• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.5. Relative Agronomic Effectiveness (RAE)

Relative Agronomic Effectiveness atau RAE adalah suatu angka yang menunjukkan tingkat efektivitas suatu perlakuan dibandingkan dengan standar. Nilai RAE dihitung berdasarkan data produksi dan dalam hal ini menggunakan bobot segar daun tanaman caisim. Hasil perhitungan nilai RAE tiap perlakuan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Pengaruh Pemupukan Terhadap Produksi Tanaman dan Nilai

Relative Agronomic Effectiveness (RAE)

PERLAKUAN Produksi Tanaman RAE

(gr/pot) % Kontrol 131,78 - Standar 190,23 100 0,75PO+ 0,5S 209,48 133 0,75PO+ 0,75S 198,85 115 1,0PO+ 0,5S 211,25 136 1,0PO+0,75S 180,98 84 1,25PO+0,5S 195,73 109

Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa kombinasi PO Cair dengan pupuk standar dengan dosis yang lebih rendah secara umum memberikan nilai RAE yang lebih tinggi daripada standar kecuali perlakuan 1,0PO+0,75S. Di antara perlakuan kombinasi PO Cair dengan pupuk standar, perlakuan 1,0PO+ 0,5S dan 0,75PO+ 0,5S memberikan nilai RAE yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Dari dua perlakuan tersebut, perlakuan 1,0PO+ 0,5S memberikan nilai RAE tertinggi. Hal ini berarti perlakuan tersebut merupakan yang paling tinggi efektivitasnya dalam meningkatkan produksi tanaman caisim.

4.2. Pembahasan

Secara umum, keseluruhan perlakuan penambahan pupuk organik cair dan pupuk standar dengan dosis yang lebih rendah memberikan bobot segar yang lebih tinggi daripada standar, kecuali pada perlakuan 1,0PO+0,75S. Hal tersebut menunjukkan bahwa penambahan pupuk organik cair berperan efektif dalam meningkatkan produksi meskipun dengan dosis pupuk standar yang lebih rendah dari 100%. Bobot segar tanaman dipengaruhi oleh tinggi tanaman dan jumlah daun, semakin tinggi tanaman dan semakin banyak jumlah daunnya maka bobot segar tanaman akan semakin tinggi (Prasetya, 2009). Secara visual, perbedaan pengaruh perlakuan dapat dilihat pada Gambar Lampiran 1 dan 2.

Hara nitrogen, fosfor dan kalium serta unsur mikro yang terkandung dalam pupuk organik cair (Tabel 1) diduga telah meningkatkan metabolisme tumbuhan sehingga meningkatkan karbohidrat yang dihasilkan sebagai cadangan makanan (Poerwowidodo, 1992). Satu keuntungan dengan pemberian pupuk organik cair adalah kandungan unsur hara makro (N, P dan K) dan mikro (Fe, B, Cu, Mn dan

Zn) cukup lengkap dan mudah larut dalam air dan pemberiannya yang langsung kepada tanaman sehingga unsur hara dapat langsung diserap tanaman. Kemampuan pupuk organik cair dalam meningkatkan produksi diduga terkait dengan kandungan senyawa organik yang beperan sebagai hormon atau enzim, yang mampu merangsang pembentukkan protein yang memacu metabolisme tanaman, merangsang pembelahan sel dan transfer energi serta dapat merangsang pembukaan stomata daun, sehingga penambahan secara langsung dapat terlihat jelas efeknya.

Bobot kering tanaman merupakan resultan dari tiga proses yaitu penumpukan asimilat melalui melalui fotosintesis, penurunan asimilat akibat respirasi dan akumulasi ke bagian cadangan makanan (Parman, 2007). Perlakuan 0,75PO+0,75S menghasilkan bobot daun segar lebih tinggi daripada standar sementara berat kering daunnya rendah. Hal tersebut diduga berhubungan dengan lebih tingginya bobot akar pada perlakuan tersebut. Menurut Leiwakabessy et al.

