• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.7 Puisi

Suyuti (2002) dalam Rahmawati (2015: 19) menyatakan bahwa puisi adalah pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek-aspek bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan aspek imajinatif. Wahyuni (2014: 12)

mengartikan puisi sebagai salah satu bentuk karya sastra yang diwujudkan dengan kata-kata indah dan bermakna dalam. Kosasih (2012: 97) menyatakan bahwa kata yang bermakna mendalam merupakan bentuk kekayaan makna yang terkandung dalam puisi. Hal ini disebabkan adanya pemadatan segala unsur bahasa. Bahasa yang digunakan dalam puisi berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Bahasa yang digunakan dalam puisi merupakan bahasa yang ringkas, namun bermakna. Kata-kata yang digunakan dalam puisi adalah kata-kata konotatif yang mengandung banyak penafsiran dan pengertian. Kata – kata yang digunakan pada puisi merupakan kata-kata yang indah.

Puisi terdiri dari beberapa unsur. Kosasih (2012: 97) mengelompokkan unsur puisi menjadi unsur fisik dan unsur batin. Unsur fisik puisi meliputi: (1) Diksi (pemilihan kata); (2) Pengimajinasian; (3) Kata konkret; (4) Bahasa figuratif (majas); (5) Rima; dan (6) Tata wajah (tipografi).

Pemilihan kata dalam menulis puisi memiliki kedudukan yang sangat penting. Kata-kata dalam puisi bersifat konotatif dan ada pula kata-kata yang berlambang. Kata berlambang yaitu kata di dalam puisi berupa lambang atau simbol yang menyatakan maksud tertentu (Kosasih 2012: 100). Kata konotasi adalah kata yang bermakna tidak sebenarnya karena kata tersebut telah mengalami penambahan-penambahan, baik berdasarkan pengalaman, kesan, imajinasi dan sebagainya. Pemaknaan kata konotasi seringkali berbeda satu orang dengan lainnya. Kosasih (2012: 99) menyatakan,

penyebab perbedaan pemaknaan kata konotasi antara satu orang dengan yang lain yaitu: (1) adanya perbedaan tingkat pemahaman

terhadap setiap kata yang ada dalam puisi tersebut, (2) intensitas pergaulan seseorang dengan puisi, (3) pengalaman pribadi, serta (4) penguasaan terhadap teori sastra.

Pengimajinasian adalah kata- kata yang dapat menimbulkan khayalan atau imajinasi (Rahmawati 2015: 19). Daya imajinasi membantu pembaca seolah-olah merasa, mendengar, atau melihat sesuatu yang diungkapkan penulis. Pengimajinasian dalam puisi membuat pembaca seolah-olah mendengar suara (imajinasi auditif), melihat benda-benda (imajinasi visual), serta meraba dan menyentuh benda-benda (imajinasi taktil). Kata konkret maksudnya kata yang diperjelas agar mudah membangkitkan imajinasi pembaca. Jika penulis mampu memperkonkret kata-kata maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan apa yang dilukiskan penulis.

Bahasa figuratif (majas) merupakan bahasa yang digunakan penulis puisi untuk mengatakan sesuatu dengan cara membandingkannya dengan benda atau kata lain. Majas ada banyak macamnya, seperti personifikasi, ironi, metafora, dan lain sebagainya. Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Dengan adanya rima, suatu puisi menjadi indah. Makna yang ditimbulkan pun menjadi lebih kuat. Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak berbentuk paragraf melainkan berbentuk bait.

Selain unsur-unsur fisik di atas, menurut Kosasih (2012: 105), ada empat unsur batin puisi yaitu: (1) Tema (sense); (2) Perasaan penyair (feeling); (3) Sikap penyair terhadap pembaca (tone); dan (4) Amanat. Tema (sense) merupakan gagasan pokok yang diungkapkan penyair dalam puisinya (Kosasih 2012: 105). Sebagai gagasan pokok, tema berperan sebagai landasan utama seorang penulis

dalam menulis puisinya. Untuk selanjutnya dibuat kerangka pengembangan puisi. Secara umum, tema-tema dalam puisi dikelompokkan menjadi tema ketuhanan, tema kemanusiaan, tema patriotisme (kebangsaan), tema kedaulatan rakyat, dan tema keadilan sosial.

Perasaan penyair (feeling) sebagai unsur puisi maksudnya adalah puisi merupakan karya sastra yang mewakili ekspresi perasaan penulis. Suasana hati dan pemikiran seorang penulis puisi ketika berkarya dapat terbaca dari hasil karyanya. Nada (tone) dan suasana merupakan sikap penulis puisi terhadap suatu hal. Seorang penulis puisi mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca. Apakah penulis ingin bersikap menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atau bersikap lugas saat menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap penulis puisi terhadap pembaca disebut nada puisi.

