• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Pupuk Organik

Usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kesuburan tanah antara lain dengan melakukan pemupukan dengan bahan/pupuk organik. Kandungan unsur hara dalam pupuk organik tidak terlalu tinggi, tetapi jenis pupuk ini mempunyai keistimewaan lain yaitu dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah seperti permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur tanah, daya menahan air dan kation-kation tanah dan sebagainya (Hardjowigeno, 2007).

Bahan organik yang sudah didekomposisikan dan sudah menjadi humus dapat memperbaiki sifat-sifat tanah seperti sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Bahan organik merupakan perekat butiran lepas, sumber hara tanaman dan sumber

energi dari sebagian besar organisme tanah (Soepardi, 1983). Bahan organik yang telah diproses menjadi pupuk organik kemudian dapat meningkatkan daya larut unsur P, K, Ca dan Mg, meningkatkan C-organik, kapasitas tukar kation, kapasitas tanah memegang air, menurunkan kejenuhan Al dan bulk density (BD) tanah (Lund dan Doss, 1980; Aidi et al., 1996).

Pupuk organik, yang merupakan pupuk yang dibuat dari bahan organik yang dapat diperkaya hara lain dan berpengaruh positif terhadap tanaman. Dengan bantuan jasad renik yang ada di dalam tanah, bahan organik yang diberikan ke tanah dapat berubah menjadi humus. Humus ini merupakan perekat yang baik bagi butir-butir tanah saat membentuk gumpalan tanah. Akibatnya, susunan tanah akan menjadi lebih baik dan lebih tahan terhadap gaya-gaya perusak dari luar seperti hanyutan air (erosi) ataupun hembusan angin. Selain itu, pemberian pupuk organik akan menambah unsur hara yang dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman (Musnamar, 2003).

Ada dua jenis pupuk organik yang beredar di pasaran yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Pupuk organik padat merupakan pupuk organik yang berbentuk padat dan lazim digunakan pertani. Pengaplikasiannya dengan cara ditaburkan atau dibenamkan dalam tanah, sedangkan pupuk organik cair merupakan pupuk organik berbentuk cairan. Pengaplikasian pupuk organik cair umumnya dengan cara disemprotkan ke daun atau disiramkan ke tanah. Penyemprotan ke daun perlu menggunakan sprayer (Musnamar, 2003).

Pupuk organik buatan adalah pupuk yang berasal dari bahan organik yang dibuat dengan teknologi tinggi sehingga dihasilkan pupuk yang bersifat organik tetapi dengan bentuk fisik dan cara kerja seperti pupuk kimia (anorganik). Pupuk ini mampu memperbaiki sifat fisik (struktur tanah, kemampuan menahan air, dan lain-lain) dan biologi tanah seperti pupuk organik biasa dan dapat menyediakan unsur hara lebih efektif seperti pupuk kimia. Pupuk ini juga tidak mencemari lingkungan sehingga sangat dianjurkan oleh para pecinta lingkungan. Pupuk organik buatan banyak dibuat dalam bentuk cair agar lebih cepat menanggulangi defisiensi hara tanah.

Pupuk organik cair diaplikasikan selayaknya pupuk daun, yaitu pemberiannya dilakukan dengan penyemprotan ke daun. Kelebihan pupuk daun

dibanding pupuk akar adalah penyerapan hara melalui mulut daun (stomata) berjalan cepat, sehingga perbaikan tanaman cepat terlihat. Kecuali itu unsur hara yang diberikan lewat daun hampir seluruhnya dapat diambil tanaman dan tidak menyebabkan kelelahan atau kerusakan tanah. Seperti diketahui pupuk yang diberikan lewat tanah tidak semuanya dapat diserap akar tanaman karena sebagian difiksasi oleh tanah (misalnya P difiksasi oleh Al, Fe, atau Ca, unsur K difiksasi oleh mineral liat, ilit dan sebagainya), tercuci bersama air perkolasi, atau tererosi bersama butir-butir tanah. Adapun kekurangan pupuk daun adalah bila dosis yang diberikan terlalu besar, maka daun akan rusak (Hardjowigeno, 2007).

