BAB III METODE PENELITIAN
B. Strategi Pemerintah dalam Optimalisasi Call Center pada Pelayanan dan
3. Protektif
Strategi protektif lahir karena adanya potensi ancaman yang berasal dari lingkungan luar organisasi dan di saat yang sama kapasitas organisasi yang dimiliki (semakin) terbatas. Dengan demikian, strategi ini pada prinsipnya berusaha mengakomodasi pengaruh negatif yang begitu besar yang datang dari luar.
Manfaat yang diperoleh dengan penerapan manajemen/perencanaan strategis pada organisasi sektor publik diantaranya adalah:
1. Membantu organisasi pemerintah berpikir secara strategis 2. Mengklarifikasi arah mendatang
3. Meningkatkan kinerja
4. Membangun tim kerja dan keahlian
5. Memudahkan interface administrasi politik dengan membangun hubungan kerja sama antara pejabat terpilih dan manajer publik.
2. Karakteristik Birokrasi dalam Pelayanan
Birokrasi di Indonesia memiliki beberapa karakteristik tertentu sehingga masyarakat sering alergi bila harus berurusan dengan birokrasi. Sondang PS, (2008:102) Sebagai berikut:
a. Cara kerja yang berbelit-belit
Cara kerja yang berbelit-belit dapat ditunjukkan dalam menyelesaikan suatu urusan yang seharusnya dapat diselesaikan dalam waktu singkat baru dapat dituntaskan setelah waktu yang relatif lama.Sering ditambahkan pula bahwa kerja
berbelit-belit berarti suatu pekerjaan yang sesungguhnya dapat diselesaikan oleh seseorang dalam kenyataannya melibatkan beberapa meja yang tentunya berakibat pada “mata rantai penyelesaian yang panjang”.
b. Pura-pura sibuk
Para anggota masyarakat yang membutuhkan pelayanan masyarakat aparat pemerintaah mengharapkan pemberian pelayanan yang cepat, cermat sekaligus ramah, tetapi dalam kenyataannya pegawai yang karena jabatannya harus memberikan pelayanan tersebut dengan sengaja menunda-nunda penyelesaian tugasnya.
c. Tidak sopan
Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, para aparat pemerintah cenderung bersikap tidak sopan sehingga masyarakat merasa takut dan enggan berurusan.Aparatur cenderung melecehkan masyarakat, sikap demikian muncul karena aparat merasa dirinya sangat dibutuhkan oleh masyarakat.Sikap demikian dapat ditunjukkan dengan muka cemberut, bersikap kasar dan tidak banyak bicara.
d. Sikap tidak acuh
Sikap demikian muncul karena pandangan para aparatur pemerintah merasa bahwa dialah yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sikap tidak acuh di dalam melayani masyarakat yang sering terjadi yaitu dengan membiarkan orang membutuhkan pelayanannya menunggu atau mengatur waktu penyelesaian pemberian pelayanan atau bahkan menyuruh pengguna jasa tersebut kembali pada waktu yang lain, padahal sebenarnya pelayanan dapat diberikan pada waktu itu.
Sedangkan untuk memberikan atau meningkatkan pelayanan kepada pelanggan
atau masyarakat dengan baik, menurut Keputusan Menpen Nomor 06/1995 tentang Pedoman Penganugrahan Piala Abdiasatyabhakti Bagi Unit Kerja/Kantor pelayanan Percontohan diatur mengenai criteria pelayanan masyarakat yang baik, yaitu:
1. Kesederhanaan
Prosedur /tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah, cepat, tepat. Tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakanoleh masyarakat yang melakukan layanan.
2. Kejelasan dan kepastian
Adanya kejelasan dan kepastian mengenai:
a. Prosedur/tata cara pelayanan.
b. Persyaratan pelayanan, baik persyaratan teknis maupun administratif.
c. Unit kerja atau pejabat berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan.
d. Rincian biaya/tarif pelayanan dan tata cara pembayarannya.
e. Jadwal waktu penyelesaian pelayanan.
3. Keamanan
Proses serta hasil pelayanan dapat memberi rasa aman, kenyamanan dan dapat memberikan kepastian hukum bagi masyarakat.
