• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Atkinson, 1996: 7 (dalam Minderop, 2016: 3) Psikologi berasal dari kata Yunani psyche, yang berarti jiwa, serta logos yang berarti ilmu. Jadi dapat diartikan jiwa atau ilmu yang menyelidiki serta mempelajari perilaku manusia. Psikologi sastra ialah studi tentang karya sastra yang diyakini

mencerminkan proses serta aktivitas psikologis (Minderop, 2016: 54). Dalam penyelidikan suatu karya psikologi, penting untuk memahami sejauh mana psikologi penulis terlibat dan kemampuan penulis menghadirkan tokoh-tokoh fiksi yang berhubungan dengan masalah mental.

Karya sastra yang berkaitan dengan psikologi penting untuk penelitian, karena menurut Wellek serta Warren, 1993: 108 (dalam Setyorini, 2017: 13) bahwa psikologi membantu menghimpun kepekaan pengamat pada realitas, kemampuan, pengamatan, serta memberi kesempatan untuk mempelajari pola sebelumnya yang tidak tersentuh. Sebagai gejala psikologis, psikologi mengandung fenomena sastra yang muncul melalui perilaku para tokohnya.

Menurut Endraswara, 2008: 11 (dalam Rosmalina, dkk, 2020: 332) psikologi sastra ialah ilmu yang mempelajari karya sastra yang diyakini mencerminkan proses serta aktivitas psikologis. Sastra sebagai gejala psikologis mengandung fenomena psikologis yang muncul melalui tingkah laku para tokohnya. Jelas, tujuan psikologi sastra ialah untuk memahami aspek-aspek psikologis sebuah karya sastra. Setujuan dengan itu, Minderop (2018:55) menerangkan psikologi sastra ialah studi yang mengkaji refleksi psikologis tokoh-tokoh yang dihadirkan oleh sastrawan sehingga pembaca merasa terbebani oleh persoalan-persoalan psikologis cerita sehingga ia merasa terlibat dalam cerita tersebut.

John Keble mengatakan bahwa ikatan antara karya sastra serta psikologi bisa diamati melalui, misalnya karya sastra yang ialah ekspresi dari motif

konflik yang memuaskan atau dapat pula desakan keinginan serta nafsu yang ditampilkan dalam karakter untuk mencari kepuasan imajinatif bersama dengan upaya menyembunyikan serta menekan perasaan. Dengan menggunakan

‘cadar’ atau ‘penutup’ dari lubuk hati yang terdalam (Minderop, 2018: 57).

Sastra ialah jendela jiwa. Sastra mengemukakan manusia dalam berbagai Tindakan (action) untuk mencapai Hasrat (apettius) yang diinginkan.

Sastra ialah dunia jiwa dalam bentuk yang lain. Kita bisa memahami jiwa seseorang melalui sastra serta juga bisa memahami psikologi melalui sastra.

Oleh karena itu, sastra tidak dapat dipisahkan dari konteks psikologis serta sebaliknya, psikologi tidak dapat dipisahkan dari sastra (Ahmadi, 2019: 49).

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa psikologi berhubungan dengan manusia, (kejiwaan) serta sastra juga berhubungan dengan manusia (tokoh fiksional). Dengan demikian, psikologi sastra ialah ilmu yang menelaah dalam diri manusia dalam hal ini jiwa yang direfleksikan melalui perilaku dan dialog para tokoh dalam novel tersebut. Kita bisa memahami jiwa seseorang melalui sastra serta kita pula bisa memahami psikologi melalui sastra.

Oleh karena itu, sastra tidak dapat dipisahkan dari konteks psikologi serta sebaliknya, psikologi pula tidak dapat dipisahkan dari sastra.

8. Kepribadian

Kepribadian menurut Santrock (dalam Minderop, 2013:4) ialah sifat yang meliputi pikiran, perasaan, serta perilaku seseorang yang menunjukkan bagaimana dia beradaptasi dalam kehidupan. Menurut Hilgard, et al (dalam

Minderop, 2013:4) mengungkapkan bahwa kepribadian mengacu pada pola sifat perilaku dan disposisi penilaian seseorang terhadap lingkungannya.

Kepribadian dibentuk sejak lahir yang diubah oleh budaya serta pengalaman yang memengaruhi seseorang.

