• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI DISTRIBUSI PROGRAM BERAS MISKIN (RASKIN) (Studi Di Desa Sidoharjo Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI DISTRIBUSI PROGRAM BERAS MISKIN (RASKIN) (Studi Di Desa Sidoharjo Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto)."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi per syar atan memper oleh Gelar Sar jana pada FISIP UPN “Veter a n” J awa Timur

Oleh : Andr i Winandr a NPM. 0841010028

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

(2)

MISKIN (RASKIN)

(studi di Desa Sidoharjo Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto)

Nama Mahasiswa : Andri Winandra

NPM : 0841010028

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi Menyetujui, Pembimbing Utama

Dr. Lukman Arif, M.Si NIP : 196411021994031001

DEKAN

(3)

rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal skripsi yang berjudul “Kualitas Pelayanan sur at Izin Mengemudi (SIM) Keliling Ber dasar kan Indeks Kepuasan Masyar akat (IKM) Di Satlantas Poltabes Sur abaya”. Tugas ini dibuat dalam memenuhi persyaratan kurikulum pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.

Dalam tersusunnya tugas ini penulis mengucapakan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dra. Sri Wibawani, M.Si, selaku dosen pembimbing dan Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis. Disamping itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

2. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Siswanto selsku Kanit

4. Sahabat- sahabat dan semua pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu-persatu yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan masukan dan bantuan dalam penyusunan laporan ini.

(4)

kekurangan-semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, maret 2012

(5)

KATA PENGANTAR ...

iii

DAFTAR ISI...

v

DAFTAR TABEL ...

ix

DAFTAR GAMBAR ...

x

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...

xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ...

1

1.2. Perumusan Masalah ...

8

1.3. Tujuan Penelitian ...

8

1.4. Manfaat Penelitian ...

8

BAB II KAJ IAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu ... 10

2.2. Landasan Teori ... 13

2.2.1. Kebijakan publik...

13

2.2.2. Pengertian kebijakan Publik ...

13

2.2.3. Tahap-tahap Kebijakan Publik ...

2.2.4. Implementasi Kebijakan Publik ...

2.2.5. Sifat kebijakan publik ...

2.2.6. Manfaat Kebijakan Publik ...

(6)

2.3.2. Jenis-jenis Evaluasi ...

2.3.3. Fungsi Evaluasi ...

2.3.4. Proses Evaluasi ...

2.4. Konsep Dasar Kemiskinan ...

2.4.1. Pengertian Kemiskinan ...

2.4.2. Indikator Kemiskinan ...

2.4.3. Penyebab Kemiskinan ...

2.4.4. Bentuk-bentuk Kemiskinan ...

2.5 Kesejahteraan Masyarakat ...

2.5.1. Definisi Kesejahteraan...

2.5.2. Perkembangan Pengukuran Tingkat Kesejahteraan ...

2.5.3. Kriteria Kesejahteraan ...

2.5.4. Tujuan Kesejahteraan Sosial ...

2.5.5. Pendekatan Kesejahteraan ...

2.5.6. Indikator Kesejahteraan ...

2.6. Pengertian Beras Untuk Keluarga Miskin ...

2.7. Kerangka berfikir...

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian ...

45

(7)

3.6. Analisis Data ...

51

3.7. Keabsahan Data ...

53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Diskripsi Tempat Penelitian ...

52

4.1.1. Gambaran Umum Desa Sidiharjo ...

52

4.1.2. Karakteristik Penduduk Di DESA Sidoharjo ...

53

4.1.3. Keadaan Administratif Desa Sidoharjo ...

58

4.2. Hasil Penelitian ...

84

4.2.1. Tepat Sasaran Dalam Distribusi program di Desa Sidoharjo ...

84

4.2.2. Tepat Jumlah Dalam distribusi Program Raskin ...

87

4.2.3. Tepat Harga dalm Distribusi program Raskin ...

90

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Sarana Tempat Buang Air Besar Tahun 2009 ...

7

Tabel 4.1 Karakteristik Penduduk Kelurahan Balongsari ...

54

Tabel 4.2 Karakteristik Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ...

54

Tabel 4.3 Karakteristik Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ...

55

Tabel 4.4 Penyebaran Penduduk Menurut Tingkat Pendididkan ...

56

Tabel 4.5 Karakteristik Berdasarkan Sarana Prasarana Tempat OR...

57

Tabel 4.6 Karakteristik Pegawai Kantor Kelurahan Balongsari...

61

Tabel 4.7 Karakteristik Berdasarkan Sarana Prasarana Tempat Ibadah ...

56

Tabel 4.8 Karakteristik Pegawai Kantor Kelurahan Balongsari Berdasarkan

Jenis Kelamin ...

62

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tipologi Penilaian Masyarakat Tentang Partisipasi

Masyarakat Dari Arnstein ... .

26

Gambar 2 Kerangka Berpikir ...

36

Gambar 3 Analisis Interaksi ...

50

(10)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1: Matrik Reduksi Data

Lampiran 2 :Daftar Pertanyaan

Lampiran 3: Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 4: Dokumen Foto

(11)

DOKUMEN FOTO

(12)
(13)
(14)
(15)

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif, yang mencoba menggambarkan secara mendalam suatu obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak . sebagaimana adanya.Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, dengan maksud ingin memperoleh gambaran yang komprehensif dan mendalam tentang analisis dampak program raskin bagi kesejahteraan masyarakat di Desa Sidoharjo Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana evaluasi distribusi program raskin di Desa Sidoharjo Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto, Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui evaluasi distribusi program raskin dalam di Desa Sidoharjo Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto. Informan dari penelitian ini adalah kepala desa dan aparatur desa Sidoharjo beserta keluarga sasaran penerima manfaat.

Fokus dalam penelitian ini ada tiga. 1. Tepat sasaran, 2. tepat jumlah, dan 3. tepat harga.

(16)

1.1. Latar Belakang Masalah

Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan. Pembangunan sudah menjadi bagian dari proses terbentuknya peradaban manusia. Tujuan dari pembangunan di Indonesia adalah untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia seperti yang diamanatkan oleh UUD tahun 1945. Pelaksanaan pembangunan tersebut sangat diharapkan oleh berbagai lapisan masyarakat khususnya bagi masyarakat miskin.

Keberhasilan pembangunan kesejahteraan untuk seluruh rakyat ditentukan berbagai faktor dan bukan semata-mata karena tersedianya dana. Lingkup permasalahan kesejahteraan dewasa ini semakin kompleks baik karena adanya faktor struktur penduduk, maupun faktor yang ditumbuhkan oleh intervensi dan inovasi pembangunan. Selanjutnya program kesejahteraan rakyat bukan semata-mata untuk mengatasi dampak dari adanya bencana alam, kerusuhan (konflik etnis/suku/agama), pelaksanaan otonomi daerah, masalah perbatasan dan disintegrasi melainkan juga untuk mengatasi dan memerangi kemiskinan.

(17)

terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat miskin. Hak-hak dasar tersebut antara lain adalah hak atas pangan, kesehatan, perumahan, pendidikan, pekerjaan, tanah, sumber daya alam, air bersih, dan sanitasi, rasa aman serta hak untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan kebijakan publik dan proses pembangunan. Sedangkan dampak dari kemiskinan yaitu jutaan anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya akses terhadap pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya tabungan dan tidak adanya investasi, dan tidak adanya perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus urbanisasi ke kota, dan yang lebih parah, kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan secara terbatas. Hal ini membuktikan bahwa masalah kemiskinan merupakan masalah yang kompleks dan kronis dalam proses pembangunan. .

Kebijakan pembangunan dalam kurun waktu 2005-2009 yang tertulis pada Undang-undang No.25 Tahun 2005 Tentang rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) seperti tertuang dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) adalah dengan meningkatkan kesejahteraan rakyat diantaranya menurunkan angka kemiskinan dari 16,7 % pada tahun 2004 menjadi 8,2 % pada tahun 2009(http : //www.kominfo.com// diakses tanggal 15 sept 2009 Pukul 17.05 Wib ).