4. Keterbukaan
Prosedur, tata cara, persyaratan, satuan kerja/pejabat penanggungjawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, rincian biaya/tarif serta hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar
mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta.
5. Efisien
Kriteria ini mengandung arti:
a. Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan yang tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan yang diberikan.
b.Dicegah adanya pengulangan pemenuhan persyaratan, dalam hal proses pelayanan masyarakat yang bersangkutan mempersyaratkan adanya kelengkapan persyaratan dari satuan/instansi pemerintah lain yang terkait.
6. Ekonomis
Pengenaan biaya pelayanan harus ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan:
a. Nilai barang atau jasa pelayanan masyarakat dan tidak menuntut biaya yang terlalu tinggi diluar kewajaran.
b. Kondisi dan kemampuan masyarakat untuk membayar.
c. Ketentuan peraturan perundang-undangan untuk membayar.
7. Keadilan yang merata
Jangkauan pelayanan harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan diberlakukan bagi seluruh lapisan masyarakat.
8. Ketepatan Waktu
Pelaksanaan pelayanan masyarakat dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.Misalnya dalam mengurus perijinan atau membuat Kartu Tanda Penduduk, aparat harus menentukan waktu menyelesaikan pembuatan KTP tanpa
harus mengundur undur waktu sehingga tidak membingungkan pengguna jasa pelayanan.
3. Manajemen Pelayanan Publik dan Kualitas Pelayanan
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan dari fungsi-fungsi manajemen tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh Malayu S.P.Hasibuan dalam bukunya yang berjudul Manjemen: Dasar, Pengertian dan masalah yaitu: “manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.
(Hasibuan,2009:2)
Sedangkan menurut Stoner (dalam Handoko,2009:8) menjelaskan tentang pengertian dari manajemen, yaitu manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Dari defenisi diatas terlihat bahwa Stoner telah menggunakan kata proses bukan seni. Mengartikan manajemen atau keterampilan pribadi. Suatu proses adalah cara sistematis untuk melakukan pekerjaan. Manajemen didefinisikan sebagai proses karena semua manajer, tanpa memperdulikan kecakapan atau keterampilan khusus mereka, harus melaksanakan kegiatan kegiatan tertentu yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan-tujuan yang mereka inginkan.
Menurut George R. Terry (dalam Herujito, 2012:3), yaitu “manajemen adalah suatu proses yang berbeda terdiri dari planning, organizing, actuating dan
controlling yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan menggunakan manusia dan sumber daya lainnya”. Dengan kata lain penjelasan ini sama dengan yang diungkap oleh stoner pada penjelasan manajemen sebelumnya.
Serta pengertian ini menjelaskan dengan berbagai jenis kegiatan yang berbeda itulah yang membentuk manajemen sebagai suatu proses yang tidak dapat dipisah-pisahkan dan sangat erat hubungannya.
a. Pengertian Pelayanan
Menurut Sampara Lukman yang dikutip oleh Lijan Sinambela, pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan. Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai hal, cara atau hasil pekerjaan melayani (Lijan Poltak, 2009:5). Dalam pengertian lain, pelayanan hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu merupakan proses. Sebagai proses, pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh organisasi dalam masyarakat (Moenir, 2010:27).
Sedangkan defenisi yang lebih rinci diberikan oleh Gronroos dalam Ratminto, (2011:21) yaitu pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata yang terjadi akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal yang lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen/pelanggan.
Dengan berkembangnya kehidupan manusia maka tuntutan akan pelayanan publik semakin meningkat pula. Masyarakat tidak hanya mengharapkan terpenuhinya kebutuhan, tetapi lebihdari itu yaitu kualitas pelayanan dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat. Pelayanan yang secara umum diinginkan adalah kemudahan dalam pengurusan kepentingan, mendapat perlakuan yang sama tanpa pilih kasih, serta mendapatkan perlakuan yang jujur dan terus terang. Akan tetapi, pada kenyataannya sering terjadi kesenjangan antara mutu yang diharapkan dengan mutu yang dilaksanakan sehingga dukungan dan kepercayaan masyarakat belum maksimal.
Dalam teori pelayanan publik, pelayanan prima dapat diwujudkan jika ada standar pelayanan minimal (SPM), SPM adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai komitmen atau janji dari penyelenggara negarakepada masyarakat untuk memberikan pelayanan yang berkualitas.
