• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN PROFIL KESEHATAN KAB.SITUBONDO TA.2020 DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN PROFIL KESEHATAN KAB.SITUBONDO TA.2020 DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO"

Copied!
218
0
0

Teks penuh

(1)

DINAS

KEMENTERIAN

KESEHATAN

REPUBLIK

INDONESIA

PROFIL

KESEHATAN

KAB.SITUBONDO

20

19

TAHUN

TA.2020

(2)

Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2019 i

SAMBUTAN

KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO

Puji syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun

2019 dapat diterbitkan. Disadari sepenuhnya bahwa penyusunan profil kesehatan ini

membutuhkan waktu yang tidak sebentar karena proses pengumpulannya belum sepenuhnya memanfaatkan sara elektronik/teknologi informasi.

Atas terbitnya buku Profil Kesehatan Tahun 2019, kami memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak, terutama kepada Subbag Penyusunan Program dan Informasi yang telah menjadi koordinator dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak, baik lintas program maupun lintas sektor terkait yang telah berkontribusi dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo.

Di tahun mendatang, kiranya Buku Profil Kesehatan dapat terbit lebih awal dengan memuat data dan informasi yang berkualitas, serta tetap memperhatikan kedalaman analisa dan konsistensi datanya, sehingga buku Profil Kesehatan ini dapat dijadikan rujukan penting dan utama dalam proses manajemen pembangunan kesehatan khususnya di Kabupaten Situbondo.

Semoga Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2019 ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik institusi pemerintah, institusi swasta, organisasi profesi, mahasiswa dan kelompok masyarakat lainnya. Kritik dan saran semua pihak selalu kami harapkan guna penyempurnaan profil kesehatan di masa mendatang.

Situbondo, 1 Juli 2020

Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO

Drs. ABU BAKAR ABDI, Apt, M.Si Pembina Utama Muda / IVc NIP. 19650525 199403 1 009

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR GAMBAR ... vi DAFTAR TABEL ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I GAMBARAN UMUM KABUPATEN SITUBONDO 1.1 Keadaan Geografis ... 1

1.2 Wilayah Administrasi ... 2

1.3 Kependudukan ... 2

1.4 Perekonomian ... 4

1.5 Pendidikan ... 4

1.6 Data Umum Organisasi ... 5

1.7 Struktur Organisasi ... 6

1.8 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo ... 8

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SITUBONDO 2.1 Jumlah Dan Jenis Sarana Kesehatan ... 1

A. Puskesmas dan Jaringannya ... 10

B. Rumah Sakit ... 11

C. Klinik ... 12

D. Ambulance Gerak Langsung Layanan Umum (Ambugellu) ... 12

E. Rumah Pemulihan Gizi (RPG) ... 13

2.2 Akses Dan Mutu Pelayanan Kesehatan ... 14

A. Puskesmas dan Jaringannya ... 14

B. Rumah Sakit ... 18

C. Sarana Produksi dan Distribusi Kefarmasian 2.3 UpayaKesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) ... 25

(4)

Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2019 iii

BAB III SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

3.1 Tenaga Medis ... 27

3.2 Tenaga Keperawatan dan Kebidanan ... 27

3.3 Tenaga Kesehatan Masyarakat ... 28

3.4 Tenaga Kesehatan Lingkungan (Sanitarian) ... 28

3.5 Tenaga Gizi ... 28

3.6 Tenaga Kefarmasian ... 28

3.7 Tenaga Kesehatan Lain Serta Tenaga Pendukung atau Penunjang Kesehatan ... 28

BAB IV PEMBIAYAAN KESEHATAN 4.1 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan ... 29

4.2 Dana Desa Untuk Kesehatan ... 31

4.3 Anggaran Kesehatan ... 32

BAB V KESEHATAN KELUARGA 5.1 Kesehatan Ibu ... 34

A. Jumlah dan angka kematian ibu (dilaporkan) ... 34

B. Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K1 dan K4 ... 37

C. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Di Fasilitas Kesehatan ... 40

D. Pemberian Tablet Tambah Darah Pada Ibu Hamil ... 43

E. Pelayanan Komplikasi Kebidanan ... 45

F. Pelayanan Nifas ... 46

G. Pelayanan Kontrasepsi ... 47

5.2 Kesehatan Anak ... 49

A. Angka Kematian Bayi ... 49

B. Komplikasi Neonatal Ditangani ... 52

C. Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ... 53

D. Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir ... 55

E. Bayi Diberi ASI Eksklusif ... 57

(5)

G. Pelayanan Imunisasi ... 60

H. Pemberian Kapsul Vitamin A pada Bayi dan Anak Balita ... 64

I. Balita Ditimbang (Pencapaian D/S) ... 64

J. Status Gizi Balita Berdasarkan Hasil Bulan Timbang ... 66

K. Balita Gizi Buruk ... 67

L. Pelayanan Kesehatan Pada Usia Pendidikan Dasar ... 70

5.3 Kesehatan Pada Penduduk Usia Produktif ... 72

5.4 Kesehatan Usia Lanjut... 75

BAB VI PENGENDALIAN PENYAKIT 6.1. Penyakit Menular Langsung A. TBC ... 79

B. Pneumonia ... 83

C. HIV/AIDS ... 84

D. Diare ... 88

E. Kusta ... 90

6.2. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi A. Acute flaccid paralysis (AFP) Non Polio Per 100.000 Penduduk<15 Tahun ... 93

B. Hepatitis B ... 94

C. Campak ... 95

D. KLB Ditangani < 24 jam ... 95

6.3. Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotic A. Demam Berdarah Dengue (DBD) ... B. Malaria ... C. Filariasis ... 6.4. PENYAKIT TIDAK MENULAR A. Hipertensi ... 100

B. Diabetes Mellitus ... 103

C. Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara... 104

D. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Gangguan Jiwa Berat ... 104

(6)

Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2019 v

BAB VII KEADAAN LINGKUNGAN

7.1 Penyelenggaraan Air Mimum ... 107

7.2 Akses Sanitasi ... 108

7.3 Sanitasi Total Berbasis Massyarakat (STBM) ... 110

7.4 Tempat Tempat Umum Yang Memenuhi Syarat Kesehatan ... 112

7.5 Tempat Pengelolaan Makanan Yang Memenuhi Syarat Kesehatan ... 114

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Kabupaten Situbondo ... 1 Gambar 1.2 Piramida Penduduk Menurut Golongan Umur

Kabupaten Situbondo Tahun 2019 ... 3 Gambar 1.3. Angka Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Situbondo,

Jawa timur dan Nasional Tahun 2015 s.d. 2019 ... 4 Gambar 1.4 Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Penduduk

Kabupaten Situbondo Tahun 2018 ... ... 5 Gambar 1.5 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan

Kabupaten Situbondo ... 7 Gambar 2.1 Perkembangan Strata Posyandu di Kabupaten Situbondo

Tahun 2015 s.d 2019 ... 23 Gambar 2.2 Cakupan Posyandu PURI Per Puskesmas Di

Kabupaten Situbondo ... 24 Gambar 4.1 Cakupan Kepemilikan Jaminan Kesehatan Penduduk

Di Kabupaten Situbondo Tahun 2019 ... 30 Gambar 4.2 Trend Kepemilikan Jaminan Kesehatan Di Kabupaten

Situbondo Tahun 2015 s.d 2019 ... 30 Gambar 4.3. Perkembangan Anggaran Kesehatan Kabupaten situbondo

Tahun 2015 – 2019 ... 33 Gambar 5.1 Sebaran Kematian Ibu Di Kabupaten Situbondo

Tahun 2019 ... 35 Gambar 5.2 Trend AKI di Kabupaten Situbondo Tahun 2015-2019 ... 35 Gambar 5.3 Penyebab Kematian Ibu Maternal di Kabupaten Situbondo

Tahun 2019 ... 36 Gambar 5.4 Trend Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1, K4 dan

Drop Out K4 Kabupaten Situbondo Tahun 2015 – 2019 ... 38 Gambar 5.5. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1, K4 dan Drop Out K4

Kabupaten Situbondo Per Puskesmas Tahun 2019 ... 39 Gambar 5.6. Cakupan Pertolongan Persalinan Tenaga Kesehatan, Persalinan

di Fasilitas Kesehatan dan Persalinan Dukun Per Puskesmas

Kabupaten Situbondo Tahun 2019 ... 41

Gambar 5.7 Trend Cakupan Pertolongan Persalinan Nakes Non Faskes, Persalinan Nakes dan Persalinan Dukun di Kabupaten Situbondo Tahun 2015 s.d. 2019 ... 42

(8)

Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2019 vii Gambar 5.8 Trend Pencapaian Pemberian Fe3 Di Kabupaten Situbondo

Tahun 2015 s.d. 2019 ... 44 Gambar 5.9 Trend Cakupan Komplikasi Kebidanan Ditangani Di Kabupaten

Situbondo Tahun 2015 s/d 2019 ... 46 Gambar 5.10 Cakupan Pelayanan Nifas Kabupaten Situbondo Tahun 2015-2019.... 47 Gambar 5.11. Trend Penggunaan Alat Kontrasepsi KB Di Kabupaten Situbondo

Tahun 2015 s.d. 2019 ... 48 Gambar 5.12 Trend Angka Kematian Bayi (AKB) Kabupaten Situbondo

