• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENGARUH PUTUSAN HAKIM NOMOR 3629/PID.B/2019/

B. Putusan Nomor 296/Pid.B/2020/PN MDN

Bahwa terdakwa Suhaimi pada hari Minggu tanggal 22 September 2019 sekira pukul 21.00 Wib atau setidak – tidaknya pada suatu waktu dalam bulan September atau setidaknya dalam Tahun 2019, bertempat di Jalan Prof.HM.

Yamin, SH, Kecamatan Medan Perjuangan, Kota Medan tepatnya di Simpang Jalan Pahlawan, Kecamatan Medan Perjuangan, Kota Medan atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Medan, “Mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, yang didahului disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang diambil tetap berada di tangannya, yang dilakukan pada malam hari dijalan umum”, yang dilakukan terdakwa dengan cara- cara antara lain sebagai berikut :

Bahwa pada waktu dan tempat sebagaimana diuraikan diatas, awalnya sekira pukul 19.30 Wib terdakwa keluar dari rumah dengan tujuan untuk mencari

sasaran dengan mengendarai 1 (satu) unit sepeda motor merk Yamaha Mio Sporti warna hitam tanpa nomor Polisi. Kemudian pada saat terdakwa melintas di Jalan Prof HM. Yamin, SH, Kecamatan Medan Perjuangan, Kota Medan, terdakwa melihat saksi korban Feby Triana Marsaulina Siahaan sedang mengendarai sepeda motor dan melihat handphone saksi korban terletak di laci (dasbot) sepeda motor.

Bahwa kemudian terdakwa langsung memepet sepeda motor saksi korban dari arah sebelah kanan dan setelah rapat lalu terdakwa mengambil handphone milik saksi korban dengan menggunakan tangan kiri terdakwa dan setelah berhasil menguasai handphone milik saksi korban selanjutnya terdakwa tancap gas meninggalkan saksi korban. Selanjutnya terdakwa menuju rumahnya dan beranggapan saksi korban sudah kehilangan jejak terdakwa dan sesampainya terdakwa dirumah lalu terdakwa memarkirkan sepeda motor didepan rumah kemudian tidak berapa lama saksi korban datang kerumah terdakwa. Dan mengetahui kedatangan saksi korban kemudian terdakwa langsung melarikan diri dan meninggalkan sepeda motor yang dipergunakan terdakwa untuk melakukan pencurian dengan kekerasan didepan rumah terdakwa dan kemudian saksi korban membuat laporan ke Polsek Medan Timur sehingga petugas Kepolisian Medan Timur mendatangi rumah terdakwa lalu mengamankan sepeda motor terdakwa.

Bahwa kemudian pada hari Kamis tanggal 28 November 2019 sekira pukul 14.30 Wib terdakwa ditangkap oleh petugas Kepolisian Sektor Medan Timur di Jalan Wahidin, Kecamatan Medan Perjuangan, Kota Medan dan padasaat diinterogasi terdakwa mengakui terus terang telah melakukan pencurian dengan kekerasan terhadap saksi korban lalu terdakwa dibawa ke Polsek Medan

Timur untuk diporses lebih lanjut. Bahwa akibat perbuatan terdakwa saksi korban mengalami kerugian sekira Rp.1.700.000,- (satu juta tujuh ratus ribu rupiah).

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 365 ayat (2) Ke – 1 KUHPidana.

2. Pasal yang didakwakan Jaksa Penuntut Umum

Adapun Pasal yang didakwakan Jaksa Penuntut Umum terhadap putusan nomor 3629/Pid.B/2019/PN Mdn dan putusan nomor 296/Pid.B/2020/PN Mdn adalah Pasal 365 ayat ke (2) KUHPidana. Adapun isi Pasal 365 ayat ke (2) KUHPidana yaitu:

“(2) diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun:

1. Jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum, atau dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan;

2. Jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;

3. Jika masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu;

4. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat”.

3. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum

Adapun tuntutan Jaksa Penuntut Umum terhadap pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan, yaitu sebagai berikut:

a. Menyatakan Terdakwa Suhaimi terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah telah melakukan tindak pidana pencurian dengan kekerasan, sebagaimana diatur dan diancam pidana melanggar Pasal 365 ayat (2) Ke –1 KUHPidana dalam dakwaan Primair;

b. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Suhaimi dengan pidana penjara selama 3 (tiga) tahun dikurangi masa penahanan sementara yang telah dijalani terdakwa dan dengan perintah terdakwa tetap ditahan;

c. Menyatakan barang bukti :

1) 1 (satu) unit sepeda motor merk Yamaha Mio Sporti warna hitam tanpa nomor Polisi.

dirampas untuk Negara.

d. Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.5.000,- (lima ribu rupiah).

4. Fakta Hukum

Menimbang, bahwa berdasarkan alat bukti dan barang bukti yang diajukan diperoleh fakta-fakta hukum sebagai berikut:

- Bahwa Terdakwa pada hari Minggu tanggal 22 September 2019 sekitar jam 21.00 Wib ketika saksi korban sedang berboncengan dengan temannya bernama Lestari saat melintasi di Simpang jalan Pahlawan tepatnya di jalan Prof.H.M.Yamin, Kec.Medan Perjuangan Kota Medan telah mengambil 1 unit Hand Phone merk Oppo Neo 7 warna putih;

- Bahwa cara Terdakwa mengambil handphone saksi korban adaah dengan mula mula memepet sepeda motor korban dan mengambil handphone dari dasbor sepeda motor saksi korban tersebut dan langsung membawa pergi handphone tersebut;

5. Putusan Hakim

Adapun putusan hakim terhadap studi putusan Nomor: 296/PID.B/2020/PN Mdn, yaitu sebagai berikut:

a. Menyatakan Terdakwa Suhaimi telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana ”Pencurian dengan kekerasan”;

b. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa Suhaimi oleh karena itu dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun dan 6 (enam) bulan;

c. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani oleh Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

d. Menetapkan Terdakwa tetap ditahan;

e. Menetapkan barang bukti berupa:

1 (satu) unit sepeda motor merk Yamaha Mio Sporti warna hitam tanpa nomor PolisiDirampas;

f. Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa sejumlah Rp.2.000,00 (dua ribu rupiah).

6. Analisis Kasus

A. Analisis Pasal yang didakwakan Jaksa Penuntut Umum

Sebagaimana dakwaan Jaksa Penuntut Umum dalam putusan nomor 3629/Pid.B/2019/PN.Mdn dan putusan nomor 296/Pid.B/2020/PN Mdn dalam dakwaan ke satu pada masing-masing putusan Jaksa Penuntut umum menyatakan bahwa Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 365 ayat (2) KUHPidana. Dakwaan tesebut merupakan rujukan majelis hakim dalam menjatuhkan putusan kepada terdakwa yang menyatakan tindak pidana pencurian dengan kekerasan “(2) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun: (a) jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum, atau dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan; (b) jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu; (c) jika masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu; (d) jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat”.

Berdasarkan hal tersebut diatas penulis beranggapan bahwa pasal yang didakwaan Jaksa Penuntut umum terhadap para pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan pada putusan nomor 3629/Pid.B/2019/PN.Mdn dan putusan nomor 296/Pid.B/2020/PN Mdn telah sesuai, hal ini juga dijadikan rujukan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan dalam mengambil pertimbangan hukum.

B. Analisis Tuntutan Jaksa Penuntut Umum

Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan pada putusan nomor 3629/Pid.B/2019/PN.Mdn dan putusan nomor 296/Pid.B/2020/PN Mdn sesuai dengan keterangan saksi-saksi dan barang bukti alat bukti, sehingga digunakan untuk memperkuat pembuktian. Maka dalam hal ini Jaksa penuntut umum memberi dakwaan yaitu: Pasal 365 ayat (2) KUHP yang menyebutkan:

“(2) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun:

(a). Jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum, atau dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan;

(b). Jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;

(c). Jika masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu;

(d). Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat”.

