• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1. Keker ingan

Kekeringan merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir setiap negara dunia ini dan hal yang normal, yang umumnya terjadi pada iklim meskipun kekeringannya berbeda pada tiap wilayah. Kekeringan (drought) sebenarnya sukar untuk diberi batasan yang tegas, sebab kekeringan mempunyai definisi berbeda tergantung bidang ilmu, tergantung daerah, kebutuhan, dan sudut pandangnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kekeringan adalah curah hujan sebagai sumber air tersedia, karakteristik tanah sebagai media penyimpanan air, dan jenis tanaman sebagai subjek yang menggunakan air.

Kekeringan Meteorologis berkaitan dengan tingkat curah hujan di bawah normal dalam satu musim. Kekeringan Hidrologis berkaitan dengan kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah. Kekeringan Pertanian berhubungan dengan kekurangan kandungan air di dalam tanah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah yang luas. Pada dasarnya kekeringan mengandung hubungan antara ketersediaan dan kebutuhan air, dimana kekeringan bermula dari defisiensi curah hujan dengan periode waktu terpanjang.

Penelitian ini akan membuat desain sistem pemetaaan lahan kekeringan dan penanaman yang tepat, sehingga nantinya tingkat kekeringan jenis penanaman dapat di ketahui lebih awal sehingga akan sangat membantu bagi para petani di wilayah Jawa Timur.

2.1.1. Da mpak Keker ingan

Kejadian kekeringan akibat berlangsungnya El-Nino telah menimbulkan dampak terhadap produksi pangan di Indonesia. Namun demikian dampak yang terjadi tidak begitu konsisten. Sebagai contoh produksi beras tidak mengalami penurunan yang drastis akibat kejadian ini kecuali tahun 1991, 1994 dan 1997. Untuk kedelai, produksi menurun cukup nyata pada tahun El-Nino 1982, 1987, 1994, 1996 dan 1997. Hal ini disebabkan data pada tingkat nasional tidak bisa menggambarkan perbedaan produksi antar daerah, hasil pengamatan menunjukkan bahwa total luas areal yang terkena kekeringan juga bervariasi menurut jenis tanaman, serta El Nino yang biasanya dimulai bulan April atau Mei dimana hal ini terlihat dari cepatnya laju penambahan areal terkena kekeringan dalam bulan Mei sampai akhir tahun. Oleh karena itu dampak kekeringan akibat El Nino terhadap produksi pangan harus dihitung dimulai pada musim kemarau sampai akhir tahun (Boer, 1999).

Kebutuhan tanaman terhadap air untuk setiap fase pertumbuhan akan berbeda, baik dalam satu jenis tanaman atau antar jenis. Sehingga sensitivitas terhadap cekaman air juga akan berbeda-beda bagi setiap fase. Kekeringan atau cekaman air akan terjadi pada saat kebutuhan air salah satu fase tidak tercukupi.

Doorenbos dan Pruit (1975) mendefinisikan kebutuhan air tanaman sebagai tinggi air yang dibutuhkan untuk mengimbangi kehilangan air melalui evapotranspirasi tanaman sehat, tumbuh di lahan yang luas pada kondisi air tanah dan kesuburan tanah tidak dalam keadaan terbatas serta dapat mencapai produksi potensial pada lingkungan pertumbuhannya.

Menurut Robertson (1975) kebutuhan air total untuk tanaman padi sawah selama hidupnya cukup tinggi. Secara umum dapat dikatakan bahwa kebutuhan air konsumtif tanaman padi sawah mulai naik pada pertumbuhan vegetatif kemudian mencapai maksimum pada periode reproduktif dan menurun pada peride pemasakan.

Tanaman menggunakan banyak sekali air. Contohnya, padi membutuhkan 300 sampai 950 mm air per musim tanam. Air dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan tanaman: air sebagai komponen utama dalam proses fotosintesis dan respirasi, penting untuk mengatur tekanan turgor sel-sel (air menjaga kesegaran jaringan-jaringan tanaman), mempertahankan suhu tanaman, membantu penyerapan unsur hara dari tanah lewat proses transpirasi, sebagai pelarut bahan mineral dan karbohidrat, merupakan medium untuk perpindahan berbagai unsuir hara dan larutan lainnya di dalam tanaman. Jadi, air dari hujan sangat vital bagi pertumbuhan tanaman.

