• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Media Televisi

Televisi sebagai bagian dari media komunikasi massa elektronik, mempunyai daya tarik yang kuat dibandingkan dengan media massa lainnya. Media televisi memiliki fungsi yang tidak jauh berbeda dengan media massa lainnya. Menurut Jefkin (1982:145) “fungsi-fungsi tersebut adalah fungsi penerangan, hiburan, dan pendidikan”. Lebih jauh Jefkins juga menyatakan, televisi selain memiliki fungsi yang hampir sama dengan media massa lain, televisi juga mempunyai sifat yang hampir sama pula dengan media massa mempunyai sifat yang hampir sama dengan sifat media massa. Beberapa sifat televisi, yaitu:

a. Televisi dapat mencapai khalayak yang besar sekali dan mereka itu tetap dapat mengambil manfaat sekalipun tidak bisa membaca.

b. Televisi dapat dipakai untuk mengajarkan banyak subyek dengan baik. Akan tetapi, pengajaran itu akan lebih baik efektif apabila diikuti dengan diskusi dan aktifitasnyang lain.

c. Televisi sama seperti radio, dapat bersifat otoritatif dan bersahabat

d. Dengan kelebihan yang dimiliki media itu, maka media ini memiliki pengaruh yang sangat besar bagi audience. (Jefkins, 182:151)

Televisi sebagai media audio visual mempunyai ciri. Adapun ciri-ciri yang lengkap, yaitu:

a. Bersifat satu arah (One Way Traffic of Communication), sebagai media massa, televisi bersifat satu arah artinya melakukan komunikasi hanya berdasarkan pihak komunikator tanpa komunikan dapat melakukan reaksi secara langsung terhadap pesan yang disampaikan.

b. Bekerja atas prinsip pengaturan ruang dan waktu

Dalam kegiatannya, televisi bekerja atas prinsip ruang dan waktu artinya dalam kegiatannya televisi bekerja berdasarkan gelombang sehingga pesan yang disampaikan dapat sampai.

c. Tidak terbatas jangkauannya

Seperti sifat media massa, televisi mempunyai keunggulan yaitu jangkauannya tidak terbatas. Hal ini disebabkan siaran televisi disiarkan dengan menggunakan pancaran gelombang yang dapat menjangkau dan sampai kepada khalayak yang jauh.

d. Sekali siaran bersifat massal

Media massa seperti televisi sekali menyampaikan informasi bukan untuk satu orang akan tetapi dilihat oleh banyak orang. Oleh karena itu media televisi mempunyai sifat massal. (Liliweri, 1991).

Media televisi menyediakan informasi dan kebutuhan manusia keseluruhan, seperti berita cuaca,informasi financial dan sebagainya. Pemirsa akan selalu terdorong untuk mencari sesuatu yang tidak diketahui melalui media

22

massa televisi. Pada akhirnya, televisi pun menjadikan pemirsa ‘hamba-hamba kecil’ yang pola pikirnya siap diprogram oleh materi isi media tersebut (Kuswandi,1996:30).

televisi pun menjadikan pemirsa ‘hamba-hamba kecil’ yang pola pikirnya siap diprogram oleh materi isi media tersebut (Kuswandi,1996:30).Kelebihan televisi yaitu bersifat audio visual, artinya dapat dilihat dan didengarkan (Effendy,1993:24). Sedangkan siaran televisi adalah siaran-siaran dalam bentuk suara dan gambar yang dapat ditangkap oleh umum baik dengan system pemancaran dalam elektromagnetik maupun kabel-kabel (Kuswandi,1996:13).

Televisi adalah panduan radio (broadcast) dan film (moving picture). Televisi terdiri dari istilah “tele” yang berarti jauh dan “visi” (vision) yang berarti penglihatan. Segi “jauh”-nya dihasilkan oleh prinsip radio dan segi “penglihatan”-nya oleh gambar (Effendi,2000:174). Televisi dapat me“penglihatan”-nyajikan berbagai program, bukan hanya film seperti yang dipertunjukan di bioskop, tetapi juga berita,music, ceramah, agama, pendidikan, dan sebagainya.

Menurut Wahyudi (1986:216), secara umum siaran televisi dapat dibagi menjadi 3 golongan besar, yaitu :

a. Siaran Berita

Siaran berita bertitik tolak dari pengertian. Bila kita berbicara tentang berita, berarti semua harus mengandung unsure-unsur factual, penting dan menarik.

