• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN

PERILAKU RUMAH TANGGA DALAM KONSUMSI

CABAI MERAH KERITING

5.1. Provinsi DKI Jakarta

Provinsi DKI Jakarta yang sekaligus merupakan ibukota negara dan juga daerah istimewa mengalami perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan terjadi pada berbagai bidang diantaranya seperti infrasutrukur, teknologi, informasi dan perekonomian. Dibandingkan dengan daerah-daerah lain yang ada di Indonesia, perkembangan DKI Jakarta jauh lebih pesat. Seperti yang disebutkan dalam Satatistik Daerah DKI Jakarta (2011) pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi ke dua setelah provinsi Jawa Timur dipegang oleh provinsi DKI Jakarta. Dimana pertumbuhan ekonomi Jawa Timur sebesar 6,68 persen dan DKI Jakarta sebersar 6,51 persen sedangkan secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 6,08 persen.

Sebagai ibukota negara dengan perkembangan yang pesat, jumlah penduduk di DKI Jakarta terbilang tinggi begitu pula dengan laju pertumbuhannya. Mengingat DKI Jakarta merupakan pusat pemerintahan dan perekonomian, banyak migran atau penduduk yang datang dari daerah-daerah di berbagai penjuru tanah air yang datang ke ibukota. Sedangkan jumlah penduduk yang keluar dari DKI Jakarta terbilang sedikit. Selain itu, jumlah kelahiran yang lebih tinggi dari jumlah kematian juga menyebabkan tingginya laju pertumbuhan penduduk di DKI Jakarta. Dijelaskan dalam Statistik Daerah Provinsi DKI Jakarta (2011) bahwa laju pertumbuhan penduduk DKI Jakarta pada tahun 2000 sampai 2010 mecapai 1,42 persen. Angka ini sepuluh kali lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk tahun 1990 sampai 2000.

Tingginya jumlah penduduk yang ada di DKI Jakarta otomatis akan berpengaruh pada tingginya tingkat permintaan terhadap berbagai macam kebutuhan. Terutama pada kebutuhan-kebutuhan dasar mayarakat seperti sandang, pangan, dan papan. Seperti provinsi dan daerah-daerah lain yang ada di Indonesia, tidak semua kebutuhan masyarakat di DKI Jakarta dapat dipenuhi sendiri oleh provinsi DKI Jakarta. Beberapa komoditas harus didatangkan dari daerah-daerah

53 lain guna menjaga ketersediaan komoditas dan memenuhi kebutuhan masyarakat, hal ini terutama terjadi pada komoditas pertanian. Keterbatasan lahan menjadi salah satu faktor utama yang menuntut pasokan dari daerah-daerah lain untuk memenuhi kebutuhan penduduk DKI Jakarta.

Salah satu komoditi pertanian yang harus dipasok dari luar DKI Jakarta untuk memenuhi kebutuhan penduduknya yaitu cabai merah. Tiga tahun terakhir ini, DKI Jakarta benar-benar harus memasok cabai dari daerah lain, dikarenakan sama sekali tidak ada lahan di provinsi DKI Jakarta yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, khususnya tanaman cabai. Luas panen untuk berbagai komoditas mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini tentu terkait dengan pesatnya pembangunan yang terjadi di DKI Jakarta sehingga membuat banyak lahan pertanian dikonversikan untuk kegiatan-kegiatan di luar sektor pertanian. Seperti misalnya cabai, luas panen cabai yang mengalami penurunan dari tahun ke tahunnya bahkan sejak tahun 2009 menunjukkan angka nol. Hal ini berarti tidak ada produksi cabai sama sekali di provinsi DKI Jakarta.

