• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proyek-proyek perintis

Beberapa proyek-proyek perintis yang potensial telah diidentifikasikan selama empat bulan terakhir sejak dimulainya tugas konsultasi ini. Semua proyek-proyek ini diperuntukan agar mendukung strategi “Aceh Green” untuk pembangunan sektor minyak kelapa sawit berkelanjutan yang memberikan keuntungan langsung untuk petani kecil, terutama mantan tentara tempur dan para korban konflik. Rencana sementara mengidentifikasikan lokasi-lokasi proyek perintis termasuk area produksi utama yang ada dan yang potensi di beberapa kabupaten di Aceh ini:

1. Aceh Jaya/Aceh Barat

2. Nagan Raya/Aceh Barat Daya/Aceh Selatan 3. Singkil/Subulussalam

4. Bireun/Aceh Utara/Bener Meriah 5. Aceh Timur/Aceh Tamiang

Acuan di Tabel 4 memberi ringkasa ke beberapa kandidat awal yang akan memerlukan penyelidikan lebih lanjut dan harus diberikan pada tahun 2009. Tabel ini menunjukkan masing- masing lokasi, mitra sektor swasta, estimasi hektar untuk perkebunan inti dan perkebunan plasma, serta ukuran dan status dari rehabilitasi terkait atau penggilingan CPO yang baru dibangun pasca –panen:

Sustainable Palm Oil Pilot Project Candidates in Aceh IFC Aceh Green Vision Palm Oil Sector Development October 2008

Core Smallholder

Kabupaten Private Sector Partners Plantations Plantations Total Mills Status (Hectares) (Hectares) (Hectares) (MT/hr)

Aceh Jaya PT Boswa Megalopolis

7,000 3,000 10,000 60 New 3,000 12,000 15,000

Nagan Raya PT NBE/PT Mopoli Raya

7,000 3,000 10,000 30 New

Singkil PT Lestari Tunggul Pratama

4,600 5,000 9,600 45 Rehab Hermes Group 5,000 5,000 45 New Bireun, Bener

Meriah International Organization for

2,000

2,000 n.a. n.a.

Aceh Utara Migration (IOM)

Aceh Utara PT Satya Agung/RSA Group

9,000 4,000 13,000 30 New

Koptan Perk. Batee Meuasah 9,000 6,000 15,000 30 New

Aceh Timur PT Cipta Ganda Utama

9,000 3,500 12,500 30 Rehab IK Plantations Sdn Bhd

Aceh Tamiang/ PT Minamas: Padang Palma

5,000 5000

10,000 30 New

Various Locations Permai/Perkasa Subur Sakti

15,000 10,000 30,000 30 New TOTALS 73,600 53,500 128,100

Tabel 4: Kandidat-kandidat Proyek Perintis Minyak Kelapa Sawit Berkelanjutan Aceh

Deskripsi dari empat proyek prospektif untuk perintis kerjasama public-swasta sebagai berikut:

Annex 1A: Proyek Perintis Aceh Jaya Deskripsi Proyek:

P.T. Boswa Megalopolis, sebuah perusahaan produksi minyak kelapa sawit dari Aceh yang telah mengamankan dukungan investor domestic dan interansional untuk konsolidasi dan memperluas sahamnya di kabupaten Aceh Jaya. Perusahaan ini akan merehabilitasi dan menanam kembali tanah konsesi 7,000 hektar(HGU) yang ada dan membangun skala komersial pertama dengan 60 metric ton per jam, proses penggilingan terkini di kabupaten tersebut. Mereka sudah mengukuhkan 20 hektar tempat pembibitan dangan materi bibit berkualitas yang didapat dari PT London Sumatra di Sumatra Utara dan dari Costa Rica.

Perusahaan ini telah memulai kolaborasi dengan sekitar 1,500 petani kecil di dekatnya dengan memberikan mereka kecamba berkualitas dan dukungan teknis. Perluasan tambahan yang diantisipasikan dengan harapan perusahaan untuk menata diri dengan pembentukan ulang dari skema transmigrasi pada perkebunan 15,000 hektar inti-plasma yang dimulai oleh P.T. Tiga Mitra Perdana yang terhenti di pertengahan 1990 an karena konflik penduduk.