Pemberian pupuk lewat daun yang tepat adalah antara jam 7-9 pagi atau 3-5 sore dengan catatan tidak terjadi hujan paling cepat 2 jam setelah pupuk daun diaplikasikan. Pupuk daun sebaiknya tidak diberikan saat malam hari, panas terik atau menjelang hujan. Saat terik matahari, cahaya matahari merangsang fotosintesis yang berakibat menurunnya kandungan CO2 kira-kira 0,03-0,02%, tekanan turgor dari sel-sel juga menurun karena kehilangan air yang berlebih akibat proses transpirasi (Harjadi, 1996). Bila disemprot pada malam hari, daun sedang menutup, sehingga pupuk tidak sepenuhnya diserap oleh tanaman. Pemupukan lewat daun sangat menguntungkan bila tanaman dihadapkan pada kondisi : ketersediaan hara di tanah sangat rendah, topsoil kering dan terjadi penurunan aktivitas akar selama fase reproduktif (Lingga dan Marsono, 2004)

Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan serangan patogen penyebab penyakit, merangsang pertumbuhan cabang produksi, serta meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, serta mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah (Rizqiani, 2007).

2.5. Analisis Tanaman

Analisis tanaman adalah penetapan konsentrasi suatu unsur dalam contoh dari bagian tertentu atau bagian tanaman yang diambil contohnya pada waktu atau tingkat perkembangan morfologi tertentu. Konsentrasi unsur biasanya dinyatakan berdasarkan berat kering (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

Menurut Ulrich (1976) dalam Sutedjo (1992) apa yang terdapat dalam tubuh tanaman sangat berhubungan dengan pertumbuhannya pada tanah dengan kadar hara yang dikandungnya. Hal ini berarti pertumbuhan tanaman akan tetap berlangsung baik apabila kadar hara yang terkandung dalam tanah tempat tumbuhnya masih baik, laju pertumbuhan tanaman itu akan menurun dengan menurunnya kadar hara yang terkandung dalam tanah yang diperlukan tanaman itu.

Menurut Aldrich (1973) dalam Leiwakabessy dan Sutandi (2004), analisis tanaman dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu analisis total atau analisis kuantitatif (analisis kimia total atau analisis spektrografis) dan analisis semi kuantitatif (uji cepat jaringan tanaman). Masing-masing analisis menggunakan beberapa fase pertumbuhan tanaman dan bagian tanaman tertentu atau seluruh tanaman.

Manfaat dan validitas hasil analisis jaringan tanaman tergantung dari pendekatan yang realistik untuk memperoleh contoh yang dapat dipercaya (reliable sample), yaitu contoh jaringan tanaman yang representatif (mewakili dari permasalahan hara tanaman yang sedang diteliti). Cara memperoleh contoh tanaman yang representatif dari spesies tanaman tertentu merupakan masalah yang kompleks dan memerlukan pengetahuan khusus sebelum melakukannya.

Komposisi hara tanaman tertentu tidak tetap selamanya, komposisi ini berubah dari bulan ke bulan, bahkan pula bervariasi pada bagian-bagian tanaman itu sendiri (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Pengambilan contoh tanaman didasarkan kepada umur fisiologis tanaman. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa kadar hara tanaman berubah dengan umur tanaman dan bervariasi dengan bagian tanaman yang diambil. Bagian tanaman yang diambil, seperti: tulang daun, daun, batang, daun bagian bawah dan bagian atas, mempunyai keragaman yang tinggi.

Kadar hara berubah nyata mengikuti umur tanaman. Studi yang detail telah dilakukan Rominger et al. (1975), di mana penelitian dilakukan pada alfalfa dan menemukan bahwa kadar N, P, K, S, Mn dan B menurun dengan bertambahnya umur tanaman, sedangkan kadar Ca dan Mg meningkat sampai awal berbunga dan setelah itu menurun. Dow dan Robert (1982) dalam Leiwakabessy dan Sutandi (2004) melaporkan bahwa kadar nitrat, N, P, K dan Zn pada jaringan daun kentang menurun dengan umur tanaman. Munson dan Nelson (1973) dalam

Leiwakabessy dan Sutandi (2004) merangkum penelitian-penelitian sebelumnya tentang pola perubahan kadar hara. Rangkuman tersebut adalah kadar hara N, P dan K cenderung menurun dengan waktu, sedangkan Ca dan Mg cenderung meningkat pada tanaman jagung dan kedelai. Pada tanaman padi, kacang tanah, kentang, dan okra kadar N dan K umumnya menurun cepat dengan umur, sedangkan kadar P berubah sedikit.

