• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Penelitian Ter dahulu

Kajian empirik maupun teoritik pengentasan kemiskinan telah banyak dilakukan. Dari beberapa hasil penelitian telah banyak diungkapkan mengenai usaha – usaha pengentasan kemiskinan di Indonesia serta penelitian yang menganalisis implementasi kebijakan Raskin dalam pengentasan kemiskinan adalah sebagai berikut:

1. Kiky Christina Manopo (2004) dari jurusan administrasi negara fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang dalam skripsinya yang berjudul “Program Pendistribusian Raskin sebagai Upaya Meringankan Beban Kemiskinan” (Suatu Study tentang Prosedur Sub Divisi Regional 1 Surabaya).

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan prosedur pendistribusian raskin yang dijadikan acuan oleh Sub Divisi Regional 1 Surabaya utara sebagai salah satu unit operasi dibawah bulog yang menyelenggarakan usaha logistik pangan pokok yang bermutu bagi masyarakat serta bertugas untuk menyediakan dan mendistribusikan raskin sampai ke titik distribusi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan pendistribusian Raskin oleh Sub Divisi Regional 1 Surabaya Utara tersebut sudah dilakukan dengan benar karena sesuai prosedur yang ditetapkan bulogdan

pada dasarnya prosedur yang ditetapkan Sub Divisi Regional 1 Surabaya Utara sudah tepat, jelas dan tidak berbelit – belit, namun akan lebih baik lagi jika dalam prosedur distribusi tersebut diterapkan tanggal dilaksanakannya distribusi beras serta tanggal batas akhir pembayaran raskin tiap bulannya. Sehingga penerima manfaat dapat memersiapkan biaya pembelian beras raskin lebih dini yang akhirnya dapat mencegah atau meminimalisir tunggakan yang dapat merugikan pihak Sub Divisi Regional / Divisi Regional / Bulog maupun penerima manfaat.

Perbedaan dan persamaan penelitian ini antara lain untuk perbedaan dalam penelitian ini yang pertama adalah tujuan penelitian, dimana dalam penelitian untuk menggambarkan prosedur pendistribusian raskin sedangkan dalam penelitian sekarang terdapat tujuan peneliti untuk mendiskripsikan evaluasi distribusi program beras miskin (Raskin). Untuk persamaan dalam penelitian ini yaitu jenis penelitian yaitu sama – sama dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data, sama- sama dilakukan dengan cara pengamatan, wawancara dan dokumentasi.

2. Dariawan lenna (2002) dari jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya dalam skripsinya yang berjudul : “Program Pemenuhan Kebutuhan Pangan Bagi Warga Miskin” ( Studi Implementasi Program Raskin Kecamatan Sawahan Dan Kecamatan Tambaksari Surabaya).

Penelian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi program raskin dan faktor – faktor apa yang berpengaruh terhadap implementasi program raskin.

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Lokasi yang ditetapkan adalah wilayah surabaya dengan mengambil sampel dari wilayah sawahandan tambaksari surabaya dengan pertimbangan wilayah tersebut menjadi wilayah mendapat subsidi raskin terbesar. Sedangkan untuk pengumpulan data diperoleh dengan cara pengamatan, wawancara dan dokumentasi.

Perbedaan dan persamaan penelitian ini antara lain untuk perbedaan dalam penelitian ini yang pertama adalah tujuan penelitian, dimana dalam penelitian untuk menggambarkan implementasi program raskin sedangkan dalam penelitian sekarang terdapat tujuan peneliti untuk mendiskripsikan evaluasi distribusi program beras miskin (Raskin). Untuk persamaan dalam penelitian ini yaitu jenis penelitian yaitu sama – sama dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data, sama- sama dilakukan dengan cara pengamatan, wawancara dan dokumentasi.

2.2 Landasan Teor i 2.2.1 Kebijakan Publik

2.2.2 Penger tian Kebijakan Publik

Pengertian kebijakan publik menurut Chandler & Piano (1998) dalam Tangkilisan (2003 : 1) adalah pemecahan masalah-masalah publik atau pemerintah.

Dye dalam Islamy (1997 :18) mendefinisikan kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Friedrich dalam Wahab (2004 : 3), menyatakan bahwa kebijakan ialah sutau tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.