Siaran non berita yang biasanya siaran-siaran yang tidak memiliki nilai politik dan strategi. Disinilah yang diutamakan adalah keindahan dan sasaranya adalah kepuasan penonton. Boleh tidak factual,artiny boleh sesuatu yang tidak masuk akal. Yang masuk dalam katagori siaran ini adalah sandiwara, music,penerangan umum, acara-acara yang tidak mempunyai nilai politis dan strategis.

c. Siaran Iklan

Siaran iklan adalah siaran yang khusus ditujukan untuk promosi suatu produk, kegiatan masyarakat yang bertujuan untuk memperkenalkan kepada khalayak guna kepentingan komersial.

Ketiga jenis siaran itu memiliki latar belakang yang berbeda, demikian pula titik tolaknya, meskipun memiliki tujuan yang sama yaitu menjalankan fungsi utama media massa.

2.1.2 Televisi sebagai media massa

Efek yang ditimbulkan televisi begitu mendalam, sebuah televisi mampu menimbulkan kontak batin dengan pemirsa sehingga seolah-olah orang ikut terhanyut dalam acara yang sedang berlangsung. Dengan sifat audio visual, televisi dapat menimbulkan suasana akrab dan enak yang dapat dinikmati dalam suasana yang paling santai sekalipun.

Sebagai salah satu media komunikasi massa, televisi adalah media yang sangat efektif yang digunakan untuk menarik perhatian pemirsa televisi. Berbagai suguhan acara dapat membius berbagai usia mulai dari anak anak hingga orang

24

dewasa. Tanpa sebuah batasan, tayangan program acara televisi itu dapat menarik minat, mempengaruhi, menyampaikan pesan kepada masyarakat dan sebagainya . seperti yang dikatakan Effendy tentang televisi :

Televisi sebagai fungsi mempengaruhi dan bisa diandalkankan sebab televisi mempunyai daya tarik yang kuat karena memiiki unsur kata-kata , musik, juga memiliki unsur visual berupa gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan mendalam pada penonton (Onong Uchjana E ; 1991 ; 170)

Sesuai dengan pemasalahan suguhan program acara televisi yang dibahas, maka batasan yang akan dibahas dalam hal ini di khususkan pada komunikasi menggunakan komunikasi massa adalah komunikasi melalui media masa yaitu surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film.

Menurut Elizabeth-Noelle Neuman yang dikutip oleh Rakhmat, ada empat ciri pokok dari komunikasi massa, antara lain :

1. Bersifat tak langsung, artinya harus melewati media teknis.

2. Bersifat satu arah, artinya ada interaksi antara komunikan (peserta-peserta komunikasi)

3. Mempunyai publik yabg secara geografis tersebar.

4. Bersifat terbuka, artinya ditujuakan pada publik yang tidak terbatas dan anonim.

hiburan. Televisi berasala dari kata tele dan vision, Tele berarti jauh dan vision berasal dari kata videre (bahasa Yunani) yang berarti melihat. Jadi televisi adalah alat yang diguakan untuk melihat peristiwa yang kejadiannya berada pada tempat yang relatif jauh (Onong Uchjana E ; 1991 ; 170).

Televisi memandang suatu peristiwa dari jaak jauh dalam waktu bersamaan. Dan itulah yang menjadi ciri-ciri khusus dari televisi, pemirsa televisi dapat melihat dan sekaligus mendengar suatu kejadian atau informasi yang terjadi di suatu tempat secara bersamaan, yaitu bersamaan waktu dengan saaat berlangsungnya peristiwa itu.

Menurut Steven M. Chsffe, efek yang dikutip oleh Rakhmat; efek yang disebabkan oleh media massa dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa, yaitu penerimaan informasi, perubahan sikap dan perubahan perilaku atau dengan istilah lain adalah perubahan kognitif, efektif, dan behaviorial.

Seperti uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa televisi sebagai salah satu meia massa juga mempunyai efek atau pengaruh pada pemirsa khususnya pada anak-anak hingga orang dewasa. Efek menurut Wiryanto adalah perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri audience sebagai akibat terpaan pesa-pesan media (wiryanto ; 200 ; 9).

