• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.4 Penelitian Terdahulu

3.1.1 Proyek dan Analisis Kelayakan Investasi

Proyek adalah suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumberdaya yang tertentu, dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk (deliverable) yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas (Soeharto, 2002). Sedangkan proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber daya untuk memperoleh keuntungan atau manfaat (Gittinger, 1986). Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa proyek merupakan wadah untuk bisa melakukan berbagai kegiatan berupa perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan.

Kajian kelayakan suatu usulan proyek terkait dengan kemungkinan tingkat keberhasilan dari tujuan yang ingin diraih dari proyek. Pengkajian ini bersifat menyeluruh dan berusaha menyoroti segala aspek kelayakan proyek. Studi kelayakan ini harus mempu memberikan analisis secara kualitatif dan kuantitatif tentang manfaat yang akan diperoleh dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Kajian kelayakan dilakukan untuk meminimalisasi resiko kerugian akibat proyek.

Tujuan dilakukan analisis kelayakan proyek adalah mempelajari usulan tersebut dari segala segi profesional agar setelah usulan proyek tersebut diterima dan dilaksanakan, proyek tersebut betul-betul dapat memberikan keuntungan seperti yang direncanakan oleh perusahaan. Kegiatan investasi melibatkan sejumlah anggaran yang besarnya tergantung dari skala proyek yang akan dijalankan. Semakin besar proyek, maka semakin besar anggaran yang diperlukan, dan akan semakin besar resiko dari kegagalan yang harus ditanggung pihak investor.

Dipandang dari sudut pandang perusahaan, proyek yang melibatkan pengeluaran modal (capital expenditure) memiliki arti yang sangat penting karena menyangkut tiga hal. Hal tersebut meliputi konsekuensi jangka panjang pengeluaran modal, pengeluaran modal yang menyangkut jumlah dana yang relatif besar, dan komitmen pengeluaran modal yang tidak mudah untuk diubah (Husnan dan Muhammad, 2000). Dengan melihat pada kepentingan tersebut, maka untuk menghindari kerugian akibat pengeluaran modal atau investasi, maka dilakukan analisis kelayakan terhadap aspek-aspek kelayakan.

Kriteria kelayakan berkaitan erat dengan suatu keberhasilan kegiatan investasi dan hal ini akan berbeda dari satu kepentingan dengan kepentingan yang lain. Bagi pemilik proyek swasta, titik utama keberhasilan diletakkan pada aspek finansial dan ekonomi. Bagi pemerintah, kriteria kelayakan dapat berupa pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, dan mendorong prakarsa swasta. Sedangkan bagi masyarakat sekitar, kelayakan proyek dinilai dari sudut pandang seberapa jauh mereka bisa diuntungkan dengan pembangunan proyek (Soeharto, 2002).

Dalam menilai kelayakan proyek terdapat aspek-aspek yang perlu dikaji dimana masing-masing aspek memiliki hubungan yang erat dengan aspek kelayakan yang lain. Artinya, setiap keputusan terhadap satu aspek akan mempengaruhi aspek lainnya. Husnan dan Muhammad (2000) mengemukakan aspek-aspek kelayakan yang sebagai berikut:

1. Aspek Pasar

Pengkajian aspek pasar berfungsi menghubungkan manajemen suatu organisasi dengan pasar yang bersangkutan melalui informasi. Dalam aspek pasar, akan dilihat kondisi permintaan pasar dan bauran pemasaran (Marketting Mix) yang mencakup 4P (Product, Price, Place, dan Promotion) yang digunakan oleh perusahaan.

2. Aspek Teknis

Pengkajian teknis dimaksudkan untuk memberikan batasan atas garis-garis besar parameter-parameter teknis yang berkaitan dengan perwujudan fisik proyek. Aspek teknis menyangkut masalah penyediaan sumber-sumber dan pemasaran hasil-hasil produksi. Permasalahan-permasalahan yang timbul dalam aspek teknis, sebagian atau seluruhnya, dapat tercermin dalam perhitungan benefit dan biaya. Namun atas pertimbangan-pertimbangan teknis sudah dapat diputuskan apakah suatu proyek dapat dilaksanakan atau tidak.

3. Aspek Manajemen

Manajemen proyek tumbuh karena adanya dorongan untuk mencari pendekatan-pendekatan pengelolaan yang sesuai dengan tuntutan dengan sifat kegiatan proyek, yaitu suatu kegiatan yang dinamis dan berbeda dengan kegiatan operasional rutin. Kegiatan operasi perusahaan dan fungsi manajemen meliputi

teknis, koordinasi, keamanan, akuntansi, dan manajemen berdasarkan fungsinya, yaitu merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, staffing dan mengendalikan.