Menurut Easton dalam Islamy (2001 : 19), memberi arti kebijakan Negara sebagai pengalokasikan nilai-nilai secara paksa (sah) kepada seluruh anggota masyarakat.

Menurut Anderson dalam Agustino (2006 : 7) memberikan pengertian tentang kebijkan publik yaitu serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seseorang aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau sesuatu hal yang diperhatikan.

Sedangkan menurut Woll (1996) dalam Heseel (2003 : 2) kebijakan publik adalah sejumlah aktifitas pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat,

baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Nugroho (2003 : 54) mendefinisikan kebijakan publik adalah hal-hal yang diputuskan pemerintah untuk dikerjakan dan hal-hal yang diputuskan pemerintah untuk tidak dikerjakan atau dibiarkan.

Pengertian kebijakan publik menurut Easton dalam Islamy (1997 : 19) adalah pengalokasian nilai-nilai secara paksa (syah) kepada seluruh anggota masyarakat, kemudian definisi kebijkan publik menurut Frederich dalam Soenarko (2000 : 42) adalah suatu arah tindakan yang diusulkan pada seseorang, golongan atau pemerintah dalam suatu lingkungan dengan halangan-halangan dan kesempatan-kesempatan yang diharapkan dapat memenuhi dan mengatasi suatu cita-cita atas mewujudkan suatu kehendak serta tujuan tertentu.

Atas dasar pengertian diatas, maka dapat dikemukakan elemen yang terkandung dalam kebijakan publik sebagaimana apa yang dikemukakan oleh Anderson dalam Islamy yang antara lain mencangkup :

1. kebijakan selalu mempunyai tujuan atau berorentasi pada tujuan tertentu. 2. kebijakan berisi tindakan atau pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah 3. kebijakan adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah dan

bahkan

4. kebijakan publik bersifat positif (merupakan tindakan, pemerintah mencari masalah tertentu) dan bersifat negatif (keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu)

5. kebijakan publik (positif) selalu berdasarkan pada peraturan perundang-undangan tertetu yang bersifat memaksa (otoritatif)

Dari beberapa pengertian diatas dan mengikuti paham bahwa kebijakan publik itu harus mengabdi kepada masyarakat, maka dengan demikian dapat disimpulkan kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yangbditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorentasi pada tujuan tertentu demi kepentingan seluruh masyarakat.

2.2.3 Tahap-Tahap Kebijakan Publik

Menurut Agustino (2006 : 22) proses pembuatan kebijakan merupakan serangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur menurut urutan waktu. Oleh karena itu kebijakan publik dilakukan ke dalam beberapa tahap proses pembuatan kebijakan sebagai berikut :

1) Tahap penyusunan agenda

Para pejabat yang dipilih dan di angkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah – masalah ini berkompetensi terlebih dahulu untuk dapat masuk kedalam agenda kebijakan.

2) Tahap formulasi kebijakan

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan di bahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah – masalah tadi di definisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik.

Dari sekian banyak alternative kebijakan yang di tawarkan oleh para perumus kabijakan, pada akhirnya salah satu dari alternative kebijakan tersebut di adopsi dengan dukungan dari mayoritas legislative, consensus direktur lembaga atau keputusan peradilan.

4) Tahap implementasi kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan – catatan elit, jika program tersebut tidak di implementasikan. Oleh karena itu, program kebijakan yang telah diambil sebagai alternative pemecahan masalah seharusnya di implementasikan.

5) Tahap penilaian kebijakan

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau di evaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan masalah.

2.2.4 Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi kebijakan merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu kebijakan dirumuskan . tanpa suatu implementasi maka suatu kebijakan yang akan dirumuskan maka akan sia- sia belaka. Oleh karena itulah implementasi kebijakan mempunyai kedudukan yang penting di dalam kebijakan publik.

