• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Landasan Teor i

2.1.1 Televisi Sebagai Media Massa

Informasi pada jaman modern sekarang ini mudah didapatkan melalui penggunaan media massa. Media massa melakukan komunikasi dengan khalayaknya dengan cara memberikan informasi yang serentak. Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa modern yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum, dan film yang dipertunjukkan di gedung bioskop. (Effendy, 2003:79). Komunikasi massa menyebarkan informasi, gagasan dan sikap yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media.

Effendy mengutarakan (2003:81-83), terdapat karakteristik dalam proses komunikasi massa, diantaranya :

1. Komunikasi massa bersifat umum, dimana pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang.

2. Komunikasi bersifat heterogen, dimana komunikannya adalah sejumlah orang yang disatukan oleh suatu minat yang sama yang mempunyai bentuk laku yang sama dan terbuka bagi pengaktifan tujuan yang sama, walau demikian orang-orang yang tersangkut tadi tidak saling mengenal, berinteraksi secara terbatas dan tidak terorganisir.

3. Media massa menimbulkan keserempakan. Maksudnya adalah keserempakan kontak dengan jumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk tersebut satu sama lain dalam keadaan terpisah.

4. Hubungan komunikator-komunikan bersifat non pribadi, yaitu komunikan yang anonym dicapai oleh orang-orang yang dikenal hanya dalam perannya yang bersifat umum sebagai komunikator.

Televisi yang juga salah satu media komunikasi massa merupakan realitas yang sangat dekat dengan realitas sesungguhnya dan memiliki daya tarik sangat kuat terhadap individu atau kelompok, akibatnya dapat menimbulkan dampak yang luas bagi masyarakat (Wahyudi, 1994:7).

Dalam banyak hal, khalayak lebih suka menonton televisi karena sifatnya mendekati realitas dan instan, tanpa harus melalui fantasi yang dibangunnya. Media elektronik ini memberikan pengaruh yang kuat, dimana kekuatannya terletak pada kesegaran dan kemampuannya menyampaikan informasi baik gambar maupun suara pada khalayak luas.

Televisi sifatnya langsung, suatu pesan yang akan disampaikannya kepada penonton tidak mengalami proses yang berbelit-belit seperti halnya dengan

menggunakan bahan tercetak (Effendy, 2000:176). Pesan disini dapat berupa informasi atau hiburan-hiburan yang dihasilkan, yang mengutamakan kecepatan mengandung nilai penting dan menarik. Media televisi dipilih karena televisi lebih mampu menjangkau pemirsa dan mampu memenuhi sejumlah kebutuhan khalayak, mampu mengatasi jarak dan waktu, sehingga khalayak yang tinggal dii daerah-daerah dapat menikmati siaran televisi.

2.1.2 Pemir sa Televisi Seba gai Media Massa

Secara sederhana pemirsa dapat didefinisikan sebagai sekumpulan individu yang menjadi penonton yang memberikan reaksi atas apapun yang ditayangkan. Konsep dari pemirsa setelah menyaksikan tayangan-tayangan dari televisi adalah jelas menentukan seberapa besar dampak yang ditimbulkan oleh media televisi itu terhadap aspek kepribadian pemirsa secara emosional, intelektual maupun sosial. Setiap proses komunikasi selalu ditujukan kepada pihak tertentu sebagai penerima pesan yang disampaikan. Penerima adalah yang menjadi konsumen dari media massa yang bersangkutan, dimana mereka ini bersifat luas, heterogen dan anonym. Sedangkan khalayak artinya orang banyak, public, kelompok tertentu dalam masyarakat yang menjadi sasaran komunikasi (Bungin, 2001:20). Khalayak sebagai isi konsep ilmu komunikasi yang artinya masyarakat yang menjadi tujuan penyampaian pesan atau isi pernyataan.

2.2 Media Televisi dan Dampaknya Bagi Pemir sa 2.2.1 Media Televisi

Media televisi menyediakan berbagai macam kebutuhan manusia akan informasi. Manusia akan selalu terdorong untuk mencari sesuatu yang belum diketahuinya melalui televisi. Pada akhirnya, manusia ini dijadikan “budak kecil” yang pola pikirnya siap diprogram oleh isi materi media tersebut (Kuswandi, 1996:30).

