• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PEBERIMAAN ANGGOTA PAMMI JATIM TERHADAP PROGRAM ACARA STASIUN DANGDUT DI JTV.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINGKAT PEBERIMAAN ANGGOTA PAMMI JATIM TERHADAP PROGRAM ACARA STASIUN DANGDUT DI JTV."

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PEBERIMAAN ANGGOTA PAMMI J ATIM TERHADAP PROGRAM ACARA STASIUN DANGDUT DI J TV

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Per syar atan Memperoleh Gelar Sar jana pada Progr am Studi Ilmu Komunika si FISIP UPN “Veter an” J awa Timur

Oleh :

Slamet Benny Rahar jo 0843010092

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Disusun oleh,

Slamet Benny Raharjo NPM. 0843010092

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 19 Oktober 2012

sPembimbing Tim Penguji : 1. Ketua

Dra. Dyva Claretta,M.Si Dra. Dyva Claretta, M.Si NPT. 3 6601 94 00251 NPT. 3 6601 94 0025 1

2. Sekr etaris

Dra. Diana Amalia, M.Si. NIP. 1 96309 071 991 03 001 3. Anggota

Yuli Candr asari,S.Sos,M.Si NPT. 3 7107 94 0027 1

Mengetahui, DEKAN

(3)

TINGKAT PEBERIMAAN ANGGOTA PAMMI J ATIM

TERHADAP PROGRAM ACARA STASIUN DANGDUT

DI J TV

(Studi Deskriptif Kualitatif Motif Penggunaan TV Ber langganan Indovision Di Sur abaya)

Disusun Oleh :

Slamet Benny Raharjo. 0843010092

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian / Seminar Skr ipsi.

Menyetujui, PEMBIMBING

Dra. Dyva Claretta,M.Si NPT. 3 6601 94 0025 1

Mengetahui, DEKAN

(4)

karunia, rahmat serta bimbinganNya sehingga Proposal skripsi yang berjudul “TINGKAT PEBERIMAAN ANGGOTA PAMMI J ATIM TERHADAP PROGRAM ACARA STASIUN DANGDUT DI J TV ” dapat penulis susun dan diselesaikan sebagai wujud pertanggung jawaban atas terlaksananya Skripsi.

Skrpsi ini merupakan salah satu program wajib yang harus diselesaikan setiap mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, khususnya pada Program Studi Ilmu Komunikasi. Hal tersebut merupakan prasyarat yang harus ditempuh sebelum penulis melaksanakan penelitian dan penyusunan proposal skripsi.

Dari mulai melaksanakan hingga tersusunnya proposal skripsi.ini tidak dapat terpungkiri, bahwa penulis telah mendapatkan banyak bantuan, petunjuk, serta bimbingan yang sangat besar artinya. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada pihak-pihak berikut ini :

1. Dra. Dyva Claretta,M.Si selaku Dosen Pembimbing skripsi. Terima kasih atas segala kontribusi dan bimbingan terkait penyusunan proposal skripsi ini.

2. Dra.Ec.Hj.Suparwati,M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UPN “Veteeran” Jatim.

(5)

4. Drs.Syaifuddin Zuhri, M.Si, sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik (FISIP) UPN “Veteran” Jatim.

5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Staf Karyawan FISIP hingga UPN “Veteran” Jatim pada umumnya.

6. Orang tua penulis yang senantiasa memberikan doanya dan biaya untuk kelancaran dalam proses pengerjaan proposasl skripsi ini.

7. Keluarga besar PAMMI Jatim atas kontribusinya dalam penyusunan proposal skripsi penulis

8. Keluarga besar Soerati Fatimah, Darmo Suwito (mbah kakung aku jadi Sarjana), Lahuri Achmad (calon mertua), H. Muhandis untuk doa serta motivasinya

9. Rekan-rekan SISA ANGKATAN 2008 ayo boss kalian bisa, Yanuar Putut beserta rekan alumni terima kasih atas supportnya.

10.Buat corolla retro 1978, vespa super 1976, Honda S 90 1972 terima kasih buat tumpangannya.

Akhir kata, penulis menyadari tiada gading yang tak retak, begitu pula dengan proposal skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kritik maupun saran selalu penulis harapkan demi tercapainya laporan yang baik dan benar. Besar harapan penulis, semoga laporan ini dapat member manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin.

(6)

Halaman

HALAMAN J UDUL ... i

HALAMAN PERSETUJ UAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... …. v

ABSTRAKSI ………. vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 18

1.3 Tujuan Penelitian ... 18

1.4 Kegunaan Penelitian ... 18

1.4.1 Secara Teoritis ... . 19

1.4.2 Secara Praktis ... 19

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 20

2.1 Landasan Teori ... 20

2.1.1 Media Televisi ... 20

2.1.2 Televisi sebagai media massa ... 23

(7)

2.1.4 Citra wanita dalam acara hiburan televisi ... 27

2.2 Perkembangan studi khalayak ... 29

2.2.1 Pengaruh budaya dalam media televisi ... 31

2.3 Pemirsa sebagai khalayak aktif ... 34

2.4 Teori motif kebutuhan manusia ... 36

2.5 Sensualitas ... 40

2.6 pedoman perilaku penyiaran dan standart program siaran . 41 2.6.2 Wawancara mendalam ... 44

2.7 Kerangka Berpikir ... 45

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

3.1 Metode Penelitian ... 46

3.2 Unit analisis Data ... 47

3.2.1 Penerimaan dalam penelitian ini akan menganalisa Penerimaan anggota PAMMI Jatim pada program acara Stasiun Dangdut di JTV.………... 47

3.3 Informan Penelitian ... 52

3.4 Unit analisis penelitian ... 53

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 53

3.6 Teknik Analisis Data ... 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 57

(8)

4.4 Penyajian Hasil Penelitian ... 72 4.4.1. Identitas Informan ... . 74 4.5 Pembahasan ... 76 4.5.1 Tingkat Penerimaan aggota Pammi Jatim terhadap Stasiun Dangdut di Jtv ... 76 BAB V Kesimpulan Dan Saran ... 95

(9)

ABSTRAKSI

BENNY, TINGKAT PENERIMAAN ANGGOTA PAMMI J ATIM TERHADAP PROGRAM ACARA STASIUN DANGDUT DI J TV (Studi Deskriptif Kualitatif tingkat penerimaan anggota Pammi Jatim terhadap program acara stasiun dangdut di Jtv)

Penelitian ini adalah untuk mengetahui TINGKAT PENERIMAAN ANGGOTA PAMMI JATIM TERHADAP PROGRAM ACARA STASIUN DANGDUT DI JTV.

Stasiun Dangdut adalah sebuah program acara music dangdut yang di siarkan melalui Jtv, pada awalepisode perdana Stasiun Dangdut para artis penyanyi kerap tampil dengan busana minim, goyangan sensual, lirik lagu, suara vokal dibawah standart, aksesori yang berlebihan serta make up yang secara keseluruhan seratus persen mirip dengan penyanyi dangdut hiburan kelab malam yang tampil pada siang hari, seiring dengan waktu Stasiun Dangdut menadapat somasi KPID Jatim hingga pada akhirnya Stasiun Dangdut tetap tampil sampai sekarang namun dengan format baru yang lebih sopan tanpa menampilkan penyanyi yang hanya mengandalkan goyangan serta kecantikan tubuh sebagai biduan dangdut.

Dalam Penelitian ini menggunakan metode penelitian motif deskriptif kualitatif , dengan menggunakan metode in depth interview (wawancara mendalam).

kelima informan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkst penerimaan Pammi Jatim terhadap program acara Stasiun Dangdut adalah sudah menerima format acara dengan perubahan yang dilakukan Stasiun Dangdut Jtv dari kostum, goyangan, lirik lagu, vokal, make up dan aksesori yang dikenakan oleh selruh para artis penyanyi yang tampil pada program acara stasiun dangdut Kata Kunci :

(10)

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebuah fenomena tentang dunia yang berubah telah lahir mengirngi tumbuhnya peradapan manusia. teknologi-teknologi baru muncul dengan adanya media televisi, kebebasan pers meledak, masyarakat tidak terkurung lagi dengan batasan ruang dan waktu, siapapun dapat berhubungan dengan orang lain dimanapun dan kapanpun yang diinginkan. Melalui televisi masyarakat berhak mendapatkan sebuah pengetahuan dan informasi terkini tanpa batasan ruang dan waktu. Lahirnya televisi swasta menambah warna dan ciri khas pada media televisi, beragam program acara dimulai reality show, musik, hingga sinetronpun semua terangkum dalam satu media televisi.

