupsi dan dentin tersier terbentuk ketika ada respon trauma pulpa

A. Dentin Primer

Dentin yang pertama kali terbentuk dari proses pembentukan gigi sampai gigi tersebut erupsi merupakan bagian terbesar dari gigi. Dentin primer merupakan lapisan dentin terluar yang tipis dengan ketebalan sekitar 20 μm (Gambar 11).14,15 Dentin primer melekat pada dentinoenamel junction serta meluas sekitar 150 μm hingga interglobular dentin berfungsi dalam membentuk badan gigi dengan fibril kolagennya berada pada dentinoenamel junction dengan diameter 0.1 -0,2 μm. Dentin primer tidak

mengandung dentin fosfoprotein dan terdapat percabangan tubulus dentin yang cukup besar di wilayah ini.15,19

Gambar 11. Dentin Primer15

B. Dentin Sekunder

Dentin sekunder mulai terbentuk setelah perkembangan akar selesai, sekitar 3 tahun setelah gigi tumbuh. Dentin sekunder memiliki struktur tubular yang kurang teratur, sebagian besar dari dentin primer. Perbandingan mineral dengan bahan organik sama dengan dentin primer. Dentin sekunder tidak diendapkan secara merata di sekitar tepi ruang pulpa, terutama di gigi molar. Deposisi yang lebih besar dari dentin sekunder menyebabkan pengurangan asimetris dalam ukuran dan bentuknya, strukturnya sangat mirip dengan dentin primer. Peningkatan odontoblas saat pembentukan dentin sekunder terus berlanjut bersama dengan deposisi yang lebih lambat membuat dentin sekunder sedikit kurang teratur dibandingkan dentin primer (Gambar 12).14,15,19

Gambar 12. Dentin sekunder dan dentin primer15

C. Dentin Tersier

Dentin yang terbentuk sebagai reaksi terhadap berbagai rangsangan, seperti atrisi, karies, atau prosedur restoratif gigi. Dentin tersier dapat terbentuk dengan cepat tetapi dengan susunan dan tubulus yang tidak teratur dan membuat sel masuk kedalam (Gambar 13 B sampai E) fibroblast dan pembuluh darah pada dentin tersier sebaliknya susunannya terbentuk lambat jika rangsangan sedikit bentuknya lebih teratur dibandingkan dengan dentin primer dan sekunder (Gambar 13 A) dentin reparatif lebih menyerupai tulang disebut osteodentin (Gambar 13 C) dentin reparative terlihat berbagai kombinasi (Gambar 13 E).14,15,19

Gambar 13. Normal dan reparatif dentin : A. Normal dentin, B to E, Reparative dentin, B. decrease in number of tubules, C. cell inclusions, D. irregular and twited tubules, E. combination of types15

Garis Inkremental

Dentin memiliki garis inkremental yang berjarak secara teratur memiliki dua jenis jangka pendek (short period) dan jangka panjang (long period). Tanda yang terdapat dalam periode pendek disebut garis Von Ebner dilihat sebagai pita gelap dan terang secara bergantian, masing-masing menampilkan ritme pembentukan dentin terletak sekitar 3 μm terpisah (Gambar 14). Diantara masing-masing garis periode panjang ada 6-10 pasang garis periode pendek.18

Berdasarkan penjelasan tentang dentin diatas bahwa jika terdapat rangsangan yang langsung terkena dentin maka membuat tubulus dentin terbuka. Cairan pada

tubulus dentin bergerak menstimulasi terminal serabut saraf pulpa terletak di dinding saluran tubulus membuat nyeri akut sementara.18

Gambar 14. Garis von ebner18

Struktur-Morfologi-Anatomi Sementum

Jaringan termineralisasi yang menutupi seluruh permukaan akar. Menurut Denton, sementum pertama kali didemonstrasikan secara mikroskopis oleh Fraenkel dan Raschkow (1835) dan Retzius (1836), dan sejak itu menjadi bagian dari pengetahuan umum dalam kedokteran gigi. Sementum berfungsi sebagai pendukung gigi dengan serat utama periodontal dan tulang alveolar.20 Sementum disebut sebagai jaringan mirip tulang namun, sementum bersifat avaskular yang tidak mengalami remodeling dinamis dan bertambah tebal seiring berjalannya waktu. Sementum berwarna kuning pucat dengan permukaan kusam, lebih lembut dari dentin.

