Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 245 LITERATUR REVIEW: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
TERJADINYA ASMA YANG BERULANG
Wayan Rika Setiawan1, Ani Syafriati2
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Mitra Adiguna Palembang1,2 wayanrika21@gmail.com1
syafriatiani92@gmail.com2 ABSTRAK
Latar Belakang: Asma merupakan gangguan inflamasi kronik pada saluran nafas yang melibatkan banyak sel-sel inflamasi seperti eosinofil, sel mast, leukotrin dan lain-lain. Inflasi kronik ini berhubungan dengan hiperresponsif jalan nafas yang menimbulkan episode berulang dari mengi (wheezing), sesak nafas, dada terasa berat dan batuk terutama pada malam dan pagi dini hari, kejadian ini biasanya ditandai dengan obstruksi jalan nafas yang bersifat reversible baik secara spontan atau dengan pengobatan. Tujuan: Untuk menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya asma yang berulang dan untuk menganalisa pengetahuan pasien tentang penyakit asma. Metode: Penelititan ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode studi kepustakaan atau literatur review. Dalam melakukan penelitian ini peneliti melakukan pencarian jurnal penelitian yang dipublikasikan di internet menggunakan seach engine Google Schoolar, PubMed, dan ProQuest dengan kata kunci : faktor faktor penyebab asma, penyebab asma, penyebab asma yang berulang, asma, pengetahuan pasien tentang penyakit asma. Hasil: Jurnal penelitian yang tidak terpilih, terdapat kemiripan, dan tidak sesuai dengan kriteria inklusi kemudian dilakukan eksklusi sebanyak 3.254 artikel, sehingga didapatkan 20 artikel full text yang dilakukan review. Saran: Dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan perawat tentang faktor-faktor asma yang berulang agar meminimalisir terjadi asma yang berulang di masyarakat
Kata Kunci : Faktor Penyebab Asma, Penyebab Asma Berulang, Asma, Pengetahuan tentang Asma
ABSTRACT
Background: Asthma is a chronic inflammatory disorder of the airways that involves many inflammatory cells such as eosinophils, mast cells, leukotrin and others. Chronic inflation is associated with airway hyperresponsiveness which causes repeated episodes of wheezing, shortness of breath, heavy chest and coughing, especially at night and early morning, this event is usually characterized by reversible airway obstruction either spontaneously or with treatment. Aim : To analyze the factors that cause recurrent asthma and to analyze patient knowledge about asthma. Methods: This research is a study using the literature study method or literature review. In conducting this study, the researchers conducted a search for research journals published on the internet using the Google Schoolar, PubMed, and ProQuest search engines with keywords: asthma-causing factors, asthma causes, recurrent asthma causes, asthma, patient knowledge about asthma. Results : The research journals that were not selected, had similarities, and did not match the inclusion criteria, then excluded 3,254 articles, so that 20 full text articles were reviewed. Suggestion : It can increase nurses' understanding and knowledge about recurring asthma factors in order to minimize recurring asthma in the community
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 246 PENDAHULUAN
Asma merupakan gangguan
inflamasi kronik pada saluran nafas yang melibatkan banyak sel-sel inflamasi seperti eosinofil, sel mast, leukotrin dan lain-lain. Inflasi kronik ini berhubungan dengan
hiper responsif jalan nafas yang
menimbulkan episode berulang dari mengi
(wheezing), sesak nafas, dada terasa berat
dan batuk terutama pada malam dan pagi dini hari, kejadian ini biasanya ditandai dengan obstruksi jalan nafas yang bersifat reversible baik secara spontan atau dengan pengobatan (Wijaya & Toyib, 2018).
Data The Global Asthma Report pada
tahun 2016 dinyatakan bahwa perkiraan jumlah penderita asma seluruh dunia adalah 325 juta orang dengan angka prevalensi yang terus meningkat terutama pada anak – anak. Prevalensi asma meningkat 5-30% dalam satu dekade
terakhir. World Health Organisation
(WHO) memperkirakan 235 juta penduduk dunia menderita asma dan paling sering terjadi pada anak. data yang dikeluarkan WHO pada bulan mei tahun 2014, angka kematian akibat penyakit asma bronkial di indonesia mencapai 24.773 orang atau sekitar 1.77 persen dari jumlah total jumlah kematian penduduk. Setelah dilakukan penyesuaian umur dari berbagai penduduk. data ini sekaligus menempatkan Indonesia diurutan ke 19 di dunia perihal kematian
akibat asma bronkial (Kemenkes RI, 2016).
Global Initiative For Asthma (GINA) memperkirakan bahwa hampir 300 juta orang diseluruh dunia menderita asma. Pada sepuluh tahun terakhir, telah terjadi peningkatan tajam insiden asma di afrika selatan dan negara-negara di Eropa Timur,
termasuk kawasan Baltik. Meskipun
demikian, data ini mungkin tidak valid, data yang sudah di standarisasi masih belum ditemukan di banyak negara lainnya di Afrika, Asia dan Amerika selatan serta beberapa data di beberapa negara barat mungkin sudah lama. Di seluruh dunia, terjadi 180.000 kematian akibat asma setiap tahunnya (Kurniasari, 2015).