Secara umum dikenal tiga tipe media televisi yang dipilih berdasarkan karakteristiknya, yaitu televisi komersial, televise public dan televisi pendidikan. Tipologi ini biasa digunakan dalam menilai pola siaran media televisi. Masing-masing media ini memberikan penekanan spesifik atas fungsi tertentu. Secara umum setiap media audiovisual dituntut mampu memberikan hiburan seperti televisi komersial pada fungsi hiburan, tetapi televise public memberika penekanan pada penyebaran ide-ide serta realitas sosial dan televisi pendidikan terfokus pada hal edukasi materi faktual-idealistis (Siregar, 2001:15).

2.2.2 Dampak Media Televisi

Ada tiga dampak yang dapat ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsa yaitu :

1. Dampak Kognitif

Kemampuan individu atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan di televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. Contoh : acara siaran berita.

Individu atau pemirsa dihadapkan pada realitas aktual yang ditayangkan melalui televisi yang pada akhirnya membuat mereka mengikuti apa yang disampaikan.

Contoh : model rambut baru selebritis yang kemudia menjadi anutan (trendsetter) atau ditiru secara fisik

3. Dampak Konatif

Yaitu tertanamnya nilai-nilai sosial dan budaya yang telah ditayangkan oleh televisi yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh : Sinetron.

Namun pada kenyataannya apa yang diungkapkan diatas hanya bersifat teoritis. Sementara dalam prakteknya banyak kesenjangan yang terjadi. Banyak acara televisi yang diperuntukkan bagi dewasa namun banyak ditonton oleh anak-anak (Kuswandi, 1996:98).

2.3 Rea lity Show

2.3.1 Penger tian Reality Show

Beberapa definisi reality show adalah :

1. Reality Show adalah suatu acara yang menampilkan realitas kehidupan seseorang yang bukan selebriti (orang awam), lalu disiarkan melalui jaringan televisi, sehingga bisa dilihat masyarakat. Reality show tak sekedar mengekspos kehidupan seseorang, tetapi juga menjadi ajang kompetisi, bahkan menjahili orang (Widyaningrum dan Cristiastuti, Agustus, 2004).

2. Reality show secara istilah berarti pertunjukan yang asli (real), tidak direkayasa dan tidak dibuat-buat. Kejadiannya diambil dari keseharian, kehidupan masyarakat apa adanya, yaitu realita dari masyarakat (Motulz Media Center, Mei, 2005).

Jadi reality show adalah suatu acara yang menampilkan realitas nyata asli kehidupan masyarakat sehari-hari yang diambil dari seseorang yang bukan selebriti (orang awam), lalu disiarkan melalui jaringan televisi, sehingga bisa dilihat oleh masyarakat.

Dalam penyajiannya acara reality show ini terbagi menjadi tiga jenis yaitu: 1. Dacusuap (dokumenter dan soap opera)

Yaitu gabungan dari rekaman asli dan plot. Disini penonton dan kamera menjadi pengamat pasif dalam mengikuti orang-orang yang sedang menjalani kegiatan sehari-hari mereka, baik yang professional maupun yang pribadi. Dalam hal ini produser menciptakan plot sehingga enak ditonton oleh pemirsa. Para kru menggabungkan setiap kejadian sesuai dengan yang mereka inginkan sehingga akhirnya terbentuk cerita berdurasi 30 menit tiap episode.

Contoh : MTV’s Real World. The Temptation Island dll. 2. Hidden Camera

Yaitu sebuah kamera tersembunyi merekam orang-orang dalam situasi yang sudah di-set.

Contoh : Spontan, Super Trap, Jebakan Batman dll 3. Reality Game Show

Yaitu sejumlah kontestan yang direkam secara intensif dalam suatu lingkungan khusus guna memperebutkan hadiah. Fokus dari acara ini para kontestan menjalani konts dengan penuh tipu muslihat sampai reaksi yang menang dan kalah.

