• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I GAMBARAN UMUM KABUPATEN SITUBONDO

A. Puskesmas dan Jaringannya

Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan sampai ditingkat Kecamatan. Jumlah Puskesmas di Kabupaten Situbondo tahun 2019 bertambah 3 unit, yakni dari 17 Puskesmas menjadi 20 Puskesmas. Tiga Puskesmas tersebut adalah Puskesmas Widoropayung Kecamatan Besuki, Puskesmas Klampokan Kecamatan Panji dan Puskesmas Wonorejo Kecamatan Banyuputih. Ketiga Puskesmas tersebut merupakan pengembangan dari Pustu yang ditingkatkan statusnya menjadi Puskesmas.

Dari 20 Puskesmas yang ada di Kabupaten situbondo 17 diantaranya merupakan puskesmas perawatan dan 3 puskesmas non perawatan (Puskesmas Widoropayung, Panji dan Situbondo). Rasio puskesmas terhadap penduduk di Kabupaten Situbondo tahun 2019 sebesar 2.92 per 100.000 penduduk, artinya setiap 100.000 penduduk dilayani oleh 2-3 Puskesmas atau 1 (satu) Puskemas melayani 34.149 penduduk. Kondisi tersebut menunjukan bahwa jumlah puskesmas di Kabupaten Situbondo meskipun sudah bertambah, namun masih kurang dari target nasional, yakni 1 (satu) Puskesmas rata-rata melayani 30.000 penduduk.

Puskesmas merupakan garda terdepan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar. Masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu. Puskesmas juga semakin memberikan pelayanan yang berkualitas dan untuk menjamin perbaikan mutu tersebut dilakukan melalui mekanisme akreditasi. Akreditasi Puskesmas menilai tiga kelompok pelayanan di Puskesmas yaitu Administrasi Manajemen, Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perorangan. Jika standar-standar tersebut terpenuhi, maka akan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk berkunjung ke Puskesmas. Dari 20 Puskesmas di Kabupaten Situbondo, 17 Puskesmas sudah terakreditasi sedangkan 3 unit sisanya belum terakreditasi karena masih merupakan Puskesmas Baru. Komposisi 17 Puskesmas yang sudah terakreditasi tersebut adalah terakreditasi Dasar sebanyak 2 unit, terakreditasi Madya sebanyak 8 unit dan terakreditasi Utama sebanyak 7 unit.

Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas pelayanan Puskesmas didukung oleh jaringan pelayanan Puskesmas. Jaringan pelayanan Puskesmas terdiri atas Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan bidan desa.

a. Puskesmas pembantu memberikan pelayanan kesehatan secara permanen di suatu lokasi dalam wilayah kerja Puskesmas. Jumlah Puskesmas pembantu di Kabupaten Situbondo pada tahun 2019 sebanyak 59 unit.

b. Puskesmas Keliling memberikan pelayanan kesehatan yang sifatnya bergerak (mobile) untuk meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas yang belum terjangkau oleh pelayanan dalam gedung Puskesmas. Jumlah puskesmas keliling di Kabupaten Situbondo pada tahun 2019 sebanyak 29 unit.

c. Ponkesdes yang merupakan program ICON pemerintahan Provinsi Jawa Timur. Ponkesdes merupakan Pengembangan Fungsi Polindes. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas dan pendekatan akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Jumlah Ponkesdes di Kabupaten Situbondo sampai dengan tahun 2019 sebanyak 101 Ponkesdes.

B. Rumah Sakit

Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2019

sakit tersebut adalah RSUD Abdoer Rahem, RS Elizabeth, RSUD Besuki, RSUD Asembagus, RS Mitra Sehat dan RSIA Jatimed.

C. Klinik

Jumlah klinik di Kabupaten Situbondo tahun 2019 sebanyak 16 unit, yang semuanya tergolong kategori klinik pratama. Berdasarkan kepemilikannya 16 klinik tersebut terdiri dari klinik TNI/POLRI1 sebanyak 3 unit, Klinik BUMN sebanyak 1 unit dan sisanya merupakan klinik swasta sebanyak 12 unit.

Jumlah sarana kesehatan lainnya di Kabupaten Situbondo tahun 2019 secara rinci dapat dilihat di lampiran Profil Tabel 4.