(11)

2

Sebagai stasiun televisi yang dikenal mahir dalam meracik program-program dangdut, mulai dari ajang pencarian bakat, reality show, charity (pundi amal), hingga full music show Nama JTV sudah tak asing lagi di telinga masyarakat Jawa Timur. Televisi lokal ini begitu merakyat di kalangan masyarakat Surabaya dan sekitarnya. JTV adalah singkatan dari Jawa Pos Media Televisi. Siaran JTV bisa menjangkau seluruh wilayah Jawa Timur, bisa juga diterima di seluruh Indonesia, Philipina, Malaysia, Brunei Darussalam, dan sebagian wilayah Australia. Stasiun televisi ini dimiliki oleh Grup Jawa Pos, yang juga memiliki sejumlah afiliasi surat kabar dan stasiun televisi di Indonesia seperti SBO TV (Surabaya TV), Malioboro TV (Yogyakarta), PJTV (Padjajaran TV) (Bandung), Semarang TV, Bogor TV, Jak TV (Jakarta) dan MKTV (Mahkamah Konstitusi Televisi) (Jakarta), PAL TV (Palembang), Padang TV (Padang), Jambi TV (Jambi), dan Jek TV (Jambi). Tak heran bila saat ini JTV mengklaim diri sebagai televisi swasta regional terbesar di tanah air.

(12)

Pojok Kampung, Berita Minggu, Warung VOA (Voice Of America), Pendopo Rakyat, J-Trax, GeRR, Sosok, Sore Hore, B CAK (Berita Kocak), Selebrita Selebriti, Stasiun Dangdut, Alternatif Jaga, Solusi Sehat, Lejel Home Shopping, JACO Home Shopping, DRTV, Senam Pokse, Super Wani, Kartolo, Cangkru’an, Ngetoprak, Oto-J dan Dangdut ZR. (http:///jtv dan stasiun dangdut/Sekilas Profil JTV, Stasiun TV Swasta Regional Pertama dan Terbesar di IndonesiaThe Jombang Taste.htm)

Bisa dilihat dalam tayangan musik yang digemari remaja saat pagi hari, seperti Dahsyat, Inbox dan lainnya. Hampir setiap hari, ada Ayu Ting ting yang sedang manggung, baik itu sebagai host maupun penyanyi. Sesuatu yang sangat baru dalam dunia permusikan, padahal dulu di era 80an hingga 2000an awal, dangdut merambah ke musik pop adalah hal yang sangat mustahil. Karena mereka berdiri sendiri-sendiri, dengan Roma Irama sebagai Pentolan Dangdut, dan Koes Plus, Chrisye serta Iwan Fals dan Dewa mewakili dari genre musik pop. Hingga mereka jarang tampil berbarengan. Sekarang ini begitu pun sama, saat melihat Ridho Irama, ketika syuting video klip di kota Paris, Perancis. Setahu saya, sangar jarang musisi Indonesia yang merasakan langsung syuting film atau video klip di luar negeri. Apalagi ini adalah musik dangdut, dan syutingnya di menara Eiffel pula. Suatu kebanggaan bagi kita, karena mendapatkan suasana baru dalam industri musik yang tidak lagi stagnan. Bahkan terus maju mengikuti perkembanganzaman.

(13)

(http://hiburan.kompasiana.com/musik/2011/10/29/fenomena-dangdut-musik-asli-4

Penulis menemukan salah satu program yang masih bertahan di awal 2012, yang berjudul “Stasiun Dangdut” yang disajikan dalam kemasan yang unik dan menarik. STASIUN DANGDUT adalah tayangan variety show musik dangdut masa kini yang dikemas secara atraktif dengan menampilkan Orkes Melayu dan penyanyi dangdut dari Jawa Timur. Kemampuan olah vocal dan goyangan para penyanyi membuat suasana tayangan siang hari menjadi lebih seru. Lebih-lebih, kemampuan 2 presenter yang membawakan acara ini dengan heboh membuat STASIUN DANGDUT banyak diminati pemirsa. Acara ini ditayangkan secara live dari studio JTV. Ada show lagu dangdut terkini, request lagu ataupun karaoke secara langsung oleh pemirsa. Tiap bulan, STASIUN DANGDUT melakukan kegiatan off air di Stasiun ataupun mall yang sesuai segmentasinya

Stasiun Dangdut adalah Program acara musik dangdut yang menarik dari JTV Surabaya. Ditayangkan secara live setiap hari Senin-Kamis dan Sabtu, pukul 12.00-13.00 WIB. Menampilkan orkes-orkes Melayu dan penyanyi dangdut yang terbaik. Disertai telepon interaktif dan request lagu dari pemirsa. Stasiun Dangdut berusaha memberikan yang terbaik bagi seluruh penggemar musik dangdut di Indonesia.

(14)

terdahulu bahwa acara “Stasiun Dangdut”banyak yang menonton dan banyak dari masyarakat tidak menyukai dikarenakan konsep acara, musik kurang bagus, kostum penyanyi dan goyangan artis penyanyi dangdut dianggap terlalu vulgar & erotis. Dan tanpa disadari, dari waktu ke waktu penampilan perempuan di layar kaca kerap kali bersinggungan dengan dengan nilai-nilai yang cenderung destruktif di masyarakat yaitu ideologi gender, terutama yang paling menonjol adalah terkait dengan eksploitasi wanita, sehingga tak jarang mengundang kritik dan hujatan. Dibalik dari kesuksesan acara Stasiun Dangdut di JTV, yang sebagian besar masyrakat kurang memahami dari eksploitasi yang terkandung di program acara tersebut. Program acara Stasiun Dangdut, tanpa disadari terdapat sejumlah eksploitasi wanita yang dijadikan lahan untuk meraih rating tertinggi dalam program acara Stasiun Dangdut. Eksploitasi wanita yang dimaksud berkaitan dengan tubuh, wajah, gerakan. Sangat mendominasi di layar kaca, hal itu dimungkinkan adanya anggapan bahwa penyanyi wanita mampu menarik perhatian pemirsa televisi dengan menonjolkan nilai sensualitas. Sehingga wanita hanya dianggap sebagai citra pigura pada acara Stasiun Dangdut. (http://hiburan.kompasiana.com/musik/2011/10/18/dangdut-menjadi-murahan-saat-bercerai-dengan-sastra/)

(15)

6

seni musik nusantara yang berasal dari musik etnis Melayu, yang di dalamnya mengandung unsur-unsur musik India dan Arab (Timur Tengah). Dalam perkembanganya musik dangdut kemudian memasukkan unsur-unsur musik Barat seperti Rock’roll, Reggae, Disco, Rap, Cha-cha, Pop. Kemudian berbaur dengan musik etnis nusantara lainnya, seperti: Jawa, Sunda, Batak dan Minangkabau. Yang membuat berbeda dangdut koplo dengan dangdut biasa adalah komposisi musiknya yang lebih ngoplo (membuat orang ketagihan) ditambah dengan goyangan penyanyinya yang heboh. Meskipun dangdut sekarang berbeda dengan dangdut lama dalam perspektif produksi, dangdut tetap mampu bertahan di tengah skena musik Indonesia. Eksistensi dangdut koplo seharusnya menjadi transisi musik dangdut menjadi modern namun pada kenyataannya musik ini malah tertinggal dari sisi musikalitasnya. (http://www.jakartabeat.net/musik/kanal-musik/ulasan/item/1389-dangdut-koplo-dan-hiruk-pikuk-masyarakatpantura.html)

(16)

(orkes melayu), yang tadinya dianggap musik pinggiran menjadi musik yang layak bersaing dengan jenis-jenis musik lainnya. Keseluruhan aspek pertunjukan orkes melayu dirombaknya, mulai dari penggunaan instrumen akustik yang digantinya dengan alat musik elektronik modern, pengeras suara TOA 100 Watt yang diganti dengan sound system stereo berkapasitas 100.000 Watt, pencahayaan dengan petromaks atau lampu pompa digantinya dengan lighting system dengan puluhan ribu Watt, begitu juga dengan koreografi serta penampilan yang lebih enerjik dan dinamis di atas panggung. Kesuksesannya bersama Soneta untuk merevolusi orkes melayu menjadi dangdut itulah yang menyebabkan seorang sosiolog Jepang, Mr. Tanaka, menyatakan Rhoma sebagai "Founder of Dangdut". Nama dangdut sendiri yang

tadinya merupakan cemoohan atas music orkes

(17)

8

Bahkan, begitu serasinya duet keduanya, membuat Rhoma mendapat gelar Raja Dangdut, sementara Elvy yang menjadi Ratu Dangdutnya. Sukses mengangkat derajat musik dangdut, Rhoma dan Soneta melanjutkan perjuangan memasuki bidang dakwah dan syiar Islam. Dengan konsep Sound of Moslem, lirik-lirik lagu Soneta senantiasa diisi pesan moral yang sarat nilai-nilai Islami. Rhoma percaya bahwa musik bukanlah sekedar sarana untuk hura-hura belaka, namun merupakan sebuah pertanggungjawaban kepada Tuhan dan manusia, dengan kekuatan untuk mengubah karakter seseorang, bahkan karakter sebuah bangsa. Rhoma melakukan dakwah Islam tidak hanya lewat musik, tapi juga lewat film-film layar lebar bernuansa musikal yang dibintanginya. Dengan jelas menggambarkan nafas perjuangan Rhoma. Semuadah membalikan telapak tangan Implikasi negatif dari lancarnya budaya Barat yang ditelan mentah-mentah kawula muda, terutama di kota-kota besar di Indonesia, menjadikan mereka gemar hura-hura, mabuk-mabukan, menggunakan narkotika, pergaulan bebas, dan lainnya.( http://www.republika.co.id/berita/senggang/musik/12/04/16/m2kji3-rhoma-irama-sang-penghulu-mempelai-dangdut-dan-dakwah)

(18)

nilai moralitas terkait dengan pemanfaatan tubuh perempuan. Tubuh perempuan adalah obyek pengamatan dan perbincangan yang tiada habis-habisnya. Tiada yang lebih kompleks daripada tubuh perempuan. Bagi perempuan sendiri, tubuhnya adalah daya tarik dan sekaligus sumber kekuasaan yang strategis. Perempuan sebagai obyek atau artis dangdut dicitrakan sebagai obyek seks pemilihan kota Surabaya sebagai sampling wilayah yang digunakan untuk mewakili dalam penelitian ini dikarenakan program Stasiun Dangdut ini dinikmati dan didominasi masyarakat perkotaan. Hal ini sebenarnya sangat disayangkan karena dangdut koplo mempunyai potensi yang besar dalam menjaga kelangsungan musik dangdut di Indonesia, yang sudah dibuktikan dengan makin booming-nya lagu-lagu lama yang telah diaransemen sedemikian rupa. Memang dangdut koplo tanpa goyangan seperti sayur tanpa garam, namun, bukan berarti dangdut koplo merupakan tontonan yang amoral belaka.