Tahun 2015-2019 ... 50 Gambar 5.13 Penyebab Kematian Bayi di Kabupaten Situbondo Tahun 2019 ... 51 Gambar 5.14 Trend Cakupan Komplikasi Neonatal Ditangani Di

Kabupaten Situbondo Tahun 2015-2019 ... 53 Gambar 5.15. Trend Kasus BBLR Di Kabupaten Situbondo

Tahun 2015 s.d. 2019 ... 54 Gambar 5.16 Cakupan KN1, KN Lengkap dan Drop Out KN Lengkap

Di Kabupaten Situbondo Per Puskesmas Tahun 2019 ... 55 Gambar 5.17. Trend Cakupan Kunjungan Neonatus Kabupaten Situbondo

Tahun 2015 s.d 2019 ... 56 Gambar 5.18. Pelayanan Kesehatan Bayi, Anak Balita dan Balita

Kabupaten Situbondo Per Kecamatan Tahun 2019 ... 58 Gambar 5.19. Trend Pelayanan Kesehatan Bayi, Anak Balita dan Balita

Kabupaten Situbondo Tahun 2017 dan 2019 ... 59 Gambar 5.20 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Puskesmas Tahun 2019 ... 61 Gambar 5.21 Trend Cakupan Desa/Kelurahan UCI (Universal Child Imunization)

Kabupaten Situbondo Tahun 2015 – 2019 ... 61 Gambar 5.22 Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Kabupaten Situbondo

Per Puskesmas Tahun 2019 ... 62 Gambar 5.23 Trend D/S di Kabupaten Situbondo Tahun 2015-2019 ... 65 Gambar 5.24 Sebaran Kasus Gizi Buruk Per Puskesmas Kabupaten Situbondo

Tahun 2019 ... 67 Gambar 5.25 Trend Kasus Gizi Buruk Kabupaten Situbondo Tahun 2015-2019 ... 68 Gambar 5.26 Penyebab kasus gizi buruk di Kabupaten Situbondo tahun 2018

dan 2019 Kabupaten Situbondo Tahun 2019 ... 69 Gambar 5.27 Hasil Pelayanan Kesehatan Pada Usia Produktif Per Puskesmas

Kabupaten Situbondo Tahun 2019 ... 73 Gambar 5.28 Cakupan Skrining Uspro dan Pelayanan Kesehatan Uspro Sesuai

(9)

Gambar 5.29 Cakupan Skrining Usila dan Pelayanan Kesehatan Usila Sesuai

Standar Kabupaten Situbondo Tahun 2017 – 2019 ... 76 Gambar 5.30 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila Kabupaten Situbondo

Per Puskesmas Tahun 2019 ... 77 Gambar 6.1. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Terduga Tuberculosis

Kabupaten Situbondo Per Puskesmas Tahun 2019 ... 80 Gambar 6.2. Trend Angka Kesembuhan dan Angka Keberhasilan Pengobatan

Tuberculosis Kabupaten Situbondo Tahun 2015 s.d 2019... 81 Gambar 6.3. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Risiko Terinveksi HIV

Tahun 2017-2019 ... 86 Gambar 6.4. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Risiko Terinveksi HIV

Kabupaten Situbondo Per Puskesmas Tahun 2019 ... 87 Gambar 6.5. Cakupan Penemuan dan Penanganan Diare Pada Semua Umur

Dan Diare Pada Balita Kabupaten Situbondo Per Puskesmas

Tahun 2019 ... 89 Gambar 6.6. Prevalensi Kusta Kabupaten Situbondo Menurut Puskesmas

Per 10.000 Penduduk Tahun 2019 ... 91 Gambar 6.7 Trend Penemuan Kasus AFP di Kabupaten Situbondo

Tahun 2011 s.d. 2019 ... 94 Gambar 6.8 Trend Kasus DBD di Kabupaten Situbondo Tahun 2008 s.d 2019 ... 97 Gambar 6.9 Trend Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi Di Kabupaten

Situbondo Tahun 2017 – 2019 ... 101 Gambar 6.10 Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi Per Puskesmas

Kabupaten Situbondo Tahun 2019 ... 102 Gambar 6.11 Trend pelayanan kesehatan ODGJ Berat Kabupaten Situbondo

Tahun 2017- 2019 ... 105 Gambar 6.12 Pelayanan Kesehatan ODGJ Berat Per Puskesmas

Kabupaten Situbondo Tahun 2019 ... 105 Gambar 7.1. Cakupan Jamban Sehat Per Puskesmas Kabupaten Situbondo

Tahun 2019 ... 109 Gambar 7.2. Cakupan Jamban Sehat Per Puskesmas Kabupaten Situbondo

Tahun 2019 ... 111 Gambar 7.3. Cakupan Desa ODF Per Puskesmas Kabupaten Situbondo

Tahun 2019 ... 112 Gambar 7.4 Tempat Tempat Umum Di Kabupaten Situbondo Yang Memenuhi

Syarat Kesehatan Berdasarkan Jenisnya Tahun 2019 ... 112 Gambar 7.5 Capaian TTU Memenuhi Syarat Per Puskesmas Kabupaten

(10)

Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2019 ix Gambar 7.6 TPM Di Kabupaten Situbondo Yang Memenuhi Syarat Kesehatan

Berdasarkan Jenisnya Tahun 2019 ... 115

Gambar 7.7 Trend TPM Memenuhi Syarat Kesehatan Kabupaten Situbondo

Tahun 2016-2019 ... 116 Gambar 7.8 Distribusi Capaian TPM Memenuhi Syarat Kabupaten Situbondo

(11)

DAFTAR

TABEL

Tabel 1.1. Tujuan dan Sasaran Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo

Tahun 2016-2021 ... 9 Tabel 2.1 Jumlah Sarana Farmasi dan Perbekalan Kesehatan di

Kabupaten Situbondo Tahun 2018 dan 2019 ... 19 Tabel 2.2 Tabel Item Obat Dan Vaksin ... 20 Tabel 6.1 Pencapaian Indikator Program Pengendalian Penyakit

Kusta di Kabupaten Situbondo Tahun 2015 – 2019 ... 92 Tabel 6.2. Capaian Program Pengendalian Penyakit Demam Berdarah

(12)

Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2019 xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Luas Wilayah, Jumlah Kecamatan, Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan

Lampiran 2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Rasio Beban Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin dan Kecamatan Lampiran 3 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Melek

Huruf dan Ijazah Tertinggi yang Diperoleh Menurut Jenis Kelamin Menurut Jenis Kelamin

Lampiran 4 Lampiran 5

Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kepemilikan

Jumlah Kunjungan Pasien Baru Rawat Jalan, Rawat Inap, Dan Kunjungan Gangguan Jiwa Di Sarana Pelayanan Kesehatan

Lampiran 6 Persentase Rumah Sakit Dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat (GADAR ) Level I

Lampiran 7 Angka Kematian Pasien Di Rumah Sakit Lampiran 8 Indikator Kinerja Pelayanan Di Rumah Sakit

Lampiran 9 Persentase Puskesmas Dengan Ketersediaan Obat Dan Vaksin Esensial

Lampiran 10 Jumlah Posyandu Dan Posbindu PTM Menurut Kecamatan Dan Puskesmas

Lampiran 11 Jumlah Tenaga Medis Di Fasilitas Kesehatan

Lampiran 12 Jumlah Tenaga Keperawatan Dan Kebidanan Di Fasilitas Kesehatan

Lampiran 13 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Lingkungan, Dan Gizi Di Fasilitas Kesehatan

Lampiran 14 Jumlah Tenaga Teknik Biomedika, Keterapian Fisik, Dan Keteknisan Medik Di Fasilitas Kesehatan

Lampiran 15 Jumlah Tenaga Kefarmasian Di Fasilitas Kesehatan

Lampiran 16 Jumlah Tenaga Penunjang/Pendukung Kesehatan Di Fasilitas Kesehatan

(13)

Lampiran 18 Persentase Desa Yang Memanfaatkan Dana Desa Untuk Kesehatan Menurut Kecamatan Dan Puskesmas

Lampiran 19 Alokasi Anggaran Kesehatan

Lampiran 20 Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas

Lampiran 21 Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur, Kecamatan, Dan Puskesmas

Lampiran 22 Jumlah Kematian Ibu Menurut Penyebab, Kecamatan, Dan Puskesmas

Lampiran 23 Cakupan Pelayanan Kesehatan Pada Ibu Hamil, Ibu Bersalin, Dan Ibu Nifas Menurut Kecamatan Dan Puskesmas

Lampiran 24 Cakupan Imunisasi TD Pada Ibu Hamil Menurut Kecamatan Dan Puskesmas

Lampiran 25 Persentase Cakupan Imunisasi TD Pada Wanita Usia Subur Yang Tidak Hamil Menurut Kecamatan Dan Puskesmas

Lampiran 26 Persentase Cakupan Imunisasi TD Pada Wanita Usia Subur (Hamil Dan Tidak Hamil) Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Lampiran 27 Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Tambah Darah

(TTD) Menurut Kecamatan Dan Puskesmas

Lampiran 28 Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan, Dan Puskesmas

Lampiran 29 Cakupan Dan Proporsi Peserta KB Pasca Persalinan Menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan, Dan Puskesmas

Lampiran 30 Jumlah Dan Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan Dan Komplikasi Neonatal

Lampiran 31 Jumlah Kematian Neonatal, Bayi, Dan Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas

Lampiran 32 Jumlah Kematian Neonatal, Bayi, Dan Anak Balita Menurut Penyebab Utama, Kecamatan, Dan Puskesmas

Lampiran 33 Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas

Lampiran 34 Cakupan Kunjungan Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas

Lampiran 35 Bayi Baru Lahir Mendapat IMD Dan Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi < 6 Bulan Menurut Kecamatan Dan Puskesmas

(14)

Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2019 xiii Lampiran 36 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Jenis Kelamin,

Kecamatan, Dan Puskesmas

Lampiran 37 Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Menurut Kecamatan Dan Puskesmas

Lampiran 38 Cakupan Imunisasi Hepatitis B0 (0 -7 HARI) dan BCG Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas

Lampiran 39 Cakupan Imunisasi DPT-HB-Hib 3, Polio 4*, Campak/MR, Dan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas

Lampiran 40 Cakupan Imunisasi Lanjutan DPT-HB-Hib 4 Dan Campak/MR2 Pada Anak Usia Dibawah Dua Tahun (BADUTA)

Lampiran 41 Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi Dan Anak Balita Menurut Kecamatan Dan Puskesmasas

Lampiran 42 Cakupan Pelayanan Kesehatan Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas

Lampiran 43 Jumlah Balita Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas

Lampiran 44 Status Gizi Balita Berdasarkan Indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB Menurut Kecamatan Dan Puskesmas

Lampiran 45 Cakupan Pelayanan Kesehatan Peserta Didik SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA Serta Usia Pendidikan Dasar Menurut Kecamatan Dan Puskesmas

Lampiran 46 Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Menurut Kecamatan Dan Puskesmas

Lampiran 47 Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Anak SD Dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas Lampiran 48 Pelayanan Kesehatan Usia Produktif Menurut Jenis Kelamin,

Kecamatan, Dan Puskesmas

Lampiran 49 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas

Lampiran 50 Puskesmas Yang Melaksanakan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Keluarga

Lampiran 51 Jumlah Terduga Tuberkulosis, Kasus Tuberkulosis, Kasus Tuberkulosis Anak, Case Notification Rate (CNR) Per 100.000 Penduduk Dan Case Detection Rate (CDR) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas

(15)

Lampiran 52 Angka Kesembuhan Dan Pengobatan Lengkap Serta Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas

Lampiran 53 Penemuan Kasus Pneumonia Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas

Lampiran 54 Jumlah Kasus HIV Menurut Jenis Kelamin Dan Kelompok Umur Lampiran 55 Jumlah Kasus Dan Kematian Akibat AIDS Menurut Jenis Kelamin

Dan Kelompok Umur

Lampiran 56 Kasus Diare Yang Dilayani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas

Lampiran 57 Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas

Lampiran 58 Kasus Baru Kusta Cacat Tingkat 0, Cacat Tingkat 2, Penderita Kusta Anak<15 Tahun, Menurut Kecamatan, Dan Puskesmas Lampiran 59 Jumlah Kasus Terdaftar Dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta

Menurut Tipe/Jenis, Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas Lampiran 60 Penderita Kusta Selesai Berobat (Release From Treatment/RFT)

Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas

Lampiran 61 Jumlah Kasus AFP (Non Polio) Menurut Kecamatan Dan Puskesmas

Lampiran 62 Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas Lampiran 63 Kejadian Luar Biasa (KLB) Di Desa/Kelurahan Yang Ditangani <

24 Jam

Lampiran 64 Jumlah Penderita Dan Kematian Pada KLB Menurut Jenis Kejadian Luar Biasa (KLB)

Lampiran 65 Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas

Lampiran 66 Kesakitan Dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas

Lampiran 67 Penderita Kronis Filariasis Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas

Lampiran 68 Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas

Lampiran 69 Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus (DM) Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Menurut Kecamatan Dan Puskesmas

(16)

Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2019 xv Lampiran 70 Cakupan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dengan Metode IVA

DAN Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Klinis (SADANIS) Lampiran 71 Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)

Berat Menurut Kecamatan Dan Puskesmas

Lampiran 72 Persentase Sarana Air Minum Yang Dilakukan Pengawasan

Lampiran 73 Jumlah KK Dengan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Yang Layak (Jamban Sehat) Menurut Kecamatan, Dan Puskesmas

Lampiran 74 Desa Yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Lampiran 75 Persentase Tempat-Tempat Umum (TTU) Memenuhi Syarat

Kesehatan Menurut Kecamatan Dan Puskesmas

Lampiran 76 Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut Kecamatan Dan Puskesmas

(17)

BAB 1

GAMBARAN UMUM KABUPATEN

SITUBONDO

2.1. KEADAAN GEOGRAFIS

Kabupaten Situbondo merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang cukup dikenal dengan sebutan Daerah Wisata Pantai Pasir Putih. Kabupaten Situbondo terletak di posisi antara 7°35’ - 7°44’ Lintang Selatan dan 113°30’ – 114°42’ Bujur Timur dengan batas wilayah:

❖ Sebelah utara : Selat Madura ❖ Sebelah timur : Selat Bali

❖ Sebelah selatan : Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi ❖ Sebelah barat : Kabupaten Probolinggo

(18)

Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2019

Luas Kabupaten Situbondo adalah 1.638,50 km² atau 163.850 Ha, dan bentuknya memanjang dari barat ke timur kurang lebih 150 Km. Pantai utara umumnya merupakan dataran rendah dan di sebelah selatan merupakan dataran tinggi dengan rata-rata lebar wilayah kurang lebih 11 km.

Dari 17 kecamatan yang ada, diantaranya terdiri dari 13 kecamatan memiliki pantai dan 4 kecamatan tidak memiliki pantai, yaitu Kecamatan Sumbermalang, Kecamatan Jatibanteng, Kecamatan Situbondo, dan Kecamatan Panji.

Temperatur daerah ini lebih kurang diantara 25,8° - 29,8°C dengan rata-rata curah hujan sebesar 994 mm – 1.503 mm per tahunnya sehingga daerah ini tergolong daerah kering. Kabupaten Situbondo berada pada ketinggian 0 - 1.250 m di atas permukaan air laut.

2.2. WILAYAH ADMINISTRASI

Wilayah administrasi di Kabupaten Situbondo terbagi menjadi : ❖ Kecamatan : 17 wilayah

❖ Desa/Kelurahan : 132 Desa/4 Kelurahan ❖ Dusun/Lingkungan : 660 dusun/lingkungan ❖ Rukun Warga (RW) : 1.220 RW

❖ Rukun Tetangga (RT) : 3.189 RT

Jumlah desa terbanyak berada di Kecamatan Panji, yaitu sebanyak 12 desa dan yang paling sedikit jumlah desa di Kecamatan Banyuputih, yaitu sebanyak 5 desa. Sedangkan 4 kelurahan berada di Kecamatan Situbondo (2 kelurahan) dan Kecamatan Panji (2 kelurahan). Dari 136 desa yang ada, 33 desa diantaranya tergolong wilayah perkotaan dan 103 wilayah pedesaan.

2.3. KEPENDUDUKAN

Data kependudukan merupakan salah satu data pokok yang sangat diperlukan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan karena penduduk selain merupakan obyek juga merupakan subyek pembangunan.

Berdasarkan hasil Proyeksi BPS Kabupaten, jumlah penduduk Kabupaten Situbondo pada tahun 2019 mencapai 682.978 jiwa yang terdiri dari 333.198 penduduk

(19)

laki–laki dan 349.780 penduduk perempuan. Angka Kepadatan penduduk Kabupaten Situbondo pada tahun 2019 adalah 416,8 jiwa/km2.

Dari jumlah penduduk yang tersebar di 17 kecamatan di Kabupaten Situbondo, tiga kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamatan Panji (71.662 jiwa), Kecamatan Besuki (63.988 jiwa) dan Kecamatan Banyuputih (56.539 jiwa). Sedangkan tiga kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Jatibanteng (23.202 jiwa), Kecamatan Mlandingan (23.880 jiwa), dan Kecamatan Banyuglugur (23.626 jiwa).

Komposisi Penduduk Menurut Golongan Umur Kabupaten Situbondo Tahun 2019 dapat dilihat pada Gambar 1.2 berikut.

Gambar 1.2 Piramida Penduduk Menurut Golongan Umur Kabupaten Situbondo Tahun 2019

Sumber: BPS Situbondo

Dari grafik piramida di atas diketahui bahwa komposisi penduduk terbesar adalah kelompok umur 20-24 tahun (7,68%) dan kelompok umur 45+49 tahun (7,63%). Sedangkan komposisi penduduk paling sedikit adalah kelompok usia 75+ tahun (2,28%) dan kelompok umur 70-74 tahun (2,45%). Data kependudukan yang lebih detail dapat dilihat di Lampiran Data Profil Kesehatan Tabel 2.

10.0 8.0 6.0 4.0 2.0 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 0 - 4 10 - 14 20 - 24 30 - 34 40 - 44 50 - 54 60 - 64 70 - 74 Perempuan Laki-Laki

(20)

Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2019 2.4. PEREKONOMIAN

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian yang berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi mempunyai arti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi oleh masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat makin meningkat, sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Situbondo pada tahun 2019 sebesar 5,45% dan sedikit mengalami penurunan (0,02 poin) bila dibandingkan dengan tahun 2018 yang mencapai 5,47%. Jika dibandingkan dengan angka pertumbuhan ekonomi Propinsi dan Nasional tahun 2019, angka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Situbondo masih di bawah pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur (5,52%) namun sudah di atas pertumbuhan ekonomi nasional (5,02%). Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur dan Nasional 5 tahun terakhir disajikan pada Gambar 1.3 berikut.

