• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN

B. SARANA KESEHATAN

2. Puskesmas pembantu

Puskesmas Pembantu (Pustu) adalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu memperluas jangkauan puskesmas dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia. Jumlah puskesmas pembantu Tahun 2015 sebanyak 523 pustu.

Tabel 5.4

Jumlah Pustu Dan Pusling Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali Tahun 2015

No. Kab/Kota Pustu Pusling

1 Buleleng 74 20 2 Jembrana 44 6 3 Tabanan 78 33 4 Badung 54 8 5 Denpasar 25 11 6 Gianyar 65 14 7 Klungkung 53 7 8 Bangli 59 9 9 Karangasem 71 17 Tahun 2015 523 125 Tahun 2014 523 88 Tahun 2013 522 129 Tahun 2012 527 127

PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 115 3. UKBM

Pembangunan kesehatan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya juga memerlukan peran masyarakat. Melalui konsep Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), masyarakat berperan serta aktif dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Bentuk UKBM antara lain Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), dan desa/kelurahan siaga aktif. Desa/kelurahan siaga aktif adalah desa/kelurahan yang mempunyai Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan kegawat daruratan, surveilans berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan pertumbuhan (gizi), penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

a) Posyandu, Polindes dan Poskesdes

Posyandu adalah salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu, bayi dan balita. Adapun jenis posyandu ada 4 jenis yaitu; posyandu pratama, posyandu madya, posyandu purnama dan posyandu mandiri. Pondok Bersalin Desa (Polindes) adalah upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang menyediakan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk KB desa. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) adalah upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang memberikan pelayanan kesehatan dasar, buka setiap hari dan dapat diakses dengan mudah oleh penduduk di wilayah tersebut. Poskesdes dikelola oleh 1 orang bidan dan minimal 2 orang kader.

Adapun jumlah Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang diberdayakan di Provinsi Bali dapat dilihat pada tabel berikut.

PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 116 Tabel 5.5

Jumlah Posyandu, Polindes dan Poskesdes Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali Tahun 2015

No. Kab/Kota Posyandu Polindes Poskesdes

1 Buleleng 717 0 83 2 Jembrana 331 0 51 3 Tabanan 830 19 55 4 Badung 575 0 1 5 Denpasar 460 0 0 6 Gianyar 566 0 11 7 Kungkung 293 0 59 8 Bangli 351 0 72 9 Karangasem 674 2 80 Tahun 2015 4794 21 412 Tahun 2014 4.791 32 424 Tahun 2013 4.783 6 594

Sumber : Buku Sarana Kesehatan Dinkes Prov. Bali Tahun 2015

Pada tahun 2014 jumlah posyandu sebesar 4.791. Terdapat penambahan sebanyak 3 unit sehingga pada tahun 2015 jumlah Posyandu menjadi 4.794, terjadi penurunan jumlah polindes dari 32 unit pada tahun 2014 menjadi 21 Polindes pada tahun 2015 sedangkan Poskesdes terjadi penurunan sebanyak 12 unit dari 424 unit pada tahun 2014 menjadi 412 Poskesdes pada tahun 2015. Penurunan jumlah Polindes dan menurunnya jumlah Poskesdes disebabkan karena pada awal terbentuknya Desa Siaga tahun 2006 semua desa siaga wajib memiliki poskesdes sedangkan pada tahun 2014 desa siaga tidak harus memiliki poskesdes.