Kabupaten Situbondo juga memiliki beberapa program inovasi untuk mendekatkan akses masyarakat terhadap sarana kesehatan, dua diantaranya yang paling terkenal adalah Ambugellu dan Rumah Pemulihan Gizi (RPG.

D. Ambulance Gerak Langsung Layanan Umum (Ambugellu)

Ambugellu merupakan salah satu sarana kesehatan unggulan Kabupaten Situbondo yang dirancang untuk mendekatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Semua pelayanan yang diberikan di Ambugellu adalah gratis. Ambugellu memberikan pelayanan satu minggu satu kali setiap malam minggu dengan tiga titik pelayanan, yakni:

a. Alun-alun Kecamatan Asembagus untuk menjangkau masyarakat di wilayah timur Kab. Situbondo,

b. Alun-alun Kabupaten Situbondo untuk menjangkau masyarakat di wilayah tengah Kab. Situbondo, dan

c. Alun-alun Kecamatan Besuki untuk menjangkau masyarakat di wilayah barat Kab. Situbondo

Pelayanan kesehatan yang diberikan di Ambugellu meliputi pengobatan, konsultasi kesehatan, pemeriksaan kesehatan, kegiatan promotif dan preventif kesehatan dan pemeriksaan laboratorium sederhana (gula darah sewaktu dan asam urat).

E. Rumah Pemulihan Gizi (RPG)

RPG merupakan inovasi program gizi di Kabupaten Situbondo yang merupakan pusat rehabilitasi gizi dengan pelayanan gizi secara komprehensif terhadap balita gizi buruk maupun gizi kurang, gangguan kekurangan yodium serta permasalahan gizi berdasarkan kondisi individual anak, keluarga dan masyarakat dalam rangka meningkatkan status gizi masyarakat.

Tujuan didirikannya Rumah Pemulihan Gizi adalah sebagai berikut:

1. Memberikan tempat penanganan secara komprehensif bagi balita gizi buruk, maupun gizi kurang maupun gangguan akibat kekurangan yodium di Kabupaten Situbondo dalam rangka peningkatan status gizi

2. Memberikan pendidikan gizi kesehatan dan pengasuhan bagi orangtua balita untuk perawatan anaknya.

3. Memberikan konseling permasalahan gizi balita maupun tumbuh kembang bagi masyarakat kabupaten Situbondo.

4. Memberikan pendidikan gizi untuk peningkatan kualitas hidup1000 hari pertama kehidupan anak.

5. Memberikan wadah untuk optimalisasi peran lintas sektor dalam penanggulangan gizi buruk

6. Merupakan tempat penelitian berbasis pelayanan, guna intervensi lebih lanjut dalam peningkatan kualitas SDM yang selanjutnya dapat menigkatkan umur harapan hidup

Fasilitas pendukung RPG meliputi:

1. Ruang perawatan balita gizi buruk dengan peralatan medis memadai dilengkapi alat permainan edukatif.

2. Dapur dan ruang makan untuk makan bersama

3. Ruang konsultasi dan periksa dokter umum dan dokter spesialis anak 4. Ruang konsultasi psikologi

5. Ruang laktasi bagi bayi dan ibu menyusui

6. Ruang belajar dan bermain balita dengan sarana permainan edukatif dalam ruangan, luar ruangan masih dalam proses (tumbuh kembang)

Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2019

9. Ruang konsultasi gizi 10. Ruang rapat/ Minihall

11. Perpustakaan gizi utk orang tua balita dan ruang tunggu

Hasil yang diharapkan dari pelayanan di RPG adalah sbb:

1. Jangka Pendek : Menurunnya jumlah balita dengan status gizi buruk/ kurang dan balita pendek di kabupaten Situbondo

2. Jangka Panjang : Tersedianya tempat khusus penanganan masalah gizi , konsultasi, dan penyuluhan yang dapat dijadikan sebagai Rehabilitasi Center bagi masyarakat di Kabupaten Situbondo. Selanjutnya dapat dilakukan penelitian berbasis pelayanan melalui MOU dengan perguruan tinggi

2.2. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN

A. Puskesmas dan Jaringannya

Di FKTP terdapat kunjungan rawat jalan dan kunjungan rawat inap. Rawat jalan adalah pelayanan medis kepada seorang pasien untuk tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, dan pelayanan kesehatan lainnya, tanpa mengharuskan pasien tersebut dirawat inap. Sedangkan Rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses perangkapan pasien oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, di mana pasien diinapkan di suatu ruangan.