Tabel 4. Luas Panen dan Produksi Cabai di DKI Jakarta pada Tahun 2006-2010

Tahun 2006 2007 2008 2009 2010

Luas Panen (Ha) 7 2 7 0 0

Produksi (Ton) 31 4 0 0 0

Sumber : Jakarta dalam Angka (2011)

Kondisi pertanian khususnya cabai seperti yang terlihat pada Tabel 4. bukan berarti tidak ada cabai sama sekali di DKI Jakarta. Bagaimanapun, penduduk di DKI Jakarta tetap mengkonsumsi cabai. Apalagi dengan keragaman budaya yang ada di DKI Jakarta, dimana banyak penduduk yang berasal dari berbagai daerah menciptakan beragam kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi. Untuk pemenuhan kebutuhan terhadap cabai, di DKI Jakarta seratus persen didatangkan dari luar DKI Jakarta. Salah satu tempat yang mewadahi DKI Jakarta dalam memenuhi kebutuhan masyarakat khususunya terhadap bahan pangan seperti sayur-sayuran dan buah-buahan yaitu Pasar Induk Kramat Jati.

Istilah sebagai pasar induk pada Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ) sangat sesuai dengan perannya bagi sayur dan buah di DKI Jakarta. Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ) berperan sebagai fasilitas pusat perdagangan besar komoditi

sayur-54 sayuran, buah-buahan dan umbi-umbian di DKI Jakarta yang bersifat menyeluruh. Sejalan dengan pertambahan populasi penduduk makin besar dimana kebutuhan pokok sayur dan buah makin besar, sedangkan lahan pertanian khususnya di DKI Jakarta sudah tidak tersedia maka keberadaan PIKJ sangat penting dan strategis. Kebutuhan masyarakat khususnya masyarakat DKI Jakarta diharapkan dapat terjamin. Berdirinya Pasar Induk Kramat Jati dengan jenis jualan sayur mayur, buah-buahan dan umbi-umbian dengan kategori grosir (penjualan skala besar), diharapkan dapat menjawab tantangan ketersediaan bahan pangan dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Jakarta.

Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ) sudah didirikan sejak tahun 1973 tetapi baru mulai dioperasikan pada tahun 1974. Pasar yang berlokasi di Jalan Raya Bogor Km. 17 Jakarta Timur ini merupakan pemindahan dari 3 (tiga) pasar, yaitu Pasar Senen, Pasar Manggarai dan Pasar Tanah Abang Kebon Kosong. Pembentukan PIKJ yang didasarkan Surat Keputusan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Republik Indonesia No. D-V-a. 18/1/17/1973 tanggal 28 Desember 1973. Beberapa hal yang melatarbelakangi terbentuknya PIKJ dan pemindahan tiga pasar seperti yang disebutkan sebelumnya yaitu :

1. Perubahan kota Jakarta menjadi kota Metropolitan membutuhkan penataan tata ruang kota menjadi lebih terintegratif.

2. Memindahkan pasar sayur yang mempunyai limbah cukup besar dialihkan ke lokasi pinggiran kota yaitu Jalan Raya Bogor KM 17 Jakarta Timur.

3. Kendaraan besar agar tidak banyak berlalu lalang dalam kota, diharapkan beban dan umur ekonomis jalan dalam kota lebih tahan lama.

4. Mengurangi polusi udara dan kemacetan lalu lintas jalan yang disebabkan keberadaan pasar tersebut.

Tugas utama dari PIKJ sendiri yaitu mengatur dan menyelenggarakan pengurusan fasilitas untuk kelancaran arus bahan makanan sayur dan buah-buahan. Tugas selanjutnya yaitu menyediakan fasilitas perdagangan dan pemasaran yang diperlukan bagi penyelenggaraan perdagangan besar sayur-sayuran, buah-buahan, dan umbi-umbian serta jenis komoditi lainnya. Sedangkan yang menjadi fungsi utama dari PIKJ ini yaitu menyediakan dan mengatur

55 fasilitas perdagangan atau pemasaran, menyediakan fasilitas umum, dan mengatur kegiatan angkutan dan bongkar muat barang, serta melakukan pencatatan harga dan tonase. Selain itu, sebagai pasar induk yang terleak di ibukota negara keberadaan PIKJ juga merupakan sebagai barometer bagi harga-harga sayur dan buah di DKI Jakarta bahkan seluruh Indonesia. Informasi mengenai harga dan jumlah pasokan khususnya untuk wilayah DKI Jakarta mengacu pada PIKJ.