Dalam rancangan Undang-Undang pelayanan publik (Republik Indonesia 2007:
7) standar pelayanan ini setidak-tidaknya berisi tentang dasar hukum, persyaratan, prosedur pelayanan, waktu penyelesaian, biaya pelayanan, produk pelayanan, sarana dan prasarana, kompetensi petugas pemberi pelayanan, pengawasan intern, penanganan pengaduan, saran dan masukan dan jaminan pelayanan.
Jika suatu instansi belum memiliki standar pelayanan maka pelayanan disebut prima jika mampu memuaskan pelanggan atau sesuai harapan pelanggan. Instansi yang belum memiliki standar pelayanan perlu menyusun standar pelayanan sesuai tugas dan fungsinya agar tingkat keprimaan pelayanan dapat diukur. Kepuasan
masyarakat ini merupakan salah satu ukuran berkualitas atau tidaknya pelayanan publik yang diberikan oleh aparat birokrasi pemerintah. Bersandarkan pada SPM ini, seharusnya pelayanan publik yang diberikan (pelayanan prima) oleh birokrasi pemerintah memiliki cirri sebagaimana dirumuskan dalam kebijakan strategis melalui Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) Nomor 63/Kep/M.PAN/7/2003 (Menpan,2003:2) tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik yang meliputi kesederhanaan, kejelasan, kepastian waktu, akurasi, keamanan, tanggung jawab, kelengkapan sarana dan prasarana, kemudahan akses, kedisiplinan, kesopanan dan keramahan serta kenyamanan. Inilah potret pelayanan publik dambaan setiap warga masyarakat Indonesia setelah munculnya gerakan reformasi 1998.
Berdasarkan pemaparan yang dikemukakan di atas bahwa pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan melalui hubungan antara penerima dan pemberi pelayanan yang menggunakan peralatan berupa organisasi atau lembaga perusahaan.Pelayanan yang baik dan berkualitas merupakan faktor yang sangat diperlukan bagi setiap organisasi terutama organisasi yang dalam bidang jasa dalam menghadapi tantangan persaingan yang sangat ketat. Dinas Pemadam Kebakaran kota Makassar. Dalam menjalankan tugasnya Dinas Pemadam Kebakaran harus mengutamakan pelayanan kepada masyarakat pengguna jasanya.
Hal ini sejalan dengan tujuan utama dari organisasi pemerintah yaitu memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat (public service) di berbagai bidang termasuk bidang jasa pelayanan umum di Indonesia. Untuk mengetahui mengenai kualitas pelayanan tersebut menggunakan dimensi kualitas pelayanan yang
mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh (Agus Dwiyanto, 2010:343-344) yaitu :
1. Sikap Petugas, yaitu sikap, kepedulian dan keinginan petugas untuk membantu masyarakat memperoleh pelayanan dengan baik.
2. Prosedur, yaitu kemudahan tahapan mekanisme SOP pada saat di lapangan, yang diberikan petugas sebagai bentuk pelayanan.
3. Waktu, yaitu ketepatan satuan unit pemadam kebakaran pada saat penanggulangan kebakaran.
4. Fasilitas, yaitu tersedianya fasilitas pendukung seperti mobil (armada), sumber daya manusia dan peralatan perlengkapan.
5. Pelayanan, yaitu kesesuaian dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat pada umumnya.
Pengukuran kinerja pelayanan dapat dilakukan dengan menggunakan instrument pengukuran kinerja pelayanan yang menurut zeithml, parasuraman dan Berry (2010:21 22) terdiri dari sepuluh indikator pelayanan anatara lain:
1. Kenampakan fisik (tangibles) penampilan fasilitas secara fisik, perlengkapan, pegawai dan peralatan komunikasi.
2. Reabilitas (reability) kemampuan untuk menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat.
3. Responsivitas (responsivines) kerelaan untuk menolong pelanggan dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas.
4. Keahlian (competence) menekankan kecakapan dan pengetahuan dalam menyelenggarakan pelayanan.
5. Kesopanan (coutesy) sopan, hormat, penuh pertimbangan dan ramah dalam hubungannya dengan pelanggan.
6. Kredibilitas (credibility) menghargai kepercayaan pelanggan, dapat dipercaya, kejujuran yang ada pada penyedia pelayanan.