Contoh : Big Brother Indonesia Bersama Simpati, Master Chef Indonesia, Penghuni Terakhir dll. (Harmandini, September, 2005).

2.3.2 Tayangan Ethnic Runaway Sebagai Acar a Reality Show

Tayangan realitas atau yang biasa kita kenal dengan reality show merupakan sebuah program televisi menampilkan sebuah adegan yang tidak terencana ataupun terskenario sebelumnya yang menimbulkan situasi yang tak terduga dan umumnya para pelaku yang memainkan peran didalamnya adalah masyarakat awam dan bukan aktor aktris yang telah profesional (http://wisegeek.com/what-is-a-reality-show.htm). Bentuk tayangan tersebut sebenarnya telah ada sejak awal munculnya keberadaan televisi, namun model acara ini dikenal oleh khalayak pada tahun 2000.

Reality show menggambarkan adegan yang seakan akan benar-benar berlangsung tanpa skenario. Acara realitas umumnya menampilkan kenyataan yang dimodifikasi, seperti menaruh partisipan di lokasi-lokasi eksotis atau situasi-situasi yang tidak lazim, memancing reaksi tertentu dari partisipan dan melalui penyuntingan dan teknik-teknik pasca produksi lainnya (http://wisegeek.com/what-is-a-reality-show.htm).

Selama bertahun-tahun, industri televisi yang terprogram seperti tayangan berita (news), drama yang merupakan tampilan acara televisi yang terencana (menggunakan script/naskah) tidak dapat terprediksi tingkat keberhasilannya di dalam masyarakat. Lain dengan tayangan reality show yang tidak terskenario, tayangan tersebut lebih disukai oleh masyarakat pada umunya karena menampilkan keadaan masyarakat secara nyata yang menghadirkan sebuah ide baru dari tayangan-tayangan yang sudah ada sebelumnya (http://wisegeek.com/what-is-a-reality-show.htm).

Ethnic Runaway juga dapat dikatakan sebagai acara reality show yang lahir sebagai bagian dari inovasi program tayangan televisi. Keunikan dan konsep yang belum pernah ada sebelumnya menjadikan tayangan ini cukup digemari. Program Trans TV yang diputar seminggu dua kali ini menayangkan kisah perjalanan dan aktivitas pasangan selebritas yang menetap di salah satu suku. Banyak kejadian unik yang terjadi mengingat kehidupan si artis dan masyarakat suku yang berbeda. Terbukti acara Ethnic Runaway memberikan screen shot yang jelas perilaku si artis saat mengikuti keseharian suku yang di datangi.

Penayangan program Ethnic Runaway terkesan menghibur dan mengandung makna pendidikan dan promosi kekayaan berbagai suku bangsa di Indonesia. Program ini diminati oleh khalayak karena dianggap memiliki muatan edukasi untuk berkenalan dengan berbagai suku di Indonesia. Melalui program ini, para penonton diajak untuk belajar adat istiadat, budaya maupun kebiasaan sebuah suku.

2.4 Opini

Menurut Joseph Klapper di dalam tulisannya The Social Effect of Mass Communications, dalam Mass Communication Series No. 6 (VOA Forum Lecture), tiap manusia yang hidup di tengah-tengah masyarakat, lembaga-lembaga sosial, adalah subyek berbagai pengaruh termasuk mass communication yang menggunakan pers, radio, film, televisi. Berdasarkan pengaruh-pengaruh ini, terbentuklah opini mereka mengenai segala macam soal besar atau kecil (Abdurrachman, 1993:76-77).

Opini dapat diartikan dapat yang merupakan jawaban terbuka (overt) terhadap suatu persoalan atau issue ataupun jawaban yang dinyatakan berdasarkan kata-kata yang diajukan secara tertulis maupun lisan. Pengertian lain opini adalah jawaban lisan pada individu yang member respon (tanggapan) kepada stimulus (rangsangan) dimana dalam situasi atau kejadian yang pada umumnya diajukan suatu pertanyaan (Sunarjo, 1997). Sedangkan Santoso Sastropoetro (1990) yang dikutip dari Cutlip dan Center mengatakan opini adalah suatu pernyataan tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial.