Gambar 1.3. Angka Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Situbondo, Jawa timur dan Nasional Tahun 2015 s.d. 2019

Sumber : BPS Situbondo

2.5. PENDIDIKAN

Berdasarkan jenjang pendidikan yang dimatkan, sebagian besar penduduk Kabupaten Situbondo Tahun 2017 adalah tamatan Sekolah Dasar/Sederajat (29,86%),

(21)

kemudian di peringkat kedua SLTA sederajat (12,75%), SLTP sederajat (11,26%) dan Sarjana (2,99%). Berikut ini disajikan diagram Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Penduduk Kabupaten Situbondo Tahun 2018.

Gambar 1.4 Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Penduduk Kabupaten Situbondo Tahun 2018

Sumber: Dispenduk Capil Tahun 2018

Sedangkan angka melek huruf kabupaten Situbondo tahun 2018 sebesar 93,1%, atau 425.278 penduduk usia 15-59 tahun bisa membaca dan menulis dari 456.883 total penduduk usia 15-59 tahun (Dinas Pendidikan dalam Profil Kependudukan Kabupaten Situbondo Tahun 2018).

2.6. DATA UMUM ORGANISASI

Peraturan Bupati nomor 58 tahun 2016 tentang Uraian Tugas dan Fungsi, Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo menyebutkan bahwa Dinas Kesehatan dipimpin oleh Kepala Dinas yang dibantu oleh 1 (satu) Sekretaris dan 4 (empat) Kepala Bidang. Setiap bidang membawahi 3 (tiga) Kepala Seksi sesuai dengan bidangnya. Sedangkan Sekretaris dibantu oleh 3 (tiga) Kepala Sub Bagian.

a. Kepala Dinas

b. Sekretariat, membawahi:

1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

(22)

Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2019

3. Sub Bagian Penyusunan Program dan Informasi

c. Bidang Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat, membawahi; 1. Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 2. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat

3. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga d. Bidang Sumber Daya Kesehatan, membawahi;

1. Seksi Kefarmasian, Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan 2. Seksi Pembiayaan Kesehatan

3. Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan

e. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, membawahi : 1. Seksi Surveilans dan Imunisasi

2. Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

3. Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa

f. Bidang Pelayanan Kesehatan, membawahi :

1. Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional 2. Seksi Pelayanan kesehatan Rujukan

3. Seksi Peningkatan Mutu Fasilitas Pelayanan Kesehatan g. Unit Pelaksana Teknis Dina (UPTD) terdiri dari :

1. Puskesmas 17 unit

2. Gudang Farmasi Kesehatan (GFK) 1 unit

3. Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) 1 unit

2.7. STRUKTUR ORGANISASI

Dalam melaksanakan tugas dan kewenangan di bidang kesehatan, Dinas Kesehatan memiliki struktur organisasi sebagai berikut :

(23)

Gambar 1.5. STRUKTUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO

SEKSI KEFARMASIAN, ALAT KESEHATAN &

PERBEKALAN KESEHATAN SEKSI SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN SEKSI PEMBIAYAAN KESEHATAN UPTD : PUSKESMAS, GFK, dan Labkesda SEKSI PENCEGAHAN & PEMBERANTASAN PENYAKIT TIDAK MENULAR DAN KESEHATAN JIWA SEKSI PENCEGAHAN & PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR SEKSI SURVEILANS DAN IMUNISASI SEKSI PENINGKATAN MUTU FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN SEKSI PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN SEKSI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER DAN TRADISIONAL SEKSI PROMOSI KESEHATAN & PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEKSI KESEHATAN LINGKUNGAN, KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA SEKSI KESEHATAN KELUARGA DAN GIZI MASYARAKAT

SUB BAG UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUB BAG PENYUSUNAN PROGRAM DAN INFORMASI SUB BAG KEUANGAN DAN PENGELOLAAN ASET BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT BIDANG SUMBER DAYA KESEHATAN BIDANG PELAYANAN KESEHATAN BIDANG PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

KEPALA

DINAS KESEHATAN

SEKRETARIAT KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

(24)

Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2019 2.8. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DINAS KESEHATAN

KABUPATEN SITUBONDO 2.8.1. VISI

Visi Dinas Kesehatan Situbondo Mengikuti Visi Kepala Daerah yang ada di RPJMD Tahun 2016 – 2021 yaitu “Terwujudnya Masyarakat Situbondo Yang

Madani, Mandiri, Serta Lebih Beriman, Sejahtera, dan Berkeadilan”

2.8.2. MISI

Misi Dinas Kesehatan juga mengacu pada Misi Bupati yang ada di RPJMD Tahun 2016 – 2021, yakni Misi I dan Misi IV. Misi I : “ Mewujudkan SDM yang beriman, berkualitas, berprestasi dan aktif dalam pembangunan” dan Misi IV. Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo dan seluruh jajaran organisasi kesehatan di wilayah Kabupaten Situbondo memiliki peran, fungsi, kewenangan dan bertanggung jawab secara teknis terhadap pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan Kabupaten Situbondo.

2.8.3. TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan dan Sasaran Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2016-2021 disajikan pada Tabel 1.1 berikut.

(25)

Tabel 1.1. Tujuan dan Sasaran Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2016-2021

Indeks Kesehatan

I Kesehatan = AHH - AHH min 0,75 0,75 0,76 0,76 0,77 0,77 Meningkatnya akses pelayanan

kesehatan

AHH Angka Harapan Hidup : rata - rata perkiraan banyak tahun yang ditempuh oleh seseorang selama hidup 68,41 68,55 68,65 68,75 68,85 69,00 IKM Pelayanan Kesehatan

Jumlah Nilai IKM Puskesmas dan RSUD > 76 / Jumlah Puskesmas dan RSUD x 100%

76% 77% 78% 79% 80% 81% Prosentase Puskesmas yg

memiliki nilai IKM > 76

Jumlah nilai IKM Puskesmas > 76 / Jumlah Puskesmas x 100% 74% 77% 78% 79% 80% 81% 82% Prosentase Rumah Sakit yg memiliki nilai IKM > 76

Jumlah nilai IKM Rumah Sakit > 76 / Jumlah Rumah Sakit x 100% 76% 77% 77,5% 78% 78,5% 79% 79,5% 2 Meningkatnya Tata Kelola Pemerintahan Perangkat Daerah Capaian Nilai Sakip Peangkat Daerah 61.96 (B) 70.5 (BB) 75 (BB) 80 (BB) 85 (BB) Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja Perangkat Daerah Capaian Nilai Sakip Perangkat Daerah Hasil Evaluasi Sakip Inspektorat Tahun N

85 (A) 85 (A) 85 (A) 88 (A) 88 (A) 2017 Meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat 2017 2018 2020 PENJELASAN/DO/FORMULASI PERHITUNGAN INDIKATOR SASARAN 2016 PENJELASAN/DO/ FORMULASI PERHITUNGAN 2015

TARGET INDIKATOR SASARAN No 2020 2021 2019 1 Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan 2018 2019 2016 SASARAN TUJUAN IINDIKATOR TUJUAN

TARGET INDIKATOR TUJUAN 2021

(26)

Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2019

BAB 2

SARANA KESEHATAN

2.1. JUMLAH DAN JENIS SARANA KESEHATAN

Penyediaan sarana kesehatan yang memadai diharapkan dapat menjangkau seluruh masyarakat, baik di perkotaan maupun di perdesaan agar mendapatkan pelayanan kesehatan dengan mudah dan bermutu. Sarana pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan baik pemerintah maupun swasta yang ada di Kabupaten Situbondo tahun 2019 meliputi 6 rumah sakit, 16 klinik pratama dan 17 puskesmas dengan 59 Puskesmas pembantu, 101 Ponkesdes dan 29 Puskesmas Keliling (Lampiran Profil Tabel 4).

A. Puskesmas Dan Jaringannya

Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan sampai ditingkat Kecamatan. Jumlah Puskesmas di Kabupaten Situbondo tahun 2019 bertambah 3 unit, yakni dari 17 Puskesmas menjadi 20 Puskesmas. Tiga Puskesmas tersebut adalah Puskesmas Widoropayung Kecamatan Besuki, Puskesmas Klampokan Kecamatan Panji dan Puskesmas Wonorejo Kecamatan Banyuputih. Ketiga Puskesmas tersebut merupakan pengembangan dari Pustu yang ditingkatkan statusnya menjadi Puskesmas.

Dari 20 Puskesmas yang ada di Kabupaten situbondo 17 diantaranya merupakan puskesmas perawatan dan 3 puskesmas non perawatan (Puskesmas Widoropayung, Panji dan Situbondo). Rasio puskesmas terhadap penduduk di Kabupaten Situbondo tahun 2019 sebesar 2.92 per 100.000 penduduk, artinya setiap 100.000 penduduk dilayani oleh 2-3 Puskesmas atau 1 (satu) Puskemas melayani 34.149 penduduk. Kondisi tersebut menunjukan bahwa jumlah puskesmas di Kabupaten Situbondo meskipun sudah bertambah, namun masih kurang dari target nasional, yakni 1 (satu) Puskesmas rata-rata melayani 30.000 penduduk.