(19)

10

niat jahat AR timbul. Sebelum tiba di rumah korban, pelaku tak kuasa menahan nafsu bejatnya. Di daerah Arosbaya, tepatnya di pematang sawah, pelaku memaksa korban untuk melayaninya. Setelah memuaskan hasrat, pelaku membawa kabur ponsel milik korban dan meninggalkannya sendirian di tengah sawah. Keesokan harinya, Rabu (25/4/2012), korban bersama keluarganya melaporkan kejadian itu kepada Polsek Arosbaya. Polisi mengejar pelaku dan berhasil menciduknya di rumahnya. Pelaku kemudian dibawa ke Mapolsek Arosbaya (BANGKALAN, KOMPAS.com)

(20)

berita, hiburan, ilmu pengetahuan, dll. Dasar dari fungsi pelayanan informasi yang sehat adalah seperti yang tertuang dalam Undang-undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 yaitu Diversity of Content (prinsip keberagaman isi) dan Diversity of Ownership (prinsip keberagaman kepemilikan).

Kedua prinsip tersebut menjadi landasan bagi setiap kebijakan yang dirumuskan oleh KPI. Pelayanan informasi yang sehat berdasarkan Diversity of Content (prinsip keberagaman isi) adalah tersedianya informasi yang beragam bagi publik baik berdasarkan jenis program maupun isi program. Sedangkan Diversity of Ownership (prinsip keberagaman kepemilikan) adalah jaminan bahwa kepemilikan media massa yang ada di Indonesia tidak terpusat dan dimonopoli oleh segelintir orang atau lembaga saja. Prinsip Diversity of Ownership juga menjamin iklim persaingan yang sehat antara pengelola media massa dalam dunia penyiaran di Indonesia. Apabila ditelaah secara mendalam, Undang-undang no. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran lahir dengan dua semangat utama, pertama pengelolaan sistem penyiaran harus bebas dari berbagai kepentingan karena penyiaran merupakan ranah publik dan digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan publik. Kedua adalah semangat untuk menguatkan entitas lokal dalam semangat otonomi daerah dengan pemberlakuan sistem siaran berjaringan.

(21)

12

ekslusif pemerintah kepada sebuah badan pengatur independen (Independent regulatory body) bernama Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

Independen dimaksudkan untuk mempertegas bahwa pengelolaan sistem penyiaran yang merupakan ranah publik harus dikelola oleh sebuah badan yang bebas dari intervensi modal maupun kepentingan kekuasaan. Selama ini sentralisasi lembaga penyiaran berakibat pada diabaikannya hak sosial-budaya masyarakat lokal dan minoritas. Padahal masyarakat lokal juga berhak untuk memperoleh informasi yang sesuai dengan kebutuhan polik, sosial dan budayanya. Disamping itu keberadaan lembaga penyiaran sentralistis yang telah mapan dan berskala nasional semakin menghimpit keberadaan lembaga-lembaga penyiaran lokal untuk dapat mengembangkan potensinya secara lebih maksimal. Undang-undang no. 32 Tahun 2002 dalam semangatnya melindungi hak masyarakat secara lebih merata.

(http://www.kpi.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2636&It emid=4&lang=id)

(22)

praktisi media), Dr Kadri (Akademisi), Adhar Hakim (Praktisi Media) dan Eddy Karna Sinoel (wartawan senior). Seperti yang dilansir dari infospecial.net, sebelumnya Bidang Pengawasan Isi Siaran KPID Jatim menerima pengaduan dari masyarakat dan sejumlah tokoh agama di daerah ini yang merasa resah terkait penyiaran lagu dangdut di sejumlah radio lokal dan televisi Jakarta yang liriknya dinilai tidak pantas dan tidak mendidik.

Pada sebuah program Stasiun Dangdut JTV selama aksi sensual selama tayangan acara tersebut sangat membangkitkan selera seksual dan termasuk kedalam kadalam katagori erotis apalagi porno hal itu jelas melanggar (P3) BAB X pebatasan materi program acara seksualitas pasal 14 yang tertulis jelas bahwa Lembaga penyiaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada anak dengan menyiarkan program siaran pada waktu yang tepat sesuai dengan penggolongan program siaran. dan melanggar standart program siaran BAB XII pemberantasan dan pelarangan seksualitas point pertama PEMBATASAN ADEGAN SEKSUAL pasal 18

Karena itu selama dua pekan, 25 Januari hingga 14 Februari 2012 tim pemantau melakukan kajian mendalam terhadap sekitar 300 judul lagu dangdut dari berbagai versi dan genre, mulai dangdut klasik, pop, koplo, reggae dan house dangdut yang paling diminati pendengar dan pemirsa yang berpotensi menjadi jadi lagu pilihan pendengar.

(23)

14

No J udul Isi lagu

1 Paling Suka ( 69 ) Julia Perez membawakan dengan nada dan suaranya yang erotis, mendesah, penuh nafsu dan tekanan bait-bait lirik yang menggambarkan hubungan intim dan gaya bercinta sang penyanyi. Lagu ini merupakan soundtrack film Jupe, Pocong Minta Kawin.

2 Rumpi Mobil Bergoyang

(Lia MJ feat Asep )

Jauh lebih vulgar menggambarkan perilaku seks bebas dan bagaimana hubungan intim antar lawan jenis itu dilakukan.

3 Apa Aja Boleh (Della Puspita)

menggambarkan perilaku seks bebas di kalangan remaja, kepasrahan seorang wanita yang rela menyerahkan segalanya demi cintanya kepada sang calon pacar.

4 Hamil Duluan (Tuty Wibowo)

Akibat hubungan intim di luar nikah, digambarkan secara vulgar oleh Tuty Wibowo. 5 Maaf, Kamu Hamil

Duluan (Ageng Kiwi)

Menggambarkan kenekatan laki-laki yang siap menikahi pacarnya karena hamil duluan, dan akan menjadi seorang ayah hasil hubungan gelap.

(24)

trend remaja saat ini.

Secara eksplisit menggambarkan mahkota perempuan (alat vital wanita) yang diistilahkan dengan bahasa vulgar Lubang Buaya. Meski Rya Sakila sendiri buru-buru menyebut lagunya sebagai banyolan belaka.

10 Mucikari Cinta (Rimba ) ekspresi seorang wanita yang dijadikan suaminya sebagai wanita penjaja cinta (WTS) dengan segala duka dan penderitaannya.

11 MelanggarHukum (Mozza Kirana)

Bercerita tentang kenekatan seorang wanita yang mencintai suami orang dan siap dimadu.

(Sumber:http://www.melintasiberita.info/2012/02/daftar-10-jupe-paling-suka-69-masuk.html)

(25)

16

(P3/SPS) tahun 2012 yakni Pasal 9 (penghormatan terhadap norma kesopanan dan kesusilaan), Pasal 17 (pelarangan adegan seksual), Pasal 18 (seks di luar nikah) dan Pasal 19 (Muatan seks dalam lagu dan video klip). Lagu-lagu tersebut sebagian besar menggambarkan adegan hubungan intim (seks) secara vulgar, pembenaran terhadap perilaku seks di luar nikah dan prahara rumah tangga yang berpotensi ditiru oleh orang lain terutama anak-anak dan remaja.