Asma merupakan masalah kesehatan dunia yang tidak hanya terjangkit di negara maju tetapi juga dinegara berkembang, penyakit asma adalah penyakit paru berupa proses peradangan disaluran napas yang mengakibatkan hiper respon saluran napas terhadap berbagai macam rangsangan yang dapat menyebabkan penyempitan saluran napas yang menyeluruh sehingga dapat timbul sesak napas yang reversible baik secara spontan maupun dengan terapi (Arifuddin, dkk. 2019).
Asma bronkhial adalah jenis
penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran pernapasan yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran napas
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 247 yang menimbulkan sesak atau sulit
bernapas, selain sulit bernapas penderita asma juga bisa mengalami gejala lain seperti nyeri dada, batuk-batuk, dan mengi. Asma bisa diderita semua golongan usia baik muda maupun tua (Astuti, dkk. 2018).
Banyak kejadian asma, faktor
pencetus alergi, lingkungan, aktifitas fisik dan stres yang menyebabkan kekambuhan
asma patut diwaspadai. Semakin
meningkatnya faktor pencetus asma
seseorang dapat memperburuk kondisi patologisnya. Oleh karena itu koping penyebab asma pada penderita asma yang baik dapat mengurangi resiko kekambuhan asma. Selama ini penderita asma tidak
mampu berupaya dalam pencegahan
kekambuhan, hal ini tampak asma yang
tidak ditangani dengan baik dapat
menggangu kualitas hidup pada lansia, sehingga menurun nya kondisi daya tahan tubuh, kurangnya menjaga kebersihan lingkungan, aktifitas fisik dan timbulnya stres pada penderita asma, sehingga dapat memicu kekambuhan (Saadah, 2017)
Sampai saat ini, belum ada cara
untuk menyembuhkan asma. Namun
melalui penatalaksanaan yang baik, tujuan untuk dapat memperoleh kontrol asma
yang baik dapat tercapai. Tujuan
penatalaksanaan asma adalah untuk
mencapai dan mempertahankan kontrol
gejala-gejala asma, mempertahankan
aktivitas yang normal termasuk olahraga, menjaga fungsi paru senormal mungkin, mencegah eksaserbasi asma, menghindari reaksi adversi obat asma, dan mencegah kematian karena asma (Ciptarini, 2015).
Usaha untuk menjaga agar tidak kambuh juga bergantung pada pengetahuan klien terhadap penyakitnya, karena dengan pengetahuannya tersebut klien memiliki alasan dan landasan untuk menentukan suatu pilihan. Informasi dan pengetahuan tentang asma sangat penting dimana yang harus diajarkan kepada pasien adalah mengenal faktor pemicu serangan asma pada dirinya serta pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan kerja obat asma (Hidayati, 2015).
Dukungan emosional yang diberikan oleh keluarga seperti rasa empati, selalu
ada mendampingi individu ketika
mengalami permasalahan, dan keluarga menyediakan suasana yang hangat di keluarga dapat membuat individu merasa diperhatikan, nyaman, diperdulikan dan dicintai oleh keluarga sehingga individu akan lebih mampu menghadapi masalah dengan lebih baik. Begitu juga dengan dukungan penghargaan yang diberikan
oleh keluarga yang dapat berupa
pemberian apresiasi ketika individu
mencapai suatu keberhasilan, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 248 individu dan perbandingan yang positif
dengan individu lain (Sintya, 2016).
Berdasarkan uraian diatas, faktor pencetus asma yaitu alergi, lingkungan, aktivitas fisik, stres dan faktor genetik. Oleh karena itu dianjurkan untuk penderita asma tidak melakukan atau menghindari kegiatan yang dapat memicu kambuhnya asma salain itu juga pengetahuan tentang asma juga di perluas lagi karena semakin banyak pengetahuan tentang asma maka semakin sedikit juga kemungkinan untuk asma kambuh.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
dengan menggunakan metode studi
kepustakaan literatur review. Jenis
literature review yang digunakan dalam penelitian ini adalah scoping review. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan dan diterbitkan dalam jurnal online nasional.
Kriteria jurnal yang akan direview adalah artikel jurnal penelitian dengan subyek manusia dewasa (meliputi pasien
asma, keluarga pasien/caregiver, dan
petugas kesehatan) tentang faktor-faktor penyebab asma berulang dengan rentang waktu penerbitan jurnal tahun 2015-2020. Jurnal penelitian yang ditemukan sesuai dengan kata kunci selanjutnya dilakukan
skrining, dilihat abstrak, kemudian dibaca artikel full text.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelusuran di Google Schoolar, PubMed, dan ProQuest dengan kata kunci faktor faktor penyebab asma, penyebab asma, penyebab asma yang berulang, asma, pengetahuan pasien
tentang penyakit asma, peneliti
menemukan 59,600 judul artikel yang sesuai dengan kata kunci. Artikel yang ditemukan sesuai dengan kata kunci tersebut belum semuanya memiliki tema yang sesuai dengan tujuan penelitian dan terdapat artikel yang duplikasi. Peneliti
kemudian melakukan penelusuran
menggunakan penelusuran lanjutan Google Schoolar dengan mencari kata kunci dalam judul (in title) yang sesuai kata kunci yang sama dengan penelusuran pertama dan
ditemukan5.260artikel yang sesuai,
kemudian 54.340 artikel yang tidak sesuai dengan tujuan penelitian dan artikel yang sama atau duplikasi dilakukan eksklusi.