Moore mengatakan bahwa, “opini publik adalah suatu ungkapan keyakinan yang menjadi pegangan bersama di antara para anggota sebuah kelompok atau public, mengenai suatu masalah kontroversial yang menyangkut kepentingan umum” (Moore, 1988:49). Sedangkan Kruger Reckless mendefinisikan opini public sebagai penjelmaan dari pertimbangan seseorang tentang sesuatu hal, kejadian atau pikiran yang telah diterima sebagai pikiran umum (Sunarjo, 1997). Opini publik dilandasi pemikiran yang rasional. Banyak

orang kini mempertimbangkan informasi mengenai persoalan kontroversial, menangguhkan keputusannya sampai mendapatkan fakta dan menilai informasi yang diterimanya dari berbagai sumber (Moore, 1988).

Menurut Emory S. Bogardus ada beberapa istilah opini antara lain : 1. Personal opinion (opni personal)

Opini personal adalah penafsiran individual mengenai berbagai masalah dimana terhadapnya tidak terdapat suatu pandangan yang sama.

2. Private opinion (opini pribadi)

Opini pribadi ini merupakan aspek yang sangat penting bagi berkembangnya opini personal. Hal ini disebabkan opini pribadi adalah suatu bagian dari opini personal yang tidak dinyatakan.

3. Group opinion (opni kelompok) Opini kelompok terdiri dari :

a. Majority opinion (opini mayoritas)

Opini mayoritas adalah opini yang dinyatakan atau sedikit-dikitnya dirasakan oleh lebih dari setengah dari sesuatu kelompok atau sesuatu lingkungan.

b. Minority opinion (opini minoritas)

Opini minoritas adalah suatu konklusi yang didukung oleh kurang dari separo jumlah anggota kelompok yang berkepentingan.

Opini koalisi adalah gabungan dari beberapa opini minoritas. Opini tumbuh karena pengaruh-pengaruh dari luar yang memerlukan adanya penggabungan opini. Apabila pengaruh-pengaruh itu sudah tidak ada maka opini koalisi yang berperan sebagai opini mayoritas akan buyar kembali ke dalam kepingan-kepingan opini minoritas.

5. Concensus opinion (opini konsensus)

Opini konsensus adalah bentuk opini yang mempunyai kekuatan lebih dari opini mayoritas, karena diwujudkan melalui proses diskusi atau mufakat bersama.

6. General opinion (opini umum)

Opini umum ini adalah opini yang berakar kepada tradisi serta adat istiadat, berkembang dari dahulu hingga sekarang dan telah diterima sebagaimana adanya tanpa kesadaran dan kritik dari generasi lama oleh generasi yang lebih muda.

(Sunarjo, 1997 : 35-43)

2.4.1. Unsur -unsur Opini

R.P. Abelson menyebutkan bahwa opini mempunyai 3 unsur yaitu : 1. Believe (kepercayaan)

2. Attitude (apa yang sebenarnya dirasakan seseorang) 3. Persepsi

Believe adalah kepercayaan tentang suatu. “Believe diartikan anggapan subjektif bahwa suatu objek atau peristiwa punya cirri atau nilai tertentu, dengan atau tanpa bukti”. (Sunarjo, 1997:89)

Menurut Zimbardo dan Ebbesen, “attitude atau sikap adalah suatu predisposisi (keadaan yang mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide tau obyek yang berisi komponen-komponen cognitive, affective dan behavior” (Sunarjo, 1997:102). Komponen-komponen tersebut :

1. Komponen C : Cognition (pengertian atau nalar)

Komponen ini berkaitan dengan penalaran seseorang untuk menilai suatu informasi, pesan, fakta dan pengertian yang berkaitan dengan pengertiannya.

2. Komponen A : Affect (perasaan)

Komponen ini berkaitan dengan rasa senang, suka, saying, takut, benci, sedih dan kebanggaan hingga muak atau bosan terhadap sesuatu.

