• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Opini Publik

Opini berasal dari kata Latin, yaitu opinari yang memiliki arti menduga atau berpikir. Opini muncul sebagai bagian dari hasil pembicaraan tentang fenomena yang kontroversial, yang akan menimbulkan pendapat yang berbeda-beda. Sedangkan fakta yang ada berhubungan dengan kenyataan yang diterima secara umum, karena opini merupakan ekspresi dari sikap, maka sikap dapat dipahami sebagai attitude. Suatu sikap menurut Cultip dan Center (dalam Sastropoetro, 1990: 41) adalah kecenderungan dalam memberikan respon

terhadap sebuah masalah atau situasi tertentu. Opini dapat pula dinyatakan melalui perilaku, bahasa tubuh, raut wajah, dan simbol-simbol tertulis.

Publik ialah kesatuan banyak yang bukan berdasarkan interaksi perseorangan, tetapi atas dasar reaksi terhadap stimuli yang sama. Publik melakukan interaksi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi, pembicaraan pribadi yang berantai, desas-desus, surat kabar, radio, televisi, dan film. Alat-alat penghubung ini memungkinkan publik mempunyai pengikut yang lebih luas dan lebih besar jumlahnya (Olii, 201: 21). Ada beberapa karakter yang menyatakan bahwa suatu kelompok disebut publik, yaitu :

1. Satu kelompok yang tidak merupakan kesatuan (kelompok tidak teratur).

2. Interaksi terjadi secara tidak langsung, biasanya melalui media massa.

3. Perilaku publik didasarkan pada perilaku individu.

4. Tidak saling mengenal satu sama lain (anonim) dan terdiri dari berbagai lapisan masyarakat (heterogen).

5. Mempunyai minat yang sama terhadap satu masalah.

6. Minat yang sama belum tentu mempunyai opini yang sama terhadap suatu masalah.

7. Berusaha untuk mengetahui masalah tersebut.

8. Adanya diskusi sosial, karena itu publik ada kecenderungan untuk berpikir secara rasional.

Menurut Walter Lippmann secara spesifik menggambarkan opini publik sebagai Opini Umum dengan huruf besar yaitu gambar-gambar yang digerakkan oleh sekelompok orang atau oleh pribadi yang bertindak atas nama kelompok. Di mana gambaran-gambaran dunia di luar diri kita itu berhubungan dengan tingkah laku sesama, sejauh tingkah laku mereka itu menyangkut diri kita, tergantung pada kita, atau menarik perhatian kita, disebut sebagai urusan masyarakat umum (Lippmann, 1998: 26).

Opini publik, sebagaimana yang disimpulkan oleh Arifin (2003: 17) adalah sebagai berikut:

1. Opini Publik adalah pendapat, sikap, perasaan, ramalan, pendirian, dan harapan rata-rata individu kelompok dalam masyarakat, tentang sesuatu hal yang berhubungan dengan kepentingan umum atau persoalan-persoalan sosial.

2. Opini publik adalah hasil interaksi, diskusi atau penilaian sosial antar individu tersebut yang berdasarkan pertukaran-pertukaran pikiran yang sadar

3. Isu atau masalah yang didiskusikan adalah hasil dari apa yang disajikan oleh media massa (baik media cetak atau media elektronik).

4. Opini publik hanya dapat berkembang pada negara-negara yang menganut paham demokrasi. Dalam negara tersebut akan memberikan kebebasan kepada warganya untuk menyatakan pendapat dan sikapnya, baik lisan maupun tulisan.

Dalam proses pembentukannya, opini ditandai dengan adanya respon aktif setelah dari masyarakat setelah munculnya fenomena. Respon sendiri dapat terdiri atas tiga komponen yakni keyakinan, nilai-nilai, dan ekspektasi perorangan (Nasution, 1990: 91). Komponen ini akan mempengaruhi bagaimana pandangan atau opini yang tercipta di masyarakat.