Berdasarkan uraian-uraian maupun berbagai pertimbangan dengan memperhatikan ketentuan undang-undang yang bersangkutan, adapun yang menjadi dasar pertimbangan penuntut umum secara objektif dalam mengajukan tuntutannya, yaitu sebagai berikut:

a. Hal-hal yang memberatkan:

1). Terdakwa meresahkan masyarakat.

b. Hal-hal yang meringankan:

1). Terdakwa mengakui dan menyesali perbuatannya.

2). Terdakwa sopan dalam pesidangan.

3). Terdakwa belum pernah dihukum.

Analisa peneliti dalam masalah ini sesuai dengan hasil data yang dianalisis adalah bahwa tuntutan Jaksa Penuntut Umum terhadap masing-masing para pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan telah sesuai dengan fakta-fakta dan saksi-saksi dalam persidangan yaitu dikenakan Pasal 365 Ayat (2) KUHPidana.

C. Analisis Putusan Hakim

Adapun putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan berpijak pada hukum formal sekaligus materil. Dalam artian, aturan berupa Undang-Undang tersebut mengikat bagi pelaku tindak pidana apabila unsur-unsurnya terpenuhi.

Pijakan Majelis Hakim dalam putusan Nomor 3629/PID.B/2019/PN Mdn dan Nomor 296/PID.B/2020/PN Mdn adalah Pasal 365 KUHP, yang berbunyi:

a. Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri.

b. Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun:

1. Jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum, atau dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan;

2. Jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;

3. Jika masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu;

4. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.

c. Jika perbuatan mengakibatkan kematian, maka diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

d. Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan dalam no. 1 dan 3.

Berdasarkan uraian pasal di atas, dapat kita ketahui bahwa Pasal 365 ayat (2) KUHP juga merupakan pasal pemberatan dari Pasal 365 ayat (1) KUHP, yaitu dengan memperberat ancaman pidana penjara dari 9 tahun menjadi 12 tahun, yaitu jika pencurian dengan kekerasan tersebut dilakukan dengan salah satu dari 4 unsur dalam Pasal 365 ayat (2) KUHP.

Putusan Nomor 3629/PID.B/2019/PN Mdn atas nama Aang Junaidi dan Nomor 296/PID.B/2020/PN Mdn atas nama Suhaimi, maka Majelis Hakim merumuskan unsur-unsur dalam Pasal 365 KUHP, yaitu sebagai berikut:

1. Unsur Barang siapa;

2. Unsur ”mengambil sesuatu benda yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain,dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara melawan hukum;

3. Unsur yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan pada orang dengan maksud untuk menyediakan atau memudahkan pencurian itu atau jika tertangkap tangan, supaya ada kesempatan bagi dirinya sendiri atau bagi yang turut serta melakukan kejahatan itu untuk melarikan diri atau supaya barang yang dicurinya tetap tinggal ditangannya;

4. Unsur jika perbuatan itu dilakukan pada waktu malam di dalam sebuah rumah atau dipekarangan tertutup yang ada rumahnya, atau dijalan umum, atau didalam keretapi, trem yang sedang berjalan;

Terpenuhinya unsur-unsur diatas maka bagi pelaku patut dimintakan pertanggungjawabannya. Menurut pertimbangan Majelis Hakim tindakan pelaku tersebut telah memenuhi unsur-unsurnya, sehingga bagi pelaku/pelanggar patut untuk dimintakan pertanggungjawabannya berupa sanksi pidana yang diatur dalam Pasal 365 KUHP.

Bila dilihat dari ketentuan pidana yang diatur dalam pasal, pembuat Undang-Undang membuat sanksi yang cukup berat bagi siapa saja yang melanggarnya. Yakni berupa diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum, atau dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan, jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, jika masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu dan jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.