(27)

Puskesmas merupakan garda terdepan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar. Masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu. Puskesmas juga semakin memberikan pelayanan yang berkualitas dan untuk menjamin perbaikan mutu tersebut dilakukan melalui mekanisme akreditasi. Akreditasi Puskesmas menilai tiga kelompok pelayanan di Puskesmas yaitu Administrasi Manajemen, Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perorangan. Jika standar-standar tersebut terpenuhi, maka akan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk berkunjung ke Puskesmas. Dari 20 Puskesmas di Kabupaten Situbondo, 17 Puskesmas sudah terakreditasi sedangkan 3 unit sisanya belum terakreditasi karena masih merupakan Puskesmas Baru. Komposisi 17 Puskesmas yang sudah terakreditasi tersebut adalah terakreditasi Dasar sebanyak 2 unit, terakreditasi Madya sebanyak 8 unit dan terakreditasi Utama sebanyak 7 unit.

Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas pelayanan Puskesmas didukung oleh jaringan pelayanan Puskesmas. Jaringan pelayanan Puskesmas terdiri atas Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan bidan desa.

a. Puskesmas pembantu memberikan pelayanan kesehatan secara permanen di suatu lokasi dalam wilayah kerja Puskesmas. Jumlah Puskesmas pembantu di Kabupaten Situbondo pada tahun 2019 sebanyak 59 unit.

b. Puskesmas Keliling memberikan pelayanan kesehatan yang sifatnya bergerak (mobile) untuk meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas yang belum terjangkau oleh pelayanan dalam gedung Puskesmas. Jumlah puskesmas keliling di Kabupaten Situbondo pada tahun 2019 sebanyak 29 unit.

c. Ponkesdes yang merupakan program ICON pemerintahan Provinsi Jawa Timur. Ponkesdes merupakan Pengembangan Fungsi Polindes. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas dan pendekatan akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Jumlah Ponkesdes di Kabupaten Situbondo sampai dengan tahun 2019 sebanyak 101 Ponkesdes.

B. Rumah Sakit

(28)

Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2019

sakit tersebut adalah RSUD Abdoer Rahem, RS Elizabeth, RSUD Besuki, RSUD Asembagus, RS Mitra Sehat dan RSIA Jatimed.

C. Klinik

Jumlah klinik di Kabupaten Situbondo tahun 2019 sebanyak 16 unit, yang semuanya tergolong kategori klinik pratama. Berdasarkan kepemilikannya 16 klinik tersebut terdiri dari klinik TNI/POLRI1 sebanyak 3 unit, Klinik BUMN sebanyak 1 unit dan sisanya merupakan klinik swasta sebanyak 12 unit.

Jumlah sarana kesehatan lainnya di Kabupaten Situbondo tahun 2019 secara rinci dapat dilihat di lampiran Profil Tabel 4.

Kabupaten Situbondo juga memiliki beberapa program inovasi untuk mendekatkan akses masyarakat terhadap sarana kesehatan, dua diantaranya yang paling terkenal adalah Ambugellu dan Rumah Pemulihan Gizi (RPG.

D. Ambulance Gerak Langsung Layanan Umum (Ambugellu)

Ambugellu merupakan salah satu sarana kesehatan unggulan Kabupaten Situbondo yang dirancang untuk mendekatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Semua pelayanan yang diberikan di Ambugellu adalah gratis. Ambugellu memberikan pelayanan satu minggu satu kali setiap malam minggu dengan tiga titik pelayanan, yakni:

a. Alun-alun Kecamatan Asembagus untuk menjangkau masyarakat di wilayah timur Kab. Situbondo,

b. Alun-alun Kabupaten Situbondo untuk menjangkau masyarakat di wilayah tengah Kab. Situbondo, dan

c. Alun-alun Kecamatan Besuki untuk menjangkau masyarakat di wilayah barat Kab. Situbondo

Pelayanan kesehatan yang diberikan di Ambugellu meliputi pengobatan, konsultasi kesehatan, pemeriksaan kesehatan, kegiatan promotif dan preventif kesehatan dan pemeriksaan laboratorium sederhana (gula darah sewaktu dan asam urat).

(29)

E. Rumah Pemulihan Gizi (RPG)

RPG merupakan inovasi program gizi di Kabupaten Situbondo yang merupakan pusat rehabilitasi gizi dengan pelayanan gizi secara komprehensif terhadap balita gizi buruk maupun gizi kurang, gangguan kekurangan yodium serta permasalahan gizi berdasarkan kondisi individual anak, keluarga dan masyarakat dalam rangka meningkatkan status gizi masyarakat.

Tujuan didirikannya Rumah Pemulihan Gizi adalah sebagai berikut:

1. Memberikan tempat penanganan secara komprehensif bagi balita gizi buruk, maupun gizi kurang maupun gangguan akibat kekurangan yodium di Kabupaten Situbondo dalam rangka peningkatan status gizi

2. Memberikan pendidikan gizi kesehatan dan pengasuhan bagi orangtua balita untuk perawatan anaknya.

3. Memberikan konseling permasalahan gizi balita maupun tumbuh kembang bagi masyarakat kabupaten Situbondo.

4. Memberikan pendidikan gizi untuk peningkatan kualitas hidup1000 hari pertama kehidupan anak.

5. Memberikan wadah untuk optimalisasi peran lintas sektor dalam penanggulangan gizi buruk

6. Merupakan tempat penelitian berbasis pelayanan, guna intervensi lebih lanjut dalam peningkatan kualitas SDM yang selanjutnya dapat menigkatkan umur harapan hidup

Fasilitas pendukung RPG meliputi:

1. Ruang perawatan balita gizi buruk dengan peralatan medis memadai dilengkapi alat permainan edukatif.

2. Dapur dan ruang makan untuk makan bersama

3. Ruang konsultasi dan periksa dokter umum dan dokter spesialis anak 4. Ruang konsultasi psikologi

5. Ruang laktasi bagi bayi dan ibu menyusui

6. Ruang belajar dan bermain balita dengan sarana permainan edukatif dalam ruangan, luar ruangan masih dalam proses (tumbuh kembang)

(30)

Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2019

9. Ruang konsultasi gizi 10. Ruang rapat/ Minihall

11. Perpustakaan gizi utk orang tua balita dan ruang tunggu

Hasil yang diharapkan dari pelayanan di RPG adalah sbb:

1. Jangka Pendek : Menurunnya jumlah balita dengan status gizi buruk/ kurang dan balita pendek di kabupaten Situbondo

2. Jangka Panjang : Tersedianya tempat khusus penanganan masalah gizi , konsultasi, dan penyuluhan yang dapat dijadikan sebagai Rehabilitasi Center bagi masyarakat di Kabupaten Situbondo. Selanjutnya dapat dilakukan penelitian berbasis pelayanan melalui MOU dengan perguruan tinggi

2.2. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN

A. Puskesmas dan Jaringannya

Di FKTP terdapat kunjungan rawat jalan dan kunjungan rawat inap. Rawat jalan adalah pelayanan medis kepada seorang pasien untuk tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, dan pelayanan kesehatan lainnya, tanpa mengharuskan pasien tersebut dirawat inap. Sedangkan Rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses perangkapan pasien oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, di mana pasien diinapkan di suatu ruangan.

Kunjungan total rawat jalan Puskesmas tahun 2019 sebesar 1.089.008 jiwa dan mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2018 yang hanya 1,051,393 jiwa. Dengan jumlah penduduk Kabupaten Situbondo tahun 2019 sebesar 682.978 jiwa, berarti prosentase kunjungan rawat jalan Puskesmas adalah sebesar 159,4%. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat telah percaya kepada pelayanan kesehatan yang diberikan, karena jumlah kunjungan ke Puskesmas telah melampaui target 150 per mil atau 150%. Kunjungan rawat jalan Puskesmas se-Kabupaten Situbondo Tahun 2019 disajikan pada Lampiran Profil Tabel 5.

Dari 20 Puskesmas yang ada di Kabupaten Situbondo, 17 di antaranya adalah Puskesmas Rawat Inap. Total kunjungan rawat inap di Puskesmas rawat inap Tahun

(31)

2019 adalah 7.518 jiwa. Dengan jumlah tempat tidur sebanyak 145 TT, maka perhitungan rata-rata BOR / Bed Occupancy Rate adalah sebesar 14,2%. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan rawat inap Puskesmas masih dalam batas normal karena masih dalam rentang target 10 – 40 %.

Walaupun kunjungan rawat inap dan kunjungan rawat jalan telah mencapai target yang ditentukan, namun Puskesmas bersama jaringan dan jejaringnya wajib ingat prinsip penyelenggaraan Puskesmas, yakni paradigma sehat dan kemandirian masyarakat. Artinya, Puskesmas mendorong masyarakat dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, juga kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Bila mana ini benar-benar diterapkan maka yang berkunjung adalah masyarakat dengan kunjungan sehat yang ingin konsultasi, cek up kesehatan dan tidak membutuhkan obat-obatan.