Rationalisasi: Proyek ini memerlukan investasi strategis oleh perusahaan untuk mengkonsolidasi dan memperluas operasionalnya didalam area yang sebelumnya terasingkan yang diharapkan untuk membangun secara substansial dengan konstruksi jalan raya baru Banda Aceh-Meulaboh. Area ini memiliki potensi pertumbuhan yang sangat, yang telah terhalang selama 15 tahun terakhir oleh karena konflik, lalu oleh kurangnya investasi dan infrastruktur pasca panen. Proyek ini punya potensi untuk member dampak positif kepada 7,500 petani kecil di kabupaten Aceh Jaya. Potensi kolaborasi ini dapat mendukung rencana rehabilitasi dan pembangunan dari sekitar 30,000-40,000 hektar perkebunan minyak kelapa sawit Aceh Jaya berdasarkan prinsip-prinsip berkelanjutan.

Project Proponents:

-P.T. Boswa Megalopolis, Calang, Aceh Jaya dan Medan, Sumatra Utara serta investor domestic dan internasional yang terasosiasi

-Petani kecil independen dan koperasi yang terasosiasi lokal

-LSM Lingkungan dan pembangunan seperti Flora and Fauna International (FFI)

Pengaturan Manajemen: Skema sektor swasta yang dikelola dengan partisipasi petani kecil yang terarah. Baik perusahaan dan petani kecil tetap memiliki control atas tanah dan asset mereka masing masing. Proyek ini akan mengikuti garis pedoman minyak kelapa sawit berkelanjutan/RSPO untuk praktek manajemen yang baik, informasi dan transparansi harga serta persetujuan terlebih dahulu.

Kerangka waktu dan estimasi biaya:

Fase 1:

Rehabilitasi perkebunan yang ada: 2008-2010 Est. Rp 52.5 billion Konstruksi penggilingan CPO baru: 2009-2010 Est. Rp 100 billion

Fase 2:

Pembangunan Petani Kecil: 2009-2012 Rp 45 billion

Proyek Rehabilitasi untuk mantan inti-plasma: 2009-2015 Est. 200 billion Total Dana: Rp 397.5 billion (US$35 million)

Annex 1B: Proyek perintis Bireun/Bener Meriah/Aceh Utara Deskripsi Proyek:

Proyek Pelayanan Informasi, Konsultasi dan Rujukkan (PIKR-Information, Consulation, and Referral) merupakan skema pembangunan petani kecil yang melibatkan 1,000 mantan tentara yang berpencaran di kabupaten Aceh Utara, Bireun, Bener Meriah. Partisipan proyek akan menerima dukungan keuangan dan teknis, serta pengaturan hak penggunaan tanah yang jelas untuk pengembangkan 2,000 hektar dari perkebunan minyak kelapa sawit:

1. Bireun, 600 Hectares 2. Aceh Utara, 600 Hectares 3. Bener Meriah, 800 Hectares

Proyek ini akan di danai dan dijalankan oleh International Organization for Migration (IOM) dari 2008-2010. Proyek ini akan memberikan pendanaan untuk pendirian perkebunan, tempat pembibitan, bantuan teknis dan pelatihan, serta pembangunan organisasi koperasi. Pada awalnya, pendanaan akan diberikan untuk menanam 0.5 hektar jagung atau biji per plot sebelum penanaman kecambah minyak kelapa sawit, untuk mengokohkan komitmen dari partisipan. Para penyandang dana akan menjyang dibantu, tetapi tidak secara langsung terikat ke perusahaan perkebunan besar.

Rationalisasi: Proyek ini mencari model untuk member kuasa kepada mantan tentara untuk mendirikan perkebunan kecil di salah satu area yang memiliki potensial tinggi untuk ekspansi minyak kelapa sawit. Memfokus pada pengembangan organisasi koperasi dan pembangunan kapasitas sebagai alat utama untuk mencapai tujuan ini. Proyek ini dapat menjadi sumber contoh upaya serupa untuk mendukung perluasan petani kecil minyak kelapa sawit di wilayah lain Aceh.