(26)

fungsionarisnya untuk mempelajari lebih detil mengenai P3SPS. Di sisi lain, dari PAMMI juga memberikan pemahaman mengenai standar musik dangdut dan penampilan penyanyinya (http://www.kpi.go.id/component/content/article/14-dalam-negeri-umum/30457-kpi-pusat-siapkan-kerjasama-dengan-pammi)

(27)

18

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas peneliti akan meneliti dan tertarik untuk melakukan penelitian bagaimana tingkat penerimaan PAMMI Jatim terhadap program Stasiun Dangdut JTV dengan format baru karena PAMMI turut secara aktif membantu pemerintah dalam meningkatkan program pembinaan seni budaya Indonesia, khususnya seni music melayu dangdut Indonesia, dengan cara membina dan meningkatkan kualitas serta kreativitas anggota untuk menjaga etika moral bangsa dalam mengekspresikan kreativitas nilai nilai budaya dan PAMMI adalah sarana untuk mengembangkan dan membina sikap mental meningkatkan upaya perkembangan artis musik melayu dangdut Indonesia berbudi pekerti luhur yang berorientasi pada karya sesuai dengan keahlian dan ketrampilan..

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah penerimaan anggota PAMMI Jawa Timur pada program acara Stasiun Dangdut di JTV ?

1.3 Tujuan Penelitian

(28)

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya komunikasi media yang berkaitan dengan tingkat penerimaan.

1.4.2 Kegunaan Praktis

(29)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Media Televisi

Televisi sebagai bagian dari media komunikasi massa elektronik, mempunyai daya tarik yang kuat dibandingkan dengan media massa lainnya. Media televisi memiliki fungsi yang tidak jauh berbeda dengan media massa lainnya. Menurut Jefkin (1982:145) “fungsi-fungsi tersebut adalah fungsi penerangan, hiburan, dan pendidikan”. Lebih jauh Jefkins juga menyatakan, televisi selain memiliki fungsi yang hampir sama dengan media massa lain, televisi juga mempunyai sifat yang hampir sama pula dengan media massa mempunyai sifat yang hampir sama dengan sifat media massa. Beberapa sifat televisi, yaitu:

a. Televisi dapat mencapai khalayak yang besar sekali dan mereka itu tetap dapat mengambil manfaat sekalipun tidak bisa membaca.

b. Televisi dapat dipakai untuk mengajarkan banyak subyek dengan baik. Akan tetapi, pengajaran itu akan lebih baik efektif apabila diikuti dengan diskusi dan aktifitasnyang lain.

c. Televisi sama seperti radio, dapat bersifat otoritatif dan bersahabat

(30)

Televisi sebagai media audio visual mempunyai ciri. Adapun ciri-ciri yang lengkap, yaitu:

a. Bersifat satu arah (One Way Traffic of Communication), sebagai media massa, televisi bersifat satu arah artinya melakukan komunikasi hanya berdasarkan pihak komunikator tanpa komunikan dapat melakukan reaksi secara langsung terhadap pesan yang disampaikan.

b. Bekerja atas prinsip pengaturan ruang dan waktu

Dalam kegiatannya, televisi bekerja atas prinsip ruang dan waktu artinya dalam kegiatannya televisi bekerja berdasarkan gelombang sehingga pesan yang disampaikan dapat sampai.

c. Tidak terbatas jangkauannya

Seperti sifat media massa, televisi mempunyai keunggulan yaitu jangkauannya tidak terbatas. Hal ini disebabkan siaran televisi disiarkan dengan menggunakan pancaran gelombang yang dapat menjangkau dan sampai kepada khalayak yang jauh.

d. Sekali siaran bersifat massal

Media massa seperti televisi sekali menyampaikan informasi bukan untuk satu orang akan tetapi dilihat oleh banyak orang. Oleh karena itu media televisi mempunyai sifat massal. (Liliweri, 1991).

(31)

22

massa televisi. Pada akhirnya, televisi pun menjadikan pemirsa ‘hamba-hamba kecil’ yang pola pikirnya siap diprogram oleh materi isi media tersebut (Kuswandi,1996:30).

televisi pun menjadikan pemirsa ‘hamba-hamba kecil’ yang pola pikirnya siap diprogram oleh materi isi media tersebut (Kuswandi,1996:30).Kelebihan televisi yaitu bersifat audio visual, artinya dapat dilihat dan didengarkan (Effendy,1993:24). Sedangkan siaran televisi adalah siaran-siaran dalam bentuk suara dan gambar yang dapat ditangkap oleh umum baik dengan system pemancaran dalam elektromagnetik maupun kabel-kabel (Kuswandi,1996:13).

Televisi adalah panduan radio (broadcast) dan film (moving picture). Televisi terdiri dari istilah “tele” yang berarti jauh dan “visi” (vision) yang berarti penglihatan. Segi “jauh”-nya dihasilkan oleh prinsip radio dan segi “penglihatan”-nya oleh gambar (Effendi,2000:174). Televisi dapat me“penglihatan”-nyajikan berbagai program, bukan hanya film seperti yang dipertunjukan di bioskop, tetapi juga berita,music, ceramah, agama, pendidikan, dan sebagainya.

Menurut Wahyudi (1986:216), secara umum siaran televisi dapat dibagi menjadi 3 golongan besar, yaitu :

a. Siaran Berita

Siaran berita bertitik tolak dari pengertian. Bila kita berbicara tentang berita, berarti semua harus mengandung unsure-unsur factual, penting dan menarik.

(32)

Siaran non berita yang biasanya siaran-siaran yang tidak memiliki nilai politik dan strategi. Disinilah yang diutamakan adalah keindahan dan sasaranya adalah kepuasan penonton. Boleh tidak factual,artiny boleh sesuatu yang tidak masuk akal. Yang masuk dalam katagori siaran ini adalah sandiwara, music,penerangan umum, acara-acara yang tidak mempunyai nilai politis dan strategis.

c. Siaran Iklan

Siaran iklan adalah siaran yang khusus ditujukan untuk promosi suatu produk, kegiatan masyarakat yang bertujuan untuk memperkenalkan kepada khalayak guna kepentingan komersial.

Ketiga jenis siaran itu memiliki latar belakang yang berbeda, demikian pula titik tolaknya, meskipun memiliki tujuan yang sama yaitu menjalankan fungsi utama media massa.

2.1.2 Televisi sebagai media massa

Efek yang ditimbulkan televisi begitu mendalam, sebuah televisi mampu menimbulkan kontak batin dengan pemirsa sehingga seolah-olah orang ikut terhanyut dalam acara yang sedang berlangsung. Dengan sifat audio visual, televisi dapat menimbulkan suasana akrab dan enak yang dapat dinikmati dalam suasana yang paling santai sekalipun.

(33)

24

dewasa. Tanpa sebuah batasan, tayangan program acara televisi itu dapat menarik minat, mempengaruhi, menyampaikan pesan kepada masyarakat dan sebagainya . seperti yang dikatakan Effendy tentang televisi :

Televisi sebagai fungsi mempengaruhi dan bisa diandalkankan sebab televisi mempunyai daya tarik yang kuat karena memiiki unsur kata-kata , musik, juga memiliki unsur visual berupa gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan mendalam pada penonton (Onong Uchjana E ; 1991 ; 170)

Sesuai dengan pemasalahan suguhan program acara televisi yang dibahas, maka batasan yang akan dibahas dalam hal ini di khususkan pada komunikasi menggunakan komunikasi massa adalah komunikasi melalui media masa yaitu surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film.

Menurut Elizabeth-Noelle Neuman yang dikutip oleh Rakhmat, ada empat ciri pokok dari komunikasi massa, antara lain :

1. Bersifat tak langsung, artinya harus melewati media teknis.

2. Bersifat satu arah, artinya ada interaksi antara komunikan (peserta-peserta komunikasi)

3. Mempunyai publik yabg secara geografis tersebar.

4. Bersifat terbuka, artinya ditujuakan pada publik yang tidak terbatas dan anonim.

(34)

hiburan. Televisi berasala dari kata tele dan vision, Tele berarti jauh dan vision berasal dari kata videre (bahasa Yunani) yang berarti melihat. Jadi televisi adalah alat yang diguakan untuk melihat peristiwa yang kejadiannya berada pada tempat yang relatif jauh (Onong Uchjana E ; 1991 ; 170).

Televisi memandang suatu peristiwa dari jaak jauh dalam waktu bersamaan. Dan itulah yang menjadi ciri-ciri khusus dari televisi, pemirsa televisi dapat melihat dan sekaligus mendengar suatu kejadian atau informasi yang terjadi di suatu tempat secara bersamaan, yaitu bersamaan waktu dengan saaat berlangsungnya peristiwa itu.

Menurut Steven M. Chsffe, efek yang dikutip oleh Rakhmat; efek yang disebabkan oleh media massa dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa, yaitu penerimaan informasi, perubahan sikap dan perubahan perilaku atau dengan istilah lain adalah perubahan kognitif, efektif, dan behaviorial.

Seperti uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa televisi sebagai salah satu meia massa juga mempunyai efek atau pengaruh pada pemirsa khususnya pada anak-anak hingga orang dewasa. Efek menurut Wiryanto adalah perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri audience sebagai akibat terpaan pesa-pesan media (wiryanto ; 200 ; 9).