Sebanyak 5.260 artikel yang
ditemukan tersebut kemudian dilakukan skrining untuk melihat apakah artikel tersebut memiliki naskah lengkap atau tidak, selanjutnya 1.355 artikel kemudian dieksklusi karena tidak tersedia artikel
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 249
fulltext. Asasemen kelayakan dilakukan
terhadap 671 artikel fulltext.
Artikel penelitian yang memiliki kemiripan tema / isi penelitian kemudian dipilih berdasarkan kriteria yang paling layak dan sesuai dengan tujuan penelitian. Jurnal penelitian yang tidak terpilih, terdapat kemiripan, dan tidak sesuai
dengan kriteria inklusi kemudian
dilakukan eksklusi sebanyak 3.254
artikel, sehingga didapatkan 20 artikel full
text yang dilakukan review.
Jurnal yang dilakukan review oleh peneliti secara singkat dijabarkan dalam tabel 1, Penelitian terkait, sebagai berikut:
Tabel 1.
Penyebab Terjadinya Asma yang Berulang
No Penelitian
Provinsi Tujuan Penelitian
Desain Penelitian, Instrumen yang Digunakan, Metode
Analisis
Jumlah Sampel Hasil Aspek
1 Safriana 2017 Jawa Tengah Untuk mengetahui faktor-faktor pencetus terbanyak terhadap kekambuhan asma pada anak
Metode dalam penelitian ini adalah Cross Sectional, dengan teknik sampling yaitu Total Sampling. Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara univariat yaitu dengan melihat jumlah persentasi tertinggi dari faktor-faktor pencetus kekambuhan asma yaitu dari Tabel Frequency
Sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 43 orang ibu yang memiliki anak usia 5-12 tahun yang di diagnosis menderita penyakit asma Menunjukkan bahwa faktor terbanyak dengan persentasi tertinggi yaitu faktor Perubahan cuaca yaitu udara dingin, kemudian faktor Allergi makanan yaitu makanan mie instan dan makanan ringan, dan faktor berikutnya yaitu faktor Allergi hirupan yaitu bulu hewan peliharaan dan debu jalan raya.
Pemicu terjadinya asma berulang 2 Ningrum 2018 Sumatra Selatan Mengetahui pengetahuan, sikap dan kekambuhan pasien asma di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Metode penelitian ini menggunakan survey deskriptif
Pasien dengan asma yang didatang ke instalasi gawat darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Jumlah sampel berjumlah 50 responden yang diambil dengan menggunakan teknik consecutive sampling
Rata usia responden adalah 33,74 tahun. Berdasarkan hasil statistik sebagian responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang penyakit asma dan juga memiliki sikap yang negatif terhadap penyakit asma, selain itu sebagian besar responden juga sering mengalami kekambuhan Kurangnya pengetahuan tentang asma 3 Rafie.et al., 2020 Lampung Untuk mengetahui hubungan paparan asap rokok terhadap tingkat kontrol asma pada pasien asma bronkial Metode penelitian analitik dengan pendekatan retrospektif Pengambilansampel menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel 308 data rekam medik yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi
Didapatkan 83 (26.9%) subjek memiliki asma yang tidak terkontrol, 225 (73.1%) subjek memiliki asma yang terkontrol sebagian, dan tidak terdapat pasien asma yang
Paparan asap rokok terhadap kekambuhan asma
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 250
memiliki asma terkontrol (0%). Serta didapatkan 152 (49.4%) subjek tidak terpapar asap rokok dan 156 (50.6%) subjek terpapar asap rokok. 4 Ferliani, et al., 2015 Jakarta Mengetahui profil kepatuhan berobat pada pasien asma tidak terkontrol dan hubungan antara faktor terkait pasien, faktor terkait penyakit, faktor terkait pengobatan, faktor terkait sosial ekonomi dan faktor terkait sistem pelayanan kesehatan terhadap kepatuhan berobat pasien asma tidak terkontrol
Kuantitatis Diteliti menggunakan uji Chisquare
Responden : 125 pasien asma tidak terkontro yang datang ke poliklinik RSCM
Dari 125 pasien asma tidak terkontrol didapatkan kepatuhan rendah sebesar 56 %. Dilakukan analisis bivariat terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan yaitu usia, pendidikan, pengetahuan asma, penghasilan, depresi, sediaan obat yang digunakan, keyakinan pasien terhadap dokter, asuransi kesehatan dan hubungan keluarga dan didapatkan pengetahuan bermakna dengan p=0,001 (IK 1,939-24,789). Kemudian dilakukan regresi logistik didapatkan pengetahuan paling berpengaruh terhadap kepatuhan (p=0,003) dengan OR 6,933 (IK 1,939-24,789) Faktor pencetus kekambuhan asma 5 Hidayati, et al. 2015 Jawa Tengah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan pencegahan asma dengan kekambuhan pada penderita asma Metode yang digunakan dalam deskriptif korelatif metode total sampling
Jumlah populasi yang mengalami
kekambuhan asma berulang sebanyak 49 orang dan seluruhnya dijadikan sampel Hasil penelitian menunjukkan 16 responden (33%) mempunyai pengetahuan kurang, 19 responden (39%) mempunyai pengetahuan sedang, dan 14 responden (28%) mempunyai pengetahuan baik. Dilihat dari kekambuhan asma yang tergolong kekambuhan sering ada 23 responden (47%), kadang ada 18 responden (37%), dan jarang ada 8 responden (16%) Hubungan pengetahuan dengan kekambuhan asma 6 Dharmaya nti et al 2015 Indonesia Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian asma dan pencetus asma Desain potong lintang dengan menggunakan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 di 33 provinsi di Indonesia
Anak usia 6- 14 tahun di Indonesia
Lima pencetus utama asma pada anak adalah udara dingin, flu dan infeksi, kelelahan, debu, dan asap rokok
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 251 7 Usman.et al., 2015 Sumatra Barat Untuk mengetahui faktor risiko dan faktor pencetus yang mempengaruhi kejadian asma pada anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang Penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional. Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara pada responden yang telah ditetapkan sebagai subjek penelitian
Seluruh pasien anak baik rawat jalan maupun rawat inap yang telah didiagnosis asma oleh dokter di RSUP Dr. M. Djamil Padang yang memenuhi kriteria
Kejadian asma banyak terjadi pada laki-laki, sebagian besar dipengaruhi oleh perubahan cuaca dan debu, riwayat atopi terbanyak pada anak adalah urtikaria, riwayat atopi terbanyak pada orangtua adalah dermatitis atopi pada ibu dan status gizi serta berat badan lahir pasien sebagian besar normal.