Kung dalam Hidayat (2005) menyebutkan bahwa kebutuhan air untuk beberapa jenis tanaman pangan adalah sebagai berikut:

Kedelai : 300-350 mm (3,5 bulan) atau 75- 100 mm per bulan Jagung : 350-400 mm (4 bulan) atau 85- 100 mm per bulan Kacang tanah: 400-500 mm (5 bulan) atau 80- 100 mm per bulan Padi sawah : 380-880 mm (4,5 bulan) atau 85- 185 mm per bulan.

Dampak kekeringan juga terjadi pada tanah. Dimana tanah sebagai media tumbuh tanaman, penyimpanan air dan sumber hara. Menurut Soepardi (1983), air yang tersedia dalam tanah dipengaruhi oleh hisapan dan kelengasan, kedalaman tanah

dan pelapisan tanah. Menurut Turyanti (1995), terjadinya penurunan kualitas tanah akibat iklim maupun oleh aktivitas manusia dalam mengelola lahan akan menciptakan kondisi tekstur yang buruk, padat dan miskin hara. Hal ini akan menyebabkan penurunan produksi tanaman, selain cekaman air, juga kekurangan unsur hara.

Lahan sulit dibajak setelah mengalami musim kering yang panjang. Mempersiapkan lahan pun tidak dapat dimulai hingga hujan turun cukup banyak untuk melunakkan tanah. Terbatasnya ketersediaan air akan menurunkan luas area penanaman pada lahan irigasi akan tetapi hasil per satuan luas akan meningkat karena meningkatnya intensitas radiasi (Partridge, 2002). 2.1.2. Indek s Keker ingan

Indeks-indeks kekeringan diperoleh dari ribuan data curah hujan, salju, aliran sungai dan indikator sumber lainnya. Dalam pengambilan keputusan, nilai indeks kekeringan berciri angka tunggal jauh lebih berarti dibandingkan data mentah (Hayes, 2006). Hal ini diperkuat dengan pernyataan Ogallo dan Gbeckor-kove (1989) dalam Turyanti (1995) bahwa curah hujan merupakan indeks tunggal yang paling penting dalam menduga kekeringan tetapi jika kekeringan hanya dilihat dari batasan jumlah curah hujan, batasannya sangat beragam bergantung kepada waktu dan tempat penelitian.

Menurut Hounam et. al (1975) penentuan tingkat kekeringan bertujuan untuk: 1. mengevaluasi kecenderungan klimatologis menuju keadaan kering/tingkat

kekeringn dari suatu wilayah

3. mengevaluasi kekeringan pada suatu tempat secara lokal

4. melaporkan secara berkala perkembangan kekeringan secara regional Ada beberapa indeks yang diukur dari banyaknya presipitasi pada suatu periode waktu yang menyimpang dari data historis. Walaupun tidak ada indeks-indeks penting yang menjadi dominan pada semua kondisi, beberapa indeks lebih baik digabungkan untuk penggunaan tertentu. Agar dapat dibandingkan indeks yang satu dengan indeks yang lain.

Indeks kekeringan banyak macamnya. Macam-macam indeks tersebut antara lain, Standardized precipitation index (SPI), Palmer Drought Severity

Index(PDSI), Crop Moisture Index (CMI), Surface Water Supply Index (SWSI), Reclamation Drought Indeks (RDI), dan masih banyak lagi. Indeks-indeks ini

diciptakan tergantung dari gambaran umum yang melatar belakangi daerah tersebut, pengguna, proses, input dan hasil outputnya atau masing-masing klasifikasi.

Pemetaan wilayah kekeringan telah dilakukan dengan berbagai metode yang berbeda. Salah satu diantaranya yang sering digunakan adalah metode Palmer. Seperti yang telah dilakukan oleh Sudibyakto (1985) di daerah Kedu Selatan, Jawa Tengah, dimana hasil perhitungan indeks kekeringan didasarkan pada data curah hujan titik menimbulkan indeks yang terlalu basah (over

estimate). Kemudian oleh Historiawati (1987) di daerah Purwodadi dan

Grobogan, Jawa Tengah, serta Turyanti (1995) di daerah Jawa Barat menyatakan bahwa evaluasi kekeringan menggunakan indeks Palmer menunjukkan tingkat kekeringan di Jawa Barat sangat bervariasi dengan nilai indeks sekitar -25 hingga

139. Nilai indeks ini sangat beragam, mulai ekstrim kering hingga ekstrim basah. Daerah Pantai Utara dan Pantai Selatan pada tahun 1987, 1991, 1994 mengalami kondisi cukup parah dengan nilai indeks kekeringan di bawah -10. Hasil dari ketiga penelitian tersebut menyatakan bahwa curah hujan dan indeks kekeringan yang dihasilkan memperlihatkan kecenderungan embutan yang sama.