2.1.3 Acara Hiburan Di Televisi

(35)

26

a) Variety Show

Suatu acara dimana didalamnya terdapat berbagai macam permainan, kuis, music, kuis interaktif.

b) Kuis

Acara yang menyajikan suatu permainan yang dilakukan secara berkelompok atau secara individu.

c) Musik

Acara music merupakan acara yang paling diminati oleh masyarakat, apapun alirannya dangdut,pop,rock,jazz dan lain sebagainya selalu mendapat tempat utama dihati masyarakat sebagai kebutuhan akan hiburan.

d) Sandiwara Komedi

Acara yang menyajikan suatu cerita yang memiliki unsure komedi atau humor yang tinggi

e) Film

Film terdiri dari beberapa macam, contohnya adlah film kartun,film drama,film action.

f) Sinetron

Acara yang menyajikan suatu cerita yang bersambung dan biasanya disajikan dengan kehidupan masyarakat yang ada pada saat ini atau kehidupan terdahulu.

(36)

Acara yang menyajikan berbagai kegiatan manusia yang berhubungan dengan kebugaran dan kesehatan.

2.1.4 Citr a wanita dalam Acara Hiburan Di Televisi

Citra perempuan dalam media hiburan saat ini terutama dangdut masih belum lepas dari lima citra antara lain:

1. Citra Pigura (memikat secara Biologis) bagaimana sensualitas penyanyi dangdut perempuan dimunculkan sedemikian rupa dengan gaya berpakaian seminim dan seseksi mungkin agar menarik perhatian. Sebagai sesuatu yang dianggap pinggiran dan sebelah mata kadang melakukan hal yang berbeda dengan norma yang ada dan citra Pigura ini pada ahirnya yang dipilih dalam setiap pertunjukan dangdut.

(37)

28

3. Citra Peraduan (seks dan seksualitas) terlihat dalam lirik lagu Keong Racun “Dasar Kau keong racun baru kenal sudah ngajak tidur, ngomong gak sopan santun kau anggap aku ayam kampung.

4. Citra Pinggan (urusan dapur) seperti lirik “Cari istri jangan bingung bingung cari saja seperti saya bisa masak dan cuci pakaian soal dandan gak ketinggalan”. Citra Pergaulan (diruang publik sebagai pendamping/darma wanita) lirik lagu Rhoma Irama “Majulah wanita giatlah bekerja, namun jangan lupa tugasmu utama, Apa pun dirimu, Namun kau ibu rumah tangga”.

5. Citra ini diamini kalangan Feminis yang melihat dangdut dalam hal ini perempuan penyanyi dangdut pinggiran sebagai perempuan yang dibelenggu oleh kultur patriarki dan bukan sebagai subjek yang memandang dan menyiasati kekuatan-kekuatan dominan dan hagemonik. Pengalaman perempuan seperti pelangi. Perempuan kulit berwarna memiliki pengalaman penindasan yang berbeda dengan perempuan kulit putih. Perempuan etnis minoritas berbeda dengan mayoritas. Subaltern dengan dominan. Apalagi kalau kita sadar bahwa selain faktor kultural, faktor ekonomi dan agama pun turut memberi corak yang berbeda bagi pengalaman perempuan. Jadi saat melihat perempuan penyanyi dangdut pinggiran banyak hal yang harus kita pahami tidak sekedar justifikasi atas aksi yang mereka lakukan

(38)

(http://hiburan.kompasiana.com/musik/2011/10/18/dangdut-menjadi-2.2 Per kembangan Studi Khalayak

Penelitian mengenai kemungkinan adanya pengaruh media massa dirilis oleh the Frankfurt School yang berdiri sejak tahun 1923 Teori Jarum Hipoder,ik yang lahir sebagai respon dari sebagai respon dari propaganda jerman dan bedasarkan pada pemikiran Marxis, memandang masyrakat sebagai perkumpulan dari sebagian besar dari individu individu yag terisolasi yang rentan terhadap berbagai isi media yang disuntikan ke dalam mainset (benak dan pikiran) khalayak. Seluruh efek media yang diterima masyarakat dimulai dari sikap opini, dan kepercayaan yang dibawa oleh media sangat mudah diterima begitu saja tanpa ada tanpa suatu pernyataan.pemirsa televisi diasumsikan sebagai pihak yang pasif dalam menerima dan menmaknai suatu materi yang suntikan oleh media, namun pada perkembangan di era modern terlahir sejumlah pertanyaan seperti yang diungkap Abercrombie (1996).

Audience are not blank sheets of paper on which media masseage can be written; member of audience will have prior attitudes and benefit which will determine how efective media meesage are

(Hanes, 2002, www.aber.ac.uk/media/students/pph9701.html).

(39)

30

Kemudian mencul Teori Uses and Gratificaion yang lebih menekankan pada langkah efektif masyarakat menggunakan media. Masyarakat dianggap pihak yang paling aktif dalam mencari dan menggunakan media nntuk memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat. Blumer dan Katz membagi kebutuha khalayak dalam kaitannya dengan menonton televisi :

Thase included - diversions ( a from escapeing from the pressure of ever day). Personal relationship (where the viewer gains compainionship, either with the television character or through conversations with other about televisions), Personal Identity (where the viewer is able to compare their life with the lives of chaacter and situations on televisions, to explore re-affrim or quetions their personal upon for a supply of information about what is happening in the world)

Termasuk hiburan (dari Escapeing dari tekanan day ever). Hubungan personal (di mana penampil keuntungan compainionship, baik dengan karakter televisi atau melalui percakapan dengan lain tentang televisi), Personal Identity (dimana penonton dapat membandingkan kehidupan mereka dengan kehidupan chaacter dan situasi di televisi, untuk mengeksplorasi kembali affrim atau quetions pribadi mereka atas untuk penyediaan informasi tentang apa yang terjadi di dunia)

(Hanes, 2002:www.aber.ac.uk/media/Student/pph9701.html)

(40)

dianggap mampu untuk memenuhi semua rasa ingin tahunya yang terdapat dalam media. Sehingga media dianggap mampu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Kedua model tersebut mengesampaikan latar belakang masyarakat indonesia yang masih memiliki budaya yang bertolak belakang dengan budaya barat, serta bagaimana masyarakat mengartikan isi materi media dan efek yang ditimbulkan dari media. Model Jarum Hipodermik dan Uses and Gratifications jelas tidak bisa menjelaskan makna terkandung dari media dan terlanjur menjadi menjadi acuan masyarakat untuk memenuhi akan kebutuhan informasi ketika diterpa berbagai materi pesan media. Serta, menonton tidak dapat dikatakan sebagai budaya yang terdapat dalam masyarakat.

2.2.1 Pengaruh Budaya Dalam Media Televisi

(41)

32

Kajian budaya memfokuskan diri pad hubungan antar relasi sosial dengan makna makna lingkungan yang terbentk dalam suatu masyarakat. Kajian budaya berusaha mencari penjelasan dari perbedaan kebudayaan dan praktek tidak dengan cara merujuk nilai intrinstik dan abadi, tetapi dengan merujuk peta relasi sosial kajian budaya tidak mempunyai definisi yang jelas, dan ia kajian budaya tumbuh subur dengan batas batas pertemuan diantara bata batas dan pertemuan bermacam macam wacana yang sudah dilembagakan, terutama dalam sastra, sosiologi dan sejarah (antariksa,www.kunci.or.id/esai/nws/01/kajian_budaya.htm)

Bennet (1998) memberikan beberapa definisi dai elemen kajian budaya. Antara lain:

1. Kajian budaya tertarik, pada segala macam praktik, lembaga dan sistim klasifikasi yang memungkinkan ditanamkannya nilai nilai, keyakinan, kompetensi, rutinitas hidup,dan bentukperilaku khas yang menjadi kebiasaan pada suatu populasi.

2. Wilayah institusional utama kajian budaya adalah lembaga penddikan tinggi dan dalam kajian ini budaya mempunyai persamaan dengan bidang disiplin akademi lain. Meski demikian, kajian budaya dengan cepat menjalin koneksi diluar wilayah akademik dengan gerakan sosial politik, para pekerja di lembaga kebudayaan, serta menejemen kebudayaan

(42)

4. Kajian budaya mengeksplorasi berbagai macam bentuk kekuasaan termasuk gender, ras, kelas, klonialisme. Kajian budaya mempunyai misi mempelajari bentuk bentuk kekuasaan dangan cara mengembangkan dan memahami budaya dan kekuasaan yang digunakan untuk melakukan perubahan.

Kajian budaya di era modernisasi semakin berpengaruh dalam studi media masaa, pendekatan ini diwarnai oleh tinjauan yang lebih positif untuk memahami makna dan peran yang dibawakan oleh budaya kedalam kehidupan kelompok tertentu kedalam masyarakat. Pendekatan ini berusaha mendalami pesan media melalui pemahaman dari berbagai pengalaman dari kelompok kecil masyarakat secara cermat dan terarah dengan tujuan agar masyarakat dapat mengerti terhadap makna pesan dan reaksi reaksi yang timbul dari media televisi.(McQuail, 1994:C7).

Dalam hal memaknai isi pesan media, khalayak menggunakan katagori mereka sendiri untuk memaknai pesan dan menginterpretasikan pesan media melalui cara cara yang terkadang tidak pernah dapat di prediksi oleh media (litle john, 1999:236). Dalam era modern masyarakt memiliki latar belakang budaya yang melekat dan dipengaruhi bagaimana masyarakat memandang dan memaknai realitas yang terjadi disekitarnya.

