Bab 5 Macam Dan Teknik Pemberian Pupuk
5.1.2 Macam Pupuk Organik
Pupuk organik dapat digolongkan menjadi beberapa macam seperti pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, kascing dan pupuk organik cair.
1. Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran padat dan cair dari ternak, yang bercampur dengan sisa makanannya serta alas kandang. Bahan-bahan tersebut hanya akan berguna menjadi pupuk
yang baik bila terpelihara dan dikelola dengan baik, terhindar dari pencucian dan pencemaran bibit hama penyakit. Kotoran ternak terdiri dari komponen padat dan cair dengan perbandingan kurang lebih tiga berbanding satu.
Kandungan unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang bervariasi oleh berbagai faktor berikut:
a. Macam atau jenis hewan b. Umur dan keadaan hewan
c. Makanan serta sistem pemeliharaannya d. Bahan campuran alas kandang
e. Cara pengendalian bahan seperti penyimpanan sebelum dipakai.
Secara umum pupuk kandang mengandung kurang lebih 0,5 % N, 0,25 % P2O5 dan 0,5 % K2O dan pupuk kandang yang terbaik adalah sebagai berikut: kotoran manusia, ayam, babi, kambing, domba, sapi dan kuda.
Tabel 5.1: Jenis dan kandungan zat hara pada beberapa kotoran ternak padat dan cair (Lingga, 1991).
Domba – cair 1.35 0.05 2.10 85
Babi – padat 0.95 0.35 0.40 80
Babi – cair 0.40 0.10 0.45 87
Ayam – padat dan Cair
1.00 0.80 0.40 55
Bila makanan hewan ternak mengandung banyak protein, seperti pada ayam ras, maka pupuk akan menjadi lebih baik. Babi kurang menghasilkan pupuk karena makanannya biasanya mudah dicernakan dan banyak mengandung air.
Pupuk kotoran sapi, dan babi tergolong pupuk dingin karena pelapukan oleh mikroorganisme berlangsung perlahan-lahan sehingga kurang menghasilkan panas atau menaikkan suhu. Sebaliknya pupuk kotoran kuda dan biri-biri tergolong pupuk panas karena pelapukan oleh mikroorganisme berlangsung cepat dan banyak terbentuk panas.
Pupuk dingin sesuai untuk dipakai pada tanah yang ringan dapat terjadi perombakan yang intensif oleh bakteri, dan pupuk yang panas dan cepat terurai sesuai untuk dipakai pada tanah berat atau padat. Pupuk kandang yang baru diangkat dari kandangnya biasanya masih mempunyai suhu yang tinggi, oleh sebab itu tidak boleh langsung dibenamkan kedalam tanah perakaran tanaman.
2. Pupuk Hijau
Tanaman pupuk hijau adalah tanaman yang mempunyai peranan dapat menyuburkan tanah karena sifat-sifat pertumbuhannya serta kuantitas dan kualitas bahan organik yang dihasilkan. Seperti halnya dengan pupuk kandang, pupuk hijau yang baik memiliki kemampuan untuk menyuburkan tanah baik fisik, kimia maupun biologi, bahkan kadang-kadang pula mempunyai peranan sebagai penghasil kayu bakar, makanan ternak, penahan erosi dan fungsi ekonomi yang lain. Sesuai dengan peranan tersebut maka pupuk hijau yang baik pada umumnya dikehendaki agar mempunyai beberapa atau semua sifat dan kemampuan berikut:
a. Mudah diperbanyak secara generatif atau vegetatif
b. Dapat menutup tanah relatif sempurna dalam waktu yang relatif singkat guna penahan erosi
c. Menghasilkan banyak bahan organik dan serasah dari pelapukan akar, batang, daun dan sebagainya guna memperbaiki kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah.
d. Dapat mengikat N bebas dari udara
e. Mempunyai sistem dan kemampuan akar untuk tumbuh kuat, agar dapat menyerap hara dan air dari lapisan tanah yang lebih dalam supaya mampu meningkatkan kesuburan tanah di lapisan atas, tanpa banyak menyaingi tanaman yang lain.
f. Mempunyai manfaat agronomi dan ekonomi yang lain
g. Mempunyai daya adaptasi baik terhadap keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan (Rachman et al., 2006).