(18)

Jawa terus menurun dari sekitar 59,1 persen pada tahun 2000 menjadi 55,4 persen pada tahun 2025. Sebaliknya persentase penduduk yang tinggal di pulau pulau lain meningkat seperti, Pulau Sumatera naik dari 20,7 persen menjadi 22,7 persen, Kalimantan naik dari 5,5 persen menjadi 6,5 persen pada periode yang sama. Selain pertumbuhan alami di pulau-pulau tersebut memang lebih tinggi dari pertumbuhan alami di Jawa, faktor arus perpindahan yang mulai menyebar ke pulau-pulau tersebut juga menentukan distribusi penduduk.

Hasil proyeksi data statistik Indonesia menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1 juta pada tahun 2000 menjadi 273,2 juta pada tahun 2025. Walaupun demikian, pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk Indonesia selama periode 2000-2025 menunjukkan kecenderungan terus menurun. Dalam dekade 1990-2000, penduduk Indonesia bertambah dengan kecepatan 1,49 % per tahun, kemudian antara periode 2000-2005 dan 2020-2025 turun menjadi 1,34 persen dan 0,92 persen per tahun. Turunnya laju pertumbuhan ini ditentukan oleh turunnya tingkat kelahiran dan kematian, namun penurunan karena kelahiran lebih cepat dari pada penurunan karena kematian.

(http:http: //www. datastatistikindonesia.com diakses tanggal 14 Sept 2009 pukul 19.58)

(19)

Potensi sumber daya yang dimiliki oleh penduduk miskin mempunyai kecenderungan makin lama makin menipis habis.

(http:http://www.datastatistikindonesia.com diakses tanggal 14 Sept 2009 pukul 19.58)

(20)

Akibat adanya kemiskinan itu, maka Pemerintah membuat program untuk mengatasi kemiskinan. Program- program yang telah dibuat oleh pemerintah tidaklah sedikit. Program pemerintah yang telah berjalan antara lain Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM ), program Bantuan untuk Keluarga Miskin (Gakin), Bantuan Langsung Tunai (BLT), dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan sebagainya. Semua itu upaya pemerintah dalam mencoba memerangi kemiskinan. Hal ini berarti pula Pemerintah telah berusaha memikiran perubahan strategi pembangunannya yaitu salah satunya dengan menggunakan model kebutuhan pokok. Walaupun demikian, program-program tersebut tidak dapat juga mengatasi kemiskinan. Hal ini terlihat dari masyarakat miskin yang tetap pada level yang tinggi.

(21)

horizontal, Raskin merupakan Transfer Energi yang mendukung program perbaikan gizi, peningkatan kesehatan, peningkatan kualitas pendidikan yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja(Petunjuk Teknis Pelaksanaan Raskin).

Program Raskin dimulai sejak tahun 1998 dengan nama Operasi Pasar Khusus (OPK) beras. Program ini merupakan salah satu usaha pemerintah untuk mentransfer pendapatan kepada keluarga miskin sebagai akibat krisis. (http://.menkokesra.go.id/content/view/9776/354 diakses tanggal 16 sept 2009 pukul 09.05)

Pada tahun 2002 Operasi Pasar Khusus (OPK) beras diubah menjadi program beras untuk keluarga miskin (Raskin). Dengan maksud untuk mempertajam sasaran program. Dengan nama Raskin, maka masyarakat akan lebih memahami bahwa bantuan beras ini hanya untuk keluarga miskin, selain itu juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyaraka, sehingga yang tidak tergolong miskin akan merasa malu apabila menerima program ini. Program raskin ini merupakan sebuah program beras bersubsidi bagi keluarga yang menyediakan 15 kg/KK/bulan dengan harga Rp. 1.600/Kg dititik distribusi [pedoman umum (Pedum) Raskin 2011].

(22)

wilayah dari propinsi sampai desa/kelurahan. Namun demikian, tinjauan dokumen menunjukan bahwa pada beberapa kasus yang terdapat di kecamatan atau desa/kelurahan yang tidaak menerima Raskin selama beberapa waktu tertentu karena adanya tunggakan, penyelewengan pelaaksanaan, atau permintaan pihak kecamatan. (http://www.ppk.or.id/downloads/efektivitas pelaksanaan Raskin.pdf diakses tanggal 24/09/11 pukul 20.45 Wib).

Dari hasil kajian Kementerian Koordinator Bidang Kesra bersama sejumlah perguruan tinggi pada 2009 menunjukkan, rata-rata kebutuhan beras bagi rumah tangga miskin sebesar 33-34 kilogram setiap bulan. Sehingga raskin memberikan konstribusi positif 45% terhadap kebutuhan beras Rumah Tangga Sasaran (RTS). Hal ini menunjukan program raskin mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat dengan mengurangi beban pengeluaran masyarakat. (http://wartapedia.com/sosial/pmks/1443-raskin-prosedur-penyaluran beras.html) tanggal 4 November 2011].

(23)

1.2. Per umusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitiaan ini adalah bagaimana evaluasi distribusi program raskin di Desa Sidoharjo Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto?

1. 3 Tujuan Penelitian

Dari uraian latar belakang diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui evaluasi distribusi program raskin dalam di Desa Sidoharjo Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto.

1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi Instansi

Memberikan saran-saran atau masukan bagi Desa Sidoharjo Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa Timur sebagai alternatif pertimbangan dalam meningkatkan kinerja serta pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan publik di Propinsi Jawa Timur.

b. Bagi Universitas

(24)

c. Bagi Peneliti

(25)

BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Ter dahulu

Kajian empirik maupun teoritik pengentasan kemiskinan telah banyak dilakukan. Dari beberapa hasil penelitian telah banyak diungkapkan mengenai usaha – usaha pengentasan kemiskinan di Indonesia serta penelitian yang menganalisis implementasi kebijakan Raskin dalam pengentasan kemiskinan adalah sebagai berikut:

1. Kiky Christina Manopo (2004) dari jurusan administrasi negara fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang dalam skripsinya yang berjudul “Program Pendistribusian Raskin sebagai Upaya Meringankan Beban Kemiskinan” (Suatu Study tentang Prosedur Sub Divisi Regional 1 Surabaya).

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan prosedur pendistribusian raskin yang dijadikan acuan oleh Sub Divisi Regional 1 Surabaya utara sebagai salah satu unit operasi dibawah bulog yang menyelenggarakan usaha logistik pangan pokok yang bermutu bagi masyarakat serta bertugas untuk menyediakan dan mendistribusikan raskin sampai ke titik distribusi.

(26)

pada dasarnya prosedur yang ditetapkan Sub Divisi Regional 1 Surabaya Utara sudah tepat, jelas dan tidak berbelit – belit, namun akan lebih baik lagi jika dalam prosedur distribusi tersebut diterapkan tanggal dilaksanakannya distribusi beras serta tanggal batas akhir pembayaran raskin tiap bulannya. Sehingga penerima manfaat dapat memersiapkan biaya pembelian beras raskin lebih dini yang akhirnya dapat mencegah atau meminimalisir tunggakan yang dapat merugikan pihak Sub Divisi Regional / Divisi Regional / Bulog maupun penerima manfaat.

Perbedaan dan persamaan penelitian ini antara lain untuk perbedaan dalam penelitian ini yang pertama adalah tujuan penelitian, dimana dalam penelitian untuk menggambarkan prosedur pendistribusian raskin sedangkan dalam penelitian sekarang terdapat tujuan peneliti untuk mendiskripsikan evaluasi distribusi program beras miskin (Raskin). Untuk persamaan dalam penelitian ini yaitu jenis penelitian yaitu sama – sama dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data, sama- sama dilakukan dengan cara pengamatan, wawancara dan dokumentasi.

(27)

Penelian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi program raskin dan faktor – faktor apa yang berpengaruh terhadap implementasi program raskin.

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Lokasi yang ditetapkan adalah wilayah surabaya dengan mengambil sampel dari wilayah sawahandan tambaksari surabaya dengan pertimbangan wilayah tersebut menjadi wilayah mendapat subsidi raskin terbesar. Sedangkan untuk pengumpulan data diperoleh dengan cara pengamatan, wawancara dan dokumentasi.