Permeabilitas bervariasi dengan usia dan jenis sementum, sementum seluler lebih permeabel daripada aseluler.20

Komposisi kimiawi sementum terdiri atas 65% bahan anorganik, 23% bahan organik dan 12% air (Bagan 3). Komponen anorganik yaitu hidroksiapatit, kristalnya tipis dan mirip dengan yang ada di tulang. Bahan lainnya dapat ditemukan di dalam hidroksiapatit dan substitusi terutama ditemukan di permukaan luar sementum.

Fluorida merupakan substitusi ionik yang paling umum, dan ditemukan dalam kadar yang lebih tinggi di sementum aseluler daripada di sementum seluler. Kalsifikasi

sementum mungkin dimulai oleh dentin akar dan sekitar serat kolagen yang ditemukan di sementum.14,20

Matriks organik yaitu kolagen menyumbang 90% dari matriks organik, sebagian besar kolagen tipe I dengan sisanya kolagen tipe III terutama pada serat ekstrinsik Sharpey. Matriks non-kolagen menyumbang 10% dari matriks organik.

Molekul non-kolagen penting yang ditemukan di sementum adalah proteoglikan dekorin dan biglycan sialoprotein tulang (BSP), osteonektin, osteopontin, tenascin dan fibronektin dan mungkin terdapat glikoprotein spesifik sementum yang disebut cementum attachment protein (CAP) yang mendorong perlekatan sel mesenkim ke matriks ekstraseluler.20

Bagan 3. Struktur sementum14

Klasifikasi Sementum

Sementum terdiri dari sementum aseluler dan seluler. Sementum aseluler merupakan sementum yang terbentuk pertama. Sementum seluler memiliki lapisan presementum sedangkan sementum aseluler tidak ada

A. Sementum aseluler

Sementum aseluler adalah sementum yang pertama terbentuk dan biasanya menutupi 2/3 serviks gigi (Gambar 15) .Sementum aseluler terbentuk lebih lambat dari sementum seluler tetapi, lebih banyak termineralisasi daripada sementum seluler dan

biasanya tidak memiliki lapisan precementum. Serat ligamen periodontal terdapat pada sementum aseluler dan masuk sebagai serat Sharpey.20

Gambar 15. Sementum aseluler20

B. Sementum Seluler

Sementum seluler ditemukan daerah apikal dan interradikuler berada pada bagian atas sementum aseluler. Sementum seluler mengandung sementosit. Ruang yang ditempati sementosit di sementum seluler disebut lakuna serta saluran yang memanjang adalah kanalikuli. Kanalikuli yang berdekatan dihubungkan dengan proses bagian dalam bersatu. Sementosit relatif tidak aktif, karena rasio inti mereka rendah selulernya hilang pada bagian dasar sehingga udara dan debris mengisi rongga untuk memberikan tampilan gelap yang terlihat dalam cahaya. 20

Gambar 16. Sementum seluler20

Cementoenamel Junction

Cementoenamel junction (CEJ) merupakan batas anatomis antara mahkota dan permukaan akar dan didefinisikan sebagai daerah antara sementum dengan enamel di daerah serviks gigi. Cementoenamel junction berfungsi sebagai daerah anatomi penting untuk pengukuran kedalaman dengan cara probing pada pocket dan level perlengkatan

(Clinical Attachment Level) untuk dokter gigi.21 Ada 4 tipe pada cementoenamel junction (Gambar 17) yaitu:

1. Tipe I: Sementum tumpang tindih enamel dengan jarak pendek (Gambar 17 A), terlihat pada 60% dari semua gigi. Terjadi ketika epitel enamel berdegenerasi di daerah serviks sehingga membuat sementum langsung bertemu dengan enamel.21

2. Tipe II: Pada tipe II ujung cementoenamel junction bertemu dengan ujung enamel. Dalam hal ini, sementum dan enamel bertemu pada bagian bawah. Tipe 2 terdapat pada 30% gigi (Gambar 17 B).21

3. Tipe III: Tidak ada kontak antara enamel dan sementum sehingga dentin merupakan bagian luar permukaan akar. Tipe ini terlihat pada 10% gigi. Tipe II terjadi ketika epitel enamel di bagian serviks akar terlambat karena terdapat pemisahannya dari dentin. Pada tipe ini tidak terdapat cementoenamel junction (Gambar 17 C).21

4. Tipe IV: Ketika diamati dengan mikroskop tipe IV terlihat enamel tumpang tindih dengan sementum. Tipe ini terlihat pada sekitar 1,6% gigi [(Gambar 17 D).21

Gambar 17. Tipe Cementoenamel junction20

Sementum merupakan struktur pelindung dentin pada bagian akar ketika sementum telah hilang yang disebabkan oleh resesi gingiva maka dapat membuat terjadi hipersensitivitas dentin.