Tanaman pupuk hijau yang mempunyai sifat dan kemampuan tersebut umumnya termasuk jenis kacang-kacangan atau leguminose.
Berdasarkan sifatnya dapat digolongkan menjadi tanaman pupuk hijau yang tumbuh merambat atau menjalar pada permukaan tanah yang biasanya digunakan sebagai penutup tanah, tumbuh sebagai tanaman perdu dan tumbuh berbentuk pohon. Beberapa jenis yang merambat sebagai penutup tanah dapat disebutkan Centrosema, cubensens, C.
Plumieri, Calopogonium mucumoides, C. Caeuleum, Pueraria mucunuides, P. thumbergiana, Psophocartus palustris. Beberapa tanaman pupuk hijau yang tumbuh dalam bentuk perdu dapat disebutkan Crotalaria usaramoensis, C. anagyroides, Tephrosia candida, dan beberapa tanaman pupuk hijau dalam bentuk pohon dapat disebutkan Leucaena leucocephala (Lamtoro gung), Erythrina abyssinica, dan Albizia stipulate.
3. Kompos
Kompos adalah pupuk organik yang berasal dari sisa bahan organik apa saja seperti sisa tanaman, sampah dapur, sampah pasar, sampah kota, sisa makanan ternak campur kotorannya, dan lain-lain yang ditumpuk agar mengalami pelapukan sehingga dapat digunakan sebagai pupuk. Bila proses terjadi secara baik bahan organik tersebut
dapat dijadikan kompos yang banyak gunanya sebagai pupuk organik.
Seperti halnya dengan pupuk organik yang lain, kecuali dipengaruhi oleh proses pembuatannya, kualitas kompos sebagai pupuk organik akan dipengaruhi oleh bahan asalnya (Haryanta et al., 2019).
Bahan dasar pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman umumnya sedikit mengandung bahan berbahaya. Namun penggunaan limbah industri dan limbah kota sebagai bahan dasar kompos/pupuk organik cukup mengkhawatirkan karena banyak mengandung bahan berbahaya seperti misalnya logam berat dan asam-asam organik yang dapat mencemari lingkungan. Selama proses pengomposan, beberapa bahan berbahaya ini justru terkonsentrasi dalam produk akhir pupuk. Untuk itu diperlukan seleksi bahan dasar kompos yang mengandung bahan-bahan berbahaya dan beracun (B3). Bahan/pupuk organik dapat berperan sebagai “pengikat” butiran primer menjadi butiran sekunder tanah dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini besar pengaruhnya pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu tanah (Dewilda & Darfyolanda, 2017).
4. Kascing
Kascing merupakan kotoran atau feses cacing tanah yang mengandung unsur hara lengkap baik unsur hara makro maupun mikro yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Unsur kimia tersebut diserap tanaman dan sangat berguna bagi pertumbuhan dan produksinya. Kascing juga mengandung banyak mikroba dan hormon perangsang pertumbuhan tanaman seperti giberilin 2,75 %, sitokinin 1,05 % dan auksin 3,08%.
Jumlah mikroba yang banyak dan tinggi aktivitasnya bisa mempercepat mineralisasi atau pelepasan unsur-unsur hara dari kotoran cacing menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman.
Penggunaan pupuk organik mempunyai kelemahan di antaranya adalah kandungan hara rendah dan ketersediaan unsur haranya lambat, sehingga dengan demikian pemilihan pupuk organik yang tepat seperti pupuk organik kascing diharapkan dapat mengatasi kelemahan pupuk organik yang ada. Pemberian pupuk organik kascing diharapkan dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik.
Cacing tanah dengan bantuan enzim yang terdapat dalam pencernaannya berperan mengubah nutrisi yang tidak larut menjadi bentuk terlarut yang dibutuhkan tanaman. Nutrisi tersebut terdapat di dalam vermikompos, sehingga dapat diserap oleh akar tanaman untuk dibawa ke seluruh bagian tanaman. Vermikompos mengandung hormon tumbuh tanaman yang dapat memacu pertumbuhan akar tanaman di dalam tanah, memacu pertunasan ranting baru pada batang dan cabang pohon, serta memacu pertumbuhan daun. Vermikompos juga dapat mencegah kehilangan tanah akibat aliran permukaan. Pada proses pembentukan kascing, yakni saat tanah masuk ke dalam saluran pencernaan cacing, maka cacing akan mensekresikan juga suatu senyawa yaitu Ca humat. Dengan adanya senyawa tersebut partikel-partikel tanah diikat menjadi suatu kesatuan (agregat) yang akan dieksresikan dalam bentuk kascing. Agregat itulah yang mempunyai kemampuan untuk mengikat air dan unsur hara tanah (Dhani et al., 2014).
5. Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair adalah larutan hasil dari pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Pada umumnya pupuk cair organik tidak merusak tanah dan tanaman meskipun digunakan sesering mungkin. Selain itu, pupuk cair juga dapat dimanfaatkan sebagai aktivator untuk membuat kompos. Pupuk organik cair dapat dibuat dari beberapa jenis sampah organik yaitu sampah sayur baru, sisa sayuran basi, sisa nasi, sisa ikan, ayam, kulit telur, sampah buah seperti anggur, kulit jeruk, apel dan lain-lain.
Bahan organik basah seperti sisa buah dan sayuran merupakan bahan baku pupuk cair yang sangat bagus karena selain mudah terdekomposisi, bahan ini juga kaya akan hara yang dibutuhkan tanaman. Semakin tinggi kandungan selulosa dari bahan organik, maka proses penguraian akan semakin lama.
Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar dipasaran. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P,
K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik), disamping juga dilengkapi kandungan hormon yaitu IAA termasuk golongan auksin, Zeatin, kinetin termasuk golongan sitokinin, dan GA3 termasuk golongan gibberellin. Hal ini sering dikenal dengan pupuk organik cair
“plus” (Purwanti et al., 2018).
Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat di antaranya dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, merangsang pertumbuhan cabang produksi, meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, mengurangi gugurnya dan, bunga, dan bakal buah. Pada pembuatan pupuk organik cair, perlu diperhatikan persyaratan atau standar kadar bahan kimia serta pH yang terkandung di dalam pupuk organik tersebut. Berikut adalah persyaratan teknis minimal pupuk organik yang ditetapkan oleh Departemen Pertanian Republik Indonesia.
Tabel 5.2: Standar Kualitas Mutu Pupuk Organik Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.28/Permentan/OT.140/2/2009 (Endah et al., 2015).
Parameter Standard
Total N < 2 %
C-Organik > 4 %
Ratio C/N 15 -25%
P2O5 < 2 %
K2O < 2 %
pH 4 - 8
Hormon dibentuk dalam jumlah yang sedikit pada satu tempat dari tanaman dan ditranslokasikan ke tempat lain di mana akan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hormon alami dan bahan lain yang merupakan proses kimiawi yang secara esensial memengaruhi banyak pola perkembangan tanaman. Hormon tanaman adalah substansi alami (dibentuk oleh tanaman itu sendiri) yang beraksi mengatur aktivitas tanaman. Hormon tanaman yang disintesis secara kimiawi juga dapat memberikan reaksi pada tanaman sama dengan yang disebabkan oleh hormon alami. Ada lima golongan hormon tanaman alami: auksin, giberelin, sitokinin, etilen, dan asam absisat. Penemuan dan penelitian selanjutnya dari hormon tersebut merupakan bagian yang paling menarik dan memberi harapan dalam perkembangan fisiologi tanaman.
Teknologi Nano yang dikembangkan pada proses pembuatan pupuk organik cair tersebut juga merupakan implementasi dari konsep pertanian ekologis dengan mempertimbangkan efisiensi biaya produksi. Penerapan teknologi nano dalam proses produksi pupuk adalah menciptakan suatu “unsur hara” yang memiliki karakteristik unik yang tersusun atas partikel yang sangat kecil (nano).
Dalam kinerjanya teknologi nano tidak hanya berperan pada proses penyerapan hara oleh tanaman namun juga bekerja pada tanah yaitu memecah agregat tanah menjadi molekul atom yang sangat kecil. Penggunaan pupuk organik cair “plus”
secara keseluruhan merupakan pupuk organik mampu berperan merangsang dan meningkatkan pertumbuhan akar, batang, daun dan anakan dengan cepat (Gunawan et al., 2017).