Tahun 2002 PIKJ mengalami peremajaan yang dilakukan dengan maksud dan tujuan untuk membangun PIKJ yang dianggap sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai pasar grosir agar menjadi lebih baik lagi. Terutama membangun dan merenovasi kondisi fisik PIKJ diantaranya bangunan semi permanen, dari bangunan yang awalnya berbahan baku kayu dan sudah tidak memenuhi syarat teknis sebagai tempat usaha, direnovasi dengan bahan baku besi baja. Hal ini dimaksudkan agar umur ekonomis lebih tahan lama seperti yang ada sekarang ini. Selain memperbaiki fasilitas seperti yang dijelaskan sebelumnya, peremajaan pada pasar dengan luas sekitar 14,7 hektar ini juga dilakukan untuk menambah tempat usaha hasil renovasi sebanyak 816 tempat. Selebihnya, jumlah tempat usaha yang pada awalnya berjumlah 3.653 tempat dilakukan penambahan sehingga menjadi 4.508 tempat. Penambahan tempat usaha ini terdiri dari toko biasa, unit toko (uniko), dan agro outlet. Sebanyak 4.508 tempat usaha yang ada di PIKJ dimiliki oleh sekitar 2.020 pedagang dengan berbagai macam komoditas yang diperdagangkan. Tempat usaha atau istilah lainnya yaitu kios memiliki ukuran yang bervariasi, untuk grosir dengan luas sebesar 8,4 m2 dan 12,6 m2, sedangkan subgrosir luasnya sebesar 4 m2.

Pasar ini dilengkapi dengan fasilitas penunjang yang diperlukan untuk kelancaran operasional pasar. Fasilitas pelayanan umum di PIKJ terbilang cukup lengkap bagi setiap orang yang melakukan aktivitas di pasar tersebut. Fasilitas pelayanan umum yang disediakan terdiri dari Bank, lokasi areal parkir, pusat telekomunikasi, toilet dan bahkan tersedia pula fasilitas penitipan anak. Pasar ini juga menyediakan fasilitas ibadah. Fasilitas keamanan dan kebersihan PIKJ dibantu oleh perusahaan swasta. Keamanan di PIKJ dikelola oleh PT. Metro 11, sedangkan kebersihan dikelola oleh PT. Garda Transmos Mandiri. Pelengkap dari

56 fasilitas-fasilitas yang ada di PIKJ ini yaitu adanya badan khusus yang mencatat jumlah barang, memberikan layanan membongkar dan memuat barang yaitu armada “KABAPIN” (Koperasi Angkutan Barang Pasar dan Industri) dan “BAPENGKAR” (Badan Pengelola Pekerja Bongkar Muat).

Sebagian besar, para pedagang di PIKJ memperoleh komoditi dagangannya langsung daerah asal atau tempat produksi komoditi tersebut. Ada yang bertransaksi langsung pada petani dan juga yang melalui pedagang perantara di daerah. Tabel 5. menunjukkan daerah asal dari beberapa komoditi di PIKJ.

Tabel 5. Daerah Asal Komoditi Sayuran di Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ)

No Komoditi Asal

1 Kol Dieng, Pengalengan, Garut, Cipanas, Medan, Padang 2 Kembang Kol Dieng, Pengalengan, Garut, Cipanas

3 Sawi Putih Pengalengan, Garut, Cipanas, Sukabumi, Cirebon 4 Buncis Cipanas, Sukabumi, Purwakarta, Ciwidey, Lembang 5 Wortel Cipanas, Sukabumi, Ciwidey, Lembang, Garut 6 Tomat Garut, Pengalengan, Cipanas, SK Bumi, Padang 7 Labu Siam Cipanas, SK Bumi, Bogor, Garut

8 Terong Purwakarta, Bogor, Subang, Cirebon, SK Bumi 9 Timun Cikarang, Cipanas, Purwakarta, Cirebon, Garut

10 Cabe Magelang, Wonosobo, Wates, Garut, Ampenan, Banyuwangi, Malang, Tasik, Ciamis, Majalengka, Sukabumi, Cipanas, Muntilan, Solotigo

11 Bawang Merah Brebes, Patrol, Import (Cina, Taiwan, India, Pakistan) 12 Bawang Putih Wonosobo, Tawang Mangu, Import (Cina)