Hal ini jelas tergambar pada putusan pertama yaitu Nomor 3629/Pid.B/2019/PN.Mdn. bahwa Majelis Hakim menjatuhkan sanksi penjara 4 (empat) tahun penjara. Selanjutnya dalam putusan kedua Nomor 296/Pid.B/2020/PN.Mdn. bahwa Majelis Hakim menjatuhkan sanksi penjara selama 2 (dua) tahun dan 6 (enam) bulan. Tentu penjatuhan sanksi oleh Majelis Hakim, tidak lepas dari pertimbangan-pertimbangan yang meringankan terdakwa seperti: terdakwa menyesali perbuatannya dan tidak akan mengulanginya lagi, Terdakwa belum pernah terlibat dengan masalah hukum. Demikianlah analisis tentang Putusan Nomor 3629/Pid.B/2019/PN.Mdn dan Putusan Nomor 296/Pid.B/2020/PN.Mdn dalam kacamata hukum positif.

Menurut penulis dalam perspektif kriminologi terhadap kedua kasus ini maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang sangat dominan dalam melakukan kejahatan pencurian dengan Kekerasan ini adalah faktor ekonomi dimana faktor ekonomi juga berperan penting dalam mendorong seseorang melakukan tindak pidana. Dalam kasus ini tersangka dalam putusan pertama dan kedua jatuh dalam perbuatan tindak pidana pencurian dengan Kekerasan dan hasil pencurian tersebut digunakan untuk memperkaya diri sendiri. Tersangka pada putusan Nomor 3629/Pid.B/2019/PN Mdn memiliki pekerjaan sebagai Buruh Harian Lepas yang tentunya memiliki gaji/upah yang tidak tetap. Hal ini membuktikan bahwa nafkah yang didapatnya masih belum cukup sehingga ia melakukan tindak pidana pencurian dengan kekerasan. Sedangkan pada putusan Nomor 296/Pid.B/2020/PN Mdn merupakan seoraang pengangguran sehingga

memilih jalan pintas untuk mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dengan melakukan tindak pidana pencurian dengan kekerasan.

Berdasarkan analisis peneliti terhadap Putusan Nomor 3629/Pid.B/2019/PN.Mdn dan Putusan Nomor 296/Pid.B/2020/PN.Mdn, bahwa sanksi yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim kepada terdakwa terlalu ringan yaitu berupa penjara hanya 4 (Empat) tahun dan 2 (Dua) tahun 6 (Enam) bulan, sedangkan dalam Pasal 365 KUHP paling sedikit terdakwa dapat dijerat dengan 9 (Sembilan) tahun penjara. Sehingga kemungkinan para tersangka tindak pidana pencurian dengan kekerasan tidak dapat memberikan efek jera kepada para pelaku dan tidak dapat mencegah pelaku potensial untuk melakukan hal yang sama.

C. Perbandingan Putusan Nomor 3629 dan Nomor 296

Bahwa Perbandingan Putusan Nomor 3629 dengan Nomor 296 terdapat kesamaan maupun perbedaan dari dua putusan tersebut, persamaannya dimana sama-sama bertujuan untuk mencuri barang milik korban secara melawan hukum, akan tetapi untuk Putusan Nomor 3629 tersebut barang milik korban tidak dapat diambil oleh terdakwa akibat teriakan atau jeritan yang dilakukan oleh korban, berbeda dengan Putusan Nomor 296 dimana terdakwa berhasil mengambil barang dari korban.

Kemudian perbedaan dari segi waktu untuk Putusan Nomor 3629 tindak pidana dilakukan pada pagi hari pukul 09.30 akan tetapi untuk Putusan Nomor 296 tindak pidana dilakukan pada malam hari yaitu pukul 19.30, dan terdapat perbedaan pada Kembali untuk Putusan Nomor 3629 terdakwa memang

melakukan kekerasan dengan sangat keji terhadap korban dengan memukul, menggigit, bahkan menusuk korban hingga korban mengalami luka berat, akan tetapi berbedan dengan Putusan Nomor 296 dimana si korban hanya mengalami pepetan terhadap sepeda motornya hingga memberikan efek kejut terhadap korban lalu ada semacam Tindakan dari terdakwa yang membuat korban melepaskan barang milik korban tersebut tetapi tidak terlalu membahayakan seperti yang dialami korban di Putusan Nomor 3629.