(28)

2.2 Landasan Teor i 2.2.1 Kebijakan Publik

2.2.2 Penger tian Kebijakan Publik

Pengertian kebijakan publik menurut Chandler & Piano (1998) dalam Tangkilisan (2003 : 1) adalah pemecahan masalah-masalah publik atau pemerintah.

Dye dalam Islamy (1997 :18) mendefinisikan kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Friedrich dalam Wahab (2004 : 3), menyatakan bahwa kebijakan ialah sutau tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.

Menurut Easton dalam Islamy (2001 : 19), memberi arti kebijakan Negara sebagai pengalokasikan nilai-nilai secara paksa (sah) kepada seluruh anggota masyarakat.

Menurut Anderson dalam Agustino (2006 : 7) memberikan pengertian tentang kebijkan publik yaitu serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seseorang aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau sesuatu hal yang diperhatikan.

(29)

baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Nugroho (2003 : 54) mendefinisikan kebijakan publik adalah hal-hal yang diputuskan pemerintah untuk dikerjakan dan hal-hal yang diputuskan pemerintah untuk tidak dikerjakan atau dibiarkan.

Pengertian kebijakan publik menurut Easton dalam Islamy (1997 : 19) adalah pengalokasian nilai-nilai secara paksa (syah) kepada seluruh anggota masyarakat, kemudian definisi kebijkan publik menurut Frederich dalam Soenarko (2000 : 42) adalah suatu arah tindakan yang diusulkan pada seseorang, golongan atau pemerintah dalam suatu lingkungan dengan halangan-halangan dan kesempatan-kesempatan yang diharapkan dapat memenuhi dan mengatasi suatu cita-cita atas mewujudkan suatu kehendak serta tujuan tertentu.

Atas dasar pengertian diatas, maka dapat dikemukakan elemen yang terkandung dalam kebijakan publik sebagaimana apa yang dikemukakan oleh Anderson dalam Islamy yang antara lain mencangkup :

1. kebijakan selalu mempunyai tujuan atau berorentasi pada tujuan tertentu. 2. kebijakan berisi tindakan atau pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah 3. kebijakan adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah dan

bahkan

(30)

5. kebijakan publik (positif) selalu berdasarkan pada peraturan perundang-undangan tertetu yang bersifat memaksa (otoritatif)

Dari beberapa pengertian diatas dan mengikuti paham bahwa kebijakan publik itu harus mengabdi kepada masyarakat, maka dengan demikian dapat disimpulkan kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yangbditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorentasi pada tujuan tertentu demi kepentingan seluruh masyarakat.

2.2.3 Tahap-Tahap Kebijakan Publik

Menurut Agustino (2006 : 22) proses pembuatan kebijakan merupakan serangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur menurut urutan waktu. Oleh karena itu kebijakan publik dilakukan ke dalam beberapa tahap proses pembuatan kebijakan sebagai berikut :

1) Tahap penyusunan agenda

Para pejabat yang dipilih dan di angkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah – masalah ini berkompetensi terlebih dahulu untuk dapat masuk kedalam agenda kebijakan.

2) Tahap formulasi kebijakan

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan di bahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah – masalah tadi di definisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik.

(31)

Dari sekian banyak alternative kebijakan yang di tawarkan oleh para perumus kabijakan, pada akhirnya salah satu dari alternative kebijakan tersebut di adopsi dengan dukungan dari mayoritas legislative, consensus direktur lembaga atau keputusan peradilan.

4) Tahap implementasi kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan – catatan elit, jika program tersebut tidak di implementasikan. Oleh karena itu, program kebijakan yang telah diambil sebagai alternative pemecahan masalah seharusnya di implementasikan.

5) Tahap penilaian kebijakan

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau di evaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan masalah.

2.2.4 Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi kebijakan merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu kebijakan dirumuskan . tanpa suatu implementasi maka suatu kebijakan yang akan dirumuskan maka akan sia- sia belaka. Oleh karena itulah implementasi kebijakan mempunyai kedudukan yang penting di dalam kebijakan publik.

(32)

dalam Hesel (2003: 17) implementasi diartikan sebagai interaksi antara penyusunan tujuan dengan sarana – sarana tindakan dalam mencapai tujuan tersebut, atau kemampuan untuk menghubungkan dalam hubungan kausal antara yang diinginkan dengan cara untuk mencapainya.

Jones dalam Hesel (2003:17) menganalisis masalah pelaksanaan kebijakan dengan mendasarkan pada konsepsi kegiatan – kegiatan fungsional. Jones mengemukakan beberapa dimensi dari implementasi pemerintahan mengenai program – program yang sudah disahkan, kemudian menentukan implementasi, juga membahas aktor – aktor yang terlibat, dengan memfokuskan pada birokrasi yang merupakan lembaga eksekutor. Jadi implementasi merupakan suatu proses yang dinamis yangmelibatkan secara terus menerus usaha – usaha untuk mencari apa yang akan dan dapat dilakukan. Dengan demikian implementasi mengatur kegiatan kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program ke dalam tujuan kebijakan yang diinginkan.

2.2.5 Sifat Kebijakan Publik

Menurut Wianarno (2002 : 19) sifat kebijakan publik sebagai arah tindakan dapat dipahami secara lebih baik bila konsep ini dirinci beberapa kategori sebagai berikut :

1. Tuntutan-Tuntutan Kebijakan

(33)

2. Keputusan Kebijakan

Adalah keputusan-keputusan yang dibuat oleh pejabat-pejabat pemerintah yang mengesahkan atau memberi arah dan subtansi kepada tindakan-tindakan kebijakan publik.

3. Peryataan-peryataan Kebijakan

Adakah peryataan-peryataan resmi atau artikulasi-artikulasi (penjelasan) kebijakan publik.

4. Hasil-Hasil Kebijakan

Adalah manifestasi nyata dari kebijakan-kebijakan publik hal-hal yang sebenarnya dilakukan menurut keputusan-keputusan dan peryataan-peryataan kebijakan.

5. Dampak-dampak kebijakan

Adalah akibatbagi masyarakat baik yang berasal dari tindakan atau tidak adanya tindakan pemerintah.

2.2.6 Manfaat Kebijakan Publik

Menurut Dye dan Anderson dalam Subarsono (2005 : 4), studi kebijakan publik memiliki tiga manfaat penting yaitu :

1. pengembangan ilmu pengetahuan

(34)

berusaha mencari variabel-variabel yang dapat mempengaruhi isi dari sebuah kebijakan publik.

2. membantu para praktisi dalam memecahkan masalah-masalah publik Dengan mempelajari kebijakan publik para praktisi akan memiliki dasar teoritis tentang bagaimana membuat kebijakan publik yang baik dan memperkecil kegagalan dari suatu kebijakan publik. Sehingga ke depan akan lahir kebijakan publik yang lebih berkualitas yang dapat menopang tujuan pembangunan.

3. Bergunanya untuk tujuan politik

Suatu kebijakan publik yang dibuat melalui proses yang benar dengan dukungan teori yang kuat memiliki posisi yang kuat terhadap kritik dari lawan-lawan politik. Kebijakan publik tersebut dapat menyakinkan kepada lawan-lawan politik yang tadinya kurang setuju. Kebijakan publik seperti itu tidak akan mudah dicabut hanya karena alasan kepentingan sesaat dari lawan-lawan politik.

2.2.7 Tujuan Kebijakan

Ada beberapa tujuan kebijakan menurut Hoogerwef dalam Soenarko (2000:82) yaitu:

a. Memelihara ketertiban umum (Negara sebagai stabilisator)

b. Melancarkan perkembangan masyarakat dalam berbagai hal (Negara sebagai perangsang, stimulator)

(35)

d. Memperuntukkan dam membagi berbagai materi (Negara sebagai pembagi, alokator)

Tujuan-tujuan yang demikian itu, tentu saja merupakan tujuan antara guna untuk memcapai tujuan akhir. Untuk bangsa dan Negara Indonesia, tujuan kebijaksanaan itu adalah :

a. memajukan kesejahteraan umum

b. mencerdaskan kehidupan bangsa

c. ikut melaksanakan ketertiban dunia

sedangkan untuk tujuan akhirnya (goal) adalah : masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

2.2.8 Evaluasi Kebijakan

Menurut Winarno (2004 : 165), evaluasi kebijakan adalah kegiatan yang bertujuan untuk menilai manfaat suatu kebijakan.