2.1.3. Penger tian Pemetaan

Pemetaan adalah suatu kegiatan pengumpulan data lapangan, yang memindahkan keadaan sesuangguhnya dilapangan (‘fakta’) keatas kertas gambar atau kedalam peta dasar yang tersedia, yaitu dengan menggambarkan penyebaran dan merekonstruksi kondisi alamiah tertentu secara meruang, yang dinyatakan dengan titik, garis, symbol dan warna. Pelaksanaan pekerjaan pemetaan dapat dilakukan secara langsung di lapangan dan dengan bantuan interpretasi dan analisa foto udara (‘citra’).

Pemetaan dapat didefinisikan sebagai suatu proses terpadu yang mencakup pengumpulan, pengolahan dan visualisasi dari data spasial (keruangan). Data spasial umumnya didefinisikan sebagai data keruangan yang terkait dengan permukaan Bumi (termasuk dasar laut) serta obyek, fenomena dan proses yang berada, terjadi atau berlangsung di atasnya. Produk suatu proses pemetaan adalah suatu informasi spasial yang dapat divisualisasikan dalam bentuk atlas (kertas maupun elektronis), peta (kertas maupun digital), basis data digital.

2.2 Konsep Dasar Sistem Dan Infor masi

Sistem adalah kesatuan beberapa keadaan, metode teknik dan kumpulan elemen yang saling berkaitan unntuk memproses input menjadi output yang

diharapkan. Disini jelas dikemukakan bahwa suatu sistem tidak akan lepas dari elemen pokoknya yaitu input dan output. Suatu sistem dapat didefinisikan sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.

Suatu sistem dapat terdiri dari sistem-sistem bagian (subsystem). Sebagai misal, sistem komputer dapat terdiri dari subsistem perangkat keras dan subsistem perangkat lunak. Masing-masing subsistem dapat terdiri dari subsistem-subsistem yang lebih kecil lagi atau terdiri dari kompoonen-komponen. Subsistem perangkat keras (Hardware) dapat terdiri dari alat masukan, alat pemroses, alat keluaran dan alat simpanan luar. Subsistem-subsistem saling berinteraksi dan saling berhubungan membentuk satu kesatuan sehingga tujuan dan sasaran sistem tersebut dapat tercapai. Interaksi dari subsistem-subsistem sedemikian rupa sehinngga dicapai suatu kesatuan yang terpadu dan terintegrasi.

Pemetaan adalah seni untuk mendapatkan gambaran data/informasi dari permukaaan bumi dalam bentuk peta. Peta adalah proyeksi atau gambaran data/detail lapang di atas kertas yang keadannya seperti dilapangan, biasanya ukurannya lebih kecil (skala tertentu). Kegiatan pemetaan menurut SUPARMAN (1979) meliputi :

1. Perencanaan yang merupakan kegiatan pendahuluan Faktor yang perlu diperhatikan adalah :

a. Letak lahan.

b. Tujuan pengukuran dan pemetaan. c. Tingkat ketelitian yang tinggi.

Ketiga hal tersebut diatas untuk menentukan tenaga kerja, peralatan, biaya dan waktu.

2. Proses pengukuran.

Diperlukan tenaga/juru ukur yang baik, syaratnya antara lain : a. Memiliki pengetahuan teknik dan keterampilan pengukuran. b. Memiliki perasaan baik dalam penilaian.

c. Memiliki kesungguhan, keuletan dan ketelitian kerja.

Hasil pengukuran dibuat “Laporan lapangan” dengan ciri-ciri teliti, sempurna, dapat dibaca, tersusun rapi dan bersih.

3. Menghimpun dan menganalisis data.

Menghimpun data lapangan, data menganalisa dalam bentuk perhitungan atau pengisian kolom-kolom kosong.