7. Keamanan (security) pelayanan bebas dari bahaya, resiko atau kesanksian.
8. Komunikasi (communication) memberi informasi kepada pelanggan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan mendengar apa yang dibicarakannya.
9. Akses (acces) kedekatan dan kemudahan dalam hubungannya antara pelanggan dengan penyedia jasa .
10. Pengertian terhadap pelanggan (understanding the customer) membuat upaya untuk mengetahui apa yang diinginkan pelanggan.
b. Kualitas Pelayanan
Kualitas dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu kualitas jasa dan kualitas produk.
Kualitas jasa merupakan suatu pembahasan yang sangat kompleks karena penilaian kualitas jasa berbeda dengan penilaian terhadap kualitas produk, terutama karena sifatnya yang tidak nyata (intangible) dan produksi serta konsumsi berjalan secara simultan (Farida,2010:47).
Selain itu juga konsep kualitas banyak dibahas dalam studi studi manajemen seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Konsep kualitas pun telah dijelaskan oleh beberapa pakar manajemen dengan melihat dari berbagai sudut pandang sehingga menghasilkan defenisi-defenisi yang beragam.
Kualitas pelayanan (service quality) telah hampir menjadi faktor yang menentukan dalam menjaga keberlangsungan suatu organisasi birokrasi pemerintah
maupun organisasi perusahaan. Kualitas pelayanan yang baik dan sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa publik, sangat penting dalam upaya mewujudkan kepuasan pengguna jasa publik (customer satisfaction).
Nasution (2009:16) mengemukakan dalam konsep kualitas menyangkut elemen-elemen:
1. Kualitas mencakup usaha memenuhi harapan pelanggan.
2. Kualitas mencakup produk, jasa manusia, proses dan lingkungan.
3. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang).
Selain itu juga menurut Nasution (2009:169-171) menyatakan bahwa dengan semakin meningkatnya pendapatan masyarakat dan tersedianya berbagai jenis modal transportasi, diperlukan peningkatan kualitas pelayanan yang meliputi:
1. Keselamatan perjalanan dan keadaan.
Keselamatan perjalanan yaitu makin diperkecilnya gangguan bagi penumpang dan barang dimulai sejak awal perjalanan sampai dengan tibanya di tempat tujuan.
2. Ketepatan waktu
Ketepatan waktu adalah salah satu bentuk dari persyaratan masyarakat pengguna yang memungkinkan mereka mampu merencanakan kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan yang berada pada lokasi tujuan.
3. Kemudahan pelayanan
Dengan kemudahan pelayanan dimaksudkan suatu kepastian pelayanan yang memungkinkan seseorang untuk dapat dilayani, baik penumpang maupun barang.
4. Kenyamanan
Dengan berubahnya tingkat kualitas hidup masyarakat, maka dituntut pula suatu pelayanan yang lebih baik dari pada keadaan sekarang.Tingkat kebersihan, kebisingan adalah beberapa persyaratan umum yang perlu diperhatikan.
4. Call Center
Call center tercipta karena adanya kesempatan untuk meningkatkan efisiensi para pemberi informasi dalam satu jalur proses, kemudahan berinteraksi dan jaringan personel yang disatukan dalam kelompok kerja dengan satu akses. Adapun call center pemadam kebakaran (311). Dengan adanya saluran akses, pelanggan akan makin yakin bahwa berhubungan dengan perusahaan ternyata hanya sebatas jangkauan tangan, sebatas meraih telepon tetap, telepon genggam atau sebatas membuka website, internet dan email(Agung,2010:37).
Call center pada intinya merupakan pusat layanan pelanggan. Pada awalnya kontak pelanggan 100 menggunakan telepon, kemudian dengan berkembangnya teknologi, muncul intelegent network yang salah satu aplikasinya menggunakan nomor bebas pulsa. Melihat perkembangan teknologi komunikasi dan minat masyarakat untuk terus mengikuti dan menggunakan perangkat IT untuk memudahkan dan mempercepat jalur komunikasi, maka minat masyarakat terhadap call center juga meningkat (Jahri,2011:23). Kesadaran instansi atau perusahaan akan pentingnya call center sudah sangat meningkat seiring dengan tingkat persaingan yang semakin sengit. Call center sudah di anggap sebagai keharusan yang tersedia sebagai jembatan yang menghubungkan antara perusahaan/produk dengan pelanggannya tanpa batas.