Menurut Jones dalam Tangkilisan (2003 : 25), mengatakan bahwa evaluasi kebijakan adalah peninjauan ulang untuk mendapatkan perbaikan dari dampak yang tidak diinginkan.

Menurut Mashoed (2004 : 91), mengatakan bahwa evaluasi kebijakan adalah suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan publik dapat membuahkan hasil.

(36)

kebijakan berhasil mencapai tujuanya dan seberapa besar dampak yang ditimbulkan akibat implementasi kebijakan tersebut.

Didalam evaluasi kebijakan terdapat beberapa tipe evaluasi, salah satunya seperti yang dikemukakan heath dalam Tangkilisan (2003 : 27), membedakan tipe evaluasi kebijakan publik atas 3 (tiga) tipe yaitu:

1. Tipe Evaluasi Proses

Dimana evalusai ini dilakukan, dan perhatiannya pada pertanyaan bagaimana program dilaksanakan.

2. Tipe Evaluasi Dampak

Dimana evaluasi ini dilakukan untuk menjawab pertayaan mengenai apa yang telah dicapai program

3. Tipe Evaluasi Strategi

Dimana evaluasi ini bertujuan untuk mencari jawaban atas pertayaan bagaimana program dapat dilaksanakan secara efektif, untuk memecahkan persoalan-persoalan masyarakat dibanding dengan program-program lain yang ditunjukkan pada masalah yang sama sesuai dengan topik mengenai kebijakan publik.

2.3.1 Penger tian Evaluasi

(37)

atau juga gabungan dari keduanya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978: 45).

Pada umumnya evaluasi adalah suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan suatu program yang telah dilakukan dan yang akan digunakan untuk meramalkan, memperhitungkan, dan mengendalikan pelaksanaan program ke depannya agar jauh lebih baik. Evaluasi lebih bersifat melihat ke depan dari pada melihat kesalahan-kesalahan dimasa lalu, dan ditujukan pada upaya peningkatan kesempatan demi keberhasilan program. Dengan demikian misi dari evaluasi itu adalah perbaikan atau penyempurnaan di masa mendatang atas suatu program.

Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan sumber nilai secara objektif dari pencapaian hasil-hasil yang direncanakan sebelumnya, dimana hasil evaluasi tersebut dimaksudkan menjadi umpan balik untuk perencanaan yang akan dilakukan di depan (Yusuf, 2000: 3). Dalam hal ini Yunus menitikberatkan kajian evaluasi dari segi manajemen, dimana evaluasi itu merupakan salah satu fungsi atau unsur manajemen, yang misinya adalah untuk perbaikan fungsi atau sosial manajemen lainnya, yaitu perencanaan.

(38)

Evaluasi dilakukan untuk dapat mengetahui dengan pasti pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana strategi yang dapat dinilai dan dipelajari untuk menjadi acuan perbaikan di masa mendatang.

Dalam kajiannya tentang pelayanan sosial, Boyle (dalam Suharto, 2005:120). Sosial utama dari evaluasi adalah diarahkan kepada keluaran (output), hasil (outcomes), dan dampak (impacts) dari pelaksanaan rencana stategis. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan yang transparan dan akuntabel dan harus disertai dengan penyusunan sosial kinerja pelaksanaan rencana yang sekurang-kurangnya meliputi:

1. Sosial masukan

2. Sosial keluaran

3. Sosial hasil

Lebih jauh lagi, evaluasi berusaha mengidentifikasikan mengenai apa yang sebenarnya yang terjadi pada pelaksanaan atau penerapan program. Dengan demikian evaluasi bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasikan tingkat pencapaian tujuan

2. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran

(39)

Dalam konteks ini dapat diartikan, sebagai proses penilaian terhadap pentingnya suatu pelayanan sosial. Penilaian ini dibuat dengan cara membandingkan berbagai bukti yang berkaitan dengan program yang telah sesuai dengan riteria yang ditetapkan dan bagaimana seharusnya program tersebut harus dibuat dan diimplementasikan.

2.3.2 J enis-jenis Evaluasi

Jika dilihat dari pentahapannya, secara umum evaluasi dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Evaluasi tahap perencanaan

Yaitu evaluasi yang digunakan dalam tahap perencanaan untuk mencoba memilih dan menentukan skala prioritas terhadap berbagai alternatif dan kemungkinan terhadap cara pencapaian tujuan yang ditetapkan sebelumnya.

2. Evaluasi pada tahap pelaksanaan

(40)

mencapai tujuan, apakah tujuan tersebut sudah berubah dan apakah pencapaian program tersebut akan memecahkan masalah yang akan dipecahkan.

3. Evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan

Dalam hal ini konsep pada tahap pelaksanaan, yang membedakannya terletak pada objek yang dinilai dengan yang dianalisa, dimana tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding rencana tetapi hasil pelaksanaan dibanding dengan rencana yakni apakah dampak yang dihasilkan oleh pelaksanaan kegiatan tersebut sesuai dengan tujuan yang akan atau ingin dicapai (Suharto, 2006: 12).

2.3.3 Fungsi Evaluasi

Evaluasi memiliki tiga fungsi utama dalam analisis kebijakan, yaitu: 1. Evaluasi memberi informasi yang salah dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan yang telah dapat dicapai melalui tindakan publik. Dalam hal ini evaluasi mengungkapkan seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu dan target tertentu telah dicapai.

2. Evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai diperjelas dengan mendefenisikan dan mengoperasikan tujuan dan target.

(41)

Berdasarkan fungsi-fungsi evaluasi yang telah dikemukakan di atas, maka dapatlah kita simpulkan tentang nilai evaluasi merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program. Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh program tersebut.

Beberapa istilah yang serupa dengan evaluasi dan intinya masih berhubungan erat atau masih mencakup evaluasi itu sendiri yaitu:

1. Measurement, pengukuran yang diartikan sebagai suatu proses kegiatan untuk menentukan luas atau kuantitas untuk mendapatkan informasi atau data berupa skor mengenai prestasi yang telah dicapai pada periode tertentu dengan menggunakan berbagai teknik dan alat ukur yang relevan.

2. Test, secara harfiah diartikan suatu alat ukur berupa sederetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur kemampuan, tingkah laku, potensi-potensi sebagai hasil pembelajaran.

3. Assessment, Suatu proses pengumpulan data atau pengolahan data tersebut menjadi suatu bentuk yang dapat dijelaskan (Dunn, dalam Suharto 2008:8).

2.3.4 Pr oses Evaluasi

(42)

evaluasi dan biaya untuk evaluasi. Dalam melakukan proses evaluasi ada beberapa etika birokrasi yang perlu diperhatikan oleh pihak-pihak yang erat hubungannya dengan tugas-tugas evaluasi, antara lain:

1. Suatu tugas atau tanggung jawab, maka pemberi tugas atau yang menerima tugas harus jelas

2. Pengertian dan konotasi yang sering tersirat dalam evaluasi adalah mencari kesalahan harus dihindari.

3. Pengertian evaluasi adalah untuk membandingkan rencana dalam pelaksanaan dengan melakukan pengukuran-pengukuran kuantitatif totalis program secara teknik, maka dari itu hendaknya ukuran-ukuran kualitas dan kuantitas tentang apa yang dimaksud dengan berhasil telah dicantumkan sebelumnya dalam rencana program secara eksplisit.

4. Tim yang melakukan evaluasi adalah pemberi saran atau nasehat kepada manajemen, sedangkan pendayagunaan saran atau nasehat serta pembuat keputusan atas dasar saran atau nasehat tersebut berada di tangan manajemen program.

5. Dalam pengambilan keputusan yang telah dilakukan atas data-data atau penemuan teknis perlu dikonsultasikan secermat mungkin karena menyangkut banyak hal tentang masa depan proyek dalam kaitan dengan program.