Analisis tanaman merupakan teknik diagnosis, semula sering digunakan untuk melihat status hara atau untuk meyakinkan definisi hara maupun crop logging. Pada akhir-akhir ini digunakan untuk menetapkan kebutuhan pupuk dan kapur yang dikombinasikan dengan status hara tanah dan kebutuhan tanaman (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004) .

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Januari 2010 sampai dengan Mei 2010. Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Kebun Percobaan University Farm di Cikabayan, Bogor dan analisis tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi: bahan tanah Latosol Darmaga yang diambil dari kebun percobaan Cikabayan, Bogor pada kedalaman 0-20 cm; benih caisim Bangkok varietas Tosakan; pupuk dasar (Urea, SP 36 dan KCl); kapur (dolomit); Furadan; pupuk kandang (kotoran sapi) dan Pupuk Organik Cair (PO Cair) “PHOSMIT” yang diproduksi oleh PT. Alam Lestari Maju Indonesia. Komposisi hara dan bahan lain dalam PO Cair “PHOSMIT” tertera pada Tabel 1.

Alat yang digunakan untuk pengambilan contoh tanah dan pengeringan terdiri dari: cangkul, skop, karung, penumbuk tanah, saringan 5 mm, plastik. Alat yang digunakan dirumah kaca polybag, label, timbangan, ember, botol semprot, kamera, dan alat tulis, sedangkan alat yang digunakan untuk perlakuan penelitian adalah gelas piala, gelas ukur, tabung reaksi, oven, pipet volumentrik 5 mL, pipet volumetrik 1 mL, grinder tanaman, mortar, labu takar 50 mL, 100 mL, 500 mL, 1 L dan 2 L. Selanjutnya alat untuk analisis tanah dan tanaman yaitu labu kjeldal/digestion, destilator dan labunya, spectrophotometer serta

Tabel 1. Komposisi Hara dan Bahan Lain dalam Pupuk Organik Cair “PHOSMIT” Produksi PT Alam Lestari Maju Indonesia

Parameter Satuan Nilai

Nitrogen (N) total % 15,56 P2O5 % 1,47 K2O % 1,40 Kadar air % 15,30 pH larutan10% - 7,30 C-organik % 4,50 C/N - 0,29 Arsenik (As) ppm 3 Merkuri (Hg) ppm 0,02 Fe-total ppm 176 Boron (B) ppm 13 Kobalt (Co) ppm 0,1 Tembaga (Cu) ppm 7 Kadmium (Cd) ppm 0,2 Mangan (Mn) ppm 10 Zinc (Zn) ppm 5 Timbal (Pb) ppm 1 Molibdenum (Mo) ppm 2 E coli SPK/ml Negatif Salmonela sp SPK/ml Negatif 3.3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan sehingga terdapat 28 satuan percobaan (28 pot). Rancangan yang dipakai adalah rancangan acak lengkap (RAL). Adapun model matematika rancangan percobaan ini adalah sebagai berikut :

Y ij = μ + Pi + Eij di mana :

Yij = hasil pada perlakuan ke i dan ulangan ke j

Pi = pengaruh perlakuan ke-i

Eij = galat

Perlakuan yang diperuntukkan untuk pengujian efektivitas PO Cair ini meliputi : 1. kontrol

2. pupuk standar

4. 0,75 dosis anjuran PO Cair + 0,75 dosis pupuk Standar 5. 1,0 dosis anjuran PO Cair + 0,5 dosis pupuk Standar 6. 1,0 dosis anjuran PO Cair + 0,75 dosis pupuk Standar 7. 1,25 dosis anjuran PO Cair +0,5 dosis pupuk Standar