Kunjungan total rawat jalan Puskesmas tahun 2019 sebesar 1.089.008 jiwa dan mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2018 yang hanya 1,051,393 jiwa. Dengan jumlah penduduk Kabupaten Situbondo tahun 2019 sebesar 682.978 jiwa, berarti prosentase kunjungan rawat jalan Puskesmas adalah sebesar 159,4%. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat telah percaya kepada pelayanan kesehatan yang diberikan, karena jumlah kunjungan ke Puskesmas telah melampaui target 150 per mil atau 150%. Kunjungan rawat jalan Puskesmas se-Kabupaten Situbondo Tahun 2019 disajikan pada Lampiran Profil Tabel 5.

Dari 20 Puskesmas yang ada di Kabupaten Situbondo, 17 di antaranya adalah Puskesmas Rawat Inap. Total kunjungan rawat inap di Puskesmas rawat inap Tahun

2019 adalah 7.518 jiwa. Dengan jumlah tempat tidur sebanyak 145 TT, maka perhitungan rata-rata BOR / Bed Occupancy Rate adalah sebesar 14,2%. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan rawat inap Puskesmas masih dalam batas normal karena masih dalam rentang target 10 – 40 %.

Walaupun kunjungan rawat inap dan kunjungan rawat jalan telah mencapai target yang ditentukan, namun Puskesmas bersama jaringan dan jejaringnya wajib ingat prinsip penyelenggaraan Puskesmas, yakni paradigma sehat dan kemandirian masyarakat. Artinya, Puskesmas mendorong masyarakat dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, juga kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Bila mana ini benar-benar diterapkan maka yang berkunjung adalah masyarakat dengan kunjungan sehat yang ingin konsultasi, cek up kesehatan dan tidak membutuhkan obat-obatan.

B. Rumah Sakit

Rumah Sakit merupakan salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan dan berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan rujukan dari Puskesmas dan jaringannya. Oleh karena itu, rumah sakit perlu memperhatikan mutu dan kualitas pelayanan kesehatannya. Mutu pelayanan rumah sakit diantaranya dapat dilihat dari aspek-aspek penyelenggaraan pelayanan gawat darurat, aspek efisiensi dan efektivitas pelayanan serta keselamatan pasien. Beberapa indikator untuk mengetahui mutu efisiensi rumah sakit antara lain : pemanfaatan tempat tidur, pemanfaatan tenaga, pemanfaatan penunjang medik, dan keuangan. Indikator pemanfaatan tempat tidur sendiri yang mudah kita lihat dan kita ketahui adalah melalui angka BOR / Bed Occupancy Rate, BTO / Bed Turn Over, ALOS / Average Length Of Stay, TOI / Turn Over Interval.

1. Gadar Level 1

Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 44 Tahun 2009, rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan

Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2019

2018 tentang Pelayanan Kegawatdaruratan, penanganan kegawatdaruratan intrafasilitas pelayanan kesehatan yang dilakukan di Rumah Sakit meliputi 4 (empat) kategori, yakni pelayanan kegawatdaruratan level I, level II, level III, dan level IV. Pengkategorian ini berdasarkan atas kemampuan pelayanan sumber daya manusia, sarana, prasarana, obat, bahan medis habis pakai dan alat kesehatan.

Setiap Rumah Sakit wajib memiliki Pelayanan Kegawatdaruratan yang minimal mempunyai kemampuan:

1. Pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu untuk Rumah Sakit. 2. Memberikan pelayanan Kegawatdaruratan sesuai jam operasional untuk Puskesmas,

Klinik, dan tempat praktik mandiri Dokter, Dokter Gigi, dan tenaga kesehatan. 3. Menangani Pasien segera mungkin setelah sampai di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. 4. Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan berdasarkan kemampuan pelayanan,

sumber daya manusia, sarana, prasarana, obat dan bahan medis habis pakai, dan alat kesehatan.

5. Proses triase untuk dipilah berdasarkan tingkat kegawatdaruratannya, sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh profesi kedokteran dan/atau pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

6. Membuat alur masuk Pasien dengan penyakit infeksius khusus atau yang terkontaminasi bahan berbahaya sebaiknya berbeda dengan alur masuk Pasien lain. Jika fasilitas ruang isolasi khusus dan dekontaminasi tidak tersedia, Pasien harus segera dirujuk ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan lain yang memiliki fasilitas ruang isolasi khusus.