2.2.1 Kar akter istik Sistem

Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu, antara lain mempunyai komponen-komponen (Components), batas sistem (Boundaray), lingkungan luar sistem (Enviroment), penghubung (Interface), masukan (Input), keluaran (Output), pengolahan (Process)

a. Komponen Sistem

Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, yang artinya saling bekerja sama membentuk suatu kesatuan. Komponen-komponen sistem atau elemen sistem dapat berupa suatu subsistem-subsistem atau bagian-bagain dari sistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem itu sendiri yang akan menjalankan suatu fungsi tertentu dan akan

mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan. Suatu sistem dapat mempunyai sistem yang lebih besar yang disebut dengan Supra Sistem. Sedangkan didalam suatu subsistem masih dimungkinkan terdapat lagi subsistem-subsistem lain yang lebih kecil lagi sampai akhirnya tinggallah yang disebut dengan komponen atau elemen-elemen tunggal.

b. Batas Sistem

Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai suatu kesatuan. Batas suatu sistem menunjukkan ruang lingkup (Scope) dari sistem tersebut.

c. Lingkungan Luar Sistem

Lingkungan luar dari suatu sistem adalah apapun yang berada diluar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat bersifat menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan sistem tersebut. Lingkungan luar yang menguntungkan merupakan energi dari sistem dan dengan sendirinya harus tetap dijaga dan dipelihara.

d. Penghubung Sistem

Penghubung sistem merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem yang lainnya. Melalui penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari satu subsistem dengan subsistem yang lainnya. Keluaran (Output) dari subsistem akan menjadi masukan (Input) untuk subsistem yang lainnya dengan malalui penghubung ini. Dengan

penghubung satu subsistem dapat berintegrasi dengan subsistem yang lainnya yang membentuk suatu kesatuan.

e. Masukan Sistem

Masukan sistem adalah segala sesuatu yang dapat dimasukkan kedalam sistem. Masukan dapat berupa masukan perawatan (Maintenance input) dan masukan sinyal (Signal input). Maintenance input adalah energi yang dimasukkan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Signal input adalah energi yang diproses untuk didapatkan keluaran. Sebagai contoh didalam suatu sistem komputer, program adalah maintenance input yang digunakan untuk mengoperasikan komputer dan data adalah signal input untuk diolah menjadi informasi.

f. Keluaran Sistem

Keluaran sistem adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna. Keluaran ini dapat berupa masukan untuk subsistem yang ada atau mungkin masukan bagi Supra sistem.

g. Pengolah Sistem

Suatu sistem dapat mempunyai bagian pengolahan sistem sendiri atau mungkin sistem itu sendiri sebagai pengolahnya. Pengolahan sistem adalah sesuatu yang merubah masukan menjadi keluaran. Suatu sistem akan mengolah data masukan berupa data transaksi barang dan data-data lainnya menjadi keluaran berupa laporan transaksi.

2.2.2 Penger tian Infor masi

Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Data yang diolah melalui suatu model menjadi informasi, penerima kemudian menerima informasi tersebut, membuat suatu keputusan dan melakukan tindakan, yang berarti menghasilkan suatu tindakan yang lain yang akan membuat sejumlah data kembali. Kejadian-kejadian even adalah sesuatu yang terjadi pada saat tertentu. Didalam dunia bisnis, kejadian-kejadian nyata yang sering terjadi adalah perubahan dari suatu nilai yang disebut dengan transaksi. Misalnya penjualan adalah transaksi perubahan nilai barang menjadi nilai uang atau nilai piutang.

Informasi mempunyai kualitas yang baik jika memenuhi tiga komponen dasar berikut :

1. Akurat : Informasi harus bebas dari kesalahan.

2. Relevan : Informasi tersebut mempunyai manfaat bagi pemakainya. 3. Tepat waktu : Karena informasi merupakan landasan dalam suatu

pengambilan keputusan, maka informasi yang datang tidak boleh terlambat.

2.2.3 Komponen Sistem Infor masi

Sistem informasi terdiri dari komponen-komponen yang disebut dengan blok bangunan (Building block) yaitu blok masukan (Input block), blok model (Model block), blok keluaran (Output block), dan blok kendali (Control block).