Asma dipengaruhi oleh cuaca dan debu 8 Wahyudi. et al., 2016 Sumatra Barat Menentukan hubungan antara faktor genetik, demografi, lingkungan, dan perinatal terhadap kejadian asma Case-control study terhadap pasien rawat inap di bangsal anak. Pemilihan sampel menggunakan teknik simple randomized sampling. Analisis data yang digunakan yaitu univariat dan bivariat dengan chi-square
Jumlah 78 pasien (39 kasus dan 39 kontrol)
Hasil uji chi-square menunjukkan usia < 5 tahun (p= 0,364), jenis kelamin laki-laki (p=0,255), berat badan lahir rendah (p=0,358), obesitas (p=0,382) tidak memiliki hubungan bermakna dengan asma anak.
Hubungan Jenis kelamin , BB, obesitas dengan asma berulang 9 Astuti &Devi Darliana 2018 Aceh Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan upaya pencegahan kekambuhan asma bronkhial Penelitian descriptive correlative dengan desain penelitian cross sectional study dengan metode purposive sampling
Jumlah 131 responden Pengetahuan berada pada kategori baik dengan jumlah responden 69 orang (81.2%) dan upaya pencegahan kekambuhan asma berada pada kategori baik dengan jumlah responden 65 orang (76,5%)
Hasil analisa data di peroleh nilai P-Value = 0,002 sehingga H0 di tolak yang berarti terdapat hubungan pengetahuan dengan upaya pencegahan kekambuhan asma bronkhial Pengetahuan dapat mencegah kekambuhan pada pasien asma 10 Yuniati .et al., 2015 Jawa Tengah Menganlisis kekambuhan pada asma bronkhial dalam 1 tahun kohort retrospektif
30 responden Variabel umur, alergi
dan riwayat keluarga mempengaruhi kekambuhan pasien asma dalam 1 tahun
kekambuhan asma 11 Pondaag.E tal., 2015 Sulawesi Utara Untuk mengetahui hubungan antara anak dengan riwayat BBLR dengan angka kejadian asma. Metode deskriptif analitik dengan pendekatan potong lintang
73sampel/responden Dari 73 sampel ditemukan 47 (64.4%) anak yang menunjukan gejala asma. Gejala yang ditunjukan berupa Mengi (68,4%), Mengi 12 bulan terakhir terakhir (64,3%), keterbatasan
Riwayat BBLR terhadap kejadian asma
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 252
bicara akibat mengi (59,6%), batuk kering pada malam hari (59,6%). Berdasarkan analisis logistic menunjukan hubungan negative bermakna (p= 0,008). 12 Arifuddin, Adhar. Et al., 2019 Sulawesi Tengah Untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan, kebiasaan merokok, riwayat keluarga, hewan peliharaan terhadap kejadian asma Penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional Sampel sebanyak 148 responden Menunjukkan bahwa tingkat kecemasan, kebiasaan merokok, riwayat keluarga dan hewan peliharaan berhubungan dengan kejadian asma dengan nilai ρ <0,05 Faktor pencetus asma 13 Kurniasari , 2015 Jambi Untuk mengetahuinya Hubungan Faktor makanan terhadap kejadian kambuh Ulang Asma Pada Penderita Asma Penelitian Deskriptif Analitik ini dengan pendekatan Desain Penelitian Cross Sectional, dan teknik pengambilan sampel adalah dengan teknik Total Sampling Sampel 95 orang penderita asma yang diambil di Wilayah kerja Puskesmas Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara Faktor Makanan terhadap kejadian kambuh ulang asma (p-value= 0,014). Yang beresiko terhadap faktor makanan 75 (78,9%) dan yang mengalami kambuh ulang 73 (76,8). Faktor-faktor penyebab kejadian asma berulang 14 Ardi 2018 Jawa Timur untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang asma dengan perilaku pencegahan kekambuhan pada penderita asma Penelitian Total sampling Sampelpenelitiansebany ak 45orang Dari 45 responden menunjukan bahwa responden mempunyai pengetahuan cukup tentang penyakit asma sebanyak 35 responden (77,8%), dan responden yang mempunyai perilaku negatif terhadap pencegahan kekambuhan asma sebanyak 26 responden (57,8). Dari hasil uji statistic didapatkan p value = 0,001 dengan ≤ α = 0,05. Hal ini ada Hubungan
Pengetahuan Tentang Asma Dengan Perilaku Pencegahan Kekambuhan Pada Penderita Asma Di Desa Penggung Kecamatan Nawangan Kabupaten Pacitan Perilaku pencegahan kekambuhan asma 15 Saadah. 2017 Jawa timur Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan penyakit asma pada lansia
Desain analitik cross sectional
Populasi sebanyak 203 lansia
Sebagian besar dari responden lingkungan cukup berpengaruh besar 71 (69,9%) hampir seluruh responden melakukan exercise 98 (96,1%) Faktor penyebab kekambuhan asma
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 253 sebagian dari responden mengalami stres sedang 73 responden (71,6%) sebagian dari responden mengalami kekambuhan asma 68 responden (66,6 %) 16 Bhaskara, et al., 2018 Kalimanta n Timur Untuk mengetahui hubungan tingkat kontrol asma dengan kualitas hidup pasien asma Analitik observasional dengan desain cross sectional Sebanyak 40 orang responden pasien asma
Tingkat kontrol asma terbanyak yaitu tidak terkontrol sebanyak 30 orang (75%) dan rerata skor kualitas hidup pasien asma adalah 4,48.