Call center adalah sebuah kantor/unit yang digunakan untuk memusatkan seluruh aktivitas pelayanan berupa permintaan dan pertanyaan dari para masyarakat dari perusahaan tersebut dengan menggunakan teknologi telepon, komputer dan server yang terintegrasi sehingga dengan jumlah operator yang dapat melayani panggilan masuk tersebut.
Dahulu call center hanya ada di perusahaan- perusahaan besar seperti perbankan, namun saat ini semua perusahaan sadar akan pentingnya keberadaan call center atau customer service. Call center bertugas untuk menerima respons dari konsumen baik itu keluhan maupun saran. Tugas ini dapat dikatakan sebagai tanggung jawab yang tidak mudah karena itulah orang-orang yang ada dibalik divisi call center maupun customer service (CS) haruslah individu yang kompoten di bidangnya. Bagaimana mungkin bisa menjadi petugas call center jika tidak mengetahui sistem operasional perusahaan atau instansi pemerintah.
Biasanya call center dioperasikan dalam suatu ruangan yang besar yang berisi para operator (agents), milik kerja untuk masing-masing agents dan telepon set yang terkoneksi dengan jaringan hardware dan software call center juga ada para supervisor untuk mengawasi dan memberikan bantuan serta pengarahan kinerja dari para agent/operator. Call center saat ini sudah merupakan hal yang wajib dimiliki oleh perusahaan atau instansi pemerintah yang berkaitan dengan banyak masyarakat.
Menurut Dell (dalam Oktarina, 2006) call center atau jasa pelayanan adalah suatu kemampuan organisasi atau perusahaan untuk secara konstan dan konsisten memberikan apa yang diinginkan pelanggan.
Menurut (Grace Heny,2013:7) secara umum peran call center adalah sebagai berikut:
a. Menjadi kemudahan point of contact dengan memberikan single acces number bagi penelepon untuk menghubungi suatu organisasi.
b. Kecepatan dalam mengakuisisi/ mendapatkan informasi dan melakukan verifikasi.
c. Kemudahan melakukan suatu transaksi baik berupa registrasi, pembelian atau pun penambahan fitur hanya melalui telepon atau media elektronik lainnya.
d. Penelepon juga dapat mengeluhkan beragam hal yang ditemui dan memberikan masukan dalam kaitan dengan jasa atau produk yang ditawarkan oleh organisasi.
e. Menjadi pusat sentral informasi bagi internal organisasi dan memberikan kemudahan pemberian informasi kepada pihak eksternal dengan menggunakan beragam media elektronik sesuai perkembangan teknologi telekomunikasi.
f. Menjadi penunjang koordinasi, komunikasi dan penyebaran informasi formal terutama pendukung koordinasi dalam organisasi, menjembatani keterbatasan waktu, geografi yang tersebar luas dan kendala tatap muka.
Khusus bagi institusi pemerintahan Government) call center berperan sebagai pemberi informasi untuk mendukung transparansi dan otomatis mendukung penerapan good corporate governance.
5. Pengertian Penanggulangan
Penanggulangan bencana merupakan suatu proses yang dinamis, terpadu dan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan penanganan, merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, rehabilitasi dan pembangunan kembali.
Penanggulangan merupakan serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi.
Menurut Sumardiyanto (2010:11) penanggulangan bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bencana dan dampak yang ditimbulkannya.Karena itu dalam penanggulangannya harus memperhatikan prinsip prinsip penanggulangan. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan disebutkan sejumlah prinsip penanggulangan yaitu:
a. Cepat dan tepat
Yang dimaksud dengan prinsip cepat dan tepat bahwa dalam penanggulangan bencana harus dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan keadaan. Keterlambatan dalam penanggulangan akan berdampak pada tingginya kerugian material maupun korban jiwa.
b. Prioritas
Yang dimaksud dengan prinsip proiritas bahwa apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus mendapat prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa manusia.