Amanat yang hendak disampaikan oleh penulis puisi dapat ditelaah setelah pembaca memahami tema, rasa, dan nada puisi. Amanat merupakan hal yang mendorong penulis untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat di balik kata- kata yang disusun, dan juga berada di balik tema yang diungkapkan.

Pada dasarnya, puisi memiliki ciri-ciri yang berbeda menurut perkembangan zamannya. Akan tetapi, ada kesamaan yang dapat dikategorikan sebagai ciri-ciri umum puisi. Wahyuni menyatakan bahwa,

Ciri-ciri puisi yakni sebagai berikut: (1) Menggunakan bahasa yang konsentrif dan indah; (2) Menggunakan dua macam bahasa, yakni bahasa denotasi (bahasa yang bersifat sebenarnya) dan konotasi (bahasa yang bersifat bukan sebenarnya atau yang berarti kiasan); (3) Memiliki rima yang dapat memberikan efek musikalisasi sehingga mudah diingat dan dihafal; (4) Menggunakan diksi (pilihan kata) yang tepat; serta (5) Setiap bait dapat menyentuh perasaan atau membangkitkan rasa emosional dalam bentuk kegembiraan/kebahagiaan, kepuasan, kesedihan, penyesalan, dan sebagainya.

Setiap penulis puisi memiliki cara yang berbeda dalam mengungkapkan perasaanya. Perbedaan cara penyampaian ini menyebabkan jenis puisi yang ada tidak hanya sejenis. Berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi yang hendak disampaikan, puisi terbagi ke dalam jenis puisi naratif, puisi lirik, puisi deskriptif, dan puisi kontemporer (Kosasih 2012: 109).

Puisi naratif mengungkapkan cerita atau penjelasan penulis tentang suatu hal. Puisi naratif terbagi menjadi dua macam, yaitu balada dan romansa. Balada adalah puisi yang berisi cerita tentang orang-orang perkasa ataupun tokoh pujaan. Contohnya adalah “Balada Orang-orang Tercinta” dan “Blues untuk Bonnie” karya W.S. Rendra. Romansa adalah puisi naratif tentang kisah percintaan berbahasa romantis namun diselingi perkelahian dan petualangan.

Puisi lirik terbagi ke dalam beberapa macam, seperti elegi, ode, dan serenada. Elegi adalah puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Serenada adalah sajak percintaan yang dapat dinyanyikan. Ode adalah puisi yang berisi pujaan terhadap seseorang, suatu hal, atau keadaan.

Penulis puisi deskriptif, mengungkapkan kesan terhadap peristiwa, benda, atau suasana yang menarik perhatiannya. Puisi yang termasuk jenis deskriptif yaitu satire, puisi yang bersifat kritik sosial, dan puisi-puisi impresionistik. Satire adalah puisi yang mengungkapkan perasaan tidak puas penulis terhadap suatu keadaan, namun diutarakan dengan cara menyindir atau menyatakan keadaan sebaliknya. Puisi kritik sosial adalah puisi yang juga menyatakan ketidaksenangan penyair terhadap keadaan atau seseorang, namun diungkapkan dengan membeberkan kejelekan dari keadaan atau seseorang itu secara langsung. Penulis tidak lagi menggunakan sindiran seperti satire.

Puisi kontemporer yaitu puisi yang menonjolkan bentuk grafis dan kekuatan bunyi daripada makna. Namun demikian, bentuk grafis puisi akan membentuk makna sendiri sehingga pembaca dapat mengerti makna puisi. Puisi kontemporer belum diperkenalkan pada pembelajaran puisi di sekolah dasar.

Puisi yang diajarkan di SD merupakan puisi anak. Huck (1987) dalam Cahyani (2009: 292) menyebutkan bahwa ada tujuh jenis puisi anak yaitu: (1) Balada; (2) Puisi naratif; (3) Liris (lyrican); (4) Limerik; (5) Puisi bebas; (6) Haiku; dan (7) Puisi konkret. Balada merupakan puisi naratif yang telah diadaptasi untuk dinyanyikan. Puisi naratif merupakan puisi yang bercerita tentang suatu kejadian. Liris merupakan puisi yang bersifat deskriptif tanpa ditetapkan panjang dan strukturnya, namun memiliki unsur melodi.

Lumerik merupakan puisi lima baris. Baris pertama dan kedua berima, baris ketiga dan keempat bersifat persetujuan, serta baris kelima berisi pengakhiran. Puisi bebas merupakan puisi yang tidak memiliki rima. Haiku merupakan puisi yang terdiri dari tujuh belas suku kata. Baris pertama dan ketiga berisi lima suku kata dan baris kedua terdiri dari tujuh suku kata. Puisi konkret yaitu puisi yang mengutamakan bentuk grafis atau tata wajah yang disusun menyerupai sebuah gambar.

Jenis puisi yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah puisi bebas. Menulis puisi bebas merupakan kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V semester 2 materi menulis puisi.

Dokumen terkait