Kita menjumpai kata “kepribadian” sepanjang waktu. Biasanya, kita berpikir bahwa kepribadian ialah kita sebagaimana asertaya; kepribadian ialah identitas diri kita. Kata kepribadian diduga berasal dari bahasa Latin “persona”, yang berarti topeng yang dikenakan oleh para aktor. Dalam psikologi, menurut kamus Webster, kepribadian berarti: a) totalitas karakteristik individu, khususnya dalam hubungannya dengan orang lain; b) sekelompok kecenderungan perilaku, emosi yang terpadu, minat-minat, serta yang mencakup kepribadian ganda (Wilcox, 2018: 264).

Kepribadian ialah bidang studi psikologi; pemahaman tentang perilaku, pikiran, perasaan, aktivitas manusia dengan menggunakan rasional yang sistematis, metodologis dan psikologis. Pemahaman menggunakan disiplin ilmu lain yang sistematis, metodologis dan rasional, seperti ekonomi, biologi atau sejarah, bukan teori psikoloi kepribadian. Teori psikologi kepribadian mempelajari individu secara khusus; siapa dia, apa yang dia miliki, serta apa yang dia lakukan. Analisis orang lain sebagai individu (misalnya kelompok, bangsa, hewan atau mesin) berarti memandang mereka sebagai individu, bukan sebaliknya (Alwisol, 2018: 2).

Kepribadian ialah bagian dari jiwa yang membangun eksistensi manusia menjadi satu kesatuan, tidak terbagi menjadi peran-peran. Memahami

kepribadian berarti memahami saya, diri, self atau memahami orang seutuhnya.

Hal yang paling penting untuk diketahui mengenai pengertian kepribadian.

Pemahaman tersebut sangat mempengaruhi paradigma yang dijadikan sebagai acuan bagi perkembangan teori itu sendiri. Para pakar kepribadian tampaknya percaya pada paradigm yang berbeda, yang secara sistematis mempengaruhi seluruh pola pikir tentang kepribadian manusia. Paradigma dalam beberapa ahli kepribadian dinyatakan secara eksplisit, di lain paradigm disamarkan dan diakui oleh model analisis. Paradigma yang berbeda yang digunakan oleh para ahli kepribadian untuk mengembangkan teorinya akan menghasilkan teori yang berbeda, tidak berhubungan bahkan (Alwisol, 2018: 2).

Aspek-aspek kepribadian menurut Abin Syamsuddin, 2003 (dalam Pratiwi, 2018: 22-23) diantaranya sebagai berikut:

a) Karakter

Karakter ialah hasil dari apakah kita mematuhi perilaku etis atau tidak konsisten dalam memegang pendirian atau pendapat.

b) Temperamen

Temperamen ialah pola pikir reaktif seseorang, atau seberapa cepat lambatnya seseorang merespon rangsangan yang datang dari lingkungannya.

c) Sikap

Sikap ialah reaksi terhadap objek yang sifatnya positif, negatif, atau yang saling bertentangan.

d) Stabilitas Emosi

Stabilitas emosi ialah ukuran kestabilan respons emosional terhadap rangsangan lingkungannya, misalnya perasaan mudah tidak tesinggung, marah, sedih, atau putus asa.

e) Responsibilitas (Tanggung Jawab)

Responsibilitas (Tanggung Jawab) yakni kesediaan untuk menerima risiko dari tindakan atau tindakan yang diambil. Misalnya bersedia menerima risiko.

f) Sosiabilitas

Sosiabilitas ialah pendapat pribadi yang berhubungan dengan hubungan interpersonal. Contohnya, pribadi yang terbuka atau tertutup serta kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

Berlandaskan batasan-batasan yang telah dipaparkan pada uraian sebelumnya, bisa disimpulkan bahwa kepribadian ialah suatu sifat yang meliputi perasaan, pikiran, serta perilaku seseorang yang menunjukkan cara menyesuaikan diri dalam kehidupan. Memahami kepribadian berarti memahami saya, diri, self atau memahami orang seutuhnya. Aspek-aspek kepribadian terdiri dari; watak, perangai, sikap, kestabilan emosi, tanggung jawab (responsility) dan keramahan.

Dokumen terkait