• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.26 PT. BPD Yogyakarta

Pendirian bank pada tanggal 5 Maret 1962 dengan nama PT. BPD Yogyakarta.

Dikenal dengan sebutan Bank BPD DIY. Pemegang saham oleh Pemerintah Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebesar 51% dan Pemerintah Kabupaten/Kota

Seprovinsi DIY sebesar 49%. Berkantor pusat di Jl. Tentara Pelajar No. 7, Yogyakarta.

4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Statistik Deskriptif

Untuk memberikan gambaran informasi mengenai data variabel dalam penelitian

ini, maka digunakan tabel statistik deskriptif. Tabel statistik deskriptif ini meliputi .

Tabel statistik desktiptif ini meliputi rata-rata (mean), jumlah data (N), dan standar deviasi dari 5 (lima) variabel independen yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR),

dan Return on Assets (ROA) sebagai variabel yang mempengaruhi Penyaluran KreditBank Pembangunan Daerah di Indonesia. Hasil analisis statistik deskriptif akan

ditunjukkan pada Tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1

Deskripsi Statistik Variabel Penelitian Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DPK 130 516.00 47632.00 7668.5077 7681.16398 CAR 130 8.34 55.97 19.8302 6.99010 NPL 130 .09 9.22 2.2015 1.96703 LDR 130 28.43 129.74 82.8208 18.94494 ROA 130 1.41 7.44 3.5570 1.16438 KREDIT 130 469.00 38333.00 5832.5846 5815.71634 Valid N (listwise) 130

Sumber: Hasil penelitian, 2014 (data diolah)

Pada Tabel 4.1 diketahui bahwa penyaluran kredit Bank Pembangunan Daerah di

Indonesia periode 2008-2012 memiliki nilai minimum sebesar Rp. 469 miliar oleh PT.

BPD Sulawesi Tengah pada tahun 2008 dan nilai maksimum sebesar Rp. 38.333 miliar

oleh PT. BPD Jawa Barat dan Banten Tbk pada tahun 2012. Sementara nilai standar

deviasi (standard deviation) sebesar Rp. 5.815,71634 miliar dan nilai rata-rata (mean) sebesar Rp. 5.832,5846 miliar. Nilai rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standar deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.

Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki nilai minimum sebesar Rp. 516 miliar oleh

miliar oleh PT. BPD Jawa Barat dan Banten Tbk pada tahun 2012. Sementara nilai

standar deviasi (standard deviation) sebesar Rp. 7.681,16398 miliar dan nilai rata-rata (mean) sebesar Rp. 7.668,5077 miliar. Nilai rata-rata (mean) yang lebih kecil dibandingkan nilai standar deviasi (standar deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi kurang baik.

Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki nilai minimum sebesar 8,34% oleh PT. Bank DKI pada tahun 2010 dan nilai maksimum sebesar 55,97% oleh PT. BPD Papua

pada tahun 2008. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) sebesar 6,99010% dan nilai rata-rata (mean) sebesar 19,8302%. Nilai rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standar deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.

Non Performing Loan (NPL) memiliki nilai minimum sebesar 0,09% oleh PT. BPD Kalimantan Barat pada tahun 2009 dan nilai maksimum sebesar 9,22% oleh PT.

BPD Sulawesi Tenggara pada tahun 2008. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) sebesar 1,96703% dan nilai rata-rata (mean) sebesar 2,2015%. Nilai rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standar deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.

Loan to Deposit Ratio (LDR) memiliki nilai minimum sebesar 28,43% oleh PT. BPD Papua pada tahun 2008 dan nilai maksimum sebesar 129,74% oleh PT. BPD

Bengkulu pada tahun 2009. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) sebesar 18,94494% dan nilai rata-rata (mean) sebesar 82,8208%. Nilai rata-rata (mean)

yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standar deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.

Return on Assets (ROA) memiliki nilai minimum sebesar 1,41% oleh PT. Bank DKI pada tahun 2009 dan nilai maksimum sebesar 7,44% oleh PT. BPD Sulawesi

Tenggara pada tahun 2011. Sementara nilai standar deviasi (standard deviation) sebesar 5815,71634% dan nilai rata-rata (mean) sebesar 5832,5846%. Nilai rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standar deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik

4.2.2.1 Uji Normalitas

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data telah

mengikuti atau mendekati distribusi normal. Data yang baik adalah data yang

mempunyai pola seperti distribusi normal, yaitu distribusi data tidak menceng kekiri

atau kekanan. Cara yang digunakan untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal

atau tidak yaitu dengan pendekatan histogram, grafik, dan Kolmogorov-Smirnov.

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi Data (Histogram)

Histogram pada Gambar 4.1 diketahui bahwa data tidak terdistribusi normal. Hal

ini ditunjukkan oleh distribusi data yang menceng ke kanan. Oleh karena itu, dilakukan

perbaikan data yang tidak normal dengan cara melakukan transformasi data dengan

mengubah data menjadi Logaritma natural (Ln), data yang diubah ke dalam Ln adalah

variabel penyaluran kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK), karena perbedaan angka

yang terlalu besar antara nilai variabel penyaluran kredit, DPK dengan variabel CAR,

NPL, LDR, dan ROA. Setelah data penyaluran kredit dan DPK diubah ke dalam Ln,

dilakukan analisis data yang kedua, hasil histogram tampak seperti Tabel 4.2 berikut

ini.