Sebagai suatu sistem, keempat blok tersebut masing-masing saling berinteraksi satu sama lainnya membentuk satu kesatuan mencapai sasarannnya.

2.2.4 Penger tian Sistem Infor masi

Sistem informasi manajemen merupakan penerapan sistem informasi dalam organisasi untuk mendukung informasi-informasi yang dibutuhkan oleh semua tingkat manajemen. Sistem informasi manajemen dibentuk untuk memberikan informasi yang tepat bagi seorang manajer dalam memecahkan suatu masalah dan sekaligus mengambil keputusan. Sistem akan mengolah fakta dan ide dari lingkungan, kemudian disajikan dalam bentuk informasi. Konsep sistem manusia mesin berarti sejumlah pekerjaan akan sangat baik jika dilaksanakan oleh mesin, sehingga akan timbul interaksi antara manusia dan mesin. Beberapa sistem informasi manajemen tersebut dapat dipadukan on-line sehingga perubahan yang terjadi pada suatu sistem atau subsistem secara otomatis meng-update subsistem yang lain.

2.2.5 Tek nik Memper oleh Infor masi

Ada beberapa cara yang digunakan analis untuk memperoleh informasi. Interaksi langsung digunakan untuk mengumpulkan data primer, sementara data sekunder dikumpulkan dari sumber-sumber yang ada. Mengamati atau mewawancarai seseorang melakukan pekerjaan adalah contoh pengumpulan data. Beberapa cara pengumpulan data :

Salah satu teknik pengumpulan data suatu proses adalah mengamati proses tersebut. Pada waktu melakukan observasi atau pengamatan, analis sistem dapat juga berpartisipasi atau mengamati saja orang-orang yang sedang melakukan kegiatan tertentu yang sedang diobservasi itu. Seringkali dalam sistem analis dan desain akan menjalani suatu sistem untuk mengamati aliran-aliran informasi dari segi-segi keputusan yang penting sekali.

2. Wawancara

Wawancara telah diakui sebagai pengumpulan data yang penting dan banyak dilakukan dalam pengembangan sistem informasi. Wawancara memungkinkan analis sistem sebagai pewawancara untuk mengumpulkan data secara tatap muka langsung dengan orang yang diwawancarainya. Seperti halnya dengan teknik pengumpulan data yang lain wawancara bukanlah satu-satunya teknik yang terbaik di semua situasi.

3. Kuisioner

Kuesioner dapat dianggap sebagai bentuk wawancara terstruktur dengan pertanyaan-pertanyaan yang didesain agar dapat dijawab tanpa harus bertatap muka.

2.3. Sistem Infor masi

Sistem informasi dapat didefinisikan sebagai berikut :

a. Suatu sistem yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari komponenkomponen dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuan yaitu menyajikan informasi.

b. Sekumpulan prosedur organisasi yang pada saat dilaksanakan akan memberikan informasi bagi pengambil keputusan dan atau untuk mengendalikan organisasi.

c. Suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi, mendukung operasi, bersifat manajerial, dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporanlaporan yang diperlukan.

2.3.1 Sistem Infor masi geografi

Sistem informasi geografi mulai dikenal pada awal 1980an. Seiring dengan berkembangnya perangkat lunak maupun perangkat keras komputer. Sistem informasi geografi sebenarnya terdiri dari tiga suku kata, yakni Sistem, Informasi, dan Geografi, maka dari itu pengertian dari tiga unsur kata ini akan sangat membantu dalam memberi gambaran tentang pengertian sistem informasi geografis. Sebenarnya sistem informasi geografis dengan sistem informasi lainya sama saja dalam alur logikanya, hanya saja sistem ini ada tambahan unsur geografisnya, atau lebih terangnya sistem informasi geografis lebih menekankan pada informasi geografisnya.

Dan dalam sistem informasi goegrafi mengandung pengertian suatu persoalan mengenai bumi; permukaan dua atau tiga dimensi. Kemudian istilah informasi geografis mengandung pengertian informasi mengenai tempat yang terletak di permukaan bumi. Mengetahui dimana sebuah obyek terletak di permukaan bumi, dan sebuah informasi yang mengikutinya, keterangan (atribut) yang ada di permukaan bumi yang menempel pada posisi geografisnya.