(43)

demikian evaluasi dapat ditetapkan sebagai salah satu program yang sangat penting dalam siklus manejemen program.

2.4. Konsep Dasa r Kemisk inan

Konsep dan pengertian dasar kemiskinan dalam makalah Soenyono (2005:2) adalah sebagai berikut:

1. Kemiskinan berakibat dengan aspek ekonomi, sosial-budaya dan politik. Rumusan pengertian kemiskinan mencakup unsur-unsur : (i) ketidak mampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar (pangan, pendidikan, kesehatan, perumahan, air bersih, transportasi dan sanitasi) ; (ii) kerentanan; (iii) ketidak berdayaan; dan (iv) ketidak mampuan untuk menyalurkan aspirasinya.

(44)

2.4.1 Penger tian Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadakan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga Negara. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagaian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluative, dan yang lainnya lagi memahami dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah “Negara berkembang” biasanya digunakan untuk merujuk kepada Negara-negara yang “miskin”.

(http://id.wilpedia.orQ/wiki/kemiskinan)[diakses tanggal 15 November 2011]

(45)

Menurut Mashoed (2004:39), kemiskinan adalah suatu situasi serba kekurangan dari penduduk dan disebabkan oleh rendahnya ketrampilan, rendahnya produktivitas, rendahnya pendapatan, lemahnya nilai tukar produksi orang miskin, dan terbatasnya kesempatan berperan serta dalam pembangunan. Rendahnya pendapaatan penduduk miskin menyebabkan produktivitas yang sudah rendah memberikan beban ketergantungan bagi masyarakat.

Menurut Suharto (2009:14) kemiskinan adalah masalah sosial yang bersifat global. Artinya, kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian banyak orang di dunia.

Menurut Peraturan Presiden RI Nomor 15 Tahun 2010, kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak dan memerlukan langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistematis, terpadu dan menyeluruh dalam rangka mengurangi beban dan memenuhi hak-hak dasar warga Negara secara layak melalui pembangunan inklusif, berkeadilan dan berkelanjutan untuk mewujudkan kehidupan yang bermartabat.

2.4.2. Indikator kemiskinan

Indikator kemiskinan menurut Kuncoro (2004 : 142) adalah sebagai berikut:

(46)

adanya perbedaan lokasi dan standart kebutuhan hidup. BPS mengunakan batas miskin dari besarnya rupiah yang dibelanjakan perkapita sebulan untuk kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2100 kalori perhari. Sedangkan pengeluaran minimum bukan makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, sandang serta aneka barang dan jasa dengan kata lain BPS menggunakan dua macam pemdekatan kebutuhan dasar (basic need appoarch) dan pendekatan

heal count indeks.

2. Garis kemiskinan Sayogyo adalah nilai rupiah yang setara dengan 20kg beras atau daerah perkotaan sebagai tingkat konsumsi perkapita setahun.

3. Hendra Esmara menetapkan suatu garis kemiskinan pedesaan dan perkotaan yang dipandang oleh sudut pengeluaran aktual pada sekelompok barang dan jasa esensial seperti yang diungkap secara berturut-turut dalam susensus.

4. Indikasi Kemiskinan menurut orang jawa menurut Suetrisno (1994 : 40) antara lain:

- Rumah reot

- Tidak memiliki pakaian yang cukup baik - Tidak memiliki persediaan pangan - Tidak memiliki tenaga atau ternak besar

(47)

1. Penghasilan rendah atau berada dibawah garis sangat miskin yang dapat diukur dari tingkat pengeluaran perorang per bulan berdasarkan standart Badan Pusat Statistik (BPS) per wilayah propinsi dan kabupaten.

2. Ketergantungan pada bantuan pangan untuk penduduk miskin (seperti zakat/beras untuk orang miskin /santunan sosial)

3. Keterbatasan pemilikan pakaian untuk setiap anggota keluarga per tahun (hanya mampu memiliki satu stel pakaian lengkap per orang pertahun.

4. Tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit.

5. Tidak mampu membiayai pendidikan dasar selama 9 tahun bagi anak-anaknya.

6. Tidak memiliki harta atau aset yang dapat dimanfaatkan hasilnya atau dijual untuk membiayai kebutuhan hidup selama 3 bulan atau 2 kali batas garis sangat miskin

7. Tinggal dirumah yang tidak layak dihuni 8. Sulit memperoleh air bersih.

2 .4 .3. Pe n yeb ab Kem isk ina n

(48)

Kemiskinan disebabkan oleh banyak factor. Jarang ditemukan kemiskinan yang hanya oleh factor tunggal. Seseorang atau keluarga miskin bias disebabkan oleh beberapa factor yang saling terkait satu sama lain, seperti kecacatan, memiliki pendidikan rendah, tidak memiliki modal atau keterampilan untuk berusaha, tidak tersedianya kesempatan kerja, terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), tidak adanya jaminan sosial (pension, kesehatan, kematian) atau hidup di lokasi terpencil dengan sumber daya alam dan infrastruktur yang terbatas. Secara konsepsual, kemiskinan bisa diakibatkan oleh empat faktor, yaitu :

1. Faktor individual.

Terkait dengan aspek patalogis, termasuk kondisi fisik dan psikologis si miskin. Orang miskin disebabkan oleh prilaku, pilihan atau kemampuan dari si miskin itu sendiri dalam menghadapi kehidupannya.

2.Faktor sosial.

Kondisi-kondisi lingkungan sosial yang menjebak seseorang menjadi miskin. Misalnya, diskriminasi berdasarkan usia, jender, etnis yang menyebabkan seseorang menjadi miuskin. Termasuk dalam factor ini adalah kondisi sosial dan ekonomi keluarga si miskin yang biasanya menyababkan kemiskinan antar generasi.

3. Factor cultural.

(49)

cultural” atau “budaya kemiskinan” yang menghubungkan kemiskinan dengan kebiasaan hidup atau mentalitas

4. Factor structural.

Menunjuk pada struktur atau system yang tidak adil, tidak sensitive dan tidak accessible sehingga menyebabkan seseorang atau sekelompok orang menjadi miskin.

Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:

1. Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari prilaku, pilihan atau kemampuan si miskin;

2. Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;

3. Penyebab sub-budaya (sub cultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari. Dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;

4. Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah dan ekonomi. (Suharto, 2009:17)

Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.

(50)

sebagai pekerja miskin; yaitu orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan)[diakses tanggal 15 November 2011]

2.4.4. Bentuk-bentuk Kemisk inan

Menurut Jamasy (2004 : 31) bentuk-bentuk kemiskinan diantaranya: 1. Kemiskinan absolute yaitu apabila tingkat pendapatannya dibawah

garis kemiskinan atau sejumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum antara lain kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan atau pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja.

2. Kemiskinan relative adalah kondisi dimana pendapatannya berada pada posisi diatas garis kemiskinan, namun relative lebih rendah dari pendapatan masyarakat sekitarnya.

3. Kemiskinan Struktural, adalah kondisi atau situasi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang balum menjangkau seluruh masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan. 4. Kemiskinan Cultural, adalah mengacu pada persoalan sikap seseorang

(51)

Kemiskinan menurut Dapartemen Soaial dapat dibagi menjadi 2 bentuk yaitu:

1. Kemiskinan Kronis (Chronic Poverty) adalah kemiskinan yang telah berlangsung dalam jangka waktu yang lama, turun temurun atau disebut juga dengan kemiskinan structural. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang dikategorikan sebagai fakir miskin termasuk kategori kemiskinan kronis, yang membutuhkan penanganan yang sungguh-sungguh terpadu secara lintas sektor dan berkelanjutan. 2. Kemiskinan Sementara (Transient Povery) adalah kemiskinan yang

ditandai dengan menurunnya pendapatan dan kesejahteraan anggota masyarakat secara sementara sebagai akibat dari perubahan kondisi normal menjadi kondisi kritis. Bencana Alam dan bencana Sosial, seperti korban konflik sosial, korban gempa bumi, korban pemutusan hubungan.

