• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Pugun Tanoh

Salah satu tumbuhan yang berkhasiat obat adalah pugun tanoh. Studi in

membunuh cacing pasrasit penyebab infeksi (Padal, et al., 2014; Ranjani, et al., 2013).

2.6.1 Nama daerah

Nama daerah dari tumbuhan ini adalah empedu taneh (Karo), pugun tanoh, pugun tana, pagon tanoh (Dairi), tamah raheut (Sunda), kukurang (Maluku) dan papaita (Ternate) (Prohati, 2015).

2.6.2 Nama asing

Nama asing dari tumbuhan ini adalah beremi, gelumak susu, empedu tanah, rumput kerak nasi (Malaysia), sagai-uak (Filipina), ku xuan shen, kum ta tjao (Cina), longritong (india) (Quattrocchi, 2012), kong saden (Laos) dan thanh (Vietnam) (Globinmed, 2015).

2.6.3 Sinonim

Curanga amara, Curanga amara Juss. dan Picria fel-terrae (Lansdown,

R.V., 2011)

2.6.4 Sistematika dan morfologi tumbuhan

Menurut Lansdown, R.V. (2011) Sistematika tumbuhan pugun tanoh adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Scrophulariales Famili : Scrophulariaceae Genus : Curanga

Pugun tanoh merupakan tanaman berbatang basah dan berbaring (Agung dan Tinton, 2008). Pugun tanoh tumbuh merambat. Tumbuhan pugun tanoh memiliki tinggi 40 sampai 60 cm. Batangnya dengan cabang-cabang yang ramping, jarang, tegak atau melata, berakar dibuku-buku dan berbulu halus (Prohati, 2015). Tangkai daun tumbuh berhadapan, permukaan tidak berbulu, rata dan tipis. Tandan bunga bewarna merah (Agung dan Tinton, 2008), bunga berupa tandan di ujung atau di batang, jumlah bunga 2-16, mahkota bunga bentuk tabung dan berbibir rangkap. Daunnya berbulu halus, berbentuk bundar telur dengan panjang 3-6 cm dan lebar 2-3 cm, ujung daun agak melancip dan tepi daun beringgit (Prohati, 2015).

2.6.5 Habitat tumbuhan

Pugun Tanoh terdapat di lereng hutan atau pinggiran hutan (Prohati, 2015), ladang, daerah lembab dan daerah dataran rendah (Lansdown, R.V., 2011). 2.6.6 Khasiat tumbuhan

Masyarakat menggunakan pugun tanoh sebagai obat cacing, obat sakit perut, serta mengatasi kudis, memar, bengkak, batuk rejan dan sesak napas (Agung dan Tinton, 2008). Tanaman ini digunakan sebagai obat cacing untuk anak-anak, mengobati kolik dan malaria di Maluku dan Filipina, di Indonesia, daun dapat menyembuhkan gatal-gatal dan penyakit kulit lainnya (Prohati, 2015). Pugun tanoh digunakan sebagai obat malaria, diuretik, demam dan gangguan pada kulit (Perry, 1980). Pugun tanoh digunakan untuk pengobatan demam, infeksi herpes, kanker dan inflamasi di Cina Selatan (Zhong, et al., 1979). Daun pugun tanoh di Sumatera Utara umumnya digunakan sebagai obat untuk diabetes mellitus (Harfina, et al., 2012; Sitorus, et al., 2014). Pugun tanoh memiliki aktivitas sebagai antidiuretik (Lewis, 2003), sebagai obat panas (Data, 2003), antidiabetik

(Harahap, dkk., 2013), obat luka bakar ( Fithra, 2013), antiasma (Ramadhani, 2014) dan antiinflamasi (Juwita, 2009).

2.6.7 Kandungan kimia

Pugun tanoh mengandung curangin dan zat pahit (Agung dan Tinton, 2008), flavonoid (Huang, et al., 1999), saponin (Fang, et al., 2009), tanin, glikosida (Jie, et al., 2005; Zou, et al., 2005; Zou, et al., 2004; Huang, et al., 1998) serta steroid/terpenoid (Wang, et al., 2006).

2.7 Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan alam yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan atas simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia pelikan adalah simplisia yang berupa bahan pelikan yang belum diolah dengan cara sederhana atau belum berupa zat kimia murni (Depkes RI., 2000).

Simplisia sebagai produk hasil petanian atau pengumpulan dari tumbuhan liar memiliki kandungan kimia yang tidak terjamin selalu konstan karena adanya variabel bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi (umur dan cara) panen, serta proses pasca panen dan preparasi akhir. Variasi kandungan senyawa dalam produk hasil

panen tumbuhan obat disebabkan oleh beberapa aspek sebagai berikut (Depkes RI., 2000):

a. Genetik (bibit)

b. Lingkungan (tempat tumbuh, iklim)

c. Rekayasa agronomi (fertilizer, perlakuan selama masa tumbuh) d. Panen (waktu dan pasca panen)

Proses pemanenan dan preparasi simplisia merupakan proses yang dapat menentukan mutu simplisia dalam artian, yaitu komposisi senyawa kandungan kontaminasi dan stabilitas bahan (Depkes RI., 2000).

2.8 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Depkes RI., 2000). Hasil dari ekstraksi disebut dengan ekstrak yaitu sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI., 2000).

Faktor yang mempengaruhi kualitas dari ekstrak yaitu faktor biologi dan faktor kimia. Faktor biologi meliputi: spesies tumbuhan, lokasi tumbuh, waktu pemanenan, penyimpanan bahan tumbuhan, umur tumbuhan dan bagian yang digunakan. Faktor kimia yaitu: faktor internal (jenis senyawa aktif, komposisi kualitatif dan kuantitatif senyawa aktif, kadar total rata-rata senyawa aktif) dan faktor eksternal (metode ekstraksi, perbandingan ukuran alat ekstraksi, ukuran,

kekerasan dan kekeringan bahan, pelarut yang digunakan dalam ekstraksi, kandungan logam berat dan kandungan pestisida) (Depkes RI., 2000).

Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibagi menjadi dua cara, yaitu cara panas dan cara dingin (Depkes RI., 2000).

2.8.1 Ekstraksi cara dingin

a. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada temperatur ruangan.

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.

2.8.2 Ekstraksi cara panas a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

b. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

c. Infundasi

Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98oC) selama waktu tertentu (15-20 menit).

d. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar (40-50oC).

e. Dekoktasi

Dekoktasi adalah infus pada waktu yang lebih lama (30 menit) dan temperatur sampai titik didih air.

Dokumen terkait