2.1.3 Acara Hiburan Di Televisi

26

a) Variety Show

Suatu acara dimana didalamnya terdapat berbagai macam permainan, kuis, music, kuis interaktif.

b) Kuis

Acara yang menyajikan suatu permainan yang dilakukan secara berkelompok atau secara individu.

c) Musik

Acara music merupakan acara yang paling diminati oleh masyarakat, apapun alirannya dangdut,pop,rock,jazz dan lain sebagainya selalu mendapat tempat utama dihati masyarakat sebagai kebutuhan akan hiburan.

d) Sandiwara Komedi

Acara yang menyajikan suatu cerita yang memiliki unsure komedi atau humor yang tinggi

e) Film

Film terdiri dari beberapa macam, contohnya adlah film kartun,film drama,film action.

f) Sinetron

Acara yang menyajikan suatu cerita yang bersambung dan biasanya disajikan dengan kehidupan masyarakat yang ada pada saat ini atau kehidupan terdahulu.

Acara yang menyajikan berbagai kegiatan manusia yang berhubungan dengan kebugaran dan kesehatan.

2.1.4 Citr a wanita dalam Acara Hiburan Di Televisi

Citra perempuan dalam media hiburan saat ini terutama dangdut masih belum lepas dari lima citra antara lain:

1. Citra Pigura (memikat secara Biologis) bagaimana sensualitas penyanyi dangdut perempuan dimunculkan sedemikian rupa dengan gaya berpakaian seminim dan seseksi mungkin agar menarik perhatian. Sebagai sesuatu yang dianggap pinggiran dan sebelah mata kadang melakukan hal yang berbeda dengan norma yang ada dan citra Pigura ini pada ahirnya yang dipilih dalam setiap pertunjukan dangdut.

2. Citra Pilar (nyonya /pengelola rumah tangga) seperti lirik lagu Rhoma Irama yang berjudul Emansipasi Wanita “Wanita ditakdirkan yang melahirkan, bukankah ini bukti kelemahan, Wanita adalah ibu manusia. Janganlah bersikap seperti ayah, Lelaki adalah pemimpin wanita, dalam tata kehidupan dunia, Begitulah ketetapan Sang pencipta, Lalu kenapa kau coba merubah, Kalau aturan Tuhan sudah diubah-ubah, Pasti kau akan dapatkan kepincangan, karena kaum wanita banyak yang memenuhi kantoran ahirnya laki-laki jadi pengangguran.” Lirik-lirik bernada seperti ini banyak ditemukan di lagu dangdut.

28

3. Citra Peraduan (seks dan seksualitas) terlihat dalam lirik lagu Keong Racun “Dasar Kau keong racun baru kenal sudah ngajak tidur, ngomong gak sopan santun kau anggap aku ayam kampung.

4. Citra Pinggan (urusan dapur) seperti lirik “Cari istri jangan bingung bingung cari saja seperti saya bisa masak dan cuci pakaian soal dandan gak ketinggalan”. Citra Pergaulan (diruang publik sebagai pendamping/darma wanita) lirik lagu Rhoma Irama “Majulah wanita giatlah bekerja, namun jangan lupa tugasmu utama, Apa pun dirimu, Namun kau ibu rumah tangga”.

5. Citra ini diamini kalangan Feminis yang melihat dangdut dalam hal ini perempuan penyanyi dangdut pinggiran sebagai perempuan yang dibelenggu oleh kultur patriarki dan bukan sebagai subjek yang memandang dan menyiasati kekuatan-kekuatan dominan dan hagemonik. Pengalaman perempuan seperti pelangi. Perempuan kulit berwarna memiliki pengalaman penindasan yang berbeda dengan perempuan kulit putih. Perempuan etnis minoritas berbeda dengan mayoritas. Subaltern dengan dominan. Apalagi kalau kita sadar bahwa selain faktor kultural, faktor ekonomi dan agama pun turut memberi corak yang berbeda bagi pengalaman perempuan. Jadi saat melihat perempuan penyanyi dangdut pinggiran banyak hal yang harus kita pahami tidak sekedar justifikasi atas aksi yang mereka lakukan

(http://hiburan.kompasiana.com/musik/2011/10/18/dangdut-menjadi-2.2 Per kembangan Studi Khalayak