Pengkajian meliputi manajemen dalam masa pembangunan proyek dan manajemen dalam operasi. Manajemen dalam masa pembangunan proyek meliputi siapa pelaksana proyek, bagaimana jadwal penyelesaian proyek, dan siap yang melakukan pengkajian terhadap masing-masing aspek kelayakan.

4. Aspek Sosial

Aspek ini didasarkan atas landasan yang lebih luas, yaitu melihat biaya dan manfaat proyek dari sudut kepentingan sosial atau masyarakat secara menyeluruh karena lingkup dan tujuannya adalah kepentingan sosial atau masyarakat yang dapat diasosiasikan dengan kepentingan suatu kepentingan nasional sustu negara (Soeharto, 2002).

Pengkajian meliputi pengaruh proyek terhadap penambahan kesempatan kerja, pengaruh keberadaan proyek tersebut terhadap industri lain, dan pengaruh keberadaan proyek tersebut terhadap kehidupan sosial di lokasi pembangunan proyek.

5. Aspek Finansial

Kegiatan investasi melibatkan sejumlah dana yang relatif besar, yang ditanamkan pada waktu tertentu dan diharapkan adanya manfaat di masa yang akan datang. Untuk menghindari kerugian akibat investasi tersebut, maka pengkajian terhadap aspek ini sangat perlu dilakukan bagi perusahaan terutama perusahaan swasta yang umumnya berorientasi pada keuntungan. Pengkajian meliputi perkiraan jumlah dana yang dibutuhkan, sumber-sumber pembelanjaan,

taksiran penghasilan, taksiran biaya, manfaat dan biaya dalam arti finansial. Beberapa kriteria kelayakan investasi yang akan digunakan antara lain:

1. Net Present Value (NPV), yaitu selisih antara arus kas masuk dan arus kas keluar selama umur proyek yang didiskontokan ke dalam nilai sekarang (Soeharto, 2002). Dalam perhitungan NPV, diperlukan suatu penetapan tingkat suku bunga yang dianggap relevan. Salah satunya adalah menggunakan tingkat suku bunga yang berlaku di bank. Suku bunga dapat berupa suku bunga deposito atau pinjaman. Proyek dikatakan layak jika nilai sekarang dari penerimaan kas bersih di masa yang akan datang lebih besar dari nilai sekarang dari pengeluaran (NPV≥0). Hal ini menunjukkan bahwa proyek dapat memberikan keuntungan finansial bagi perusahaan.

2. Internal Rate of Return (IRR), yakni mencari tingkat suku bunga yang menyatakan nilai investasi sekarang sama dengan nilai penerimaan sekarang di masa yang akan datang (Husnan, 2000). Dengan kata lain IRR adalah tingkat suku bunga yang membuat NPV arus masuk sama dengan NPV arus keluar (NPV proyek = 0). IRR menggambarkan opportunity cost dari kegiatan investasi. Proyek dikatakan layak jika IRR proyek lebih besar dari tingkat suku bunga yang telah ditetapkan sebagai opportunity cost. Tingkat suku bunga deposito dapat digunakan sebagai acuan jika modal yang digunakan adalah modal sendiri. IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga deposito menggambarkan bahwa perusahaan lebih baik menggunakan uangnya untuk investasi dibanding dengan menyimpannya di bank. Sebaliknya, tingkat suku bunga pinjaman digunakan jika modal yang digunakan untu proyek adalah modal pinjaman.

3. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), yakni angka perbandingan antara present value yang positif dengan present value yang negatif (Husnan, 2000). Kesimpulan dari nilai NPV akan konsisten dengan kesimpulan dari nilai Net B/C. Jika NPV ≥ 0, maka Net B/C ≥ 1. Net B/C menggambarkan efisiensi dari penggunaan biaya untuk investasi karena net B/C menggambarkan sejauh mana biaya yang digunakan menghasilkan manfaat.

4. Payback period (PP), yakni jangka waktu yang digunakan untuk bisa mengembalikan modal suatu investasi, yang dihitung dari arus kas bersih. Arus kas adalah adalah selisih antara pendapatan (revenue) dengan pengeluaran (expenses) per tahun. Payback period dinyatakan dalam satuan waktu per tahun. Proyek dikatakan layak jika masa pengembalian modal lebih cepat dari umur proyek. Sebaliknya, proyek dikatakan tidak layak jika masa pengembalian lebih lama dari umur proyek. Hal ini berarti proyek tidak menguntungkan karena tidak mampu mengembalikan sejumlah modal investasi.

Dokumen terkait