(43)

34

islam, 5% Protestan, 3% Katolik, 2% Hindu, 1 %, Budha dan 1% pemelukkepercayaan lain yang sangat berpengaruh terhadap politik, ekonomi, dan budaya.

Sementara budaya yang dimiliki di era modern yang dimiliki masing masing individu jelas berbeda antara satu dengan yang lain. Seseuai dengan latar belakang budaya yang dimiliki oleh masing masing individu, dalam memaknai sebuah pesan media terdapat sejumlah keanekaragaman dalam memaknai sebuah terpaan media dan menerapkannya kedalam lingkungan sekitarnyasesuai dengan sistem nilai dari budaya yang dianutnya. Sehingga penelitian ini termasuk dalam ranah kajian budaya, peneliti mencoba mengeksplor bagaimana khalayak dalam hal ini perempuan dari berbagai latarbelakang yang berbeda dalam memahami dan isi pesan media.

2.3 Pemirsa sebagai khalayak aktif

Menurut Hiebert, audience komunikasi massa memiliki 5 karakteristik antara lain:

1. Audience cenderung besar.

(44)

Audience berasal dari berbagai lapisan dan katagori sosial, semua media pasti mempunyai konsumen namun tetap memiliki heterogonitas di dalam sasarannya. Sebuah program acara yang dikhususkan untuk pecinta hobi memancing memang secara penghobi, tetapi status sosial ekonomi, agama, umur, tetap berbeda satu dengan yang lain.

3. Audience cenderung anonim.

Yakni antara audience tidak saling mengenal, sebab di berbagai belahan dunia terdapat audience suku agama dan ras yang berbagai macam. Namun bukan dikatakan bukan mengenal audience dalam satu keluarga.

4. Audience berisikan berbagai individu.

Audience televisi terdapat berbagai individu untuk bertukar pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial disekitar lingkungan untuk menentukan produk berdasarkan seleksi pengalaman.

5. Audience secara fisik dipisahkan dari komunikatornya.

Anda bertempat tinggal di kutub selatan, dengan kecanggihan teknologi di era modernisasi bukan menjadi permasalahan yang sulit untuk melihat program kesayangan yang terdapat di stasiun televisi yang tersiar di Indonesia, meskipun terpisahkan oleh berjuta kilometer jauhnya.

(nuruddin,2004:96-98)

(45)

36

linier (dengan peranan komunikator yang dominan) namun telah berubah menjadi sebuah transaksi, “Each give in order to get” kata Bauer (dalam Scramm dan Roberts, 1997:345)

Masyarakat menggunakan media massa disebabkan oleh beberapa hal tertentu. selain untuk mendapatkan informasi, media massa menjadi pilihan terakhir untuk menjadi sahabat sekaligus memberikan hiburan hingga pendidikan yang tidak diperoleh dari lingkungan sekitar audience.

2.4 Teori Motif Kebutuhan Manusia

Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakan mahluk hidup dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) berusaha. Abraham Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki berbagai tingkat kebutuhan, mulai dari keamanan hingga aktualisasi diri.

Menurut winkle dan Azwar (dalam DR. Nyanyu Khodijah,2006), motif merupakan suatu keadaan, kebutuhan, dorongan atau kekuatan yang berasal dari dalam diri seseorang baik yang disadari maupun tidak disadari untuk mencapai tujuan tertentu.

Motif terdiri atas dua dimensi, yaitu : 1) Kekuatan (Intensitas)

(46)

Manusia tergolong mahluk yang dihadapkan pada banyak keadaan, kebutuhan, dorongan, atau kekuatan dari dalam dirinya. Hal itu mempengaruhi jenis motif yang timbul. Beberapa ahli memiliki kesimpulan tentang jenis motif yang saling melengkapi, antara lain :

a. Hierarki kebutuhan (need hierarchy)

Abraham Maslow mencetuskan teori motif kebutuhan alamiah manusia. Maslow berpendapat bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidk berubah dan berasal dari sumber genetis atau naluriah. Kebutuhan tersebut menjadi inti manusia, baik kebuutuhan fisiologis maupun psikologis.

Maslow membagi dorongan atau kebutuhan-kebutuhan universal yang dibawa individu sejak lahir dalam lima tingkatan dari yang terendah hingga yang tertinggi dalam hierarki (need hierarchy). Susunan dari tingkatan paling rendah sampai paling tinggi, yakni (Effendy, 2003:290).

1. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (psysiological needs)

Kebutuhan yang paling dasar, kuat, dan jelas adalah kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, berteduh, oksigen, tidur, seks, dan sejenisnya.

2. Kebutuhan-kebutuhan rasa aman

Terdiri atas kebutuhan-kebutuhan akan jaminan, stabilitas, perlindungan, ketertiban, bebas dari rasa takut dan kecemasan.

(47)

38

Pada umumnya, setiap orang mengharapkan hubungan yang penuh kasih sayang dengan orang lain,lebih khususnya lagi kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki di tengah kelompoknya.Dalam hubungan ini member dan menerima rasa cinta sama pentingnya bagi individu. 4. Kebutuhan-kebutuhan penghargaan (esteem needs)

Maslow membagi kebutuhan akan penghargaan menjadi dua, yaitu penghargaan terhadap diri sendiri dan penghargaan dari orang lain. Penghargaan diri sendiri atau harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, kemandirian, dan kebebasan. Sedangkan penghargaan dari orang lain, yaitu prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, atau keberhasilan dalam masyrakat, semua sifat dari bagaimana orang lain berfikir dan berkreasi terhadap seseorang.

5. Kebutuhan-kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs)

Kebutuhan yang paling tinggi adalah kebutuhan aktualisasi diri. Aktualisasi diri didefinisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dari semua bakat, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas, sesuai dengan potensi seseorang untuk menjadi atau dengan kata lain aktualisasi diri merupakan kebutuhan psikologis dalam menumbuhkan, mengambangkan, dan menggunakan kemampuannya untuk menjadi diri sendiri sesuai dengan kemampuanya.

(48)

sangat penting, tergantung pemenuhan kebutuhan pada tingkat sebelumnya. Maslow mengingatkan agar kebutuhan-kebutuhan ini tidak dipandang secara kaku.

Selain kebutuhan di atas, Maslow menambahkan tingkat kedua dari kebutuhan-kebutuhan yang beroprasi sebagai tambahan dari tingkat pertama. Kebutuhan ini juga dibawa sejak lahir, yaitu kebutuhan untuk mengetahui lebih kuat dan harus dipuaskan sebelum timbul kebutuhan memahami.

b. Kebutuhan individual (individual’s need)

Lingkungan social (social environment) dapat ,menentukan kebutuhan manusia. Lingkungan social tersebut meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan cirri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual (individual’s needs) dikatagorikan sebagai berikut (Effendy,2003:294) :

1. Cognitif needs ( kebutuhan kognitif)

Kebutuhan yang berkitan dengan informasi, pengetahuan. Dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasari oleh dorongan untuk memahami dan menguasai lingkungan dan memuaskan dorongan keingintahuan.

2. Affective needs (kebutuhan afektif)

Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengtalaman estetis, menyenangkan, dan emosional.

(49)

40

Kebutuhan yang berkaitan dengan penambahan kredibilitas, rasa percaya diri, stabilitas, dan status social individu.

4. Social integrative needs (kebutuhan social secara integratif)

Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman dan dunia.

5. Escapist needs (kebutuhan pelepasan)

Berkaitan dengan menghindar dari tekanan, ketegangan, dan hasrat akan keanekaragaman.

2.5 Sensualitas

(50)

(http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id-ibptitbpp-gdl-ayuastrell27476)

Kata sensualitas berasal ari kata “sense” yang umumnya dikaitkan dengan karya seni dan diterjemahkan menjadi “rasa” ( dalam arti luas) terutama aspek visual yang terkandung dalam karya seni itu.Sensualitas adalah virus yang melekat pada perempuan dan menyebabkan wabah kerusakan mental dan moral bangsa. Tubuh perempuan tidak hanya dilihat dari secara utuh melainkan menjadi potongan potongan tubuh yang dilihat sebgai penyebab dalam konteks penurunan iman dan mental bangsa. Batasan pornografi bahkan relatif dan seperti karet. Tergantung pada pemaknaan, persepsi dan pikiran konsumen.

2.6 Pedoman perilaku penyiar an dan standar t pr ogram siaran

Penayangan program acara tarung tersebut telah jelas telah melanggar pedoman perilaku penyiaran (P3) BAB X pebatasan materi program acar a seksualitas pasal 13 yang tertulis jelas bahwa lembaga penyiar an wajib melakukan pembatasan adegan seksual, sesuai dengan penggolangan pr ogram siaran dan melanggar standart program siaran BAB X pemberantasan dan pelarangan seksualitas point pertama PEMBATASAN ADEGAN SEKSUAL pasal 16 yang berisikan sebagai berikut :

(51)

42

2. Adegan seksual sebagai mana yang dimaksud pada ayat (1) diatas diperbolehkan dalam konteks kasih sayang dalam keluarga dan persahabatan, termasuk didalamnya; mencium pipi, mencium kening/dahi, mencium tangan, sungkem, bergandengan tangan, dan atau berpelukan.