Sumber : Seksi Promosi Kesehatan Dikes Provinsi Bali Tahun 2015

97,9 95,0 90,1 87,8 68,7 61,1 61,0 54,5 51,5 46,7 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0

Jumlah Posyandu Aktif : 3295 unit

Gambar 5.13. Persentase Posyandu Aktif Di

Provinsi Bali Tahun 2015

PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 117 Sumber : Seksi Promosi Kesehatan Dikes Provinsi Bali Tahun 2015 Posyandu pratama adalah posyandu yang belum mantap, ditandai oleh kegiatan posyandu belum terlaksana secara rutin setiap bulan dan jumlah kader kurang dari 5. Persentase posyandu pratama di Provinsi Bali sangat kecil, hanya sebesar 1,61%. Posyandu madya adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata kader sebanyak 5 orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah, yaitu kurang dari 50%. Persentase posyandu madya sebesar 29,64%. Posyandu purnama adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata kader sebanyak 5 orang atau lebih, cakupan kelima kegiatannya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang kepesertaannya masih kurang dari 50% KK di wilayah kerja posyandu. Persentasenya paling besar sebanyak 62,96%, artinya sebagian besar posyandu di Provinsi Bali termasuk kategori posyandu purnama. Posyandu mandiri adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata kader sebanyak 5 orang atau lebih, cakupan kelima kegiatannya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang kepesertaannya lebih dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu. Persentasenya sebesar 5,73%.

1,61

29,64

62,96

5,73

Gambar 5.14. Persentase Strata Posyandu Di

Provinsi Bali Tahun 2015

PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI

PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 118 b) Desa Siaga Aktif

Desa siaga adalah desa dan kelurahan yang penduduknya dapat mengakses pelayanan kesehatan dasar dan mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Pencapaian desa siaga aktif di Bali pada tahun 2015 menunjukkan angka secara umum telah mencapai target nasional. Berikut adalah gambaran persentase desa siaga aktif berdasarkan kabupaten/kota di Provinsi Bali tahun 2015

Sumber : Seksi Promosi Kesehatan Dikes Provinsi Bali Tahun 2015

Sumber : Seksi Promosi Kesehatan Dikes Provinsi Bali Tahun 2015 Dari gambar 5.14 diatas dapat dilihat, hanya Kabupaten Tabanan yang belum memenuhi target, capaiannya sebesar 60,15%. Capaian Provinsi Bali pada tahun 2015 telah mencapai target nasional yang telah ditetapkan (target 70%, pencapaian 92,60 %). Gambar 5.15 menunjukkan adanya variasi pada pentahapan desa siaga aktif di Bali tahun 2015 yaitu sebagian besar masih

100 100 100 100 100 100 100 100 92,60 60,15 0 20 40 60 80 100 120

Gambar 5.15. Persentase Desa Siaga Aktif

Provinsi Bali Tahun 2015

65,6 19,5

14,0

0,9

Gambar 5.16. Persentase Strata Desa Siaga Aktif

Provinsi Bali Tahun 2015

Pratama Madya Purnama Mandiri

PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 119 berada pada strata pratama sebesar 65,6%. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pembinaan dalam upaya meningkatkan strata desa siaga aktif.

4. Rumah Sakit

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat juga diperlukan upaya kuratif dan rehabilitatif selain upaya promotif dan preventif. Upaya kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif dapat diperoleh melalui rumah sakit yang juga berfungsi sebagai penyedia pelayanan kesehatan rujukan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/Menkes/PER/I/2010 tentang Perizinan Rumah Sakit mengelompokkan rumah sakit berdasarkan kepemilikan, yaitu rumah sakit public dan rumah sakit privat. Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dikelola pemerintah, pemerintah daerah dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Sedangkan rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh bahan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero.

Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit mengelompokkan rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan menjadi rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Adapun rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.

Total rumah sakit di Provinsi Bali sejumlah 52 unit dengan total jumlah tempat tidur 5.803 buah. Berikut sebaran rumah sakit berdasarkan jenis dan pengelola/kepemilikan pada table 5.6.

Tabel 5.6

Data Rumah Sakit Berdasarkan Jenis dan Pengelola Di Provinsi Bali Tahun 2015

NO PENGELOLA RSU RSK 1 KemenKes 1 0 2 Pem. Prov 1 1 3 Pem. Kab/Kota 9 0 4 TNI/POLRI 3 0 5 Swasta 30 7 TOTAL 44 8

PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 120 Dibandingkan dengan tahun 2014 terjadi pengurangan jumlah rumah sakit swasta sebanyak 3 unit, hal ini dikarenakan masalah perijinan, turun status menjadi klinik dan sedang proses renovasi total.