(2003), tanaman sendiri memang memiliki kemampuan dalam menyerap air dalam kadar yang berbeda-beda. Hal tersebut dipengaruhi oleh kadar kalium yang mendorong pembentukkan dan perkembangan akar lebih bercabang dan banyak akar lateral yang terbentuk, sedangkan Menurut Hanolo (1997), dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk cair melalui daun memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik daripada pemberian melalui tanah. Unsur hara mikro yang juga terdapat pada pupuk organik cair dapat merangsang pembentukkan ATP, yang mempunyai peranan penting di dalam menyerap energi sinar matahari (Rizqiani, 2007).

Untuk kadar hara N, P dan K akar, nilai perlakuan kontrol tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal tersebut diduga karena hara pada perlakuan kontrol terakumulasi di akar dan tidak digunakan untuk pertumbuhan daun, dibuktikan dengan produksi daun pada kontrol lebih kecil daripada produksi pada perlakuan kombinasi pupuk organik cair dan pupuk standar.

Penambahan kombinasi pupuk organik cair dan pupuk standar nyata berpengaruh terhadap serapan hara N dan K, yaitu lebih tinggi daripada standar dan kontrol, sedangkan untuk hara P tidak nyata. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Prasetya (2009) di mana pemberian dosis pupuk cair berpengaruh nyata

meningkatkan serapan unsur N pada tanaman sawi. Perlakuan 1,0PO+0,75S cenderung memberikan serapan hara lebih tinggi daripada standar dan perlakuan lainnya, namun produksinya lebih rendah daripada standar. Dalam hal ini diduga serapan P menjadi faktor pembatas produksi daun tanaman. Pada perlakuan 1,0PO+0,5S meskipun serapan hara N dan K lebih rendah daripada standar, namun masih dapat memberikan produksi yang lebih tinggi daripada standar, karena serapan P pada perlakuan tersebut lebih tinggi daripada standar. Hal tersebut diduga karena adanya keseimbangan hara yang berperan pada produksi yang dicapai.

Untuk mengukur efektivitas pupuk organik digunakan perhitungan

Relative Agronomic Effectiveness (RAE), yaitu perbandingan antara kenaikan hasil karena penggunaan suatu pupuk dengan kenaikan hasil dengan penggunaan pupuk standar dikalikan 100. Nilai RAE tertinggi didapatkan pada perlakuan 1,0PO+0,5S, di mana pada dosis kombinasi tersebut nilai RAE lebih tinggi daripada standar. Hal tersebut menunjukkan penambahan pupuk organic cair mampu meningkatkan efektivitas pupuk dalam meningkatkan produksi. Peran pupuk organik cair ini tampak bagi tanaman bila penggunaannya dikombinasikan dengan pupuk standar.

Terkait dengan produksinya, pemberian dosis pupuk organik cair pada penelitian ini mampu melebihi standar, sejalan dengan penelitian Rizqiani (2007), di mana melalui pemberian pupuk organik cair mampu menghasilkan bobot segar polong per tanaman buncis yang lebih berat dibandingkan kontrol akibat dari adanya penambahan kandungan unsur N di dalam daun tanaman buncis setelah pemberian pupuk organik cair. Pupuk organik cair yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kandungan hara N yang relative tinggi, yaitu 15,56%, sehingga diduga hara N tersebut memegang peranan penting dalam peningkatan produksi tanaman caisim. Hal ini sejalan dengan penelitian Parman (2007), di mana peningkatan bobot segar tanaman dipicu penambahan pupuk organik cair yang mengandung unsur nitrogen sebagai unsur pemicu metabolisme. Beberapa hasil penelitian baik yang dilakukan di dalam dan luar negeri walaupun tidak dilakukan pada tanaman caisim diperoleh bahwa respon tanaman meningkat dengan adanya pemberian kombinasi pupuk organik dan anorganik (standar)

dibandingkan dengan perlakuan pupuk anorganik saja, sehingga dapat dinyatakan bahwa pupuk organik meningkatkan efisiensi pupuk anorganik (Widowati, 2009)

Dokumen terkait