Dosis anjuran PO Cair adalah 5 L/ha. Perlakuan pupuk Standar digunakan dalam penelitian ini dengan pupuk N, P dan K yang dosisnya meliputi 200 kg Urea/ha, 300 kg SP 36/ha, dan 100 kg KCl/ha. Dosis masing-masing PO cair dan Pupuk Standar untuk setiap perlakuan disajikan pada Tabel 2

Tabel 2. Dosis Pupuk Organik Cair (PO Cair) dan Pupuk Standar Setiap Perlakuan Percobaan

Perlakuan Urea SP 18 KCl PO

………...g/pot…………. cc/pot/20 cc H2O Kontrol 0 0 0 - Standar (S) 0,5 1,5 0,25 - 0,75 PO + 0.5 S 0,25 0,75 0,125 15 0,75 PO + 0.75 S 0,375 1,125 0,1875 15 1,0 PO + 0.5 S 0,25 0,75 0,125 20 1,0 PO + 0,75 S 0,375 1,125 0,1875 20 1,25 PO + 0,5 S 0,25 0,75 0,125 25 3.4. Pelaksanaan Percobaan

3.4.1. Pengambilan Bahan Tanah

Bahan tanah yang diambil adalah Latosol Darmaga yang diambil dari lahan Kebun Percobaan University Farm di Cikabayan, Darmaga, Bogor pada kedalaman 0-20 cm. Bahan tanah yang diambil lalu dikeringudarakan di rumah kaca selama 1 hari, lalu diayak dengan ayakan 5 mm agar terpisahkan dengan bahan lain. Bahan tanah yang sudah diayak kemudian dimasukkan ke polybag

masing-masing sebanyak 5 kg BKM sebagai media penanaman tanaman caisim. 3.4.2. Penanaman dan Pemeliharaan

Tahap penanaman dalam penelitian ini terdiri atas lima kegiatan, yaitu penyemaian, penanaman, pemupukan, pemeliharaan dan pemanenan. Benih tanaman Caisim (Varietas Tosakan) terlebih dahulu ditananam di persemaian dalam bedengan kecil atau tray selama kurang lebih 2 minggu. Benih tanaman

dipindahkan ke pot setelah muncul daun sebanyak 4 buah. Tanaman caisim yang dipindahkan ke pot jumlahnya tiga tanaman per pot.

Sebelum tanaman caisim dipindahkan ke pot, bahan tanah dalam pot terlebih dahulu diperlakukan dengan penambahan kapur dolomit dan bahan organik, yaitu kotoran sapi. Penambahan untuk masing-masing bahan yaitu 5 gr/pot (setara 2 ton/ha) untuk kapur dolomit serta 1% bahan organik/kotoran sapi/pot. Penambahan bahan-bahan tersebut diperlukan untuk memperbaiki kondisi media tanam agar relatif memenuhi syarat tumbuh tanaman caisim yaitu pH tanah 6-7 dan konsistensi tanah gembur. Hal tersebut dikarenakan tanah yang digunakan untuk penelitian adalah Latosol Darmaga yang bersifat masam (pH 5,2) sedangkan penambahan bahan organik tanah diharapkan memperbaiki struktur tanah.

Pemupukan PO Cair diberikan langsung dengan cara disemprotkan pada daun tanaman, dilakukan dengan frekuensi satu kali seminggu. Sementara untuk pemupukan Pupuk Standar Urea dan KCl dilakukan dua kali, yaitu sebanyak setengah dari dosis yang ditetapkan bersamaan dengan penanaman (0 HST) dan setengah dosis lagi saat umur 15 HST, sedangkan keseluruhan dosis SP-36 diberikan bersamaan dengan tanam (0 HST).

Tahapan pemeliharaan yang dilakukan selama masa tumbuh tanaman caisim ini adalah penyulaman, penyiraman, pemberantasan gulma dan pencegahan penyakit. Penyiraman adalah tahap yang sangat penting karena tanaman caisim memerlukan air yang cukup untuk menyokong pertumbuhannya dan agar tidak terjadi stres air. Pemberantasan gulma dilakukan dengan menyiangi atau mencabuti tumbuhan gulma yang tumbuh dalam pot. Sementara pencegahan penyakit dilakukan dengan pemberian Furadan di awal masa tanam.