Menurut Robert Nakamura dan Frank Smallwood dalam Hesel (2003:17) hal – hal yang berhubungan dengan implementasi kebijakan adalah keberhasilan dalam mengevaluasi masalah dan kemudian menerjemahkan ke dalam keputusan – keputusan yang bersifat khusus. Sedangkan menurut Pressman dan Wildavsky

dalam Hesel (2003: 17) implementasi diartikan sebagai interaksi antara penyusunan tujuan dengan sarana – sarana tindakan dalam mencapai tujuan tersebut, atau kemampuan untuk menghubungkan dalam hubungan kausal antara yang diinginkan dengan cara untuk mencapainya.

Jones dalam Hesel (2003:17) menganalisis masalah pelaksanaan kebijakan dengan mendasarkan pada konsepsi kegiatan – kegiatan fungsional. Jones mengemukakan beberapa dimensi dari implementasi pemerintahan mengenai program – program yang sudah disahkan, kemudian menentukan implementasi, juga membahas aktor – aktor yang terlibat, dengan memfokuskan pada birokrasi yang merupakan lembaga eksekutor. Jadi implementasi merupakan suatu proses yang dinamis yangmelibatkan secara terus menerus usaha – usaha untuk mencari apa yang akan dan dapat dilakukan. Dengan demikian implementasi mengatur kegiatan kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program ke dalam tujuan kebijakan yang diinginkan.

2.2.5 Sifat Kebijakan Publik

Menurut Wianarno (2002 : 19) sifat kebijakan publik sebagai arah tindakan dapat dipahami secara lebih baik bila konsep ini dirinci beberapa kategori sebagai berikut :

1. Tuntutan-Tuntutan Kebijakan

Adalah tuntutan-tuntutan yang dibuat oleh aktor-aktor swasta atau pemerintah, ditujukan kepada pejabat-pejabat pemerintah dalam suatu sistem politik.

2. Keputusan Kebijakan

Adalah keputusan-keputusan yang dibuat oleh pejabat-pejabat pemerintah yang mengesahkan atau memberi arah dan subtansi kepada tindakan-tindakan kebijakan publik.

3. Peryataan-peryataan Kebijakan

Adakah peryataan-peryataan resmi atau artikulasi-artikulasi (penjelasan) kebijakan publik.

4. Hasil-Hasil Kebijakan

Adalah manifestasi nyata dari kebijakan-kebijakan publik hal-hal yang sebenarnya dilakukan menurut keputusan-keputusan dan peryataan-peryataan kebijakan.

5. Dampak-dampak kebijakan

Adalah akibatbagi masyarakat baik yang berasal dari tindakan atau tidak adanya tindakan pemerintah.

2.2.6 Manfaat Kebijakan Publik

Menurut Dye dan Anderson dalam Subarsono (2005 : 4), studi kebijakan publik memiliki tiga manfaat penting yaitu :

1. pengembangan ilmu pengetahuan

dalam konteks ini, ilmuwan dapat menempatkan kebijakan publik sebagai variabel terpengaruh (dependent variable) sehingga berusaha menentukan variabel pengaruhnya (independent variable). Studi ini

berusaha mencari variabel-variabel yang dapat mempengaruhi isi dari sebuah kebijakan publik.

2. membantu para praktisi dalam memecahkan masalah-masalah publik Dengan mempelajari kebijakan publik para praktisi akan memiliki dasar teoritis tentang bagaimana membuat kebijakan publik yang baik dan memperkecil kegagalan dari suatu kebijakan publik. Sehingga ke depan akan lahir kebijakan publik yang lebih berkualitas yang dapat menopang tujuan pembangunan.

3. Bergunanya untuk tujuan politik

Suatu kebijakan publik yang dibuat melalui proses yang benar dengan dukungan teori yang kuat memiliki posisi yang kuat terhadap kritik dari lawan-lawan politik. Kebijakan publik tersebut dapat menyakinkan kepada lawan-lawan politik yang tadinya kurang setuju. Kebijakan publik seperti itu tidak akan mudah dicabut hanya karena alasan kepentingan sesaat dari lawan-lawan politik.