Sumber: Hasil penelitian, 2014 (data diolah)

Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi Data (Histogram)

Histogram pada Gambar 4.2 diketahui bahwa data variabel berdistribusi normal.

Hal ini ditunjukkan oleh distribusi data yang tidak menceng ke kiri atau menceng ke

Cara lain untuk menguji normalitas data dengan grafik yakni dengan melihat

penyebaran data (titik) pada garis diagonal dari grafik normalitas (Normal P-P Plot). Jika data menyebar di sekitar garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa data

berdistiribusi normal. Namun, jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak

mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa data tidak berdistribusi

normal.

Sumber: Hasil penelitian, 2014 (data diolah)

Gambar 4.3 Hasil Uji Normalitas(Normal P-P Plot)

Grafik normal probability plot pada Gambar 4.3 dapat diketahui bahwa titik-titik mengikuti data disepanjang garis diagonal. Hal ini berarti data berdistribusi normal.

Untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal tersebut berdistribusi

normal atau tidak, maka dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov (1 sample K-S) yang hasilnya tampak pada Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas (Uji Kolmogorov-Smirnov) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation .06322159

Most Extreme Differences Absolute .084

Positive .084

Negative -.084

Kolmogorov-Smirnov Z .955

Asymp. Sig. (2-tailed) .322

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Hasil penelitian, 2014 (data diolah)

Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov (1 sample K-S) pada Tabel 4.2 menunjukkan besarnya nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,322 berada di atas

nilai signifikan 0,05 dan nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,955 lebih kecil dari 1,97. Hal ini berarti data terdistribusi normal, sehingga dari uji ini menunjukkan

bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

4.2.2.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel independen satu dengan yang lainnya. Uji

ini dilakukan dengan melihat collinearity statisticsdan koefisien korelasi antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dapat

dilakukan dengan melihat nilai tolerance variable dan Variance Inflation Factor (VIF). Dengan ketentuan jika VIF < 5 atau tolerance > 0,1 maka tidak terjadi multikolinieritas. Hasil pengujian statistik multikolinieritas tampak pada Tabel 4.3

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinieritas

Model Collinearity Statistics Tolerance VIF LN_DPK .647 1.545 CAR .785 1.274 NPL .928 1.078 LDR .656 1.524 ROA .783 1.276

a. Dependent Variable: LN_KREDIT

Sumber: Hasil penelitian, 2014 (data diolah)

Berdasarkan dari hasil perhitungan nilai VIF, tidak satupun variabel independen

yang memiliki lebih dari 5, karena nilai VIF tertinggi sebesar 1,545 dan nilai tolerance

seluruh variabel independen menunjukkan hasil lebih dari 0,1. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa pada model regresi tidak terjadi gejala multikolinieritas antar

variabel independen.

4.2.2.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu

pada periode sebelumnya. Dalam penelitian ini digunakan uji Durbin-Watson untuk menguji ada tidaknya masalah autokorelasi. Hasil uji autokorelasi tampak pada Tabel

4.4 berikut ini.

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .998 .996 .995 .06448 2.005

a. Predictors: (Constant), ROA, NPL, CAR, LDR, LN_DPK b. Dependent Variable: LN_KREDIT

Sumber: Hasil penelitian, 2014 (data diolah)

Hasil uji autokorelasi pada Tabel 4.4menunjukkan nilai statistik Durbin Watson

(DW) sebesar 2,005. Nilai tersebut akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan

menggunakan signifikansi (α ) = 5%, jumlah sampel (n) = 130, dan jumlah variabel independen (k) = 5, maka berdasarkan tabel Durbin Watson diperoleh nilai batas atas (du) sebesar 1,792. Dengan ketentuan kriteria du < d < 4 –du, maka hasil pengujian

diperoleh 1,792 < 2,005 < 2,208. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

autokorelasi positif atau negatif pada model regresi penelitian ini.

4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain

tetap, maka terjadi homokedastisitas dan jika berbeda maka disebut heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara untuk melihat

apakah heteroskedastisitas atau tidak, dapat dilakukan melalui pendekatan grafik.

Pendekatan grafik, titik-titik pada data harus tidak mencerminkan suatu pola

tertentu atau dapatdikatakan acak. Gambar grafikscatter plot untuk menguji heteroskedastisitas tampak pada Gambar 4.4 berikut ini.

Sumber: Hasil penelitian, 2014 (data diolah)

Gambar 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Grafik Scatterplot)

Grafik scatter plot pada Gambar 4.4, dapat diketahui bahwa penyebaran titik-titik secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta tersebar baik

di atas maupun di bawah angka nol (0) pada sumbu Y. Dengan demikian dapat

disimpulkan tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model regresi dalam

penelitian ini.

Dokumen terkait