3.4.3. Pemanenan dan Pengamatan

Di akhir masa tanam, panen dilakukan untuk selanjutnya beralih ke tahap persiapan analisis tanaman. Pengamatan dilakukan terhadap bobot segar dan bobot kering tanaman setiap pot. Panen sayuran Caisim ini dilakukan setelah tanaman berumur 30 hari setelah tanam. Bagian daun tanaman dipisahkan dengan akarnya, dan kemudian ditimbang bobot masing-masing bagian. Tanaman

kemudian dikeringkan di udara terbuka selama kurang lebih satu hari lalu kemudian di-oven dalam oven bersuhu 70 ºC selama dua hari kemudian ditimbang dan bobot yang teramati selanjutnya dicatat sebagai bobot kering daun.

Analisis kadar hara tanaman dilakukan pada bagian daun tanaman yaitu kadar dan serapan hara N, P dan K-total bagian daun dan analisis kadar hara N, P, dan K total tanaman bagian akar. Sebelum tahap penanaman, dilakukan analisis tanah awal untuk penetapan C-organik, N-total, pH (H2O) dan kation-kation K-dd, Na-dd, Ca-dd, Mg-dd, H-dd, dan Al-dd, KTK, KB, dan tekstur tanah. Analisis statistik dengan menggunakan ANOVA (program SPSS 16) dan apabila berpengaruh nyata selanjutnya dilakukan analisis lanjutan dengan menggunakan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) atau uji wilayah Duncan pada taraf 5%. 3.5. Metode Penilaian Efektivitas Pupuk

Metode perhitungan RAE (Relative Agronomic Effectiveness) merupakan suatu nilai pembanding dalam uji efektivitas pupuk, di mana formulanya sebagai berikut:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Karakteristik Latosol Dramaga

Karakteristik tanah yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 3. Hasil analisis tanah awal tersebut menunjukkan bahwa pH tanah termasuk masam, sedangkan C-organik dan N total tergolong rendah, KTK termasuk sedang. Adapun kation yang terdapat dalam kompleks jerapan termasuk ke dalamnya yaitu kation-kation basa seperti K+, Mg2+, dan Na+ tergolong rendah, sedangkan kation Ca2+ nilainya tergolong sangat rendah. Nilai kejenuhan basa yang didapatkan tergolong rendah sedangkan nilai kejenuhan Al tergolong sedang (Pusat Peneltian Tanah, 1983).

Tabel 3. Karakteristik Tanah Sebelum Percobaan

Sifat Tanah Nilai Kriteria menurut PPT (1983) pH H2O 5,2 Masam pH KCl 4,3 C-organik (%) 1,35 Rendah N-total (%) 0,15 Rendah P2O5 (ppm) 13,97 Rendah KTK (me/100g) 17.54 Sedang

Kation dapat dipertukarkan

Ca (cmmol/kg) 0,59 Sangat rendah

Mg (cmmol/kg) 0,51 Rendah K (cmmol/kg) 0,12 Rendah Na(cmmol/kg) 0,15 Rendah Al (cmmol/kg) 3,86 H (cmmol/kg) 0.12 KB (%) 7,8 Sangat rendah Kejenuhan Al (%) 22 Sedang Tekstur Tanah Pasir (%) 4,48 Debu (%) 17,9 Liat (%) 77,6

4.1.2. Bobot Daun Segar dan Bobot Akar Segar

Berdasarkan analisis ragam taraf nyata 5%, penambahan kombinasi pupuk organik cair dan pupuk standar tidak berpengaruh nyata terhadap bobot daun segar tanaman tetapi berpengaruh nyata pada bobot akar segar (Tabel Lampiran 10).