Pendukung Proyek:

-International Organization for Migration (IOM), Aceh Programme -Koperasi petani kecil Bintang Mas

Pengaturan Manajemen: Proyek ini akan dikelola koperasi oleh dua pendukung utama : IOM dan koperasi petani kecil baru Bintang Mas. IOM will overakan mengawasi implementasi proyek dan upaya pembangunan kapasitas untuk memastikan bahwa proyek tetap sesuai jalur dan dapat dipertanggung jawabkan. Dalam dua tahun hidupnya proyek, semua keputusan, keuangan dan laporan program, serta pengendalian asset akan ditransfer ke koperasi.

Kerangka waktu dan estimasi biaya:

October-December 2008: Pendirian organisasi, mobilisasi partisipan dan identifikasi tanah. January-June 2009: Pengosongan tanah dan penanaman tanaman peserta petani kecil. July-December 2009: Penataan, persiapan, dan pencakokan kecamba kelapa sawit.

January-December 2010: Pelatihan dan bantuan teknis dalam manajemen koperasi dan praktek- praktek baik manajemen.

Annexes 1C: Proyek Perintis Aceh Utara Deskripsi proyek:

Pemerintah kabupaten Aceh Utara telah mentargetkan dan menyisihkan 39,000 hektar dari tanah pertanian yang bukan hutan untuk minyak kelapa sawit dan tanaman lain untuk perkebunan di dalam daerah tersebut. Hal ini termasuk 6,000 hektar tanah yang sebelumnya tidak ditanami di kecamatan Paya Bakong kecamatan, yang ditunjukkan untuk 1,500-anggota koperasi petani kecil Perkebunan Batee Meuasah pada 2007 untuk pembangunan perkebunan minyak kelapa sawit. Sebuah survey lapangan mengidikasikan bahwa area ini terutama terdiri dari daratan datar atau topografi sedikit berbukit, kebanyakan tanaman hijau swidden , dan tanah yang cukup subur. Koperasi Perkebunan Batee Meuasah, terdiri dari para mantan tentara dan korban konflik dan diketuai oleh Teuku Abubakar Sulaiman, telah menanamkan total 980 hektar dengan dukungan dana Proyek Pengembangan Masyarakat Miskin Korban Konflik (PMMK-Poor Conflict Victim Community Project). Beberapa anggotanya memadukan tanaman di perkebunan barunya dengan tanaman seperti kedelai, kacang tanah, cabe dan kunyit. Koperasiny juga telah 45 hektar dari jalanan yang menjadi akses dan mendirikan tempat pembibitan kelapa sawit dengan bibit dari Marihat Research Center.

Dishutbun Aceh Utara mencari mitra dari sektor swasta guna kerjasama untuk hal ini serta proyek pengembangan minyak kelapa sawit lainnya yang memiliki keahlian, modal dan komitmen untuk bekerja dengan cara yang kooperatif dengan petani kecil. Mereka mencari perusahaan yang sudah aktif di kabupaten atau tempat lain yang mau untuk berinvestasi di perkebunan inti dan penggilingan dan untuk menjadi pembeli dari produksi petani kecil yang dapat dipercaya. Baik pemerintah lokal dan koperasi menunjukkan bahwa sumber keuangan mereka terbatas untuk melanjutkan penanaman dan mendirikan sepenuhnya 6,000 hektar parcel yang sudah dimulai. Saat ini tidak ada pendanaan baru sama sekali untuk sisa 33,000 hektar, yang bisa menghasilkan paling tidak 20,000 hektar perkebunan inti dan plasma minyak kelapa sawit baru.