Analisis bivariat dengan uji hipotesis Independent T-Test didapatkan nilai p = 0,000 (p<0,05) Kualitas hidup pasien asma dengan kejadian kekambuhan asma 17 Esti 2019 Sumatra Barat Mengetahui gambaran tingkat ansietas dan tingkat kontrol asma pada penderita asma
Metode survey yang bersifat deskriptif untuk menggambarkan variabel dengan desain potong silang (cross sectional)
Menggunakan teknik total sampling dan didapatkan 38 orang yang memenuhi kriteria sampel Sebanyak 21 orang (55,3%) pasien asma mengalami ansietas ringan, tidak mengalami ansietas 16 orang (42,1%), ansietas sedang 1 orang (2,6%) dan tidak ada yang mengalami ansietas berat. Untuk tingkat kontrol asma, sebanyak 17 orang (44,7%) pasien asma terkontrol baik, terkontrol tidak baik 11 orang (28,9%), dan sangat tidak terkontrol 10 orang (26,3%) Tingkat kecemasan dan tingkat kontrol kejadian asma berulang 18 Tumigolu ng. Et al. 2016 Sulawesi Utara Untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dan serangan asma pada klien asma
Metode Cross sectional
Sampel sebanyak 35 responden
Analisis statistik uji chi square dengan á = 0,05. Hasil yang diperoleh nilai p = 0,04 dimana p <0,05 maka Ho ditolak Tingkat kecemasan dan serangan asma 19 Qinthara 2018 Jawa Barat Untuk menganalisis hubungan tingkat kecemasan dan tipe kepribadian "Hippocrates-Galenus" dengan derajat serangan asma pada pasien dewasa
Analitik observasional dengan desain cross sectional dan teknik penentuan sampel yaitu Simple Random Sampling Responden : 66 pasien asma dewasa Uji statistik menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat kecemasan skor total (p=0.000) dan tipe kepribadian "Hippocrates-Galenus" (p=0.009) dengan derajat serangan asma. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kecemasan dan tipe kepribadian
"Hippocrates-Galenus" memiliki hubungan yang bermakna dengan dengan derajat serangan asma pada
Kecemasan dan kepribadian memiliki hubungan dengan terjadinya asma
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 254 PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil literatur review 20 jurnal tentang faktor-faktor penyebab tejadinya kekambuhan asma didapatkan analisa 9 jurnal mengatakan faktor pencetus kekambuhan asma
Penelitian ini sesuai dengan teori
Safriati (2017), Kekambuhan asma
merupakan suatu keadaan asma yang sifatnya hilang timbul dimana kadang tanpa gejala dan dengan gejala baik ringan bahkan berat yang dapat mengancam
nyawa asma merupakan salah satu
penyakit kronis yang tidak menular
meskipun demikian penyebab pasti
penyakit asma masih belum diketahui secara jelas, namun ada beberapa faktor risiko umum yang menjadi pencetus terjadinya kekambuhan asma yaitu udara
dingin, debu, asap rokok, stress, infeksi, kelelahan, alergi obat dan alergi makanan.