2.5 Keseja hter an Masyar akat

2.5.1 Definisi Kesejahteraan

(52)

Menurut Irawan (1990:206), adalah kesejahteraan masyarakat bersama pejabat pemerintah berusaha untuk memperbaiki keadaan mengintegrasikan masyarakat ini dalam kehidupan bangsa dan dapat membantu pembangunan bangsa dan negara.

Kesejahteraan (welfare) Ialah kata benda yang dapat diartikan nasib yang baik, kesehatan, kebahagiaan, dan kemakmuran. Definisi Kesejahteraan dalam konsep dunia modern adalah sebuah kondisi dimana seorang dapat memenuhi kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal, air minum yang bersih serta kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan memiliki pekerjaan yang memadai yang dapat menunjang kualitas hidupnya sehingga memiliki status sosial yang mengantarkan pada status sosial yang sama terhadap sesama warga lainnya.

Menurut HAM, definisi kesejahteraan kurang lebih berbunyi bahwa

setiap laki laki ataupun perempuan, pemuda dan anak kecil memiliki hak untuk hidup layak baik dari segi kesehatan, makanan, minuman, perumahan, dan jasa sosial, jika tidak maka hal tersebut telah melanggar HAM. Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk pada keadaan yang baik, kondisi masyarakat di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, sehat, dan damai.

(53)

Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat di simpulkan bahwa kesejahteraan masyarakat adalah terpenuhinya segala kehidupan sosial, material serta mendapat ketentraman dan keselamatan lahir batin dan hak-hak serta kewajiban bagi diri sendiri, kelurga dan masyarakat serta dapat menbantu bangsa dan negara.

Berdasarkan pendapat para ahli dan kesimpulan diatas, kesejahteraan dapat diartikan dengan semakin berkurangnya jumlah pengeluaran biaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup, sehingga sisa dana yang dimiliki oleh masyarakat ini dapat digunakan untuk membeli kebutuhan lain yang lebih baik.

Menurut Chourmain (1998:5-9) ciri-ciri kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari aspek-aspek yaitu:

1. Ekonomi adalah kebutuhan manusia untuk mempertahankan hidup

2. Sosial adalah kebutuhan yang lebih di dasarkan untuk mendapatkan penghargaan, pujian ataupun meningkatkan kedudukan seseorang dipandang masyarakat sekitar.

3. Pendapatan adalah kebutuhan yang lebih di dasarkan materi untuk pemenuhan kehidupan serta sebagai status sosial manusia.

2.5.2 Per k embangan Pengukur an Tingkat Kesejahteraan

(54)

aspek fisik, seperti gizi, tinggi dan berat badan, harapan hidup, serta income. Pada 1980-an, ada perubahan di mana sejahtera diukur dari income, tenaga kerja, dan hak-hak sipil. Pada 1990-an, Mahbub Ul-Haq, sarjana keturunan Pakistan, merumuskan ukuran kesejahteraan dengan yang disebut Human Development Index (HDI). Dengan HDI, kesejahteraan tidak lagi ditekankan pada aspek kualitas ekonomi-material saja, tetapi juga pada aspek kualitas sosial suatu masyarakat. Dalam HDI, indicator kesejahteraan suatu bangasa dapat dilihat dari tiga aspek yaitu kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.

2.5.3 Kr iter ia Kesejahter aan

Kriteria kesejahteraan sangat beragam, karena kesejahteraan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang sebagai berikut :

1. Kesejahteraan masyarakat

Kesejahteraan Masyarakat ialah kesejahteraan dalam konteks bermasyarakat, kesejahteraan diartikan sebagai bantuan keuangan atau lainnya kepada individu atau keluarga dari organisasi swasta dan negara atau pemerintah dikarenakan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

(55)

kesejahteraan masyarakat adalah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat itu sendiri, tidak dalam keadaan miskin.

2. Kesejahteraan individu

Setiap individu dapat memandang suatu kesejahteraan itu sendiri dengan berbeda, bisa dengan terpenuhi semua kebutuhan secara materi, dan bisa saja sejahtera dengan kebutuhan rohaninya terpenuhi. Kesejahteraan tergantung pada pandangan orang itu sendiri, hanya saja secara nasional indikatornya dapat ditentukan dalam indicator kemiskinan karena pada dasarnya permasalahan kesejahteraan ini adalah kemiskinan.

3. Kesejahteraan Sosial

(56)

social yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak atau kewajiban manusia sesuai dengan pancasila”. Adapun beberapa pengertian dari para ahli mengenai kesejahteraan sosial adalah sebagai berikut:

1. Gertrude Wilson: “Kesejahteraan sosial merupakan perhatian yang terorganisir dari semua orang untuk semua orang”.

2. Walter Friedlander : “Kesejahteraan sosial merupakan sistem yang terorganisir dari institusi dan pelayanan sosial yang dirancang untuk membantu individu atau kelompok agar dapat mencapai standar hidup dan kesehatan yang lebih baik”.

3. Elizabeth Wickenden : “kesejahteraan sosial termasuk di dalamnya peraturan perundangan, program, tunjangan dan pelayanan yang menjamin atau memperkuat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan sosial yang mendasar dari masyarakat serta menjaga ketentraman dalam masyarakat”.

4. Pre-conference working committee for the XVth International Conference of Social Welfare : “Kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup mayarakat berdasarkan konteks sosialnya. Di dalamnya tercakup kebijakan dan pelayanan yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat seperti pendapatan, jaminan sosial, kesehatan, perumahan pendidikan, rekreasi, tradisi budaya, dan lain sebagainya”.

(57)

hidup manusia, baik itu di bidang fisik, mental, emosional, sosial, ekonomi, dan spiritual. Selain itu kesejahteran sosial dianalogikan sebagai kesehatan jiwa yang dapat dilihat dari empat sudut pandang yaitu sebagai keadaan, ilmu , kegiatan, dan gerakan. Dalam kaitannya kesejahteraan sosial sebagai suatu ilmu, ilmu kesejahteraan sosial diartikan sebagai suatu ilmu yang berusaha mengembangkan metodologi (termasuk aspek strategi dan teknik) untuk menangani berbagai macam masalah sosial, baik di tingkat individu, kelompok, keluarga, maupun masyarakat (baik lokal, regional maupun internasional).

2.5.4 Tujuan Kesejahter aan Sosial

Tujuan dari kesejahteraan sosial adalah untuk meningkatkan kondisi kehidupan dan keseimbangan sosial baik secara rohaniah maupun jasmaniah. Peningkatan kondisi kehidupan tersebut ditempuh dengan jalan menumbuhkan, membina, dan mengembangkan keselarasan hidup pribadi-pribadi manusia serta menciptakan lingkungan yang lebih baik meliputi segi fisik, mental, dan sosial budaya.

(58)

2.5.5 Pendekatan Kesejahter aan

1. Liberalisme

Tiga intervensi negara yang diperlukan dalam pembangunan mencakup:

1. penciptaan distribusi pendapatan 2. stabilisasi mekanisme pasar swasta

3. penyediaan barang-barang publik (public goods) yang tidak mampu. Kesejahteraan sosial berporos pada paradigma institusional universal yang meyakini bahwa masalah sosial hanya bisa dipecahkan dengan program pelayanan sosial yang melembaga, berkelanjutan, dan mencakup semua warga. Pendekatan pekerjaan social menekankan pentingnya aspek pencegahan dan pengembangan kesempatan yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

2. Konservatifisme

(59)

3.Strukturalisme

Kaum struktural memandang masalah sosial sebagai akibat adanya ketimpangan pada sistem atau struktur sosial masyarakat. Masalah sosial adalah situasi tidak terhindarkan dan akan selalu ada dalam sistem yang classist, sexist dan racist, karena sistem seperti itu menciptakan ketidakadilan melalui perbedaan-perbedaan status sosial. Keadaan ini akan semakin membesar dan memburuk dalam sebuah sistem ekonomi kapitalis. Rakyat adalah korban dan objek eksploitasi orang-orang yang memiliki kekuasaan dan privilege. Solusinya: rakyat harus berjuang memperoleh kekuasaan dan menjangkausumber-sumber. Sistem ekonomi, sosial dan politik harus diubah dan direstrukturisasi secara menyeluruh.