B. Rumah Sakit

Rumah Sakit merupakan salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan dan berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan rujukan dari Puskesmas dan jaringannya. Oleh karena itu, rumah sakit perlu memperhatikan mutu dan kualitas pelayanan kesehatannya. Mutu pelayanan rumah sakit diantaranya dapat dilihat dari aspek-aspek penyelenggaraan pelayanan gawat darurat, aspek efisiensi dan efektivitas pelayanan serta keselamatan pasien. Beberapa indikator untuk mengetahui mutu efisiensi rumah sakit antara lain : pemanfaatan tempat tidur, pemanfaatan tenaga, pemanfaatan penunjang medik, dan keuangan. Indikator pemanfaatan tempat tidur sendiri yang mudah kita lihat dan kita ketahui adalah melalui angka BOR / Bed Occupancy Rate, BTO / Bed Turn Over, ALOS / Average Length Of Stay, TOI / Turn Over Interval.

1. Gadar Level 1

Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 44 Tahun 2009, rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan

(32)

Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2019

2018 tentang Pelayanan Kegawatdaruratan, penanganan kegawatdaruratan intrafasilitas pelayanan kesehatan yang dilakukan di Rumah Sakit meliputi 4 (empat) kategori, yakni pelayanan kegawatdaruratan level I, level II, level III, dan level IV. Pengkategorian ini berdasarkan atas kemampuan pelayanan sumber daya manusia, sarana, prasarana, obat, bahan medis habis pakai dan alat kesehatan.

Setiap Rumah Sakit wajib memiliki Pelayanan Kegawatdaruratan yang minimal mempunyai kemampuan:

1. Pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu untuk Rumah Sakit. 2. Memberikan pelayanan Kegawatdaruratan sesuai jam operasional untuk Puskesmas,

Klinik, dan tempat praktik mandiri Dokter, Dokter Gigi, dan tenaga kesehatan. 3. Menangani Pasien segera mungkin setelah sampai di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. 4. Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan berdasarkan kemampuan pelayanan,

sumber daya manusia, sarana, prasarana, obat dan bahan medis habis pakai, dan alat kesehatan.

5. Proses triase untuk dipilah berdasarkan tingkat kegawatdaruratannya, sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh profesi kedokteran dan/atau pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

6. Membuat alur masuk Pasien dengan penyakit infeksius khusus atau yang terkontaminasi bahan berbahaya sebaiknya berbeda dengan alur masuk Pasien lain. Jika fasilitas ruang isolasi khusus dan dekontaminasi tidak tersedia, Pasien harus segera dirujuk ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan lain yang memiliki fasilitas ruang isolasi khusus.

Rumah sakit dikatakan memiliki pelayanan kegawatdaruratan level I jika memenuhi kriteria sumber daya manusia sbb:

1. Dokter on site (berada di tempat) 24 jam

2. Dokter spesialis Bedah, Obgyn, Anak, Penyakit Dalam dan/atau spesialis lainnya on call.

3. Perawat On Site 24 Jam kecuali layanan tidak 24 jam (on call)

Semua Rumah Sakit di Kabupaten Situbondo sudah memiliki kemampuan pelayanan Gawat Darurat Level I (Lampiran Profil Tabel 6).

(33)

2. BOR (Bed Occupancy Rate)

BOR merupakan indikator untuk menggambarkan tinggi rendahnya pemanfaatan tempat tidur di rumah sakit. Jumlah tempat tidur (TT) yang tersebar di seluruh rumah sakit di Kabupaten Situbondo tahun 2019 kembali meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, yakni dari 508 TT tahun 2018 meningkat menjadi 601 TT tahun 2019. Jumlah tempat tidur (TT) yang terus meningkat diharapkan bisa menampung kebutuhan TT rawat inap seluruh daerah di Kabupaten Situbondo. Kapasitas tempat tidur yang mencukupi akan menunjang mutu pelayanan. Standar nilai BOR menurut Kemenkes RI adalah 60-85%

Dari 6 RS yang ada di Kabupaten Situbondo, RSIA Jatimed memiliki nilai BOR yang terkecil dan BOR nya masih jauh di bawah standar, yakni sebesar 19,4%. Meskipun demikian angka ini sudah mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 2,6%. Hal ini bisa dimaklumi mengingat RS tersebut baru beroperasional di tahun 2018 sehingga masih belum optimal. Dari 6 RS yang ada di Kabupaten Situbondo hanya 2 Rumah Sakit yang memiliki BOR di atas nilai standar, yakni RSUD Abdoer Rahem (60,7%) dan RS Mitra Sehat (75,6%) (Lampiran Profil Tabel 8).

Rumah sakit harus terus meningkatkan kualitasnya baik dalam hal pelayanan, SDM maupun sarananya agar bisa tetap eksis dan tidak kalah bersaing dengan sarana kesehatan lain karena kuantitas dan kualitas Puskesmas rawat inap dan klinik swasta di Kabupaten Situbondo terus meningkat dari tahun ke tahun.

3. TOI (Turn Over Interval)

TOI merupakan indikator untuk menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur rumah sakit. Idealnya adalah 1-3 hari. Rentang TOI yang pendek menunjukkan banyaknya pasien yang harus dilayani sedangkan rentang yang sangat panjang disebabkan masih sedikitnya pasien yang dirawat karena keberadaan rumah sakit yang masih baru berdiri atau mungkin kurang.

Berdasarkan Lampiran Profil Tabel 8 diketahui bahwa dari 6 RS yang ada di Kabupaten Situbondo, 3 RS sudah memiliki nilai TOI sesuai standar, yakni RSUD

(34)

Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2019

yang terlampau tinggi, yakni sebesar 15 hari. Hal ini bisa dimaklumi mengingat RS tersebut baru beroperasional di tahun 2018 sehingga masih belum optimal. Namun, untuk dua Rumas Dakit lainnya, yakni RSUD Asembagus dan RSUD Besuki perlu mendapat perhatian khusus mengingat angka TOI berkaitan erat dengan minat masyarakat.

4. ALOS (Average Length Of Stay)

ALOS merupakan indikator untuk mengukur rata-rata lama waktu pasien mendapat perawatan. Standar ALOS untuk RS adalah < 9 hari. ALOS terlalu rendah mengindikasikan kurangnya kepercayaan masyarakat dan bila terlalu tinggi mengindikasikan lambatnya penanganan oleh tenaga medis. Nilai standar ALOS yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan RI adalah 6-9 hari.

Berdasarkan Lampiran Profil Tabel 8 diketahui bahwa tidak ada satu pun RS di Kabupaten Situbondo yang memenuhi standar ALOS 6-9 hari karena semuanya berkisar 2-4 hari. Hal ini perlu diwaspadai mengingat nilai ALOS berkaitan erat dengan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan Rumah Sakit.

C. SARANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN

1. Sarana Farmasi dan Perbekalan Kesehatan

Dalam rangka meningkatkan cakupan sarana pelayanan kesehatan terutama terkait ketersediaan sarana produksi, distribusi dan pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, salah satu cara adalah dengan melihat jumlah sarana distribusi bidang kefarmasian dan alat kesehatan.

Sarana Farmasi dan perbekalan kesehatan tergolong menjadi 3 (tiga) kategori antara lain:

a. Sarana produksi, meliputi: Industri Farmasi, Industri obat Tradisional (IOT), Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA), Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Industri Kosmetika, Industri Alat Kesehatan, Industri

(35)

Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT), Perusahaan Makanan Industri Rumah Tangga (PM-IRT).

b. Sarana distribusi, meliputi : Pedagang Besar Farmasi (PBF), Penyalur Alat Kesehatan (PAK), Cabang Penyalur Alat Kesehatan (Cabang PAK), Sub Penyalur Alat Kesehatan (Sub PAK).

c. Sarana pelayanan kefarmasian, meliputi: Apotek dan Toko Obat.

Sarana Farmasi dan Perbekalan Kesehatan di Kabupaten Situbondo Tahun 2019 seperti terlihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1 Jumlah Sarana Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Di Kabupaten Situbondo Tahun 2018 dan 2019

No. Jenis Sarana

Jumlah 2018 2019

1 Apotek 35 36

2 Toko Obat 5 6

4 Toko Alat Kesehatan 2 2

5 GFK (Gudang farmasi Kabupaten) 1 1

Sumber : Seksi Mutu Dinkes Tahun 2019

2. Ketersediaan Obat dan Vaksin Puskesmas

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, obat adalah bahan atau paduan bahan-bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi termasuk produk biologi. Obat merupakan salah satu komponen yang tak tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Sesuai dengan yang tertuang dalam Kebijakan Obat Nasional Tahun 2006, dalam rangka upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan obat dalam jenis yang lengkap, jumlah yang cukup, terjamin khasiatnya, aman, efektif dan bermutu, dengan harga terjangkau serta mudah diakses adalah sasaran yang harus dicapai. Maka dari itu, dalam hal ini, Pemerintah memiliki kewajiban untuk turut serta menjamin ketersediaan obat yang ada di wilayah kerjanya masing-masing, salah satunya

(36)

Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2019

adalah ketersediaan obat yang ada di pelayanan kesehatan tingkat dasar milik pemerintah yaitu Puskesmas.