3. Komponen B : Behavior (tingkah laku)

Komponen ini lebih menampilkan tingkah laku atau perilaku sesorang, misalnya bereaksi untuk memukul, menghancurkan, menerima, menolak, mengambil, membeli dan sebagainya.

Menurut North dan Strange (1973:11), ada tiga ide pokok dari definisi sikap yaitu :

1. Sikap yang ditujukan langsung ke obyek. Obyek yang berasal dari sikap bisa berupa kebijakan, personel, group, kegiatan, hal yang abstrak (seperti kebebasan/Tuhan)

2. Sikap merupakan tendensi positif atau negative dalam hubungannya terhadap sesuatu objek. Variasi sikap dapat berupa pernyataan menerima secara extreme atau pernyataan menolak secara eksterm.

3. Sikap merupakan kecenderungan untuk bereaksi secara berbeda.

Selain kepercayaan dan sikap, persepsi juga merupakan unsur opini. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Ada empat factor yang menentukan persepsi antara lain :

1. Latar belakang budaya

Persepsi terikat oleh budaya (culure-bound). Tidak ada dua orang yang memiliki nilai-nilai budaya sama persis, maka tidak ada juga dua orang memiliki persepsi yang sama persis.

2. Pengalaman masa lalu

Ketiadaan pengalaman terdahulu dalam menghadapi suatu objek jelas akan membuat seseorang menafsirkan objek tersebut berdasarkan dugaan semata atau pengalaman yang mirip.

3. Nilai-nilai yang dianut

Nilai adalah komponen evaluative dari kepercayaan kita, mencakup kegunaan, kebaikan, estetika dan kepuasan.

4. Berita-berita yang berkembang

Berita-berita lain yang lebih dulu ada kemudian diiterpretasikan dan interpretasi dari individu atau kelompok inilah yang melahirkan persepsi.

(Sunarjo, 1997 : 93-99)

2.4.2. Pr oses Pembentukan Opini

Menurut Emory S. Bogardus, opini adalah penafsiran individual mengenai berbagai masalah dimana terhadapnya tidak terdapat suatu pandangan yang sama. Dalam bukunya yang berjudul Opini Publik, Sunarjo menjelaskan terjadinya opini sebagai berikut :

Opini seseorang/opini personal dapat tumbuh karena adanya interaksi, selain itu juga dapat dipengaruhi oleh kelompok atau lingkungannya. Sumber opini personal sangat sulit dideteksi, bahkan oleh yang bersangkutan sendiri. Hal ini dikarenakan bahwa manusia tidak tumbuh dengan sendirinya, sehingga mereka sulit membedakan mana yang merupakan buah hasil pikiran mereka sendiri atau yang sudah terkena pengaruh orang lain dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, opini kelompok/public dengan opini personal dalam perkembangannya akan saling mempengaruhi secara timbale balik.

Opini seseorang akan banyak dipengaruhi oleh gaya hidup seseorang yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang tersebut menghabiskan waktu mereka (aktifitas) apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan dunia sekitarnya (pendapat).

Selain itu opini seseorang ada hubungannya dengan respon individu. Menurut McQuail (1987:233) dalam bukunya “Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar” disebutkan bahwa : “ Tanggapan indivifu merupakan proses dimana

a. Latar belakang budaya b. Pengalaman masa lalu c. Nilai-nilai yang di anut d. Berita yang berkembang

individu berubah atau menolak perubahan, sebagai tanggapan terhadap pesan yang dirancang untuk mempengaruhi sikap pengetahuan atau perilaku”.

Sedangkan Albig (1956) mengatakan “opinion is any expression on a controversial topic”. Opini mengekspresikan suatu topik yang bersifat kontroversial. Dapat dikatakan lebih lanjut bahwa opini sangat berhubungan dengan sikap, perbedaan sikap yang bertentangan akan menghasilkan bentuk persoalan atau situasi dan biasanya tertanam dalam benak seseorang, sampai seseorang menemukan cara dengan menggunakan media atau sarana lain untuk mengungkapkan secara verbal.