2.5.6 Indikator Kesejahter aan

Untuk memudahkan interpretasi, perubahan taraf kesejahteraan dikaji menurut berbagai bidang yang menjadi acuan dalam upaya peningkatan kualitas hidup, diantaranya:

1. kependudukan, 2. kesehatan dan gizi, 3. pendidikan, 4. ketenagakerjaan,

5. taraf dan pola konsumsi,

(60)

Keenam aspek tersebut dapat diketahui dengan berbagai indikator-indikator kesejahteraan yang diantarannya :

1. IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

2. Indikator Kemiskinan

3. Tingkat kemiskinan

4. Pendidikan

5.. Indeks Mutu Hidup (IMH)

2.6. Penger tian Ber as untuk Keluar ga Miskin (Pr ogr am Raskin)

(61)

khususnya dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan pokoknya sebagai salah satu hak dasar masyarakat. Namun tidak semua orang berhak mendapatkan Raskin, hanya orang-orang atau penduduk yang tergolong miskinlah yang mendapatkan jatah RASKIN.

Berikut ini merupakan pengertian dari Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfat (RTS-PM), dasar hukum, tujuan dan sasaran dari Program Raskin.

1. Pengertian Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) RTS-PM adalah Rumah Tangga Miskin di Desa/Kelurahan yang berhak menerima Raskin dan terdaftar dalam Daftar Penerima Manfaat (DPM) yang ditetapkan oleh Kepala Desa/Lurah sebagai hasil Musyawarah Desa/Kelurahan dan disahkan oleh Camat.

2. Dasar Hukum

Peraturan Perundangan yang menjadi landasan pelaksanaan program Raskin adalah :

a. Undang-Undang No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Masyarakat.

b. Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan.

c. Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

(62)

e. Undang-Undang No.10 Tahun 2010 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2011.

f. Undang-Undang No. 18 Tahun 1986 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 8 Tahun 1985.

g. Peraturan Pemerintah No.68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan.

h. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2003 tentang Pendirian Perusahaan Umum BULOG.

i. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

j. Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. k. Peraturan Presiden RI No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan.

l. Peraturan Presiden RI No. 29 Tahun 2010 tentang Rencana Kerja Pemerintah Thaun 2011.

m.Inpres Kebijakan Pengadaan dan Penyaluran gabah/beras oleh Pemerintah.

(63)

o. Kepmenko Kesra No. 35 Tahun 2008 tentang Tim Koordinasi Raskin Pusat.

3. Tujuan dan Sasaran a. Tujuan

Tujuan Program Beras untuk Keluarga Miskin (Program Raskin) Tahun 2011 adalah mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran (RTS) melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras.

b. Sasaran

(64)

2.7Ker angka Ber pikir

Sumber: buku pedoman raskin yang diolah.

Instruksi presiden nomor 3 tahun 2007 tentang kebijakan perberasan untuk ketahanan pangan

Keputusan Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat nomor 35 tahun 2008

tentang tim koordinasi raskin

Evaluasi Distribusi Program Raskin

Perum BULOG sebagai penyedia dan pendistribusi beras Raskin (Kepmenko Kesrah No. 35 tahun 2008

tentang koordinasi Raskin Pusat)

Tepat Sasaran Tepat Jumlah Tepat Harga

(65)

3.1. J enis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif, yang mencoba menggambarkan secara mendalam suatu obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, dengan maksud ingin memperoleh gambaran yang komprehensif dan mendalam tentang analisis dampak program raskin bagi kesejahteraan masyarakat di Desa Sidoharjo Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto dalam melaksanakann program kesejahteraan masyarakat. Secara teoritis, menurut Bagdan dan Taylor dalam Moleong (2004:4), penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

(66)

secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun peristilahannya.

Sehingga dalam penelitian ini, penulis berusaha menggambarkan dan ingin mengetahui tentang evaluasi distribusi program raskin di Desa Sidohajo Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto.

3.2. Fokus Penelitian

Menurut Moleong (2004:97), fokus penelitian dalam penelitian kualitatif merupakan batas yang harus dilalui oleh seorang peneliti dalam melaksanakan suatu penelitian. Berkaitan dengan hal tersebut, bahwa fokus penelitian pada dasarnya adalah masalah pokok yang bersumber dari pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan lainnya.

Adapun aspek yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah tentang evaluasi distribusi program raskin dengan sasaran kajian:

1. Tepat Sasaran.

Pelaksanaan dikatakan tepat sasaran apabila raskin hanya diberikan pada keluarga miskin yang terdaftar dalam daftar penerima manfaat di Desa Sidoharjo Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto.

2. Tepat Jumlah.

(67)

3. Tepat Harga.

Pelaksanaan dikatakan tepat harga apabila harga beras yang dibayarkan oleh rumah tangga sasaran penerima manfaat sesuai harga yang sudah ditetapkan pada pedoman umum(Pedum) distribusi Raskin 2011.

3.3. Loka si Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti guna memperoleh data yang akurat. Agar memperoleh data yang akurat atau mendekati kebenaran sesuai dengan fokus penelitian, maka penulis memilih dan menetapkan lokasi penelitian ini di Desa Sidoharjo Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto.

(68)

3.4. Sumber Data

Menurut Lofland dalam Moleong (2004:157), sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah berasal dari informan yang berupa kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Informan Kunci (Key Person)

Informan kunci, dimana pemilihannya secara purposive sampling dan diseleksi melalui teknik snowball sampling yang didasarkan atas subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data dan bersedia memberikan data yang benar-benar relevan dan kompeten. Sebagai informan awal adalah Ibu Sri Musoyida selaku kepala desa yang menangani penerimaan peneliti di Desa Sidoharjo Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto Sedangkan informan selanjutnya diminta kepada informan awal untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi, maka untuk triangulasi data tersebut informan tersebut ditemukan dengan cara snow ball. secara rinci adalah sebagai berikut: program raskin sebagai bentuk kesejahteran masyarakat, dengan sasaran kajian pada sebagai key person adalah Bapak Habibullah selaku Kesrah desa Sidoharjo Sebagai informan, Serta Masyarakat yang mendapatkan program raskin.

2. Tempat dan Peristiwa

(69)

3. Dokumen

Dokumen sebagai sumber data yang sifatnya melengkapi data utama yang relevan dengan masalah dan fokus penelitian antara lain meliputi : buku pedoman tentang raskin, buku tentang teori kemakmuran, kamus besar bahasa indonesia, buku aset untuk orang miskin, data-data kependudukan, data jumlah penduduk miskin, dan data penerima raskin.

3.5. Pengumpulan Data

Data merupakan bagian terpenting dalam penelitan karena hakekat dari penelitian adalah pencarian data yang nantinya dianalisa dan diinterpretasikan. Dalam penelitian kualitatif, sumber data yang utama adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen.

Dalam rangkaian pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tiga proses kegiatan yang dilakukan, yaitu :

1. Proses memasuki lokasi penelitian (Getting In)

(70)

Selanjutnya peneliti melakukan diskusi dengan informan guna menggali informasi yang selanjutnya diolah sebagai data penunjang dari penelitian ini.

2. Ketika Berada di Lokasi Penelitian (Getting Along)

Pada tahap ini peneliti melakukan wawancara awal maupun observasi untuk mencari informasi yang lengkap dan tepat serta menangkap makna intisari dari informasi dan fenomena yang diperoleh tentang dampak program raskin Desa Sidoharjo Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto.

3. Teknik Pengumpulan Data (Logging The Data)

Setelah kedua langkah diatas maka peneliti melakukan pengumpulan data, dimana teknik yang digunakan adalah :

a. Wawancara mendalam (Indepth Interview)

Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh informasi tentang dampak program raskin yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dengan informan mengenai dampak program raskin dalam meningkatkan kesejahteran masyarakat.

b. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data sekunder yang dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data yang berkaitan tentang dampak program raskin.

c. Pengamatan (Observation)

(71)

3.6. Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman (1992:16), teknik analisa data kualitatif meliputi tiga alur kegiatan sebagai sesuatu yang terjalin pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun suatu analisis, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa dengan menggunakan model interaktif (interactive models of analysis) yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992:16). Dalam model ini terdapat 4 komponen analisis, yaitu sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yaitu data yang dikumpulkan berupa wujud kata-kata bukan rangkaian kata. Dan itu mungkin telah dikumpulkan dengan angka macam cara (observasi, wawancara, dokumen, pita rekaman). Dan yang biasanya “di proses” kira-kira sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan atau alas tulis).