Rataan bobot daun segar dan hasil uji lanjut bobot akar segar perlakuan pupuk organik disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh Pemupukan Terhadap Bobot Daun Segar dan Bobot Akar Segar

PERLAKUAN Bobot Daun Segar Bobot Akar Segar ……….gr/pot………. Kontrol 131,78 9,05 a Standar 190,23 12,78 b 0,75PO+ 0.5S 209,48 13,08 b 0,75PO+ 0.75S 198,85 15,00 b 1,0PO+ 0.5S 211,25 15,025 b 1,0PO+0.75S 180,98 12,43 b 1,25PO+0.5S 195,72 12,15 b

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)

Meskipun dari hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 8) menunjukkan perlakuan tidak bepengaruh nyata, namun perlakuan kombinasi pupuk standard dan PO Cair pada dosis perlakuan 0,75PO+0,5S, 0,75PO+0,75S dan 1,0PO+0,5S, menunjukkan kecenderungan menghasilkan produksi atau hasil yang lebih tinggi daripada kontrol dan standar. Perlakuan kombinasi 1,0PO+0,75S menunjukkan hasil yang lebih rendah daripada standar. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa perlakuan 1,0PO+0,5S memiliki hasil rata-rata bobot segar dan kering daun yang tertinggi, sehingga dapat dikatakan perlakuan tersebut memiliki pengaruh yang paling baik terhadap tanaman caisim.

Sementara itu, hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penambahan perlakuan pupuk organik cair yang dikombinasikan dengan pupuk standar nyata berpengaruh terhadap bobot segar akar, yaitu lebih tinggi daripada kontrol namun antara perlakuan kombinasi dan standar tidak berbeda nyata. Berbeda dengan analisis bobot segar daun, perlakuan yang terbaik hasilnya untuk analisis bobot segar akar yaitu perlakuan 0,75PO+0,5S.

4.1.3. Kadar Hara Daun dan Akar

Hasil analisis statistik kadar hara N, P dan K daun dan akar menunjukkan bahwa pemupukan kombinasi pupuk organik cair dengan pupuk standar

berpengaruh nyata terhadap kadar hara N daun (Tabel Lampiran 11), sedangkan untuk hara P dan K tidak berpengaruh nyata (Tabel Lampiran 12 dan 13). Hasil analisis lanjutan N dan rata-rata kadar P dan K serta N, P dan K akar disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Pengaruh Pemupukan Terhadap Kadar Hara N, P dan K pada Daun dan Akar Tanaman

PERLAKUAN Kadar Hara Daun (%) Kadar Hara Akar (%)

N P K N P K Kontrol 3,38 a 0,57 2,33 0,51 0,50 2,51 Standar 4,04 b 0,59 2,50 0,52 0,46 2,20 0,75PO+ 0,5S 3,97 b 0,71 2,48 0,51 0,32 1,98 0,75PO+ 0,75S 4,24 b 0,72 2,51 0,55 0,59 2,86 1,0PO+ 0,5S 4,26 b 0,81 2,43 0,43 0,74 2,54 1,0PO+0,75S 4,31 b 0,78 2,59 0,62 0,58 2,63 1,25PO+0,5S 4,01 b 0,73 2,33 0,54 0,53 2,48

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)

Penambahan kombinasi PO Cair dan pupuk standar meskipun tidak memberikan pengaruh yang nyata untuk hara P dan K, namun memiliki kecenderungan memberikan kadar hara daun yang lebih tinggi daripada kontrol. Terlihat pada Tabel 5, bahwa perlakuan 1,0PO+0,75S dan 1,0PO+0,5S memiliki kadar hara daun N, P dan K yang lebih tinggi dibanding dengan perlakuan lainnya.

Untuk kadar hara akar, perlakuan yang diberikan tidak memberikan pengaruh nyata pada kadar hara N, P dan K akar. Perlakuan yang hasilnya lebih tinggi yaitu perlakuan 1,0PO+0,75S, yang merupakan kombinasi perlakuan dengan kadar hara tertinggi untuk masing-masing hara, baik untuk kadar hara daun maupun akar.

4.1.4. Serapan Hara pada Daun

Berdasarkan hasil analisis ragam, pemupukan pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap serapan hara tanaman caisim untuk hara N dan K (Tabel Lampiran 17 dan 19), sedangkan untuk hara P tidak berpengaruh nyata (Tabel Lampiran 18). Hasil uji lanjut serapan N dan K serta rataan P pada

perlakuan penambahan pupuk organik cair dan kombinasi dengan pupuk standar ditampilkan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Pengaruh Pemupukan Terhadap Serapan Hara N, P dan K pada Daun Tanaman

PERLAKUAN Serapan Hara NPK (mg/pot)