Dengan begitu, pengertian sistem informasi geografis dengan merujuk pada pengertian sistem informasi, maka sistem informasi geografi merupakan suatu kesatuan formal yang terdiri dari sumber daya fisik dan logika yang berkenaan dengan obyek-obyek yang terdapat di permukaan bumi.

Banyak pengertian tentang sistem informasi geoagrafis, selain merupakan kajian ilmu yang relatif baru dibandingkan dengan kajian ilmu yang lain. Berikut beberapa definisi sistem informasi geografis, seperti yang dijelaskan oleh Prahasta [2002:54]:

a. Sistem informasi geografi adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukan (capturing), menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan datadata yang berhubungan dengan posisiposisi di permukaan bumi (Rice20).

b. Sistem informasi geografi adalah kombinasi perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang memungkinkan untuk mengelola

(manage), menganalisa, memetakan, informasi spasial berikut

atributatributnya (data deskriptif) dengan akurasi kartografi (basic20). c. Sistem informasi geografi adalah sistem yang berbasiskan komputer yang

digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografi. Sistem informasi geografi dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis obyek-obyek dan fenomena dimana lokasi geografi merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan demikian, sistem informasi geografi merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan berikut dalam menangani data yang

bereferensi geografi: (a) Masukan, (b) Manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data), (c) Analisis dan manipulasi data, (d) Keluaran. (Aronoft89).

2.4 Bahasa Pemrogr aman

Bahasa pemrograman, atau sering diistilahkan juga dengan bahasa komputer, adalah teknik komando/instruksi standar untuk memerintah komputer. Bahasa pemrograman ini merupakan suatu himpunan dari aturan sintaks dan semantik yang dipakai untuk mendefinisikan program komputer. Bahasa ini memungkinkan seorang programmer dapat menentukan secara persis data mana yang akan diolah oleh komputer, bagaimana data ini akan disimpan/diteruskan, dan jenis langkah apa secara persis yang akan diambil dalam berbagai situasi. Menurut tingkat kedekatannya dengan mesin komputer, bahasa pemrograman terdiri dari:

1. Bahasa Mesin, yaitu memberikan perintah kepada komputer dengan memakai kode bahasa biner, contohnya 01100101100110

2. Bahasa Tingkat Rendah, atau dikenal dengan istilah bahasa rakitan (bah.Inggris Assembly), yaitu memberikan perintah kepada komputer dengan memakai kode-kode singkat (kode mnemonic), contohnya MOV, SUB, CMP, JMP, JGE, JL, LOOP, dsb.

3. Bahasa Tingkat Menengah, yaitu bahasa komputer yang memakai campuran instruksi dalam kata-kata bahasa manusia (lihat contoh Bahasa Tingkat Tinggi di bawah) dan instruksi yang bersifat simbolik, contohnya {, }, ?, <<, >>, &&, ||, dsb.

4. Bahasa Tingkat Tinggi, yaitu bahasa komputer yang memakai instruksi berasal dari unsur kata-kata bahasa manusia, contohnya begin, end, if, for, while, and, or, dsb.

Sebagian besar bahasa pemrograman digolongkan sebagai Bahasa Tingkat Tinggi, hanya bahasa C yang digolongkan sebagai Bahasa Tingkat Menengah dan Assembly yang merupakan Bahasa Tingkat Rendah.

2.4.1 Bahasa Pemr ograman PHP

PHP adalah bahasa server-side scripting yang menyatu dengan HTML untuk membuat halaman web yang dinamis. Maksud dari server-side scripting adalah sintaks dan perintah-perintah yang diberikan akan sepenuhnya dijalankan di server tetapi disertakan pada dokumen HTML. Pembuatan web ini merupakan kombinasi antara PHP sendiri sebagai bahasa pemrograman dan HTML sebagai pembangun halaman web. Ketika seorang pengguna internet akan membuka suatu situs yang menggunakan fasilitas server-side scripting PHP, maka terlebih dahulu server yang bersangkutan akan memproses semua perintah PHP di server lalu mengirimkan hasilnya dalam format HTML ke web browser pengguna internet tadi. Dengan demikian seorang pengguna internet tidak dapat melihat kode ‘ program yang ditulis dalam PHP sehingga keamanan dari halaman web menjadi lebih terjamin.

Tetapi tidak seperti ASP yang juga cukup dikenal sebagai server-side

Dokumen terkait