Sehingga dapat disimpulkan opini merupakan jawaban dari individu atas pertanyaan yang diberikan tentang sesuatu permasalahn yang sangan berhubungan erat dengan believe, attitude dan perception. Apabila opini yang ada mengundang sebuah permasalahn atau pro dan kontra maka akan menjadi sebuah opini publik.

Hubungan antara opini, persepsi, sikap dan opini publik (Sunarjo, 1997:110) dapat digambarkan seperti dibawah ini :

Gambar 2.1

Persepsi Opini Opini

Publik

Sikap

Cognition Behavior

Hubungan Antar a Opini, Persepsi, Sikap Dan Opini Publik

Ada tiga jenis opini yang dikeluarkan oleh seseorang (Moore, 1987:52) yaitu : 1. Positif

Merupakan opini yang diperlihatkan oleh seseorang dengan cara bereaksi secara menyenangkan terhadap orang lain, terhadap suatu permasalahan yang sedang terjadi. Seperti tayangan yang diputar stasiun televisi diberi rating dewasa/segala umur, hal ini dimasudkan agar orang tua dapat membedakan tayangan yang layak bagi putra putrinya.

2. Negatif

Merupakan opini yang diperlihatkan oleh seseorang dengan memberikan opini yang kurang menyenangkan atau beranggapan buruk mengenai permasalahan yang sedang terjadi. Seperti Lumpur Lapindo memberikan kerugian yang sangat besar bagi pabrik-pabrik disekitarnya, karena aktivitas menjadi terhambat, serta mendapat kecaman dan warga sekitar karena menghancurkan daerah tempat mereka tinggal.

3. Pasif/Netral

Merupakan opini yang diperlihatkan seseorang dengan tidak beropini mengenai permasalahan yang sedang terjadi. Seperti kenaikan bahan bakar khususnya bahan bakar pertama tidak akan menyebabkan terjadinya

kekacauan ataupun huru hara seperti pada kenaikan bahan bakar premium, karena pengguna bahan bakar tersebut hanya digunakan oleh kalangan menengah ke atas.

2.5 Teor i S-O-R

Teori S-O-R sebagai peringatan dari Stimulus – Organism – Response, ini semula berasal dari psikolog. Teori ini masuk ke dalam salah satu teori komunikasi, sebab obyek material dari psikolog dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu intinya meliputi komponen sikap, opini, perilaku dan konasi (Effendy, 1993:253).

Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus tertentu, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi khalayak. Selain itu, teori ini menjelaskan mengenai pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari proses komunikasi (McQuail, 1991:234).

Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Dengan demikian, besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh tersebut terjadi, tergantung pada isi dan penyajian stimulus tersebut. Unsur-unsur dalam model ini adalah :

Merupakan rangsangan yang disampaikan komunikastor kepada komunikannya. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda atau lambang.

b. Komunikan (organism) c. Efek (response)

Merupakan dampak yang muncul akibat dari proses komunikasi. Efek dari perubahan sikap adala kognitif, afektif dan konatif (Effendy, 1992:254)

Mengutip pendapat dari Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah opini yang baru, ada 3 variabel penting yaitu perhatian, pengertian dan penerimaan.

Dari teori diatas, maka masyarakat Surabaya memperoleh pesan dari media massa elektronik, yang mana disini adalah televisi yang menayangkan acara “Ethnic Runaway” merupakan stimulus atau pesan dan masyarakat Surabaya memberikan perhatian, pengertian, penerimaan dari pesan yang disampaikan tersebut, sehingga akan menghasilkan opini yang merupakan respon dari masyarakat Surabaya setelah melihat acara Ethnic Runaway di televisi.

Dengan adanya pengetahuan dan pengertian (kognitif) dari masyarakat setelah melihat tayangan acara reality show tersebut maka ia akan mengerti isi pesan apa yang ada pada tayangan Ethnic Runaway di TRANS TV. Setelah melihat kemudian dimengerti oleh masyarakat, maka kemampuan dari masyarakat sebagai komunikan akan melanjutkan prosesnya yaitu masyarakat akan mengolahnya dan menerimanya, sehingga terjadilah kesediaan untuk merubah respon atau efek.

Dokumen terkait