c. Koordinasi dan Keterpaduan
Yang dimaksud dengan prinsip koordinasi bahwa penanggulangan bencana didasarkan pada koordinasi yang baik dan saling mendukung. Yang dimaksud dengan prinsip keterpaduan bahwa penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang didasarkan pada kerja sama yang baik dan saling mendukung.
d. Berdaya Guna dan Berhasil Guna
Yang dimaksud dengan prinsip berdaya guna adalah bahwa dalam mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu, tenaga dan biaya yang berlebihan.Yang dimaksud dengan prinsip berhasil guna adalah bahwa kegiatan penanggulangan bencana harus berhasil guna, khususnya dalam mengatasi kesulitan masyarakat dengan tidak membuang waktu, tenaga dan biaya yang berlebihan.
e. Transparansi dan Akuntabilitas
Yang dimaksud dengan prinsp transparansi adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan dengan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.Yang dimaksud dengan prinsip akuntabilitas adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.
f. Kemitraan
Penanggulangan tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah.Kemitraan dalam penanggulangan bencana dilakukan antara pemerintah dengan masyarakat luas adanya masyarakat LSM) maupun dengan organisasi organisasi kemasyarakatan lainnya.Bahkan, kemitraan juga dilakukan dengan organisasi atau lembaga di luar negeri termasuk dengan pemerintahannya.
g. Pemberdayaan
Pemberdayaan berarti upaya menigkatkan kemampuan masyarakat untuk mengetahui, memahami dan melakukan langkah-langkah antisipasi, penyelamatan
dan pemulihan bencana.Negara memiliki kewajiban untuk memberdayakan agar mengurangi dampak dari bencana.
h. Non Diskriminatif
Yang dimaksud dengan prinsip non diskriminatif adalah bahwa Negara dalam penanggulangan bencana tidak member perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras dan aliran politik apapun.
i. Non Proletisi
Yang dimaksud dengan prinsip non proletisi adalah bahwa dilarang menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan darurat bencana, terutama melalui pemberian bantuan dan pelayanan darurat bencana.
6. Tugas dan Fungsi Pemadam Kebakaran
Melaksanakan sebagian kewenangan Daerah dalam bidang pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Tanggal 2 Oktober 1962 dibentuk urusan pemadam kebakaran di bawah DTP, TAHUN 1971 berubah menjadi Barisan Pemadam kebakaran di bawah PU, kemudian berubah menjadi di bawah Tibum, Tahun 1980 berubah menjadi Dinas Kebakaran, Tahun 2001 berubah menjadi Dinas Pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
Menurut Suprapto (2009:30) Tugas pokok Pemadam Kebakaran melaksanakan sebagian kewenangan daerah dalam bidang pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang meliputi: pencegahan, pembinaan, penyuluhan dan pengendalian operasional.
Fungsi Pemadam Kebakaran yaitu :
a. Merumuskan kebijakan teknis bidang pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
b. Melaksanakan tugas teknis operasional di bidang pencegahan penanggulangan kebakaran.
c. Melaksanakan pelayanan teknis administratif meliputi: administrasi umum dan kepegawaian, perencanaan dan pengembangan serta administrasi keuangan.
Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar memiliki 28 armada mobil pemadam api baru, sehingga dapat menunjang proses pemadaman jika ada kebakaran di kotaMakassar. Sebanyak 28 mobil damkar tersebut terdiri dari tujuh unit mobil kapasitas 1200 liter, lima unit kapasitas 5000 liter dan dua unit kapasitas 3000 liter, dan 14 unit kapasitas 8000 liter.Kebakaran yang belakangan sering terjadi di Kota Makassar telah menghanguskan 336 rumah sejak Januari hingga awal November 2015.Data yang diterima dari Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar menunjukkan kasus kebakaran terus meningkat setiap bulannya selama 2015.Oktober paling sering terjadi kebakaran sepanjang 2015.Tercatat terjadi 51 kasus kebakaran yang menghanguskan total 108 rumah penduduk, belum termasuk toko dan industri perusahaan.
Nomor telepon Dinas Pemadam Kebakaran di Kota Makassar adalah :
Nomor telepon Dinas Pemadam Kebakaran di Kota Makassar adalah :