Penelitian mengenai kemungkinan adanya pengaruh media massa dirilis oleh the Frankfurt School yang berdiri sejak tahun 1923 Teori Jarum Hipoder,ik yang lahir sebagai respon dari sebagai respon dari propaganda jerman dan bedasarkan pada pemikiran Marxis, memandang masyrakat sebagai perkumpulan dari sebagian besar dari individu individu yag terisolasi yang rentan terhadap berbagai isi media yang disuntikan ke dalam mainset (benak dan pikiran) khalayak. Seluruh efek media yang diterima masyarakat dimulai dari sikap opini, dan kepercayaan yang dibawa oleh media sangat mudah diterima begitu saja tanpa ada tanpa suatu pernyataan.pemirsa televisi diasumsikan sebagai pihak yang pasif dalam menerima dan menmaknai suatu materi yang suntikan oleh media, namun pada perkembangan di era modern terlahir sejumlah pertanyaan seperti yang diungkap Abercrombie (1996).

Audience are not blank sheets of paper on which media masseage can be written; member of audience will have prior attitudes and benefit which will determine how efective media meesage are

(Hanes, 2002, www.aber.ac.uk/media/students/pph9701.html).

Dapat dikatakan bahwa isi media membawa pengaruh kepada pemirsa televisi yang signifikan terhadap sikap, opini dan kepercayaan dengan mengesampingkan faktor lain. Hal inilah yang membuat teori jarum hipodermik mendapat berbagai kritik bahwa respon masyarakat pada media di tentukan oleh begitu banyak faktor.

30

Kemudian mencul Teori Uses and Gratificaion yang lebih menekankan pada langkah efektif masyarakat menggunakan media. Masyarakat dianggap pihak yang paling aktif dalam mencari dan menggunakan media nntuk memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat. Blumer dan Katz membagi kebutuha khalayak dalam kaitannya dengan menonton televisi :

Thase included - diversions ( a from escapeing from the pressure of ever day). Personal relationship (where the viewer gains compainionship, either with the television character or through conversations with other about televisions), Personal Identity (where the viewer is able to compare their life with the lives of chaacter and situations on televisions, to explore re-affrim or quetions their personal upon for a supply of information about what is happening in the world)

Termasuk hiburan (dari Escapeing dari tekanan day ever). Hubungan personal (di mana penampil keuntungan compainionship, baik dengan karakter televisi atau melalui percakapan dengan lain tentang televisi), Personal Identity (dimana penonton dapat membandingkan kehidupan mereka dengan kehidupan chaacter dan situasi di televisi, untuk mengeksplorasi kembali affrim atau quetions pribadi mereka atas untuk penyediaan informasi tentang apa yang terjadi di dunia)

(Hanes, 2002:www.aber.ac.uk/media/Student/pph9701.html)

Ketika masyarakat mengkonsumsi media. Masyarakat dapat dikatakan sebagai pihak yang ingin mememnuhi seluruh kebutuhan informasi, hiburan,

dianggap mampu untuk memenuhi semua rasa ingin tahunya yang terdapat dalam media. Sehingga media dianggap mampu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Kedua model tersebut mengesampaikan latar belakang masyarakat indonesia yang masih memiliki budaya yang bertolak belakang dengan budaya barat, serta bagaimana masyarakat mengartikan isi materi media dan efek yang ditimbulkan dari media. Model Jarum Hipodermik dan Uses and Gratifications jelas tidak bisa menjelaskan makna terkandung dari media dan terlanjur menjadi menjadi acuan masyarakat untuk memenuhi akan kebutuhan informasi ketika diterpa berbagai materi pesan media. Serta, menonton tidak dapat dikatakan sebagai budaya yang terdapat dalam masyarakat.

2.2.1 Pengaruh Budaya Dalam Media Televisi

Dalam antroplologi, Kebudayaan bukan dipandang bukan dipandang sebagai suatu realitas kebendaan, tetapi persepsi pemahaman atau konsep untuk melihat, menangkap dan mencerna realitas (Ariel Heryanto,2000). budaya ialah pola perilaku dan pemikiran masyarakat yang hidup dalam kelompok sosial, belajar, mencipta dan berbagi (Microsoft Encarta Reference Liberty, 2005). Kebudayaan terlahir apabila terdapat kesadaran, konsep dan bahasa manusia modern untuk melihat sebuah kebudayaan. Melalui kesadaran, konsep dan bahasa manusia memberikan makna makna dari apa yang dilihat dari manusia untuk dicerna dan diturunkan secara turun temurun oleh keturunannya dan merupakan perlengkapan mutlak bagi setiap orang untuk melihat dan mempelajari kenyataan yang ada disekitarnya.