Beberapa kandidat yang potensial untuk dijadikan mitra dari sektor swasta untuk investasi ke depan di sektor kelapa sawit Aceh Utara telah muncul, termasuk PT. Satria Agungyang dimiliki oleh perusahaan Aceh PT. Risyadson Sejahtera Agrobusiness (RSA). Tanah konsesi RSA’s Satria Agung concession (HGU) sekitar 9,000 hektar untuk minyak kelapa sawit dan 2,000 hektar dari perkebunan karet dan cocoa yang kebanyakan ditinggalkan atau diabaikan pada masa konflik. RSA dalam proses merehabilitasi komplit bagian minyak kelapa sawit dari perkebunan di tanah 3,000 hektar per tahun rata rata mulai tahun ini. Mereka telah membangun tempat pembibitan sebesar 35 hektar dengan stok bibit yang berkualitas tinggi dari PT London Sumatra. Rencana juga sedang berjalan untuk membangun dua penggilingan proses minyak kelapa sawit di tahun 2009. RSA juga telah menyatakan minat untuk mendukung rehabilitasi minyak kelapa sawit di masa mendatang, dan ekspansi 3,000-5,000 hektar dari perkebunan petani kecil di area sekelilingnya.

Ada perusahaan swasta lian yang telah menyatakan minat dalam menggali kesempatan untuk perluasan di Aceh Utara dan wilayah lain dari pesisir timur adalah PT. Minamas, yang merupakan dari kelompok perusahaan besar Malaysia Sime Darby. Minamas memiliki PT Padang Palma Permai dan PT Perkasa Subur Sakti, yang mengelola perkebunan inti dan penggilingan yang ada di Aceh Tamiang dan Aceh Timur kabupaten. Seperti saham lainnya dari Sime Darby’s di Malaysia dan Indonesia, ini akan menjadi bersertifikat RSPO dalam dua tahun mendatang. Staff Senior manajemen PT Minamas telah bertemu dengan pemimin Koperasi Petani Sawit Batee Meuasah serta penasehat teknis mereka di Dishutbun lokal pada lokakarya Minyak Kelapa Sawit

berkelanjutan di Banda Aceh. Tindah lanjut dari kedua pihak ini diharapkan terjadi pada pertengahan Januari di lapangan.

Rationalisasi: Proyek ini berupaya untuk mengkombinasikan sumber dengan minat bersama dari pemerintah lokal, perusahaan-perusahaan dari sektor swasta, dan organisasi petani lokal untuk menstimulasi perkebunan minyak kelapa sawit dan pembangunan penggilingan di area bekas konflik ini. Bila sukses, proeyk akan mendukung rehabilitasi dan pendiriang lebih dari 35,000 hektar perkebunan minyak kelapa sawit dan memberikan kesempatan penghasilan untuk sekitar 20,000 keluarga.

Pendukung Proyek: Aceh Utara Kabupaten Dishutbun akan berkoordinasi dan memfasilitasi kerjasamam yang melibatkan Koperasi Perkebunan Batee Meuasah dan koperasi budidaya pertanian/perkebunan petani kecil dengan perusahaan produksi minyak kelapa sawit sektor swasta terpilih seperti PT. Risyadson Sejahtera Agrobusiness (RSA)/ PT. Satria Agung dan PT Minamas/Sime Darby Group. Pendanaan tambahan untuk perkebunan petani kecil akan dating dari program nasional Revitalisasi Kebun.

Pengaturan Manajemen: Proyek kerjasama public-swasta ini masih dalam tahan sangat awal tentang pengaturan manajemen. Perusahaan dan petani kecil akan dapat kendali lagi akan tanah dan asset mereka. Proyek ini akan mengikuti acuan untuk minyak kelapa sawit berkelanjutan /RSPO untuk praktek-praktek manajemen yang baik, informasi dan penentuan harga yang transparan, dengan persetujuan sebelumnya.

Kerangka Waktu dan perkiraan budget:

Kerjasama MOUs, alokasi tanah, persiapan tempat untuk inti dan plasma, 2008-2009 Rp 40 billion

Rehabilitasi perkebunan yang ada: 2008-2010 Est. Rp 135 billion Konstruksi penggilingan CPO baru: 2009-2010 Est. Rp 100 billion Pendirian perkebunan inti dan plasma baru 2009-2015 Est. Rp 650 billion Perkiraan Total Budget Rp 925 billion (US$ 95 million)