BAB X pemberantasan dan pelarangan seksualitas point kedua PEMBATASAN ADEGAN SEKSUAL pasal 17.

berikut program siaran yang bermuatan adegan seksual dilarang sebagai berikut: 1. Mengeksploitasi bagian-bagian tubuh Yang lazim dianggap dapat

membangkitkan birahi, seperti: paha, bokong, payudara, dan atau alat kelamin.

2. Menayangkan penampakan alat kelamin, ketelanjangan dan atau kekerasan seksual.

3. Adegan gerakan tubuh atau tarian yang dapat membangkitkan gairah seks, khususnya bagian tubuh sekitar dada, perut, pinggul/bokong.

4. Adegan berpelukan mesra sambil bergumul antara lawan jenis maupun sesama jenis yang dapat membangkitkan libido.

(52)

6. Adegan ciuman bibir penuh nafsu dan adegan ciuman pada bagian tubuh yang dapat membangkitan birahi, seperti: paha, , leher, payudara, telinga, atau perut.

7. Adegan yang mengesankan ciuman bibir secara samar samar. 8. Adegan masturbasi secara terbuka.

9. Adegan yang mengesankan masturbasi secara samar-samar.

10. Percakapan atau adegan yang menggambarkan rangkaian aktivitas kearah hubungan seks dan atau perseagamaan.

11. Menampilkan perseagamaan atau hubungan seks heteroseksual, homoseksual/lesbian, atau benda tertuntu yang menjadi simbol seks secara terbuka atau samar samar.

12. Suara-suara atau bunyi-bunyian yang mengesankan belangsungnya kegiatan hubungan seks dan atau perseagamaan.

13. Adegan yang menggambarkan hubungan seks antar binatang secara vulgar, antara manusia dan binatag atau alat peragan lainnya. 14. Adegan pemerkosaan, atau kekerasan seksual secara vulgar.

15. Adegan yang menunjukan terjadinya pemerkosaan atau kekerasan seksual secara samar samar.

(53)

44

2.6 Wawancara Mendalam (depth interview)

Wawancara mendalam adalah teknik mengumpulkan data informasi dengan cara bertatap muka secara langsung dengan informan agar mendapatkan data yang lebih mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan berulang ulang secara intensif, selanjutnya dibedakan antara responden (orang yang akan diwawancaai) dengan informan (orang yang ingin penulis ketahui atau pahami dan akan diwawancarai beberapa kali).

Karakteristik wawancara mendalam diantaranya adalah :

1. Menyediakan latar belakang secara detail mengenai alasan informan memberikan jawaban tertentu. Dari wawancara ini terkolaborasi bebrapa elemen jawaban, antara ain opni, nilai nilai, motivasi, pengalaman maupun perasan informan.

2. Digunakan untuk subyek sedikit atau bahkan satu atau dua orag saja, mtidak ada ukuran pasti untuk banyaknya subyek yang sangat berbeda dengan penelitian kuantitatif yang mensyaratkan sampel harus mewakili populasi..

3. Wawancara mendalam memperhatikan bukan hanya jawaban verbal informan, tetapi juga observasi yang panjang mengenai respon-respon non verbal informan.

(54)

5. Wawancara mendalam dipengaruhi oleh iklim wawancara, semakin kondusif iklim wawancara maka penulis (pewawancara) dengan informan sehingga wawancara dapat berlangsung terus dengan lancar (Rachmat, 2006:99)

6. Wawancara mendalam ini biasanya dilakukan dalam waktu yang lama dan berkali kali. Tidak seperti wawancara yang digunakan dalam survei yang mengkin dilakukan dalam beberapa menit, sebuah wawancara yang mendalam bisa dilakukan berjam-jam hingga melibatkan diri hidup bersama dengan infrman guna mengetahui keseharian informan.

2.7 Kerangka Berfikir

Alternatif media masyarakat modern saat ini menyebabkan tuntutan manusia terhadap kebutuhan informasi semakin tinggi. Artinya semakin modern masyarakat, semakin meningkatnya akan pemenuhan masyarakat akan modernitas dan pemenuhan akan informasi, pengetahuan dan hiburan yang semakin meluas.

(55)

46

perempuan juga menjadi perebutan kepentingan mereka yang bergerak di bisnis seksualitas seperti media-media (majalah, film, foto) yang mengeksploitasi daya tarik seksual atau pornografi

Dalam konsepsi moral, perempuan tidak dipahami sebagai korban tapi justru dipandang sebagai sumber penyimpangan dan dosa. Dalam ajaran agama perempuan adalah penggoda yang menyeret Adam ke dalam dosa. Perempuan, terutama tubuhnya, adalah sumber penggoda, sumber dosa, dan malapetaka. Karena itu timbul pemahaman untuk mengendalikan moralitas masyarakat harus dimulai dengan mengendalikan tubuh perempuan. Perempuan yang sebenarnya seringkali lebih sebagai korban karena eksploitasi tubuhnya, justru dianggap sebagai sumber masalah. Setiap tindak kekerasan dan eksploitasi seksual lebih disebabkan karena si perempuan yang mempertontonkan atau memanfaatkan bagian-bagian tubuhnya.

Penerimaan anggota PAMMI jatim sebelumnya tidak diprediksi, sebab masing masing individu ketika menerima dan memaknai isi pesan media mempunyai dasar field of experience dan frame of reference yang berbeda satu dengan yang lain. depth interview diaplikasikan untuk mendapat serta mengumpulkan data dari hasil wawancara dengan informan

(56)

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode kualitatif adalah metode yang digunakan untuk memilih suatu objek yang alamiah dan peneliti menjadi kunci utama dalam sebuah penelitian. Selain itu, metode kualitatif juga berupaya memahami karakter individu yang tidak cukup dengan melakukan survive behaviorial tetapi juga melihat sudut pandang dalam diri manusia yang utuh tentang manusia dan dunianya (Mulyana 2003:32)

Penelitian ini menggunakan studi Reception Analysis yan menekankan masyarakat sebagai interpretative communities yang menganggap masyarakat adalah sebagai pemirsa televisi yang aktif dan dalam memilih media, peneliti juga menjadi fasilitator untuk menjembatani keanekaragaman latar belakang budaya masyarakat, peneliti diwajibkan untuk berempati dengan masyarakat yang akan diteliti serta mengerti bagaimana mereka memahami realitas dan peristiwa yang sedang terjadi di lingkungan masyarakat.

(57)

47

3.2 Unit Analisis data

3.2.1. Penerimaan dalam penelitian ini akan menganalisa Penerimaan anggota PAMMI J atim pada program acara Stasiun Dangdut di J TV.

Dalam penelitian kualitatif, variable ini umumnya berupa “konsep”, sehingga tidak dilakukan pengukuran. Peneliti akan menganalisis secara operasional konsep terkait dengan penelitian penerimaan anggota pammi jatim. Tingkat Penerimaan dalam penelitian ini akan menganalisa tingkat penerimaan anggota pammi tentang program acara Stasiun Dangdut di JTV yang tayang pada hari senin hingga hari sabtu kecuali hari jumat dan minggu mulai pukul 12.00 WIB . Meliputi :

. Lirik lagu

Lirik Lagu merupakan ekspresi seseorang tentang suatu hal

yang sudah dilihat, didengar maupun dialaminya. Dalam

mengekspresikan pengalamannya, penyair atau pencipta Lagu

melakukan permainan kata-kata dan bahasa untuk menciptakan

daya tarik dan kekhasan terhadap lirik atau syairnya. Permainan

bahasa ini dapat berupa permainan vokal, gaya bahasa maupun

penyimpangan makna kata dan diperkuat dengan penggunaan

melodi dan notasi musik yang disesuaikan dengan lirik lagunya

sehingga pendengar semakin terbawa dengan apa yang dipikirkan

(58)

. Goyangan

Goyangan merupakan suatu reaksi alami dan tidak disadari terhadap irama khas yang mengacu pada grak ayunan pinggul dan pinggang dalam bermusik dangdut, berikut adalah pendapat dari anggota pammi terhadap goyangan artis yang tampil dalam acara stasiun dangdut. Kalau dilihat dari gerakannya joged dangdut tidak mempunyai makna atau unsur filosofis apapun seperti pada tarian-tarian lain, gerak yang dilakukannya seperti menutupkan kedua telapak tangan di muka kemudian pelan-pelan membuka sambilmenggerakkan jari-jari hanyalah sebuah penghayatan dalam lirik lagu dan untuk mengungkapkan perasaan malu.