Dalam rangka mengevaluasi tingkat ketersediaan obat dan vaksin dalam satu wilayah, maka disusunlah suatu alat / tools yang dapat digunakan untuk mengukur nilai ketersediaan obat dan vaksin yang ada. Sejak tahun 2017 evaluasi dilakukan dengan cara menghitung persentase dari penilaian terhadap obat dan vaksin yang tersedia di sarana FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) dalam hal ini melalui Puskesmas dibanding obat dan vaksin yang diharapkan tersedia di sarana FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) dalam hal ini melalui Puskesmas dalam satu bulan untuk 20 item obat. Adapun ketentuan terkait sasaran perhitungan dan jenis item obat yang diukur nilai ketersediaannya disesuaikan dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, yaitu sebagai berikut :

a. Sasaran : Puskesmas yang melaporkan data ketersediaan obat dan vaksin adalah seluruh Puskesmas yang ada di Kabupaten Situbondo;

b. Dasar pemilihan item obat dan vaksin : obat-obat yang dipilih sebagai obat indikator merupakan obat pendukung program kesehatan ibu, kesehatan anak, penanggulangan dan pencegahan penyakit, serta obat pelayanan kesehatan dasar esensial dan terdapat di dalam Formularium Nasional, yang terdiri dari :

Tabel 2.2 Tabel Item Obat Dan Vaksin

NO NAMA OBAT BENTUK SEDIAAN

1 Albendazol Tablet

2 Amoxicillin 500 mg Tablet

3 Amoxicillin Sirup

4 Deksametason Tablet

5 Diazepam 5 mg/Ml Injeksi

6 Epinefrin (Adrenalin) 0,1% (sebagai HCL) Injeksi

7 Fitomenadion (Vitamin K) Injeksi

8 Furosemid 40 mg / HCT Tablet

9 Garam Oralit Serbuk

10 Glibenklamid / Metformin Tablet

11 Kaptopril Tablet

12 Magnesium Sulfat 20% Injeksi

(37)

NO NAMA OBAT BENTUK SEDIAAN

14 Obat Anti Tuberculosis Dewasa Tablet

15 Oksitosin Injeksi

16 Paracetamol 500 mg Tablet

17 Tablet Tambah Darah Tablet

18 Vaksin BCG Injeksi

19 Vaksin TT Injeksi

20 Vaksin DPT/DPT-HB/DPT-HB-Hib Injeksi

c. Mekanisme pengumpulan data : periode pencatatan data di Puskesmas dilakukan pada tanggal 25 setiap bulannya; jika tanggal 25 jatuh pada hari libur, maka pencatatan dilakukan pada hari kerja berikutnya; Puskesmas melaporkan data ketersediaan obat ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota paling lambat tanggal 1 bulan berikutnya, kemudian Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi paling lambat tanggal 5 bulan berjalan.

d. Cara perhitungan : jumlah kumulatif item obat indikator yang tersedia di (n) Puskesmas dibagi dengan hasil perkalian dari jumlah Puskesmas yang melapor dikali jumlah total item obat indikator, yang kemudian dikali dengan 100 %. e. Target : standar nilai ketersediaan obat dan vaksin dengan 20 indikator obat dan

vaksin yang telah ditetapkan adalah sebesar 80% atau sama dengan minimal 16 item obat dan vaksin tersedia untuk pelayanan.

Dari hasil perhitungan nilai ketersediaan obat dan vaksin periode bulan Januari sampai Desember tahun 2019 rata-rata tingkat ketersediaan obat di Puskesmas Kabupaten Situbondo sebesar 100% dan sudah di atas target 80% yang ditetapkan.

2.3. UPAYA KESEHATAN BERBASIS MASYARAKAT (UKBM)

Dalam upaya meningkatkan cakupan kesehatan kepada masyarakat berbagai upaya telah dikembangkan termasuk dengan memanfaatkan potensi dan sumberdaya yang ada di masyarakat. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) adalah suatu upaya kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, dan bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar.

(38)

Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2019

Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam pembangunan bidang kesehatan. Terutama kegiatan peningkatan tumbuh kembang bayi dan balita, kesehatan dasar bagi para ibu hamil, ibu menyusui dan wanita usia subur. Upaya Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah melalui pembentukan berbagai UKBM seperti Posyandu balita, Posyandu Lansia, Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), dan lain-lain.

A. Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling diketahui oleh masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 (lima) program prioritas kesehatan yaitu kesehatan ibu-anak, KB, perbaikan gizi, imunisasi, dan penaggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya, posyandu dikelompokkan dalam 4 (empat) strata, yakni Pratama, Madya, Purnama, Mandiri. Posyandu PURI (Purnama Mandiri) adalah Posyandu yang dapat melakukan 5 program pelayanan dasar secara lengkap yaitu KIA, KB, Imunisasi, Gizi serta pencegahan Diare bersama kader > 5 orang.

Pada tahun 2019 jumlah balita yang ada sebanyak 43.910 anak sedangkan jumlah Posyandu yang ada sebanyak 925 Pos. Jadi rasio jumlah Posyandu dengan jumlah balita adalah 1 : 48. Bila dibandingkan dengan standar Posyandu, yakni untuk 1 (satu) Posyandu melayani 80 Balita, maka angka tersebut sudah memenuhi standar yang ditetapkan.

Strata Posyandu di Kabupaten Situbondo pada tahun 2019 terbanyak adalah Tingkat Purnama sebanyak 661 unit (71,5%). Sedangkan Posyandu Pratama adalah sebesar 0,2%, Madya 23,6% dan Mandiri 4,8% (Lampiran Profil Tabel 10). Strata Posyandu di Kabupaten Situbondo terus mengalami pergeseran ke arah yang lebih baik. Hal ini terlihat dari capaian Posyandu Puri yang mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir, yakni 50,2% pada tahun 2015 menjadi 76,2% tahun 2019. Gambar 5.1. di bawah ini menunjukkan Strata Posyandu di Kabupaten Situbondo Tahun 2015 s.d 2019.

(39)

Gambar 2.1 Perkembangan Strata Posyandu di Kabupaten Situbondo Tahun 2015 s.d 2019

Sumber: Laporan Tribulan Profil Promosi Kesehatan

Berdasarkan Gambar 2.1 di atas diketahui bahwa pada tahun 2019 terjadi penurunan jumlah Posyandu dengan Strata Purnama Mandiri (PURI). Meskipun penurunan strata ini kecil, yakni sebesar 0,3 poin, namun perlu juga dianalisa penyebab terjadinya penurunan tersebut. Beberapa penyebabnya diantaranya :

a. Pada tahun 2019 di Kabupaten Situbondo terjadi pergantian sekitar 110 kepala desa dari total 136 desa/kelurahan di Kabupaten Situbondo sehingga dibeberapa desa terjadi mismanajemen pengelolaan posyandu diantaranya : terjadinya pemberhentian sepihak kader posyandu oleh kepala desa baru, sebagian kader posyandu melakukan pengunduran diri karena tidak sevisi dengan Kepala Desa terpilih. Terjadinya pergantian kader ini membawa efek domino pada pengelolaan posyandu tiap bulannya termasuk pencatatan pelaporan, inovasi kegiatan, tingkat kedatangan ke posyandu yang menurun dan lain sebagainya.

b. Pada tahun 2018-2019 di Kab. Situbondo terjadi pemekaran 3 Puskesmas baru sehingga mempengaruhi pelaksanaan posyandu yang dikelola oleh Puskesmas baru tersebut.

Cakupan Posyandu PURI per Puskesmas tahun 2019 disajikan pada Gambar 2.2 berikut.

(40)

Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2019 Gambar 2.2 Cakupan Posyandu PURI Per Puskesmas Di Kabupaten Situbondo

Tahun 2019

Sumber: Laporan Tribulan Profil Promosi Kesehatan

Berdasarkan Gambar 2.2 di atas diketahui bahwa capaian Posyandu PURI Kabupaten Situbondo tahun 2019 sudah melampaui target PKP 74% yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Propinsi Jawa timur. Namun, jika melihat angka Puskesmas, masih ada 8 Puskesmas yang belum mencapai target PURI 74%, yakni Puskesmas Banyuputih (47,8%), Besuki (56%), Panarukan (62,7%), Sumbermalang (63,2%), Jangkar (66%), Klampokan 685, Situbondo 70,8% dan Jatibanteng 71,4%.

Peningkatan kualitas Posyandu disebabkan oleh beberapa faktor antara lain semakin meningkatnya kinerja Tim Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Posyandu baik dari tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota sampai dengan tingkat Kecamatan. Faktor lain yang turut dalam meningkatan kualitas Posyandu adalah kinerja dari pengelola Posyandu seperti kader Posyandu dan semakin besarnya dukungan anggaran dari Dana Desa dan Swadaya Masyarakat. Keberadaan petugas kesehatan di Posyandu tidak akan berarti manakala kader Posyandu tidak dapat berperan secara aktif dan optimal, sehingga kader Posyandu sebagai penanggungjawab Posyandu mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan strata posyandu di wilayahnya.

(41)

B. Posbindu PTM

Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dlm kegiatan deteksi

dini, pemantauan dan tindak lanjut dini faktor resiko Penyakit Tidak Menular secara

mandiri dan berkesinambungan. Posbindu PTM menjadi salah satu bentuk upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang selanjutnya berkembang menjadi upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM).

Kegiatan Utama Posbindu PTM adalah sbb:

1. Deteksi dini factor risiko dan monitoring Penyakit Tidak Menular oleh masyarakat sedini mungkin

2. Konseling dan rujukan

3. Aktifitas bersama (senam, jalan sehat, bersepeda dll)

Sampai dengan tahun 2019. Kanupaten Situbondo memiliki 154 Posbindu PTM yang tersebar di 17 Kecamatan.