2. Reduksi Data

(72)

3. Penyajian Data

Sekumpulan informasi yang disusun secara terpadu dan mullah dipahami yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan mengambil tindakan.

4. Menarik kesimpulan atau verifikasi

Peneliti berusaha untuk menganalisa dan mencari pola, terra, hubungan, persamaan dan hal-hal yang wring timbul yang dituangkan ke dalam kesimpulan (1992:15).

Proses analisis data secara interaktif dapat disajikan dalam bentuk skema sebagai berikut :

Ga mbar 3.1 Analisis Model Inter aktif Menur ut Miles dan Huber man

Sumber : Miles dan Huberman dalam terjemahan Tjetjep rohendi rohidi (1992:20)

3.7. Keabsahan Data

Dalam setiap penelitian memerlukan standar untuk melihat derajat kepercayaannya atau kebenarannya dari hasil penelitiannya. Dalam penelitian kualitatif, standar tersebut disebut dengan keabsahan data. Menurut Lincoln dan Guba (dalam Moleong, 2004:324). Untuk menetapkan keabsahan data maka

Pengumpulan Dat a

Kesimpulan dan verifikasi

(73)

diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas empat kriteria yang digunakan yaitu :

1. Derajat Kepercayaan (Credibility)

Pada dasarnya penerapan kriterium derajat kepercayaan menggantikan konsep validitas internal dari non kualitatif. Kriterium ini berfungsi untuk melakukan inkuiri (penyelidikan) sedemikian rupa, sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai serta untuk menunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

2. Keteralihan (Transferability)

Keteralihan sebagai persoalan empiris yang bergantung pada kesamaan antara konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan pengalihan tersebut seorang peneliti hendaknya mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks. Dengan demikian peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya, jika ia ingin membuat penelitian kecil untuk memastikan usaha memverifikasi tersebut.

3. Kebergantungan (Dependability)

(74)

Hal tersebut disebabkan oleh peninjauannya dari segi bahwa konsep itu memperhitungkan segala-galanya, yaitu yang ada pada rehabilitas itu sendiri ditambah faktor-faktor lainnya yang tersangkut. Hal tersebut akan dibahas dalam konteks pemeriksaan.

4. Kepastian (Conformability)

(75)

4.1. Desk r ipsi Tempat Penelitian 4.1.1 Gambaran umum Desa Sidohar jo

Desa Sidoharjo merupakan salah satu Desa yang berada pada wilayah Mojokerto, dikepalai oleh seorang Kepala Desa yang bernama Ibu Sri Musoydah. Desa Sidoharjo berada di Jl. Losari No. 1 Desa Sidoharjo Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto.

Luas wilayah Desa Sidoharjo 72,72 Ha, dengan batas wilayah dan perincian sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Desa Ngabar

b. Sebelah Timur : Desa Mlirip

c. Sebelah Selatan : Desa Kemantren

d. Sebelah Barat : Desa Mbatan krajan

Disamping itu wilayah Desa Sidoharjo yang terletak ditengah-tengah wilayah Desa lainnya.

Visi dan Misi Pembangunan Desa Sidohar jo

(76)

masyarakat berdasarkan kepada kemampuan masyarakat secara mandiri dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut, mampu memanfaatkan sumber-sumber daya secara optimal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat.

B.Misi Desa Sidohar jo adalah :

Untuk dapat mewujudkan Visi tersebut diatas, Desa Sidoharjo mempunyai Misi sebagai berikut :

a. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yang cepat, tepat, akurat dan bersahabat.

b. Menanggulangi kerawanan sosial dengan meningkatkan keamanan, ketertiban dan kesadaran masyarakat akan pentingnya keamanan dan ketertiban didalam masyarakat.

Mengembangkan perekonomian dan usaha yang ada untuk menunjang pendapatan masyarakat dengan meningkatkan sarana prasarana perekonomian.

Desa Sidoharjo mempunyai penduduk sebanyak 8.568 jiwa yang tersebar di 44( empat puluh empat ) RT dan 9 ( sembilan ) RW.

4.1.2 Karakter istik Penduduk di Desa Sidohar jo Tabel 4.1

J umlah Penduduk Desa Sidohar jo Ber dasar kan J enis Kelamin

NO J enis Kelamin J umlah Pr osentase (% )

1 LAKI LAKI 4.247 jiwa 49,6

2 PEREMPUAN 4.321 jiwa 50,4

J UMLAH 8.568 jiwa 100

(77)

jumlah penduduk perempuan sebesar 4.321 jiwa. Dari pendataan jenis kelamin tersebut bahwa jumlah paling tinggi adalah 4.321 jiwa ( 50,4% ) dengan jenis kelamin perempuan yang banyak mendominasi di Desa Sidoharjo Kabupaten Mojokerto.

Tabel 4.2

Penduduk Desa Sidohar jo Ber dasar kan Mata Pencahar ian

No J enis Pek r jaan J umlah Or ang

1 Petani 75

2 Pekerja di sector perdagangan 2,357

3 Pekerja di sector industry 1,099

4 Pegawai Kelurahan 3

5 PNS 330

6 ABRI 35

7 Guru 275

8 Dokter 3

9 Bidan 4

10 Mantri Ksehatan/perawat 12

11 Tidak bekerja 4.375

J umlah 8.568

Sumber: Rupabumi Kota Mojokerto,2011

(78)

Pendidikan Jumlah Orang Prosentase (%)

Penduduk tamat S2 17 0,7

Penduduk tamat S1 659 7,7

Penduduk tamat D3 239 2,8

Penduduk tamat D2 152 1,8

Penduduk tamat D1 147 1,2

Penduduk tamat SLTA/sederajat 1460 17,0

Penduduk tamat SLTP/sederajat 1975 23,0

Penduduk tamat SD 1990 23,2

Penduduk tamat TK 197 2,2

Penduduk tamat playgroup 151 1,8

Penduduk tamat PAUD 126 1,4

Penduduk belum sekolah 830 9,7

Penduduk tidak tamat 530 6,1

Penduduk yang buta huruf 131 1,6

Jumlah 8.568 100

Sumber : Kantor Desa SidoharjoTahun 2011

(79)

Gambar

Gambar 3.1 Analisis Model Interaktif Menurut Miles dan Huberman
Tabel 4.3 Penyebaran Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tabel 4.4
Tabel 4.5
+5

Referensi

Dokumen terkait

“ Keterlibatan Siswa dalam Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan Memanfaatkan Program GeoGebra untuk Meningkatkan

CONTOH WORKSTATION YANG MENYALA DAN TIDAK LAMPU NYA KT04,KT03,KT05..

Luka sayat adalah sebuah luka yang terjadi karena terpotongnya kulit dengan rata dan tidak ada pemisahan atau penarikan kulit seperti pada kasus laserasi

Tujuan penelitian ini adalah menguji Pengaruh Kepemimpinan Melayani pada Organizational Citizenship Behaviour (OCB) berorientasi pelanggan yang berfokus pada peran

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan yang positif atau searah antara interaksi variabel komitmen organisasi dengan partisipasi anggaran

Maintenance (perawatan) adalah suatu upaya yang dilakukan pada. suatu objek untuk menjaga kondisi objek tetap dalam keadaan

diterapkan sudah baik namun terdapat sedikit permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut dalam otorisasi Purchase Requitition sebaiknya tidak melibatkan bagian

Jagung inbrida dengan tingkat toleransi kekeringan dan pemupukan N medium-toleran dapat digunakan sebagai tetua dalam pembentukan jagung hibrida atau sintetik unggul yang toleran