Provinsi Bali tahun 2015, dari 52 rumah sakit yang ada, 21 unit telah melaksanakan pelatihan tenaga PONEK. Menurut standar WHO, ratio ideal jumlah Tempat Tidur (TT) RS terhadap jumlah penduduk adalah 1 Tempat Tidur untuk 1.000 orang dan dalam Permenkes No 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit, rasio tempat tidur kelas III di rumah sakit pemerintah adalah 30% dari jumlah tempat tidur keseluruhan dan untuk rumah sakit swasta adalah 20% dari jumlah tempat tidur keseluruhan . Di Bali jumlah penduduk mencapai 4.152.800 jiwa ditambah dengan jumlah kunjungan wisatawan. Berdasarkan data di Dinkes Provinsi Bali memiliki 52 rumah sakit yang terdiri dari 44 RSU dan 8 RS khusus dengan total jumlah ketersediaan tempat tidur 5.803.

5. Sarana Pelayanan Kesehatan Lain

Sarana pelayanan kesehatan lainnya yang dimaksud adalah sarana kesehatan yang ada selain puskesmas dan rumah sakit. Yang termasuk di profil ini adalah rumah bersalin, balai pengobatan atau klinik, praktek dokter bersama/perorangan, praktek pengobatan tradisional, bank darah rumah sakit dan unit transfusi darah.

Sumber : Seksi Sertifikasi Dikes Provinsi Bali Tahun 2015

24 89 0 2215 85 1 10 0 500 1000 1500 2000 2500

Gambar 5.17. Sarana Pelayanan Kesehatan Lainnya di Provinsi Bali Tahun 2015

PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 121 Kondisi tahun 2015, Sarana yang menunjang Upaya Kesehatan Perseorangan sebagian besar adalah milik swasta dimana sebagian besar tersebar di area Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan, sedangkan sarana Upaya Kesehatan Masyarakat sebagian besar adalah mlik pemerintah. Ada 85 Praktik Pengobat Tradisional. Yang dimaksud adalah pengobat Tradisional yang sudah terdaftar karena ada ribuan tenaga kesehatan yang belum terdaftar, Bank darah baru ada 1 unit di Provinsi Bali.

C. SARANA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

Ketersediaan farmasi dan alat kesehatan memiliki peran yang signifikan dalam pelayanan kesehatan. Akses masyarakat terhadap obat khususnya obat esensial merupakan salah satu hak asasi manusia. Dengan demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan institusi pelayanan kesehatan baik publik maupun privat. Sebagai komoditi khusus, semua obat yang beredar harus terjamin keamanan, khasiat dan mutunya agar dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu salah satu upaya yang dilakukan untuk menjamin mutu obat hingga diterima konsumen adalah menyediakan sarana penyimpanan obat dan alat kesehatan yang dapat menjaga keamanan secara fisik serta dapat mempertahankan kualitas obat di samping tenaga pengelola yang terlatih.

Salah satu kebijakan dalam Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatkan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi standar dan terjangkau oleh masyarakat sesuai tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yaitu meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin keamanan/khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan. Hal ini bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penyalahgunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan atau penggunaan yang salah/tidak tepat serta tidak memenuhi mutu keamanan dan pemanfaatan yang dilakukan sejak proses produksi, distribusi hingga penggunaannya di masyarakat. Cakupan sarana produksi bidang kefarmasian dan alat kesehatan menggambarkan tingkat ketersediaan sarana pelayanan kesehatan yang melakukan upaya produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan. Sarana produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan antara lain Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional (IOT)/Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA), Industri Kosmetika, Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT)/Usaha Mikro

PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 122 Obat Tradisional (UMOT), Produksi Alat Kesehatan (Alkes) dan Produksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT).