32

Kajian budaya memfokuskan diri pad hubungan antar relasi sosial dengan makna makna lingkungan yang terbentk dalam suatu masyarakat. Kajian budaya berusaha mencari penjelasan dari perbedaan kebudayaan dan praktek tidak dengan cara merujuk nilai intrinstik dan abadi, tetapi dengan merujuk peta relasi sosial kajian budaya tidak mempunyai definisi yang jelas, dan ia kajian budaya tumbuh subur dengan batas batas pertemuan diantara bata batas dan pertemuan bermacam macam wacana yang sudah dilembagakan, terutama dalam sastra, sosiologi dan sejarah (antariksa,www.kunci.or.id/esai/nws/01/kajian_budaya.htm)

Bennet (1998) memberikan beberapa definisi dai elemen kajian budaya. Antara lain:

1. Kajian budaya tertarik, pada segala macam praktik, lembaga dan sistim klasifikasi yang memungkinkan ditanamkannya nilai nilai, keyakinan, kompetensi, rutinitas hidup,dan bentukperilaku khas yang menjadi kebiasaan pada suatu populasi.

2. Wilayah institusional utama kajian budaya adalah lembaga penddikan tinggi dan dalam kajian ini budaya mempunyai persamaan dengan bidang disiplin akademi lain. Meski demikian, kajian budaya dengan cepat menjalin koneksi diluar wilayah akademik dengan gerakan sosial politik, para pekerja di lembaga kebudayaan, serta menejemen kebudayaan

3. Kajian budaya adalah bidang indisipliner yang secara selektif mengambil berbagai perspektif dari displin lain untuk meneliti

4. Kajian budaya mengeksplorasi berbagai macam bentuk kekuasaan termasuk gender, ras, kelas, klonialisme. Kajian budaya mempunyai misi mempelajari bentuk bentuk kekuasaan dangan cara mengembangkan dan memahami budaya dan kekuasaan yang digunakan untuk melakukan perubahan.

Kajian budaya di era modernisasi semakin berpengaruh dalam studi media masaa, pendekatan ini diwarnai oleh tinjauan yang lebih positif untuk memahami makna dan peran yang dibawakan oleh budaya kedalam kehidupan kelompok tertentu kedalam masyarakat. Pendekatan ini berusaha mendalami pesan media melalui pemahaman dari berbagai pengalaman dari kelompok kecil masyarakat secara cermat dan terarah dengan tujuan agar masyarakat dapat mengerti terhadap makna pesan dan reaksi reaksi yang timbul dari media televisi.(McQuail, 1994:C7).

Dalam hal memaknai isi pesan media, khalayak menggunakan katagori mereka sendiri untuk memaknai pesan dan menginterpretasikan pesan media melalui cara cara yang terkadang tidak pernah dapat di prediksi oleh media (litle john, 1999:236). Dalam era modern masyarakt memiliki latar belakang budaya yang melekat dan dipengaruhi bagaimana masyarakat memandang dan memaknai realitas yang terjadi disekitarnya.

Agama juga tidak lepas dari bagian dari budaya, karena agama merupakan salah satu komponen untuk membentuk budaya, dari data yang diperoleh peneliti. Pemerintah hanya mengakui enam agama yang terdapat di indonesia dari tahun 1998 yakni islam 88% adalah perkiraan dari penduduk indonesia yang beragama

34

islam, 5% Protestan, 3% Katolik, 2% Hindu, 1 %, Budha dan 1% pemelukkepercayaan lain yang sangat berpengaruh terhadap politik, ekonomi, dan budaya.

Sementara budaya yang dimiliki di era modern yang dimiliki masing masing individu jelas berbeda antara satu dengan yang lain. Seseuai dengan latar belakang budaya yang dimiliki oleh masing masing individu, dalam memaknai sebuah pesan media terdapat sejumlah keanekaragaman dalam memaknai sebuah terpaan media dan menerapkannya kedalam lingkungan sekitarnyasesuai dengan sistem nilai dari budaya yang dianutnya. Sehingga penelitian ini termasuk dalam ranah kajian budaya, peneliti mencoba mengeksplor bagaimana khalayak dalam hal ini perempuan dari berbagai latarbelakang yang berbeda dalam memahami dan isi pesan media.