Annex 1D: Proyek Perintis Nagan Raya

Deskripsi Proyek: PT Nusantara Bio Energy International (NBEI), sebuah perusahaan joint venture (gabungan) yang melibatkan pengusaha Aceh yang berpengalaman di minyak kelapa sawit Sabri Basyah dan investor dari Itali serta Singapore, menawarkan untuk memperluas sumber pengadaan minyak kelapa sawit di kabupaten Nagan Raya untuk aplikasi baik makanan maupun bahan bakar. NBEI akan bermitra dengan dua perusahaan produksi minyak kelapa sawit lokal, PT Mopoli Raya dan usaha gabungan Mr. Basyah: Basyah Putra Investama/Kerjasama Operasional (BPI/KSO) dengan perusahaan milik Negara PTPN1. BPI/KSO secara aktif merehabilitasi dan melakukan ekspansi sekitar 30,000 hektar dari perkebunan minyak kelapa sawit di Aceh Selatan, Nagan Raya, dan kabupaten Aceh Barat. NBEI mengembangkan rehalibitasi perkebunan minyak kelapa sawit jangka panjang dan rencana perluasan dengan perusahaan-perusahaan ini akan mengikuti acuan RSPO dan pada akhirnya akan mengikutsertakan 10,000-20,000 hektar dalam skema asosiasi petani kecil (KKPA-plasma). Proyek khusus ini akan mengembangkan sekitar 7,000 hektar perkebunan inti dan 3,000 hektar perkebunan plasma dari asosiasi petani kecil. Yang terakhir akan kerjasama dengan Dishutbun ditingkat lokal dan propinsi, serta di tingkat nasional dalam skema Revitalisai Kebun petani kecil.

NBEI berencana untuk secara keseluruhan menyelesaikan plant biodiesel yang beroperasional penuh di Kuala Tanjung, Sumatra Utara pada akhir 2009 yang akan memproduksi 300,000 ton per tahun. Plant ini akan menggunakan teknologi mutahir proprietary yang dapat menggunakan beragam feedstocks seperti produksi kelapa sawit non-food grade dan pengelolaan sampah diatas CPO untuk produksi palm methyl ester (palm biodiesel). Pendekatan baru produksi biofuel menekankan prinsip-prinsip berkelanjutan dan menekan penggunaan produk food grade sebagai

feedstocks.

Rationalisasi:   NBEI mendukung visi “Aceh Green” untuk strategi berkelanjutan yang baru muncul. Mereka akan menyiapkan pemimpin dan mendukung praktek produksi yang baik, pengendalian kualitas produk dan patuh pada peraturan RSPO dan sertifikasi kepada supplier mereka yang di Aceh, termasuk Mopoli Raya, BPI/PTPN1, dan lain-lain dan secara perlahan menyeluruh dengan estimasi lebih dari 70,000 hektar. NBEI maju sebagai contoh produksi biodiesel lokal dengan menggunakan teknologi mutahir yang dapat dijual secara lokal melalui perusahaan minyak dan gas Negara, Pertamina atau secara internasional.  

Pendukung proyek: Proyek akan dikelola oleh PT NBEI, Medan, Sumatra Utara dengan kerjasama dengan PT Mopoli Raya, Medan, Sumatra Utara, PTBPI/KSO Blangpidie, Aceh Barat Daya/Medan, Sumatra Utara dan organisasi serta koperasi petani kecil minyak kelapa sawit lokal.

Pengaturan Manajeman: Skema pengelolaan konsorsium sektor swasta dengan partisipasi terarah dari petani kecil. Baik perusahaan maupun petani kecil akan mendapatkan pengendalian akan tanah dan asset mereka. Proyek ini akan mengikuti peraturan minyak kelapa sawit berkelanjutan /RSPO untuk praktek-praktek manajemen yang baik, transparansi informasi dan harga dan persetujuan sebelumnya.

Kerangka waktu dan estimasi budget:

2009 pengosongan lahan, pendirian tempat pembibitan, demarkasi tanah petani kecil. Est. Rp 25 billion

2010-2012 Penanaman ulang perkebunan inti yang ada, persiapan/penanaman area plasma Est. 245 billion

2011-2013 Selesainya infrastruktur jalanan, membangun penggilingan baru 30 ton/jam Est. Rp 60 billion

Annex 2:

Aceh Maps and Additional Data

Dokumen terkait