Sumber : Seksi Sertifikasi Dikes Provinsi Bali Tahun 2015

Sarana kefarmasian sebagian besar adalah sarana distribusi dan baru memiliki 1 industri yaitu IKOT. Usaha kecil obat tradisional yang terdaftar ada 14 unit. Yang tersaji pada gambar diatas adalah industry yang sudah terdaftar dan memiliki ijin operasional.

Ketersediaan Obat dan Vaksin dalam upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan obat dalam jenis yang lengkap, jumlah yang cukup, terjamin khasiatnya, aman, efektif dan bermutu dengan harga terjangkau serta mudah diakses adalah sasaran yang harus dicapai. Dalam rangka mencapai target tersebut, salah satu kegiatan yang dilakukan adalah peningkatan ketersediaan obat esensial generik di sarana pelayanan kesehatan dasar. Pemantauan ketersediaan obat digunakan untuk mengetahui kondisi tingkat ketersediaan obat di berbagai unit sarana kesehatan seperti Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK) dan puskesmas. Untuk mendapatkan gambaran ketersediaan obat dan vaksin di Indonesia, dilakukan pemantauan ketersediaan obat dan vaksin. Obat yang dipantau ketersediaannya merupakan obat indikator yang digunakan untuk pelayanan kesehatan dasar dan obat yang mendukung pelaksanaan program kesehatan. Jumlah item obat yang dipantau adalah 144 item obat dan vaksin yang terdiri dari 135 item obat untuk pelayanan kesehatan dasar dan 9 jenis vaksin untuk imunisasi dasar. 0 1 14 0 60 639 271 58 0 100 200 300 400 500 600 700

Gambar 5.18. Sarana Kefarmasian dan Alat Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2015

PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 123 Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Bali tahun 2015 melebihi 100% dengan total rata-rata 240% . Hal ini berarti melebihi target ketersediaan obat dan vaksin sebesar 100%. Data dan informasi lebih rinci mengenai ketersediaan obat dan vaksin 144 item terdapat pada Lampiran table 66.

D. PEMBIAYAAN KESEHATAN

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015 terdapat Sembilan bidang pembangunan sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 dimana salah satunya adalah reformasi pembangunan kesehatan. Pembiayaan kesehatan harus mampu menjamin kesinambungan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna sehingga pembangunan kesehatan demi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya dapat terlaksana. Sumber pembiayaan kesehatan berasal dari pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, swasta dan sumber lain. Sesuai Undang-Undang Kesehatan No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota memiliki alokasi minimal sepuluh persen dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di luar gaji (belanja pegawai). Persentase anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi terhadap total APBD di atas termasuk dengan gaji pegawai.

Persentase anggaran kesehatan terhadap APBD Provinsi Bali dibandingkan tahun 2014 dengan 2015 mengalami peningkatan. Persentase anggaran kesehatan tahun 2014 sebesar 10,07%. Sedangkan anggaran kesehatan perkapita Provinsi Bali tahun 2014 sebesar Rp. 159.645,77. Dan pada tahun 2015 persentase anggaran kesehatan terhadap APBD meningkat menjadi sebesar 11,36% dengan anggaran kesehatan perkapita sebesar Rp. 292.195,25.

PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 124 A. PENDAHULUAN

Kesehatan adalah hak asasi setiap manusia yang harus dipenuhi. Kesehatan menjadi salah satu penentu kesejahteraan manusia dan kualitas dari sumber daya manusia. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan guna meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Untuk mencapai hal tersebut, Visi Kementerian Kesehatan RI adalah “Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat” dengan misi: “Membuat Masyarakat Sehat” yang akan tercapai dengan salah satu strateginya adalah meningkatkan pembiayaan kesehatan. Sejalan dengan Visi Bali Mandara yaitu “Bali Maju, Aman, Damai dan Sejahtera” dengan salah satu misi dari tiga misi yang ada yakni “Mewujudkan Bali yang sejahtera dan sukerta lahir batin”.

Dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat diperlukan adanya kegiatan yang dapat menyentuh langsung kebutuhan masyarakat akan kesehatan yang paling mendasar untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Disadari bahwa kesehatan masih merupakan prioritas dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya disamping pendidikan. Dalam upaya melindungi dan meningkatkan derajat kesehatan diperlukan adanya upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dan untuk meningkatkan mutu upaya tersebut diatas perlu dilakukan revitalisasi sistem kesehatan secara menyeluruh sehingga masalah kesehatan mulai dari hulu sampai kehilir dapat diatasi dengan baik.

Gambaran masyarakat Bali yang telah tercakup dengan Jaminan Kesehatan (JK) adalah sebagai berikut :

1. Tanggal 1 Januari 2014, di Indonesia secara Nasional mulai berlaku Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), sehingga Asuransi Kesehatan yang dilaksanakan sebelumnya seperti, Askes, Jamkesmas, ASABRI dan Jamsostek bergabung menjadi satu jaminan kesehatan yakni Jaminan Kesehatan Nasional dengan penyelenggaranya adalah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial bidang Kesehatan (BPJS Kesehatan). Jumlah peserta JKN mencapai 2.072.653 jiwa per 31 Desember 2015 (BPJS Kesehatan Divisi Regional XI, 2015) atau

JAMINAN KESEHATAN

BALI MANDARA (JKBM)

BAB

PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 125 49,91% dari jumlah penduduk Bali Tahun 2014 yaitu 4.152.800 jiwa (BPS, 2015) dengan rincian:

- Peserta Pekerja Penerima Upah (Askes, TNI/POLRI, Jamsostek) sebanyak 836.801 jiwa

- Masyarakat Miskin Penerima Bantuan Iuran (PBI) sebanyak 912.613 jiwa - Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja sebanyak 323.239 jiwa

2. Kelompok masyarakat yang belum tercakup Jaminan Kesehatan adalah kelompok Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja sejumlah 2.080.147 jiwa atau 50,09%.

Berdasarkan gambaran tersebut diatas, Pemerintah Provinsi Bali mengambil kebijakan untuk menaungi masyarakat dengan pelayanan kesehatan melalui program Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) untuk seluruh Masyarakat Bali secara berkelanjutan namun demikian kelompok masyarakat pada poin 2 tersebut diatas sesuai amanah Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN, bahwa seluruh masyarakat Indonesia pada Tahun 2019 wajib menjadi peserta JKN. JKBM sendiri telah dilaksanakan di Provinsi Bali sejak tahun 2010.

B. Tujuan dari JKBM

1. Tujuan Umum

Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat Bali agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.

2. Tujuan Khusus

a) Meningkatkan cakupan masyarakat Bali yang mendapat pelayanan kesehatan di puskesmas serta jaringannya dan di rumah sakit.

b) Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat Bali. c) Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparant dan akuntabel.

Sasaran program adalah penduduk Bali yang memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Bali dan anggota keluarganya, memiliki Kartu Keluarga dan belum memiliki jaminan kesehatan.

PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 126 C. LANDASAN HUKUM

Pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) berdasarkan pada:

1. Undang-Undang Dasar 1945 (amandemen), pasal 28H dan pasal 34;

2. Undang-Undang No. 40 tahun 2014 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, pasal 2, pasal 3, pasal 5, pasal 18, pasal 19, pasal 22, pasal 23 dan pasal 24; 3. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 2, pasal 3, pasal

4, pasal 5, pasal 13 dan pasal 20;

4. Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, pasal 51;

5. PP No 38 tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota, pada sub bidang pembiayaan kesehatan tugas Pemerintah daerah Provinsi;

6. Peraturan Gubernur Bali No. 20 Tahun 2011 tentang Besaran Biaya Pelayanan Kesehatan dan Formularium Obat Peserta Jaminan Kesehatan Bali Mandara di Rumah Sakit;

7. Peraturan Gubernur Bali No. 21 Tahun 2011 tentang Besaran Biaya Pelayanan Kesehatan Peserta Jaminan Kesehatan Bali Mandara di Puskesmas dan Jaringannya;