2.1.1.1 Unsur- Unsur Opini Publik

Menurut R.P. Abelson (dalam Pudjiastuti, 2016: 83) memahami opini seseorang bukanlah hal yang mudah, karena mempunyai kaitan erat dengan unsur-unsur yang terdapat di opini publik. Adapun unsur-unsur-unsur-unsur dari opini publik yaitu:

1. Belief (kepercayaan tentang sesuatu), kepercayaan terhadap sesuatu hal.

Misalnya masyarakat akan percaya terhadap berita yang disampaikan oleh media massa.

2. Attitude (apa yang sebenarnya dirasakan seseorang), apa yang sebenarnya dirasakan oleh seseorang. Misalnya masyarakat bersikap ingin tahu atau sebaliknya terhadap berita ataupun informasi yang sampaikan oleh media massa.

3. Perception (persepsi), bila attitude dimaksudkan sebagai apa yang dirasakan oleh seorang individu, opinion lebih dimaksudkan sebagai apa yang dinyatakan oleh seseorang melalui pernyataan. Pendirian atau attitude sering disebut sebagai sikap, merupakan opini yang tersembunyi didalam batin seseorang (latent opinion). Pendirian yang diungkapkan, dalam bentuk apapun (bahasa tubuh, simbol, raut muka, ekspresi, warna, pakaian yang dikenakan, dan sebagainya) disebut opini.

2.1.1.2 Karakteristik Opini Publik

Opini publik memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik adalah kualitas tertentu dari seseorang atau sesuatu. Menurut Nimmo (2010: 29), karakteristik opini publik dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Mempunyai isi. Opini adalah tentang sesuatu. Publikasi atas konflik yang berpotensi menjadi isu merupakan isi dari sebuah opini. Dengan kata lain, opini adalah respon aktif yang bermuatan isu atau kabar angin atau apapun itu tentang suatu masalah.

b. Opini publik mempunyai arah. Sejak proses pembentukan opini publik dimulai, opini publik secara alami akan mengarah (diarahkan atau tidak) pada sebuah keputusan final atas opini publik tersebut, seperti percaya tidak percaya tentang sosok pemimpin dalam pemilukada, mendukung menentang diterapkannya UU Pornografi, dsb.

c. Intensitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan keadaan tentang tingkatan atau ukuran. Dalam ranah opini publik, intensitas dapat diartikan sebagai ukuran ketajaman terhadap isu seperti kuat, sedang atau lemah. Semakin kuat isu maka opini publik yang terbentuk akan semakin mengerucut pada sebuah keputusan atas isu tersebut.

d. Konflik dan kontroversi selalu menandai munculnya opini publik. Seperti yang dipaparkan dalam proses pembentukan opini publik, segala bentuk isu (perselisihan, permasalahan, pertentangan) yang terpublikasikan dan sifatnya kontroversial adalah permulaan dari pembentukan opini publik.

e. Volume, penyebaran opini ada berdasarkan kenyataan bahwa kontroversi itu menyentuh semua orang yang merasakan konsekuensi langsung dan tak langsung.

f. Persistensi, kepastian atau ketetapan tentang masa berlangsungnya isu karena disamping itu opini pun perlu diperhitungkan. Opini publik sebagai proses yang terus berlangsung, pernyataan tentang bagaimana opini publik tentang suatu masalah harus selalu spesifik bagi waktu dan tempat tertentu.

Biasanya opini publik bersifat tetap.

g. Kekhasan, isu yang khas memunculkan opini publik.

Selain karakteristik, opini publik juga memiliki ciri-ciri. Nimmo (2010:

25) berpendapat opini publik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Terdapat isi, arah, dan intensitas mengenai opini publik. Ciri-cirinya menyangkut opini publik tentang tokoh politik (biasanya pemerintahan dan kandidat pejabat, tetapi juga jenis lain pemimpin politik, terutama pemimpin simbolik menjadi subjek opini publik) partai peristiwa, dan segala jenis isu. Kontroversi menandai adanya opini publik artinya sesuatu yang tidak dipercayai oleh rakyat.