Struktur-Morfologi-Anatomi Pulpa

Pulpa adalah adalah jaringan ikat lunak yang menempati bagian tengah gigi.

Ruang yang ditempati adalah rongga pulpa, yang terbagi menjadi bagian koronal

(ruang pulpa) dan bagian radikuler (saluran akar). Ruang pulpa sesuai dengan bentuk umum mahkota anatomi ruangan itu meluas menjadi tanduk pulpa, yang terutama menonjol di bawah cusp bukal gigi premolar dan puncak mesiobuccal gigi molar. Cusp mereka sangat penting dalam restorasi gigi. Saluran akar berakhir di foramen apikal tempat pulpa dan ligamen periodontal bertemu dengan saraf serta pembuluh darah utama.

Gigi yang sedang berkembang memiliki foramen apikal besar serta terletak di tengah, setelah gigi menyelesaikan perkembangannya diameter foramen apikal menjadi lebih kecil dan posisinya lebih eksentrik. Ukuran dari 0,3 hingga 0,6 um, dengan diameter yang lebih besar terjadi di akar palatal molar rahang atas dan akar distal molar mandibula merupakan ciri khas foramen apikal lengkap. Foramen terletak di ujung akhir dari akar tetapi terletak sedikit lebih oklusal (0,5 sampai 0,75 mm) dari apeks. Pulpa terdiri dari sel dan saraf (Bagan 3). 22

Bagan 4. Struktur Pulpa14

Pulpa gigi terdiri dari 75% air dan 25% bahan organik. Pulpa memiliki ekstraseluler matriks yang berfungsi mengontrol aktivitas sel-sel di dalamnya. Susunan kompleks dari kolagen dan proteoglikan serta glikoprotein terkait untuk menstabilkan struktur pulpa namun, sifat molekul organik di dalamnya memungkinkannya untuk memengaruhi migrasi, proliferasi, adhesi, diferensiasi, dan fungsi sel.22 Kolagen pulpa merupakan kombinasi dari tipe I (60%) dan III (40%). Fibril kolagen berdiameter

sekitar 50 nm dan membentuk serat tipis yang tersebar secara tidak teratur di seluruh jaringan. Sejumlah kecil kolagen tipe IV hadir di membran basal pembuluh darah.14

Zona dan Sel Pulpa

Pulpa gigi merupakan jaringan ikat yang menyokong dentin, secara histologis pulpa gigi dapat dibagi menjadi 4 zona (Gambar 18) yaitu:

1. Zona odontoblas, yaitu bagian pulpa dengan sel-sel odontoblas yang terletak pada bagian tepi pulpa.19

2. Cells free zone, zona yang terdapat dibawah zona odontoblas dengan jumlah sel yang relatif sedikit.19

3. Cells rich zone, memiliki kepadatan sel yang tinggi dan dapat terlihat dengan jelas pada pulpa koronal gigi berdekatan dengan cells free zone. Terdapat beberapa sel yaitu fibroblast, sel induk dan sel perlindungan.19

4.

Zona inti pulpa merupakan zona yang letaknya paling dalam, bagian tengah pulpa serta terdapat banyak pembuluh darah dan syaraf.19

Gambar 18. Zona pulpa19

Terdapat beberapa sel yang terletak pada cell rich zone yaitu fibroblas, defence cells dan sel induk.

A. Fibroblas

Jenis sel yang paling umum di dalam pulpa gigi adalah fibroblas yang membentuk kehilangan jaringan di seluruh bagian jaringan, morfologi mereka sangat bervariasi.

Fungsi utamanya terkait dengan pengembangan dan pemeliharaan matriks ekstraseluler yang menyediakan kerangka dan dukungan untuk odontoblas dan elemen neurovaskular pulpa. Karena perubahan matriks ini tidak terlalu cepat, fibroblas pulpa menunjukkan organel intraseluler terkait dalam jumlah sedang seperti retikulum endoplasma, bahan Golgi, atau mitokondria.19

B. Sel induk / progenitor (Stem/progenitor cells)

Populasi sel induk terdapat di dalam pulpa untuk menggantikan fibroblas pulpa terdapat populasi sel progenitor sebagai respons terhadap gangguan dan dapat menghasilkan dentin tersier. Odontoblas dapat berdiferensiasi pada awal selama perkembangan gigi jika mendapat sinyal dari sel epitel.19

C. Sel Perlindungan (Defence cells)

Terdapat beberapa sel yang berfungsi sebagi perlindungan bagi pulpa seperti limfosit, makrofag, dan sel mast yang terdapat di pulpa gigi yang sehat selain itu, sel penyedia antigen dendritik juga merupakan komponen penting dari pulpa gigi normal.