2.3 Pemirsa sebagai khalayak aktif

Menurut Hiebert, audience komunikasi massa memiliki 5 karakteristik antara lain:

1. Audience cenderung besar.

Cenderung besar berarti audience tersebar ke berbagai wilayah jangkauan yang tersebar di berbgai pejuru dunia ke berbagai wilayah sasaran komunikasi massa. Sebab, ada media tertentu yang khalayaknya mencapai ribuan hingga jutaan, sehingga audience tidak dapat dikatakan menjadi ukuran yang pasti untuk besarnya audience.

Audience berasal dari berbagai lapisan dan katagori sosial, semua media pasti mempunyai konsumen namun tetap memiliki heterogonitas di dalam sasarannya. Sebuah program acara yang dikhususkan untuk pecinta hobi memancing memang secara penghobi, tetapi status sosial ekonomi, agama, umur, tetap berbeda satu dengan yang lain.

3. Audience cenderung anonim.

Yakni antara audience tidak saling mengenal, sebab di berbagai belahan dunia terdapat audience suku agama dan ras yang berbagai macam. Namun bukan dikatakan bukan mengenal audience dalam satu keluarga.

4. Audience berisikan berbagai individu.

Audience televisi terdapat berbagai individu untuk bertukar pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial disekitar lingkungan untuk menentukan produk berdasarkan seleksi pengalaman.

5. Audience secara fisik dipisahkan dari komunikatornya.

Anda bertempat tinggal di kutub selatan, dengan kecanggihan teknologi di era modernisasi bukan menjadi permasalahan yang sulit untuk melihat program kesayangan yang terdapat di stasiun televisi yang tersiar di Indonesia, meskipun terpisahkan oleh berjuta kilometer jauhnya.

(nuruddin,2004:96-98)

Raymond A. Bauer mengkritik realita khalayak audience sebagai robot yang pasif dan juga kepala batu (obsrinate audience). Sebab, masyarakat pada umumnya mengikuti isi pesan yang dibawa oleh media apabila pesan tersebut membawa keuntungan bagi audience. Sehingga komunikasi tidak lagibersifat

36

linier (dengan peranan komunikator yang dominan) namun telah berubah menjadi sebuah transaksi, “Each give in order to get” kata Bauer (dalam Scramm dan Roberts, 1997:345)

Masyarakat menggunakan media massa disebabkan oleh beberapa hal tertentu. selain untuk mendapatkan informasi, media massa menjadi pilihan terakhir untuk menjadi sahabat sekaligus memberikan hiburan hingga pendidikan yang tidak diperoleh dari lingkungan sekitar audience.

2.4 Teori Motif Kebutuhan Manusia

Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakan mahluk hidup dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) berusaha. Abraham Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki berbagai tingkat kebutuhan, mulai dari keamanan hingga aktualisasi diri.

Menurut winkle dan Azwar (dalam DR. Nyanyu Khodijah,2006), motif merupakan suatu keadaan, kebutuhan, dorongan atau kekuatan yang berasal dari dalam diri seseorang baik yang disadari maupun tidak disadari untuk mencapai tujuan tertentu.

Motif terdiri atas dua dimensi, yaitu : 1) Kekuatan (Intensitas)

Suatu motif dikatakan kuat apabila motif itu dapat mengalahkan kekuatan motif yang lain. Kekuatan motif juga dapat dilihat dari tingginya intensits suatu motif daripada motif lainnya.

Manusia tergolong mahluk yang dihadapkan pada banyak keadaan, kebutuhan, dorongan, atau kekuatan dari dalam dirinya. Hal itu mempengaruhi jenis motif yang timbul. Beberapa ahli memiliki kesimpulan tentang jenis motif yang saling melengkapi, antara lain :

a. Hierarki kebutuhan (need hierarchy)

Abraham Maslow mencetuskan teori motif kebutuhan alamiah manusia. Maslow berpendapat bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidk berubah dan berasal dari sumber genetis atau naluriah. Kebutuhan tersebut menjadi inti manusia, baik kebuutuhan fisiologis maupun psikologis.

Maslow membagi dorongan atau kebutuhan-kebutuhan universal yang dibawa individu sejak lahir dalam lima tingkatan dari yang terendah hingga yang tertinggi dalam hierarki (need hierarchy). Susunan dari tingkatan paling rendah sampai paling tinggi, yakni (Effendy, 2003:290).

1. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (psysiological needs)

Kebutuhan yang paling dasar, kuat, dan jelas adalah kebutuhan untuk

Dokumen terkait