13 Daun Bawang Sukabumi, Cipanas, Pengalengan, Garut, Tasik 14 Daun Sledri Sukabumi, Cipanas, Bogor, Kuningan

15 Nangka Muda Padang, Lampung, Bogor, Serang, Tegal 16 Ceisim Sukabumi, Cipanas, Bogor, Krawang, Bekasi 17 Jagung Garut, Cirebon, Tegal, Sukabumi, Bogor Cipanas 18 Jengkol Lampung, Tegal, Banyuwangi, Padang, Sambas 19 Kentang Garut, Medan, Padang Dieng. Bandung, P.Kerto,Impor 20 Kelapa Lampung, Tasik, Serang, Padang

21 Kacang Panjang Krawang, Bekasi, Cirebon, Bogor, SK Bumi 22 Pete Lampung, Serang, Purwokerto, Malang

23 Jahe Padang, Medan, Ponorogo, Lampung (Impor Cina) 24 Bengkoang Bogor, Sukabumi, Tegal, Kebumen

Sumber : Pasar Induk Kramat Jati (2012)

Awalnya para pedagang di PIKJ langsung menghubungi petani atau tengkulak yang ada di daerah dan akan melakukan tawar-menawar. Setelah mencapai kesepakatan mengenai harga dan jumlah, kemudian barang yang telah dipesan akan dikirimkan dan komoditas yang telah sampai siap diperdagangkan.

57 Komoditi cabai merupakan salah satu komoditi yang dapat dihasilkan di banyak daerah, sehingga cabai yang ada di PIKJ lebih bervariasi karena datang dari berbagai daerah yang lebih banyak dibandingkan jenis komoditi lainnya.

Secara umum kondisi perdagangan komoditas sayur mayur dan buah-buahan terjadi perubahan yang cukup signifikan. Semula, seperti yang disebutkan pada Tabel 5. Komoditas berasal dari daerah-daerah yang ada di Indonesia, bahkan komoditas lokal menjadi primadona. Namun saat ini terdapat beberapa komoditas import yang diperdagangkan di PIKJ. Adanya komoditas impor saat ini disebabkan oleh adanya kebijakan pemerintah selaku pemegang regulasi perdagangan terlalu lebar membuka kran produk import. Selain itu juga dilakukan impor karena pasokan lokal yang jumlahnya sedikit. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan masayarakat khususnya DKI Jakarta harus diimpor dari luar negeri.

Adanya komoditi impor menjadi sumber permasalahan sendiri bagi perdagangan sayur dan buah. Persoalan yang paling menyolok saat ini adalah masuknya beberapa produk import dari Cina, seperti buah-buahan, sayuran mayur dan bumbu dapur yang menyebabkan produk lokal tidak lagi menjadi primadona dan kemungkinan petani lokal tidak mampu bersaing dengan produk import. Beberapa produk impor yang masuk ke PIKJ yaitu bawang merah, bawang putih, bawang bombay, wortel, kubis/kol, jahe, dan kentang.

Tidak semua komoditi sayur dan buah mendapat pasokan dari luar negeri (impor). Sebagian besar masih dipenuhi oleh hasil produksi petani-petani di Indonesia. Beberapa komoditas yang diimpor juga tidak diimpor setiap saat, jika produksi di dalam negeri mencukupi atau terbilang cukup banyak impor tidak dilakukan. Seperti misalnya cabai yang biasanya tidak mendapat pasokan dari impor sama sekali, semua dihasilkan oleh daerah-daerah di tanah air. Tetapi pada awal tahun 2012, walaupun tidak dalam jumlah banyak impor cabai terpaksa dilakukan karena produksi di daerah penghasil cabai menurun. Menurut Bapak Suminto selaku petugas pasar di PIKJ (2012) awal Februari hingga pertengahan April ada sekitar empat persen dari keseluruhan cabai yang merupakan cabai impor. Tetapi hal ini hanya terjadi pada dua bulan Februari dan April saja, pada akhir bulan April sudah tidak ada cabai impor di PIKJ.

Dokumen terkait