Penelitian ini sejalan dengan
pendapat Dharmayanti (2015), Faktor
pencetus asma banyak dijumpai di
lingkungan baik di dalam maupun di luar rumah, tetapi anak dengan riwayat asma pada keluarga memiliki risiko lebih besar terkena asma tiap penderita asma akan memiliki faktor pencetus yang berbeda dengan penderita asma lainnya sehingga orang tua perlu mengidentifikasi faktor yang dapat mencetus kejadian asma pada anak ada beberapa penelitian menyebutkan bahwa setiap unsur di udara yang kita hirup dapat mencetus kambuhnya asma pada penderita faktor pencetus asma dibagi dalam dua kelompok yaitu genetik, di antaranya atopi/alergi bronkus, eksim;
pasien dewasa 20 Syafriani 2015 Riau untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kekambuhan asma bronkhial pada anak usia 3-14 tahun analitik kuantitatif dengan rancangan cross sectional 51 orang, menggunakan teknik total sampling dengan menggunakan kuesioner
Hasil analisa bivariat diketahui tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor makanan dengan kekambuhan asma bronkhial pada anak usia 3-14 (p value 0,1), ada hubungan yang bermakna antara faktor debu dengan kekambuhan asma bronkhial pada anak usia 3-14 (p value 0,03) dan
ada hubungan yang bermakna antara faktor asap rokok dengan kekambuhan asma bronkhial pada anak usia 3-14 tahun (p value 0,000)
Faktor kekambuhan asma
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 255 faktor pencetus di lingkungan, seperti asap
kendaraan bermotor, asap rokok, asap dapur, pembakaran sampah, kelembaban dalam rumah, serta alergen seperti debu rumah, tungau, dan bulu binatang.
Menurut Arifuddin (2019) Asma merupakan penyakit inflamasi saluran nafas yang dapat menyerang semua kelompok umur, biasanya ditandai dengan peradangan pada saluran napas yang bersifat kronik dengan ditemukannya riwayat gejala pernapasan seperti sesak napas, sesak dada, dan batuk. Kejadian Asma dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat kecemasan, kebiasaan merokok kelompok perokok 1,9 kali
berisiko terkena asma dibandingkan
dengan kelompok bukan perokok karena penderita asma mempunyai sifat kepekaan saluran nafas yang berlebihan merupakan pemicu utama terjadinya asma, riwayat keluarga faktor genetik terutama ibu akan meningkatkan risiko anak menderita asma
hal ini terkait dengan adanya
kecenderungan genetik yang diturunkan oleh orang tua untuk bereaksi terhadap zat-zat yang terdapat di lingkungan dan hewan peliharaan.
Menurut Tumigolung (2015),
Kecemasan merupakan bagian kehidupan sehari-hari dan merupakan gejala yang normal pada manusia. Bagi orang dengan penyesuaian yang baik, kecemasan dapat
segera diatasi dan ditanggulangi.
Sedangkan bagi orang yang
penyesuaiannya kurang baik, maka
kecemasan merupakan bagian terbesar
dalam kehidupannya. Apabila
penyesuaiannya tidak tepat, akan timbul dampaknya terhadap kesehatan jasmani dan psikis. Stres dapat mengantarkan pada
seseorang pada tingkat kecemasan
sehingga memicu dilepaskannya histamin yang menyebabkan penyempitan saluran napas ditandai dengan sakit tenggorokan dan sesak napas, yang akhirnya memicu terjadinya serangan asma.
Selain itu, 11 jurnal mengatakan
bahwa pengetahuan, sikap akan
mempengaruhi kekambuhan asma.
Semakin buruk pengetahuan dan sikap tentang asma, maka tingkat kekambuhan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan
kurangnya kesadaran keluarga untuk
mencari informasi tentang penangan
kekambuhan asma baik pada anak maupun orang dewasa. Selain itu juga peran petugas kesehatan seperti dokter, perawat, bidan dan lain-lain sangat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat dengan
menjalankan program-program yang ada di Puskesmas atau Rumah Sakit seperti edukasi, penyuluhan kesehatan tentang
penyakit asma terutama masalah
penanganan kekambuhan asma saat
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 256 apa saja yang menyebabkan kekambuhan
asma berulang. Hal ini dapat dijabarkan dalam beberapa penelitian yang sudah dilakukan literatur review.
Penyakit asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Insidensi, prevalensi dan keparahan asma semuanya meningkat, dengan asma pada usia anak-anak menjadi lebih sering dijumpai, estimasi mengenai hal ini bervariasi karena angka insidennya akan meningkat, tetapi selama lima belas tahun anngka tahunan yang tercatat menunjukkan kasus baru telah meningkat sebanyak 70% (Kurniasari, 2015).
Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai baik pada
anak maupun dewasa di negara
berkembang hingga negara maju. Asma bronkial adalah penyakit heterogen yang biasanya ditandai dengan peradangan jalan napas kronik dan sebagai riwayat gejala pernapasan seperti mengi, sesak napas, nyeri dada dan batuk yang bervariasi
waktu dan intensitasnya, bersamaan
dengan keterbatasan aliran udara ekspirasi yang bervariasi (Rakhmi. 2020)
Terdapat banyak faktor yang dapat
mempengaruhi terkontrol tidaknya
asma.Faktor yang berperan antara lain usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, ras, pendidikan, pekerjaan, penyakit komorbid, rokok, derajat asma, penggunaan obat
kortikosteroid, dan kepatuhan
berobat.Perilaku kontrol asma, ketepatan jenis dan dosis obat, ketepatan teknik inhalasi, faktor pencetus asma, dan pengetahuan asma juga menunjukkan hubungan dengan terkontrol tidaknya asma pada pasien.Tingkat kontrol asma juga dapat dipengaruhi oleh teknik pengobatan,
pengendalian lingkungan, dan
penghindaran alergen atau faktor pencetus. Selain itu, gejala asma juga berpengaruh kuat terhadap tingkat kontrol asma.Pasien yang tidak terkontrol asmanya dapat mengalami berbagai gejala klinis seperti
gejala harian atau serangan asma,
gangguan tidur, frekuensi penggunaan obat spray atau pelega yang cukup tinggi,
penurunan fungsi paru, dan
eksaserbasi.Tingkat kontrol asma yang
baik dapat dicapai dengan self
management dan terapi medikamentosa yang tepat (Bhaskaraa. Et al. 2018).