8. Peraturan Gubernur Bali No. 54 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM);

9. Peraturan Gubernur Bali No. 7 Tahun 2014 tentang Regionalisasi Pelayanan Sistem Rujukan di Provinsi Bali;

10. Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Bali Mandara mengacu pada Perda/Pergub yang berlaku;

PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 127 D. TRIAS MANAJEMEN

1. Kepesertaan

a. Kepemilikan Jaminan Kesehatan

Kepemilikan Jaminan Kesehatan di Provinsi Bali tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 6.1 berikut:

Sumber: Seksi JPKM Dikes Prov. Bali Tahun 2015

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa jumlah masyarakat Bali yang menjadi peserta JKBM di tahun 2015 sebesar 50,9% hampir berimbang dengan jumlah peserta JKN di Bali yaitu sebesar 49,91%. Peserta JKBM ini, secara perlahan akan di advokasi menjadi peserta JKN di tahun 2017. Berikut data kepesertaan JKBM tahun 2010-2015.

PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 128

Sumber:Kepesertaan JKBM tahun 2010-2011 berdasarkan DPA Dinkes Prov.Bali Kepesertaan JKBM tahun 2012- 2015 berdasarkan DPA UPT. JKMB Dikes Prov.Bali

Pada tabel diatas merupakan prediksi jumlah kepesertaan JKBM yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan penetapan anggaran JKBM dalam Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Gubernur dan Bupati/Walikota se-Bali. Dari data diatas juga dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 terjadi penambahan jumlah kepesertaan JKBM, hal ini disebabkan oleh perubahan data yang dilakukan oleh kabupaten/kota.

a. Manajemen Kepesertaan

Prinsip kepesertaan JKBM adalah masyarakat Bali yang belum mempunyai jaminan kesehatan seperti jaminan kesehatan nasional atau asuransi kesehatan lainnya dengan administrasi kepesertaan sebagai berikut :

1) Persyaratan

Masyarakat Bali wajib memiliki Kartu JKBM atau memiliki Nomor JKBM sebagai persyaratan peserta yang sah, oleh karena itu untuk mendapatkan Kartu JKBM, masyarakat Bali wajib mendaftar dengan membawa persyaratan sebagai berikut :

a. Foto copy KTP dan Kartu Keluarga kode 51 masing-masing sebanyak 1 lembar.

b. Surat Keterangan Tidak Mempunyai Jaminan Kesehatan dari Lurah/Kepala Desa/Perbekel.

Tabel 6.1.

PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 129 c. Fotocopy Surat Keterangan Lahir/akte kelahiran bagi bayi sampai umur

1 tahun dengan catatan bayi tersebut belum masuk pada kartu keluarga d. Surat Keterangan Sebagai Sulinggih/Pemangku Kayangan Tiga dari

Lurah/Kepala Desa/Perbekel.

2) Prosedur

a. Jika persyaratan diatas sudah lengkap, maka masyarakat Bali dapat mendaftar untuk pertama kalinya ke Klian Dinas/dusun/lingkungan setelah itu masyarakat tinggal menunggu Kartu JKBM atau Nomor JKBM dari Kelian tempat pertama kali masyarakat mendaftar paling lama 2 minggu sejak pendaftaran.

b. Kelian Dusun/Lingkungan segera membawa berkas pendaftaran warganya ke Kantor Desa/Perbekel/Kelurahan dan selanjutnya Petugas di Kantor Desa/ Perbekel/Kelurahan segera membawa berkas pendaftaran ke Puskesmas yang mewilayahi desa tersebut.

c. Masyarakat yang ingin langsung mendaftar ke Puskesmas untuk mendapatkan Kartu JKBM diperbolehkan sepanjang sudah membawa persyaratan seperti tersebut diatas.

d. Operator E-JKBM yang ada di Puskesmas segera melakukan Input data melalui aplikasi pendaftaran anggota secara lengkap sesuai SOP aplikasi Pendaftaran Anggota dan segera memberitahukan Operator E-JKBM di

Dokumen terkait