(42)

Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2019

BAB 3

SUMBER DAYA MANUSIA

KESEHATAN

Salah satu faktor pendukung keberhasilan program pembangunan kesehatan adalah ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan dari segi jenis, jumlah dan kualifikasi yang terpenuhi sesuai dengan Standar Kebutuhan untuk setiap fasilitas pelayanan kesehatan sehingga memberikan kemudahan akses bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang merata dan berkualitas. Upaya pengelolaan SDM Kesehatan baik dari segi perencanaan, pengadaan, pendayagunaan serta pembinaan pengawasan mutu SDM Kesehatan yang dilakukan secara sistematis dan integrasi diharapkan mampu mewujudkan tersedianya SDM Kesehatan yang sesuai kebutuhan, kompeten,professional dan dapat didayagunakan secara optimal untuk mendukung tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Untuk mendukung pengelolaan SDM Kesehatan yang optimal maka diperlukan adanya data dan informasi SDM Kesehatan yang lengkap, akurat, dan terkini sebagai pendukung perencanaan dan evaluasi terkait program pengembangan SDM Kesehatan, khususnya dalam hal perencanaan dan pendayagunaan SDM Kesehatan.

Salah satu produk dari penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan adalah Sistem Informasi SDM Kesehatan (SISDMK), yang menjadi media untuk dapat digunakan sebagai referensi adanya kebutuhan ketersediaan data dan informasi perencanaan dan pengembangan SDM Kesehatan yang lengkap, akurat dan tepat waktu bagi pengambilan keputusan dan perencanaan untuk pencapaian program. Aplikasi ini merupakan sistem referensi tentang data ketersediaan SDM Kesehatan yang berjenjang dan mengakomodir data dari tingkat fasyankes di kabupaten/kota sampai di tingat pusat (Kementerian Kesehatan RI). Data Ketersediaan SDMK tahun 2019 berasal dari input data SDM di setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan (fasyankes) yang ada di wilayah Kabupaten Situbondo.

(43)

Jumlah SDMK di Kabupaten Situbondo tahu 2019 masih kurang dari standar. Beberapa metode dapat digunakan dalam menentukan jumlah kebutuhan SDM Kesehatan yaitu dengan menggunakan Metode Analisa Beban Kerja dan Standar Ketenagaan Minimal sesuai dengan Permenkes Nomer 33 tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

3.1. Tenaga Medis

Yang tergolong tenaga medis di sini adalah dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi spesialis dan dokter gigi baik PNS maupun Non PNS (Kontrak) serta dokter

internship. Jumlah SDM tenaga medis dicatat berdasarkan jumlah tempat prakteknya.

Setiap tenaga medis berhak memiliki maksimal 3 izin praktek, sehingga 1 orang dokter dapat tercatat tiga kali. Jumlah tenaga medis di fasilitas kesehatan kabupaten Situbondo berdasarakan surat izin prakteknya tahun 2019 sebanyak 217 praktek dokter dengan komposisi dokter spesialis sebanyak 51 tempat praktek, dokter umum sebanyak 125 tempat praktek, serta dokter gigi sebanyak 41 tempat praktek. Sementara bila dilihat dari jumlah personilnya orangnya, diketahui bahwa jumlah tenaga medis di Kabupaten Situbondo hanya sebesar 179 orang denga komposisi dokter spesialis sebanyak 38 orang, jumlah dokter umum sebanyak 102 orang, serta jumlah dokter gigi sebanyak 39 orang (Lampiran Profil Tabel 11).

3.2. Tenaga Keperawatan dan Kebidanan

Tenaga perawat merupakan tenaga kesehatan yang selain melaksanakan kegiatan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) juga mempunyai tugas untuk membina masyarakat dalam Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Jumlah tenaga perawat PNS dan Kontrak di kabupaten Situbondo tahun 2019 sebanyak 547 orang dengan rasio sebesar 80,1 per 100.000 penduduk (Lampiran Profil Tabel 12). Sedangkan jumlah tenaga kebidanan PNS dan kontrak di kabupaten Situbondo tahun 2019 sebanyak 331 orang dengan rasio 48,5 per 100.000 penduduk (Lampiran Profil Tabel 12).

(44)

Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2019 3.3. Tenaga Kesehatan Masyarakat

Jumlah tenaga Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Situbondo tahun 2019 sebanyak 31 orang dengan rasio 4,5 per 100.000 penduduk (Tabel 13). Semua Puskesmas di Kabupaten Situbondo sudah memiliki tenaga kesehatan masyarakat.

3.4. Tenaga Kesehatan Lingkungan (Sanitarian)

Jumlah tenaga sanitarian di Kabupaten Situbondo tahun 2019 sebanyak 25 orang, namun masih ada Puskesmas yang tidak memiliki tenaga sanitarian, yakni Puskesmas Wonorejo. Rasio tenaga sanitarian di Kabupaten Situbondo tahun 2019 sebesar 3,7 per 100.000 penduduk (Tabel 13).

3.5. Tenaga Gizi

Jumlah tenaga gizi di kabupaten Situbondo tahun 2019 sebanyak 39 orang namun masih ada Puskesmas yang tidak memiliki tenaga gizi, yakni Puskesmas Arjasa. Rasio Tenaga Gizi Kabupaten Situbondo Tahun 2019 sebesar 5,7 per 100.000 penduduk (Tabel 13).

3.6. Tenaga Kefarmasian

Tenaga kefarmasian di Kabupaten Situbondo tahun 2019 sebanyak 26 tenaga teknis kefarmasian dan 25 Apoteker namun masih ada 5 Puskesmas yang tidak memiliki tenaga kefarmasian, yakni Puskesmas Banyuglugur, Puskesmas Widoropayung, Mlandingan, Kapongan dan Jangkar. Rasio Tenaga Gizi Kabupaten Situbondo Tahun 2019 sebesar 7,5 per 100.000 penduduk (Tabel 15).

3.7. Tenaga Kesehatan Lain Serta Tenaga Pendukung atau Penunjang Kesehatan

Tenaga kesehatan lainnya selain disebutkan di atas secara rinci disajikan pada Lampiran Profil Tabel 14 sedangkan Tenaga Pendukung atau Penunjang Kesehatan disajikan pada Tabel 16.

(45)

BAB 4

PEMBIAYAAN KESEHATAN

4.1. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu wujud dari Jaminan Sosial Nasional yang diamanatkan oleh Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Di dalam Undang-Undang SJSN mengamanatkan bahwa seluruh penduduk wajib menjadi peserta jaminan kesehatan termasuk WNA yang tinggal di Indonesia lebih dari enam bulan.

Peserta JKN merupakan setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di Indonesia yang telah membayar iuran atau yang iurannya dibayar pemerintah. Peserta Program JKN terdiri atas 2 kelompok yaitu : Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan dan peserta bukan penerima bantuan iuran (PBI) jaminan kesehatan. Peserta PBI Jaminan kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak mampu, sedangkan Peserta Bukan PBI adalah Pekerja Penerima Upah (PPU) dan anggota keluarganya, Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan anggota keluarganya, serta bukan pekerja dan anggota keluarganya.

Peserta jaminan kesehatan di Kabupaten Situbondo sebagian besar adalah peserta PBI APBN, yakni sebesar 51,2%, kemudian Penerima Upah (PPU) / Badan Usaha sebesar 7,6%, Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) / mandiri dan PBI APBD masing-masing sebesar 4,5% (Lampiran Profil Tabel 17). Sampai dengan tahun 2019 jumlah peserta Jaminan Kesehatan Nasional di Kabupaten Situbondo menurut data yang dilaporkan sebanyak 463.480 jiwa atau mencapai 67,9%. Dengan demikian masih ada 32,1% penduduk yang belum memiliki jaminan kesehatan. Adapun cakupan kepemilikan Jaminan Kesehatan Penduduk di Kabupaten Situbondo Tahun 2019 sebagai berikut:

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai sarana pendidikan kelalulintasan untuk anak-anak, Taman Lalu Lintas Bandung dilengkapi oleh fasilitas rambu-rambu (rambu-rambu lalu lintas, lampu merah),

Pelaksanaan tugas pokok Guru BK di SMA Ne- geri di wilayah Jakarta Pusat berdasarkan evaluasi diri (self-asessment) yang terdiri dari dimensi per- encanaan layanan BK,

Rakyat adalah pendukung utama negara. Negara merupakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat sehingga rakyat merupakan asal mula kekuasaan Negara. Sila keempat

Ambient media merupakan salah satu strategi beriklan yang tujuan utamanya adalah untuk membangkitkan feeling dan mood konsumen agar merasa nyaman dan suka ketika

Dengan terhasilnya buku ini, penulis berharap agar penyalahtafsiran tentang buruh kanak-kanak khususnya buruh kanak-kanak asing dapat diperbetulkan dengan memahami

(i) PYD dan PPP hendaklah berbincang bersama dalam membuat penetapan Sasaran Kerja Tahunan (SKT) dan menurunkan tandatangan di ruangan yang ditetapkan di Bahagian I;. (ii) SKT

Pertanyaan yang paling mendasar berkaitan dengan pengembangan kurikulum adalah apakah guru mampu mendesain, mengimpelementasikan dan mengevaluasi kurikulum muatan lokal