Penemuan tanda pada pemeriksaan
fisik pasien asma, tergantung dari
klasifikasi berdasarkan gejala klinis yang muncul. Pada pemeriksaan fisik pasien asma, terdapat perubahan anatomis bentuk thoraks, otot tambahan di leher sewaktu bernapas, napas menjadi cepat, sianosis,
ekspirasi memanjang, serta pada
pemeriksaan auskultasi terdapat suara mengi. Pemeriksaan spirometri adalah cara yang paling cepat dan sederhana untuk
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 257 menegakkan diagnosis asma, hal ini
dengan melihat respon pengobatan dengan
menggunakan bronkodilator. Jika
pemeriksaan spirometri normal, maka dapat dilakukan uji provokasi bronkus untuk menunjukkan adanya hipereaktivitas bronkus, uji ini menggunakan histamin, metakolin, larutan garam hipertonik, dan aqua destilata. Hasil bermakna bila didapat penurunan VEP1 sebesar 20% atau lebih (Rahmah. 2020)
Asma memiliki banyak faktor risiko. Asma alergik disebabkan oleh
kepekaan individu terhadap alergen
diantaranya debu, spora jamur, serbuk sari yang dihirup, bulu halus binatang, serat kain atau yang lebih jarang terhadap makanan seperti coklat dan susu sapi. Faktor nonspesifik juga dapat mencetuskan asma diantaranya latihan fisik, flu biasa dan emosi(Usman. 2015)
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tiga faktor tertinggi penyebab
penyakit asma mereka berturut-turut
adalah faktor keturunan, virus, kuman dan
bakteri dan kekebalan tubuh yang
menurun. Faktor keturunan/genetik adalah riwayat penyakit keluarga pasien yang
pernah menderita asma. Faktor
keturunan/genetik memang merupakan salah satu dari penyebab asma yang dominan. Beberapa virus penyebab infeksi seperti rhinovirus memiliki hubungan
terhadap kekambuhan mengi (wheezing) pada masa anak-anak. Namun kenyataan nya mengi pada usia dewasa terjadi karena bermacam-macam kondisi dan tidak semua
kondisi mengi pada usia dewasa
merupakan suatu indikasi terjadinya asma
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Dari hasil penelitian 20 artikel yang dibahas di atas dapat disimpulkan bahwa 9
jurnal mengatakan faktor pencetus
penyebab asma berulang antara lain adalah latihan berlebih atau alergi terhadap binatang berbulu, debu, jamur, polusi, asap rokok, infeksi virus, asap, parfum, jenis makanan tertentu (terutama zat yang ditambahkan kedalam makanan), emosi (kecemasan) dan perubahan cepat suhu
ruangan. Selain itu didapatkan hasil
analisis 11 jurnal mengatakan bahwa pengetahuan dan sikap pasien sangat mempengaruhi peningkatan kekambuhan asma, misalnya, cara penanganan asma dirumah, makanan yang harus dihindari, aktivitas yang terlalu berat dan lain-lain. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan dan
pengalaman perawat dan tenaga medis lainnya terkhusus untuk penyakit asma yang berulang agar kedepannya dapat
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 258 lebih baik lagi dalam penanganan
penyakit asma untuk meminimalisir kekambuhan asma
2. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan
diharapkan dapat menambah
penyediaan buku-buku sumber untuk bacaan guna menambah ilmu dan pengetahuan serta dapat menambah
jam kunjungan perpustakaan bagi mahasiswa.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat
mengembangkan penelitian mengenai
faktor-faktor penyebab terjadinya
asma berulang, pengetahuan serta dengan metode yang berbeda seperti metode kualitatif sehingga penelitian tersebut dapat terus dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Fitri. Yesi Hasneli & Yulia Irvani Dewi. (2011). Faktor-Faktor Resiko yang Berpengaruh terhadap Tingkat Kekambuhan Pasien Asma
Anggraini, Yenny. (2011). Faktor-Faktor Pemicu Kekambuhan Asma
Anggoro, Agung Huda. (2018). Pengaruh Promosi Kesehatan tentang Asma terhadap Tingkat
Pengetahuan Sikap dan Perilaku pada Penderita Asma.
Ardi. (2018). Hubungan Pengetahuan tentang Asma dengan Perilaku Pencegahan
Kekambuhan pada Penderita. Pacitan
Astuti, Rita & Devi Darliana. (2018). Hubungan Pengetahuan dengan Upaya Pencegahan
Kekambuhan Asma Bronkhial. Jurnal Idea Nursing
Arifuddin, Adhar, dkk. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Asma di Wilayah Kerja Puskesmas Singgani Kota Palu. Palu : Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 5 No. 1 Hal. 1-62
Astuti, Rita & Devi Darliana. (2018). Hubungan Pengetahuan dengan Upaya Pencegahan
Kekambuhan Asma Bronkhial. Idea Nursing Journalvol. IX No. 1
Bhaskaraa, Yusuf. Rahmat Bakhtiar & Emil Bachtiar Moerad. (2018). Hubungan Tingkat Kontrol Asma dengan Kualitas Hidup Pasien Asma di Klinik Paru RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda. Jurnal kedokteran mulawarman
Chusnawati, Aini, Gipta Galih Widodo & Yunita Galih Yudanari. (2016). Gambaran
Faktor-Faktor Pencetus Timbulnya Serangan Asma pada Pasien Asma Bronkhial di RSUD
Ungaran.