N P K Kontrol 295,53 a 49,66 204,10 a Standar 527,55 bc 77,00 326,09 c 0,75PO+ 0,5S 467,18 b 83,31 291,73 bc 0,75PO+ 0,75S 548,76 c 93,24 324,40 c 1,0PO+ 0,5S 474,44 b 89,76 270,67 b 1,0PO+0,75S 549,21 c 98,82 330,23 c 1,25PO+0,5S 515,97 bc 94,31 300,31 bc

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf nyata 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)

Hasil uji lanjut membuktikan perlakuan pemupukan kombinasi PO Cair dan pupuk standar dan pupuk standar saja nyata lebih tinggi daripada kontrol namun pemupukan pupuk organik cair yang dikombinasikan dengan pupuk standar tidak berbeda nyata dengan standar, baik pada unsur hara N, P maupun K. Pada serapan hara P, meskipun tidak berbeda nyata dengan control dan standar, keseluruhan perlakuan kombinasi pupuk organik dengan pupuk standar memberikan kecenderungan hasil yang lebih tinggi daripada standar. Perlakuan yang hasilnya cenderung tertinggi untuk serapan hara baik N, P maupun K yaitu perlakuan 1,0PO+0,75S, karena memberikan hasil paling tinggi di antara perlakuan pemupukan.

4.1.5. Relative Agronomic Effectiveness (RAE)

Relative Agronomic Effectiveness atau RAE adalah suatu angka yang menunjukkan tingkat efektivitas suatu perlakuan dibandingkan dengan standar. Nilai RAE dihitung berdasarkan data produksi dan dalam hal ini menggunakan bobot segar daun tanaman caisim. Hasil perhitungan nilai RAE tiap perlakuan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Pengaruh Pemupukan Terhadap Produksi Tanaman dan Nilai

Relative Agronomic Effectiveness (RAE)

PERLAKUAN Produksi Tanaman RAE

(gr/pot) % Kontrol 131,78 - Standar 190,23 100 0,75PO+ 0,5S 209,48 133 0,75PO+ 0,75S 198,85 115 1,0PO+ 0,5S 211,25 136 1,0PO+0,75S 180,98 84 1,25PO+0,5S 195,73 109

Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa kombinasi PO Cair dengan pupuk standar dengan dosis yang lebih rendah secara umum memberikan nilai RAE yang lebih tinggi daripada standar kecuali perlakuan 1,0PO+0,75S. Di antara perlakuan kombinasi PO Cair dengan pupuk standar, perlakuan 1,0PO+ 0,5S dan 0,75PO+ 0,5S memberikan nilai RAE yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Dari dua perlakuan tersebut, perlakuan 1,0PO+ 0,5S memberikan nilai RAE tertinggi. Hal ini berarti perlakuan tersebut merupakan yang paling tinggi efektivitasnya dalam meningkatkan produksi tanaman caisim.

4.2. Pembahasan

Secara umum, keseluruhan perlakuan penambahan pupuk organik cair dan pupuk standar dengan dosis yang lebih rendah memberikan bobot segar yang lebih tinggi daripada standar, kecuali pada perlakuan 1,0PO+0,75S. Hal tersebut menunjukkan bahwa penambahan pupuk organik cair berperan efektif dalam meningkatkan produksi meskipun dengan dosis pupuk standar yang lebih rendah dari 100%. Bobot segar tanaman dipengaruhi oleh tinggi tanaman dan jumlah daun, semakin tinggi tanaman dan semakin banyak jumlah daunnya maka bobot segar tanaman akan semakin tinggi (Prasetya, 2009). Secara visual, perbedaan pengaruh perlakuan dapat dilihat pada Gambar Lampiran 1 dan 2.

Hara nitrogen, fosfor dan kalium serta unsur mikro yang terkandung dalam pupuk organik cair (Tabel 1) diduga telah meningkatkan metabolisme tumbuhan sehingga meningkatkan karbohidrat yang dihasilkan sebagai cadangan makanan (Poerwowidodo, 1992). Satu keuntungan dengan pemberian pupuk organik cair adalah kandungan unsur hara makro (N, P dan K) dan mikro (Fe, B, Cu, Mn dan

Dokumen terkait