2.2.7 Tujuan Kebijakan

Ada beberapa tujuan kebijakan menurut Hoogerwef dalam Soenarko (2000:82) yaitu:

a. Memelihara ketertiban umum (Negara sebagai stabilisator)

b. Melancarkan perkembangan masyarakat dalam berbagai hal (Negara sebagai perangsang, stimulator)

d. Memperuntukkan dam membagi berbagai materi (Negara sebagai pembagi, alokator)

Tujuan-tujuan yang demikian itu, tentu saja merupakan tujuan antara guna untuk memcapai tujuan akhir. Untuk bangsa dan Negara Indonesia, tujuan kebijaksanaan itu adalah :

a. memajukan kesejahteraan umum

b. mencerdaskan kehidupan bangsa

c. ikut melaksanakan ketertiban dunia

sedangkan untuk tujuan akhirnya (goal) adalah : masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

2.2.8 Evaluasi Kebijakan

Menurut Winarno (2004 : 165), evaluasi kebijakan adalah kegiatan yang bertujuan untuk menilai manfaat suatu kebijakan.

Menurut Jones dalam Tangkilisan (2003 : 25), mengatakan bahwa evaluasi kebijakan adalah peninjauan ulang untuk mendapatkan perbaikan dari dampak yang tidak diinginkan.

Menurut Mashoed (2004 : 91), mengatakan bahwa evaluasi kebijakan adalah suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan publik dapat membuahkan hasil.

Berdasarkan dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi kebijakan adalah kegiatan yang bertujuan untuk menilai apakah suatu

kebijakan berhasil mencapai tujuanya dan seberapa besar dampak yang ditimbulkan akibat implementasi kebijakan tersebut.

Didalam evaluasi kebijakan terdapat beberapa tipe evaluasi, salah satunya seperti yang dikemukakan heath dalam Tangkilisan (2003 : 27), membedakan tipe evaluasi kebijakan publik atas 3 (tiga) tipe yaitu:

1. Tipe Evaluasi Proses

Dimana evalusai ini dilakukan, dan perhatiannya pada pertanyaan bagaimana program dilaksanakan.

2. Tipe Evaluasi Dampak

Dimana evaluasi ini dilakukan untuk menjawab pertayaan mengenai apa yang telah dicapai program

3. Tipe Evaluasi Strategi

Dimana evaluasi ini bertujuan untuk mencari jawaban atas pertayaan bagaimana program dapat dilaksanakan secara efektif, untuk memecahkan persoalan-persoalan masyarakat dibanding dengan program-program lain yang ditunjukkan pada masalah yang sama sesuai dengan topik mengenai kebijakan publik.

2.3.1 Penger tian Evaluasi

Menurut kamus besar Indonesia, evaluasi adalah suatu penilaian dimana penilaian itu ditujukan pada orang yang lebih tinggi atau yang lebih tahu kepada orang yang lebih rendah, baik itu dari jabatan strukturnya atau orang yang lebih rendah keahliannya. Evaluasi adalah suatu proses penelitian positif dan negatif

atau juga gabungan dari keduanya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978: 45).

Pada umumnya evaluasi adalah suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan suatu program yang telah dilakukan dan yang akan digunakan untuk meramalkan, memperhitungkan, dan mengendalikan pelaksanaan program ke depannya agar jauh lebih baik. Evaluasi lebih bersifat melihat ke depan dari pada melihat kesalahan-kesalahan dimasa lalu, dan ditujukan pada upaya peningkatan kesempatan demi keberhasilan program. Dengan demikian misi dari evaluasi itu adalah perbaikan atau penyempurnaan di masa mendatang atas suatu program.

Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan sumber nilai secara objektif dari pencapaian hasil-hasil yang direncanakan sebelumnya, dimana hasil evaluasi tersebut dimaksudkan menjadi umpan balik untuk perencanaan yang akan dilakukan di depan (Yusuf, 2000: 3). Dalam hal ini Yunus menitikberatkan kajian evaluasi dari segi manajemen, dimana evaluasi itu merupakan salah satu fungsi atau unsur manajemen, yang misinya adalah untuk perbaikan fungsi atau sosial manajemen lainnya, yaitu perencanaan.