. Vocal

Vokal berasal dari bahasa latin “vocalis” yang berarti berbicara atau bersuara. Vokal merupakan suara yang di dalam bahasa lisan dan mempunyai cirri khas memiliki pita suara yang terbuka. Sehingga tidak ada tekanan udara yang terkumpul diatas glottis. Karakter vokal penyanyi dangdut sangat menetukan kualitas dari penyanyi itu sendiri

. Kostum

(59)

49

“busana” yang dapat diartikan “pakaian”. Namun demikian pengertian busana dan pakaian terdapat sedikit perbedaan, busana mempunyai konotasi “pakaian yang bagus atau indah” yaitu pakaian yang serasi, harmonis, selaras, enak di pandang, nyaman melihatnya, cocok dengan pemakai serta sesuai dengan kesempatan. Sedangkan pakaian adalah bagian dari busana itu sendiri. Busana dalam pengertian luas adalah segala sesuatu yang dipakai mulai dari kepala sampai ujung kaki yang memberi kenyamanan dan menampilkan keindahan bagi sipemakai.

. Make up

(60)

baru kemudian diurutkan dalam proses editing, sedangkan di TV dimungkinkan penampilan subjek disorot terus-menerus dengan tempo yang relatif lebih panjang. Pelaksanaan make up untuk televisi dan film dapat digolongkan menjadi 3, yaitu:

1. Straight make-up,

Merupakan dasar dari tindakan make-up, dengan tujuan memberi keseimbangan sehingga aktor atau pengisi acara berpenampilan pantas. Misalnya. menyegarkan warna kulit muka yang semula tampak pucat dan redup; merekayasa wajah yang berjerawat, sehingga kulit terlihat lebih halus dan bersinar; memberi kesan agar bibir tampak segar (juga menebalkan alis, menyembunyikan flek dan warna gelap dibawah mata.).

2. Corrective make-up

Tindakan kecil untuk mengurangi beberapa karakteristik raut wajah yang kurang sempurna. Beberapa tindakan yang dilakukan antara lain pembetulan garis bibir, mata, hidung atau membuat permukaan kulit tidak mengkilat. Kulit yang bernoda dan warna yang tidak menarik dapat ditutupi dengan bahan make-up yang dapat memperhalus penampilan. Selain itu, lengan, tangan, lutut, dan telinga dapat dipoles dengan body make-up.

(61)

51

upaya penguatan karakter yang akan diperankan oleh aktor. Make-up tertentu dapat membuat seorang aktor berubah total. Misalnya, make-up untuk karakter ekstrim seperti kuntilanak atau drakula. Jenis make-up yang juga disebut theatrical make-up ini memerlukan penanganan yang lebih rumit agar gambar yang terekam di kamera dapat menampilkan karakter sesuai dengan yang diinginkan.

. Aksesori

Dalam dunia busana, aksesori (atau aksesoris) adalah benda-benda yang dikenakan seseorang untuk menambah keindahan bagi spemakai.

Bentuk aksesori bermacam-macam dan banyak di antaranya terkait

dengan peran gender pemakainya

. citr a artis dangdut wanita di televisi

(62)

3.3 Infor man Penelitian

Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah anggota PAMMI Jatim yang menentukan atau memberi andil keptusan dalam penentuan tingkat peneriman dari program acara televisi . Dalam hal ini dapat digambarkan atau dijabarkan masyarakat yang menonton program acara. Dalam penelitian ini, umur minimal informan adalah di atas 17 tahun, dikarenakan umur tersebut dianggap sudah dewasa dan matang untuk mengerti suatu permasalahan. Sehingga informasi yang didapatkan dapat maksimal dan optimal

Berikut daftar Informan anggota PAMMI Jatim: 1. Bapak Sholahuddin

2. Bapak Surya aka 3. Bapak Machrus Sholeh 4. Bapak Fauzan

5. Bapak Al Furqon

Kelima informan tersebut telah dipilih sebagai narasumber sebab, informan diatas telah mencukupi kreteria dan informan diatas terlibat secara langsung dalam kepengurusan PAMMI Jatim dan ikut serta dalam mengawasi dan menampung berbagai aspirasi anggota Pammi Jatim.

(63)

53

tujuan penelitian. Sedangkan orang-orang yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut tidak dijadikan sampel.

Dalam penelitian kualitatif tidak dipersoalkan dengan jumlah sample yang dipergunakan karena dalam proses pengumpulan data sudah ditemukan lagi variasi informasi maka peneliti tidak perlu lagi mencari informan baru dan proses pencarian informasi dianggap selesai (Bungin, 2003:53).

3.4 Unit Analisis Penelitian

Unit analisis penelitian ini berupa jawaban pertanyaan dari informan anggota Pammi Jatim

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan bentuk penelitian kualitatif dan jenis sumber data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data penelitian ini adalah wawancara mendalam (in-depth interview) yang menghasilkan data berupa kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Teknik ini dinilai paling sesuai, karena hal tersebut memungkinkan pihak yang diwawancarai untuk mendefinisikan dirinya sendiri dan lingkungannya, untuk menggunakan istilah-istilah mereka sendiri mengenai fenomena yang diteliti, tidak sekedar menjawab pertanyaan (Mulyana, 2002:183).

(64)

“ Interviewing provide the researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon that can be gained through observation”.

(Wawancara membuktikan jika peneliti dapat menerima pengertian mendalam mengenai bagaimana partisipan menginterpretasikan situasi dan fenomena, daripada hanya melalui observasi).

Selain itu, wawancara terdiri atas orang-orang yang dianggap mengetahui, memahami permasalahan yang terjadi sesuai substansi penelitian sehingga dapat menghasilkan data berupa bahasa, tulisan, ataupun visual yang memungkinkan narasumber mendefinisikan dirinya sendiri dan lingkungannya dengan menggunakan istilah-istilah mereka sendiri.

Melalui wawancara, maka peneliti mampu memperoleh data yang tidak dapat ditemukan hanya dengan observasi. Selain itu, peneliti dapat mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi sesuai dan fenomena yang terjadi pada objek yang diteliti.

(65)

55

3.6 Teknik Analisis Data

Patton mengungkapkan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, katagori, dan satuan uraian dasar. Bogdan dan Taylor mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu. (Maleong,2001:103).

Setelah seluruh data diperoleh, peneliti akan menganalisis data tersebut dengan analisis kualitatif. Yaitu menganalisis tingkat penerimaan pada program acara Stasiun Dangdut di JTV dalam bentuk uraian atau penjelasan deskriptif. Analisis kualitatif tidak mencari atau menjelaskan suatu hubungan dan tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Analisis kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian mendalam tentang ucapan, tulisan, ataupun tingkah laku yang didapatkan dari seorang individu, kelompok, masyarakat, organisasi tertentu dalam suatu konteks setting tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistic. (Rusian, 2004;213).

(66)

Kemudian barulah peneliti bisa menganalisis data yang sudah masuk. Cara menganalisa data adalah:

1. Mengkategorikan wawancara kedalam sub topik

Peneliti mengumpulkan dan memilah-milah transkrip wawancara tiap informan, kemudian menyatukan dengan data-data informan yang lain yang memiliki topik serupa. Dengan kata lain data-data tersebut diketegorisasikan satu persatu

2. Menarik kesimpulan

(67)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Ga mbar an Umum Objek Penelitian 4.1.1. J TV

Sejalan dengan Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Otonomi Daerah (Otda) mulai tanggal 1 Januari 2001 lalu, memungkinkan bagi suatu propinsi untuk menumbuhkembangkan potensi daerahnya dengan seoptimal mungkin. Perkembangan tersebut dapat dilakukan dari berbagai macam segi, baik dari segi bisnis maupun dari segi nonbisnis, dan peningkatan potensi daerah itu tidak terlepas dari peran serta penyedia jasa layanan informasi.

Propinsi Jawa Timur yang memiliki potensi sumber daya beraneka ragam mulai industry besar, home industri serta kegiatan usaha, banyak memberi masukan pendapatan bagi pemerintah daerah setempat. Masukan tersebut berupa dukungan dari berbagai jenis usaha, baik perdagangan. Industri maupun jasa, yang semuanya memiliki kontribusi cukup tinggi di dalam memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Apabila terdapat persoalan yang berhubungan dengan kemajuan pendidikan pelamar, bersedia memberikan pertimbangan. tidak bersedia memberikan

untuk menyelidiki faktor yang mempengaruhi penggunaan dukungan selebriti pada perilaku pembelian konsumen dan pilihan produk, dan untuk memberikan bimbingan bagi pemasar

Terdapat persamaan kasus antara skripsi ini dengan proposal yang saya kerjakan yakni pengolahan tata ruang luar, namun pada skripsi ini penulis mengambil konsep

pembangunan perumahan dan permukiman skala besar yang terbagi dalam satu lingkungan siap bangun atau lebih yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dengan lebih dahulu

jadi yaitu bambu hasil iratan yang dilakukan secara manual, kemudian disetorkan ke pengrajin yang mampu melakukan proses finishing. Hasil observasi yang telah dilakukan tim pengabdi

Efikasi diri secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat Berwirausaha Pada Siswa Kelas XII Di SMK Negeri 1 Surabaya. Dian Septiana,

Berdasarkan hasil wawancara di Panti Asuhan Harapan Mulia Purwokerto pada tanggal 6 februari 2018 dengan subjek N, Subjek sudah 8 bulan tinggal di panti asuhan, subjek

Dari pengamatan dan analisis ter- hadap data produktivitas pada tahun 2004- 2007 yang dicirikan antara perbandingan luas KJA yang digunakan dengan produksi yang dihasilkan