Mereka memiliki panjang 50 μm dan memiliki sejumlah percabangan.14 Sel ini hadir terutama di bagian tepi pulpa gigi dan di sekitar saraf dan pembuluh darah. Sel-sel memulai respon imun primer dan bermigrasi, dengan antigen yang terperangkap, ke kelenjar getah bening dan menyebabkan pembelahan limfosit-T lalu diferensiasi.19

Fungsi Pulpa

Beberapa fungsi pulpa dalam menjaga vitalitas gigi adalah sebagai berikut:

A. Fungsi induktif, yaitu berperan pada tahap awal pertumbuhan gigi. Pulpa dalam papilla dental berinteraksi dengan epitelium oral menginisiasi pembentukan gigi.22

B. Fungsi formatif, sel dalam pulpa yaitu odontoblas berfungsi membentuk dentin yang mengelilingi dan memberikan perlindungan pada pulpa.22

C. Fungsi protektif, yaitu pulpa bertangung jawab terhadap stimulus seperti rangsang panas, dingin, tekanan, maupun prosedur preparasi dengan membentuk dentin sklerotik.22

D. Fungsi nutritif, yaitu pulpa membawa oksigen dan nutrisi untuk perkembangan dan berfungsinya gigi.22

E. Fungsi reparatif, yaitu pulpa berfungsi merespon karies gigi maupun jejas pada gigi dengan membentuk dentin reaksioner ataupun dentin reparative.22

Saraf Pulpa

Pulpa gigi memiliki suplai saraf yang banyak, saraf-saraf ini sekitar 25% adalah aferen bermielin yang badan sel terdapat di ganglion trigeminal. Saraf mielin ini 90%

yaitu serat Aδ dengan diameter 1–6 μm, dengan sisanya adalah kelompok Aß yang memiliki diameter 6-12 μm. Serabut saraf Aδ terletak di daerah perbatasan dentin- pulpa, dan bila terstimulasi maka akan terasa rasa sakit yang tajam sebaliknya, serabut saraf C terdistribusi di seluruh kamar pulpa, pada saat saraf ini mencapai badan sel odontoblas, membuat terjadinya kehilangan sel Schwann. Sebagian besar serat C tidak bermielin juga aferen dan sisanya adalah eferen simpatis vasokonstriktor yang memberi otot halus arteriol.19

Rangkaian saraf pusat bergerak di pulpa akar yang berhubungan dengan pembuluh darah. Beberapa serat juga meninggalkan rangkaian yang berada pada akar dan berjalan ke bagian tepi, sebagian besar melanjutkan ke bagian koronal pulpa lalu menyebar dengan banyak bercabang cabang berakhir di daerah odontoblastik. Mahkota terdapat pleksus saraf yang berada di bawah odontoblas disebut pleksus Raschkow.

Pleksus ini tidak terlihat sampai setelah gigi erupsi. Cabang dari pleksus masuk ke lapisan odontoblas dan membentuk pleksus marginal diantara lapisan odontoblas dan predentin. Cabang lain berlanjut ke dentin untuk ikut dalam proses odontoblas di tubulus dentin.14

Banyaknya saraf dengan pleksus saraf yang besar, membuat banyak neuropeptide di pulpa gigi termasuk peptida yang dihasilkan kalsitonin, zat P, neuropeptida Y dan polipeptida vasoaktif. Molekul-molekul ini memiliki peran penting

pada pembuluh darah dan proses inflamasi serta dalam mengontrol aliran aktivitas sensorik secara terpusat, sehingga membantu mempertahankan homeostasis pulpa.19

Berdasarkan penjelasan diatas bahwa pulpa merupakan tempat saraf-saraf yang menyebabkan nyeri jika hipersensitifitas terjadi. Hipersensitivitas dentin yang tidak dirawat akan menjalar hingga pulpa dan membuat saraf-saraf menjadi mati (nekrosis).

BAB 3

Dalam dokumen HIPERSENSITIVITAS DENTIN (Halaman 24-37)

Dokumen terkait