Selain itu menurut Jones evaluasi adalah suatu aktivitas yang dirancang untuk menimbang manfaat program dalam spesifikasi riteria, teknik pengukuran, metode analisis dan bentuk rekomendasi (Jones, 1994 : 357). Selanjutnya Weiss (dalam Jones, 1994: 355) mengemukakan bahwa evaluasi adalah kata 24riteri yang meliputi segala macam pertimbangan, penggunaan kata tersebut dalam arti umum adalah suatu istilah untuk menimbang manfaat. Seseorang meneliti atau mengamati suatu fenomena berdasarkan ukuran yang eksplisit dan 24riteria.

Evaluasi dilakukan untuk dapat mengetahui dengan pasti pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana strategi yang dapat dinilai dan dipelajari untuk menjadi acuan perbaikan di masa mendatang.

Dalam kajiannya tentang pelayanan sosial, Boyle (dalam Suharto, 2005:120). Sosial utama dari evaluasi adalah diarahkan kepada keluaran (output), hasil (outcomes), dan dampak (impacts) dari pelaksanaan rencana stategis. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan yang transparan dan akuntabel dan harus disertai dengan penyusunan sosial kinerja pelaksanaan rencana yang sekurang-kurangnya meliputi:

1. Sosial masukan

2. Sosial keluaran

3. Sosial hasil

Lebih jauh lagi, evaluasi berusaha mengidentifikasikan mengenai apa yang sebenarnya yang terjadi pada pelaksanaan atau penerapan program. Dengan demikian evaluasi bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasikan tingkat pencapaian tujuan

2. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran

3. Mengetahui dan menganalisa konsekuensi-konsekuensi lain yang mungkin terjadi diluar sosial.

Dalam konteks ini dapat diartikan, sebagai proses penilaian terhadap pentingnya suatu pelayanan sosial. Penilaian ini dibuat dengan cara membandingkan berbagai bukti yang berkaitan dengan program yang telah sesuai dengan riteria yang ditetapkan dan bagaimana seharusnya program tersebut harus dibuat dan diimplementasikan.

2.3.2 J enis-jenis Evaluasi

Jika dilihat dari pentahapannya, secara umum evaluasi dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Evaluasi tahap perencanaan

Yaitu evaluasi yang digunakan dalam tahap perencanaan untuk mencoba memilih dan menentukan skala prioritas terhadap berbagai alternatif dan kemungkinan terhadap cara pencapaian tujuan yang ditetapkan sebelumnya.

2. Evaluasi pada tahap pelaksanaan

Pada tahap ini evaluasi adalah suatu kegiatan yang melakukan analisa untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding dengan rencana. Terdapat perbedaan antara konsep menurut penelitian ini dengan monitoring. Evaluasi bertujuan terutama untuk mengetahui apakah yang ingin dicapai sudah tepat dan bahwa program tersebut direncanakan untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Sedangkan monitoring bertujuan melihat pelaksanaan proyek sudah sesuai dengan rencana dan bahwa rencana tersebut sudah tepat untuk mencapai tujuan, sedangkan evaluasi melihat sejauh mana proyek masih tetap dapat

mencapai tujuan, apakah tujuan tersebut sudah berubah dan apakah pencapaian program tersebut akan memecahkan masalah yang akan dipecahkan.

3. Evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan

Dalam hal ini konsep pada tahap pelaksanaan, yang membedakannya terletak pada objek yang dinilai dengan yang dianalisa, dimana tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding rencana tetapi hasil pelaksanaan dibanding dengan rencana yakni apakah dampak yang dihasilkan oleh pelaksanaan kegiatan tersebut sesuai dengan tujuan yang akan atau ingin dicapai (Suharto, 2006: 12).

2.3.3 Fungsi Evaluasi

Evaluasi memiliki tiga fungsi utama dalam analisis kebijakan, yaitu: 1. Evaluasi memberi informasi yang salah dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan yang telah dapat dicapai melalui tindakan publik. Dalam hal ini evaluasi mengungkapkan seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu dan target tertentu telah dicapai.

2. Evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai diperjelas dengan mendefenisikan dan mengoperasikan tujuan dan target.

3. Evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi. Informasi tentang tidak memadai kinerja kebijakan yang dapat memberi sumbangan pada

Berdasarkan fungsi-fungsi evaluasi yang telah dikemukakan di atas, maka dapatlah kita simpulkan tentang nilai evaluasi merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program. Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh program tersebut.