Rumah sakit dikatakan memiliki pelayanan kegawatdaruratan level I jika memenuhi kriteria sumber daya manusia sbb:

1. Dokter on site (berada di tempat) 24 jam

2. Dokter spesialis Bedah, Obgyn, Anak, Penyakit Dalam dan/atau spesialis lainnya on call.

3. Perawat On Site 24 Jam kecuali layanan tidak 24 jam (on call)

Semua Rumah Sakit di Kabupaten Situbondo sudah memiliki kemampuan pelayanan Gawat Darurat Level I (Lampiran Profil Tabel 6).

2. BOR (Bed Occupancy Rate)

BOR merupakan indikator untuk menggambarkan tinggi rendahnya pemanfaatan tempat tidur di rumah sakit. Jumlah tempat tidur (TT) yang tersebar di seluruh rumah sakit di Kabupaten Situbondo tahun 2019 kembali meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, yakni dari 508 TT tahun 2018 meningkat menjadi 601 TT tahun 2019. Jumlah tempat tidur (TT) yang terus meningkat diharapkan bisa menampung kebutuhan TT rawat inap seluruh daerah di Kabupaten Situbondo. Kapasitas tempat tidur yang mencukupi akan menunjang mutu pelayanan. Standar nilai BOR menurut Kemenkes RI adalah 60-85%

Dari 6 RS yang ada di Kabupaten Situbondo, RSIA Jatimed memiliki nilai BOR yang terkecil dan BOR nya masih jauh di bawah standar, yakni sebesar 19,4%. Meskipun demikian angka ini sudah mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 2,6%. Hal ini bisa dimaklumi mengingat RS tersebut baru beroperasional di tahun 2018 sehingga masih belum optimal. Dari 6 RS yang ada di Kabupaten Situbondo hanya 2 Rumah Sakit yang memiliki BOR di atas nilai standar, yakni RSUD Abdoer Rahem (60,7%) dan RS Mitra Sehat (75,6%) (Lampiran Profil Tabel 8).

Rumah sakit harus terus meningkatkan kualitasnya baik dalam hal pelayanan, SDM maupun sarananya agar bisa tetap eksis dan tidak kalah bersaing dengan sarana kesehatan lain karena kuantitas dan kualitas Puskesmas rawat inap dan klinik swasta di Kabupaten Situbondo terus meningkat dari tahun ke tahun.

3. TOI (Turn Over Interval)

TOI merupakan indikator untuk menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur rumah sakit. Idealnya adalah 1-3 hari. Rentang TOI yang pendek menunjukkan banyaknya pasien yang harus dilayani sedangkan rentang yang sangat panjang disebabkan masih sedikitnya pasien yang dirawat karena keberadaan rumah sakit yang masih baru berdiri atau mungkin kurang.

Berdasarkan Lampiran Profil Tabel 8 diketahui bahwa dari 6 RS yang ada di Kabupaten Situbondo, 3 RS sudah memiliki nilai TOI sesuai standar, yakni RSUD

Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2019

yang terlampau tinggi, yakni sebesar 15 hari. Hal ini bisa dimaklumi mengingat RS tersebut baru beroperasional di tahun 2018 sehingga masih belum optimal. Namun, untuk dua Rumas Dakit lainnya, yakni RSUD Asembagus dan RSUD Besuki perlu mendapat perhatian khusus mengingat angka TOI berkaitan erat dengan minat masyarakat.

4. ALOS (Average Length Of Stay)

ALOS merupakan indikator untuk mengukur rata-rata lama waktu pasien mendapat perawatan. Standar ALOS untuk RS adalah < 9 hari. ALOS terlalu rendah mengindikasikan kurangnya kepercayaan masyarakat dan bila terlalu tinggi mengindikasikan lambatnya penanganan oleh tenaga medis. Nilai standar ALOS yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan RI adalah 6-9 hari.

Berdasarkan Lampiran Profil Tabel 8 diketahui bahwa tidak ada satu pun RS di Kabupaten Situbondo yang memenuhi standar ALOS 6-9 hari karena semuanya berkisar 2-4 hari. Hal ini perlu diwaspadai mengingat nilai ALOS berkaitan erat dengan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan Rumah Sakit.

Dokumen terkait