2. Opini publik mempunyai volume berdasarkan kenyataan bahwa kontroversi itu menyentuh semua orang yang merasakan konsekuensi langsung dan tidak langsung meskipun mereka bukan pihak pada pertikaian semula.

3. Opini publik itu relatif tetap. Kita tidak dapat mengatakannya beberapa lama tetapi opini publik yang menghasilkan kontroversi sering bertahan agak lama.Penyebaran opini minoritas dan mayoritas sering berubah seperti pandangan individual, tetapi opini publik bertahan. Akan tetapi meskipun opini publik itu sebagai proses yang terus berlangsung pernyataan mengenai opini publik tentang suatu masalah harus spesifik bagi waktu dan tempat tertentu.

2.1.1.3 Faktor Pembentuk Opini Publik

Terdapat beberapa faktor dalam pembentukan suatu opini publik, faktor tersebut akan mempengaruhi dalam proses pembentukan opini seseorang dalam memandang isu atau permasalahan. Faktor pembetuk opini publik dapat berasal dari dalam diri pribadi (internal) maupun dari luar (eksternal) melalui lingkungan maupun media. Faktor-faktor yang dapat membentuk pendapat umum menurut D.W. Rajeki (dalam Ruslan, 1999) mempunyai tiga komponen yang dikenal dengan istilah ABC of Attitude, yang penjelasannya sebagai berikut:

a. Komponen A: Affect (perasaan atau emosi). Komponen ini berkaitan dengan rasa senang, suka, sayang, takut, benci dan lain sebagainya. Kemudian komponen afektif tersebut merupakan evaluasi berdasarkan perasaan seseorang yang secara emotif (aspek emosional) untuk menghasilkan penilaian yaitu baik atau buruk.

b. Komponen B: Behaviour (tingkah laku). Komponen ini lebih menampilkan tingkah laku atau perilaku seseorang, misalnya bereaksi untuk memukul, menghancurkan, menerima, menolak dan sebagainya. Jadi merupakan onen untuk menggerakkan seseorang secara aktif untuk melakukan tindakan atau berprilaku atas suatu reaksi yang sedang dialaminya.

c. Komponen C: Cognition (pengertian atau nalar). Komponen kognisi berkaitan dengan penalaran seseorang untuk menilai suatu informasi, pesan, fakta dan pengertian yang berkaitan dengan pendiriannya. Komponen ini menghasilkan penilaian atau pengertian dari seseorang berdasarkan penilaian atau rasio atau kemampuan nalarnya. Artinya kognitif tersebut merupakan aspek kemampuan intelektualitas seseorang yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan.

2.1.1.4 Fungsi Opini Publik

Dalam perkembangan opini publik selalu dikaitkan dengan politik, terlebih dalam konteks negara demokrasi baik dari sisi politik maupun gaya hidup selalu berhubungan dengan opini publik. Opini publik mempunyai fungsi dalam kehidupan sosial dan individu. Ithiel de Sola (dalam Arifin, 2010: 22) menyebutkan bahwa opini publik memiliki tiga fungsi bagi seseorang, yaitu (1)

the cognitive function, (2) the identification function, dan (3) the resolving of the internal function.

1. The cognitive function, berarti opini publik berfungsi memberikan pengertian, sehingga dengan adanya pengertian itu seseorang dapat objektif menanggapi persoalan atau masalah yang merebak dalam masyarakat.

2. The identification function, yakni opini publik berfungsi memperkenalkan pendapat–pendapat yang merupakan kesepakatan kelompok kepada individu –individu anggotanya.

3. The resolving of the internal function, yaitu opini publik berfungsi untuk memecahkan persoalan internal suatu kelompok antara lain dengan melakukan pembagian tugas antar sesama anggota kelompok.

Dokumen terkait