Beberapa istilah yang serupa dengan evaluasi dan intinya masih berhubungan erat atau masih mencakup evaluasi itu sendiri yaitu:

1. Measurement, pengukuran yang diartikan sebagai suatu proses kegiatan untuk menentukan luas atau kuantitas untuk mendapatkan informasi atau data berupa skor mengenai prestasi yang telah dicapai pada periode tertentu dengan menggunakan berbagai teknik dan alat ukur yang relevan.

2. Test, secara harfiah diartikan suatu alat ukur berupa sederetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur kemampuan, tingkah laku, potensi-potensi sebagai hasil pembelajaran.

3. Assessment, Suatu proses pengumpulan data atau pengolahan data tersebut menjadi suatu bentuk yang dapat dijelaskan (Dunn, dalam Suharto 2008:8).

2.3.4 Pr oses Evaluasi

Suatu proses dalam program harus dimulai dari suatu perencanaan. Oleh karena itu proses pelaksanaan suatu evaluasi harus didasarkan atas rencana evaluasi program tersebut. Namun demikian, dalam sebuah praktek tidak jarang ditemukan suatu evaluasi terhadap suatu program justru memunculkan

evaluasi dan biaya untuk evaluasi. Dalam melakukan proses evaluasi ada beberapa etika birokrasi yang perlu diperhatikan oleh pihak-pihak yang erat hubungannya dengan tugas-tugas evaluasi, antara lain:

1. Suatu tugas atau tanggung jawab, maka pemberi tugas atau yang menerima tugas harus jelas

2. Pengertian dan konotasi yang sering tersirat dalam evaluasi adalah mencari kesalahan harus dihindari.

3. Pengertian evaluasi adalah untuk membandingkan rencana dalam pelaksanaan dengan melakukan pengukuran-pengukuran kuantitatif totalis program secara teknik, maka dari itu hendaknya ukuran-ukuran kualitas dan kuantitas tentang apa yang dimaksud dengan berhasil telah dicantumkan sebelumnya dalam rencana program secara eksplisit.

4. Tim yang melakukan evaluasi adalah pemberi saran atau nasehat kepada manajemen, sedangkan pendayagunaan saran atau nasehat serta pembuat keputusan atas dasar saran atau nasehat tersebut berada di tangan manajemen program.

5. Dalam pengambilan keputusan yang telah dilakukan atas data-data atau penemuan teknis perlu dikonsultasikan secermat mungkin karena menyangkut banyak hal tentang masa depan proyek dalam kaitan dengan program.

6. Hendaknya hubungan dengan proses harus didasari oleh suasana konstruktif dan objektif serta menghindari analisa-analisa subjektif. Dengan

demikian evaluasi dapat ditetapkan sebagai salah satu program yang sangat penting dalam siklus manejemen program.

2.4. Konsep Dasa r Kemisk inan

Konsep dan pengertian dasar kemiskinan dalam makalah Soenyono (2005:2) adalah sebagai berikut:

1. Kemiskinan berakibat dengan aspek ekonomi, sosial-budaya dan politik. Rumusan pengertian kemiskinan mencakup unsur-unsur : (i) ketidak mampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar (pangan, pendidikan, kesehatan, perumahan, air bersih, transportasi dan sanitasi) ; (ii) kerentanan; (iii) ketidak berdayaan; dan (iv) ketidak mampuan untuk menyalurkan aspirasinya.

2. Kemiskinan dapat dikategorikan berdasarkan penyebabnya, antara lain: structural, kultural, dan alamiah. Penyebab kemiskinan struktural yang berhubungan dengan kebijakan, peraturan dan lembaga yang ada dimasyarakat yang menghambat produktifitas dan mobilitas masyarakat. Adapun penyebab kulturalnya adalah berkaitan dengan adnya nilai-nilai sosial budaya yang tidak produktif, tingkat pendidikan yang rendah dan kondisi kesehatan dan gizi yang buruk.

2.4.1 Penger tian Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadakan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga Negara. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagaian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluative, dan yang lainnya lagi memahami dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah “Negara berkembang” biasanya digunakan untuk merujuk

Dokumen terkait