Ciptarini, Sinta Tri. (2015). Pengaruh senam asma indonesia terhadap frekuensi kekambuhan
asma pada penderita asma di balai kesehatan paru masyarakat (bkpm). Semarang.
undergraduate thesis, UNIMUS.
Dharmayanti, et al. (2015). Asma pada Anak di Indonesia: Penyebab dan Pencetus. Indonesia
Esti, Sri Yulia. (2019). Gambaran Tingkat Ansietas Dan Tingkat Kontrol Asma Pada
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 259
Ferliani. (2015). Kepatuhan Berobat pada Pasien Asma Tidak Terkontrol dan Faktor-Faktor
yang Berhubungan. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia
Hidayati, Putri. (2015). Hubungan antara Pengetahuan tentang Pencegahan Asma dengan
Kejadian pada Kekambuhan pada Penderita Asma di Wilayah Kerja Puskesmas
Ngoresan Surakarta. Naskah Publikasi
KemenKes RI. (2016). You can control your asthma
Kharisma, Yuktiana. (2017). Tinjauan Umum Penyakit Asma. FK UNISBA
Kurniasari, Lidya. (2016). Hubungan Faktor Makanan terhadap Kejadian Kambuh Ulang
Asma pada Penderita Asma di Wilayah Kerja Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi.
Journal Scientia. Vol 4 No 04
Marianti. (2016). Pengertian dan Gejala Asma
Mayasari, Anita. (2014). Hubungan antara Kontrol Asma dengan Kualitas Hidup Anggota Klub Asma di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Semarang. Semarang : UNIMUS Ningrum, Windy Astuti Cahya. 2018. Pengetahuan, sikap dan kekambuhan pasien asma di
Rumah Sakit Muhamadiyah Palembang. Jurnal Masker Medika Vol 6 No 2
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nusa Merdeka
Pondaag, Mark P. Audrey Wahani & Ch. Manoppo. (2015). Hubungan Anak Dengan
Riwayat Bayi Berat Lahir Rendah (Bblr) Dengan Insidens Terjadinya Asma Pada Anak. Jurnal E-Clinic
Qinthara, Achmad. (2018). Hubungan Tingkat Kecemasan Dan Tipe Kepribadian
"Hippocrates-Galenus" Dengan Derajat Serangan Asma Pada Pasien Dewasa Di
RSUD Kota Depok
Rohman, Dodi. (2015). Efektifitas Latihan Nafas Dalam Penyakit Asma
Rafie, Rakhmi. Et all. (2020). Hubungan Asap Rokok dengan Tingkat Kontrol Asma di Klinik
Harum Melati Pringsewu. Jurnal ilmu kesehatan
Saadah, Anis. (2017). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan Penyakit Asma pada
Lansia.
Sintya, Ni Made Noviani Utami. (2013). Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga
dengan Penerimaan Diri Individu yang Mengalami Asma. Journal Psikologi
Udayana
Suranggana, Lungguh Tarenaksa. Koesbaryanto & Azizah Khoiriyati. (2018). Pengaruh Senam Asma Bronkhial terhadap Frekuensi Kekambuhan Asma di Puskesmas
Penujak Lombok Tengah Nusa Tengggara Barat. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan
Vol 9, No 2
Safriana, Lina. (2017). Faktor-Faktor Pencetus Kekambuhan Asma Pada Anak Di Wilayah Kerja Puskesmas Sibelakota Surakarta
Syafriani. (2014). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kekambuhan Asma Bronkhial
Pada Anak Usia 3-14. Riau
Tumigolung, Gisella Tesalonika. Lucky Kumaat & Franly Onibala. (2016). Hubungan
Tingkat Kecemasan Dengan Serangan Asma Pada Penderita Asma Di Kelurahan
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 260 Usman, Isnaniyah. Eva Chundrayetti & Oea Khairsyaf. (2015). Faktor Risiko dan Faktor Pencetus yang Mempengaruhi Kejadian Asma pada Anak di RSUP Dr. M. Djamil
Padang. Jurnal kesehatan Andalas
Wahyu, Pepin & Hexawan. (2013). Analisa Faktor-Faktor Pencetus Derajat Serangan Asma
pada Penderita Asma di Puskesmas Perak Kabupaten Jombang
Wahyuni, Anyta Hera & Yulia. (2014). Prevalensi Faktor-Faktor Pencetus Serangan Asma
pada Pasien Asma di Salah Satu Rumah Sakit di Jakarta.
Wijaya, Ardy & Rozali Toyib. (2018). Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Asma dengan
Menggunakan Algoritma Genetik. Jurnal Pseudocode. volume V nomor 2
Wijaya, Hendi. (2018). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Asma yang Berulang. Palembang
Wahyudi, Adefri. Finny Fitry Yani & Erkadius. (2016). Hubungan Faktor Risiko terhadap
Kejadian Asma pada Anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal kesehatan Andalas
Yuniati. et al. (2013). Analisis Kekambuhan pada Pasien Asma Bronkhial dalam 1 Tahun. Purwokerto