Untuk Putusan Nomor 3629 terdakwa sudah mempersiapkan untuk melancarkan aksi nya tersebut dengan membawa kaos kaki untuk menyumbat mulut korban dan obeng untuk menusuk korban dengan maksud membuat korban tidak berdaya dan mengikat tangan korban dengan tali, sementara untuk Putusan Nomor 296 terdakwa sudah bermaksud untuk melakukan pencurian dengan mempersiapkan kendaraan motor untuk melancarkan aksi nya. Jadi Penulis menarik kesimpulan untuk Putusan Nomor 3629 tindak pidana yang dilakukan lebih keji daripada Putusan Nomor 296 meski sama-sama melanggar hukum akan tetapi perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa dalam Putusan Nomor 3629 lebih brutal dengan menusuk, menggigit dan mencekik korban demi melancarkan aksinya.

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tersebut diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengaturan hukum mengenai tindak pidana pencurian diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, yaitu terdapat dalam KUHP Buku Kedua Bab XXII tentang kejahatan terhadap harta dari Pasal 362 KUHP sampai dengan Pasal 367 KUHP yang dikelompokkan dalam beberapa jenis, yaitu pencurian biasa (Pasal 362 KUHP), pencurian dengan pemberatan (Pasal 363 KUHP), pencurian ringan (Pasal 364 KUHP), pencurian dengan kekerasan (Pasal 365 KUHP), dan pencurian dalam kalangan keluarga (Pasal 367 KUHP). Tiap-tiap jenis tindak pidana tersebut mempunyai ancaman pidana yang berbeda, dilihat dari cara-cara, waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.

2. Faktor-faktor penyebab tindak pidana pencurian dengan kekerasan, yaitu Faktor Internal yang terdiri dari faktor individu, faktor keluarga, faktor ekonomi dan faktor pendidikan. Sedangkan Faktor Eksternal terdiri dari faktor lingkungan dan faktor penegakan hukum. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk penanggulanagan tindak pidana pencurian dengan kekerasan, yaitu upaya penal adalah upaya penanggulangan kejahatan yang bersifat represif (penindakan) bagi pelanggar hukum atau pelaku kejahatan. Upaya penal terdiri dari upaya pre-emtif (pembinaan), upaya

preventif (pencegahan) dan upaya refresif. Upaya non penal adalah upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur non-penal lebih bersifat tindakan pencegahan untuk terjadinya, maka sasaran utamanya adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan. Adapun upaya non penal terdiri dari Pencegahan kejahatan primer (primary prevention), Pencegahan sekunder (secondary prevention) dan Pencegahan tersier (tertiary prevention).

3. Pasal yang digunakan oleh Pengadilan Negeri Medan dalam mengambil pertimbangan hukum telah sesuai fakta dan saksi-saksi dalam persidangan, namun tetap saja sanksi yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim kepada terdakwa dalam masing-masing putusan masih dikategorikan ringan berupa hukuman penjara 4 (Empat) tahun dan 2 (Dua) tahun 6 (Enam) bulan, sedangkan dalam Pasal 365 KUHP paling sedikit terdakwa dapat dijerat dengan hukuman 9 (Sembilan) tahun penjara. Sehingga memungkinan para tersangka tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan tindak pidana sejenis lainnya akan melancarkan aksinya kembali dan tidak efektif untuk mencegah pelaku potensial untuk melakukan hal yang sama.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan terkait dengan kesimpulan tersebut diatas, yaitu sebagai berikut:

1. Faktor Individu merupakan salah satu faktor terjadinya tindak pidana, dengan demikian penulis mengharapkan agar pemerintah membuat serta mengembangkan kegiatan-kegiatan yang positif terhadap masyarakat seperti karang taruna dan pengerjaan pembangunan fasilitas umum dan kegiatan lainnya khususnya melibatkan masyarakat ekonomi lemah dan pengangguran agar mereka lebih disibukkan dengan kegiatan positif dan mendapat penghasilan tambahan dari kegiatan tersebut, ada juga Faktor keluarga juga mempengaruhi dari tumbuh kembangnya seseorang tersebut, disini penulis mengharapkan agar setiap keluarga khususnya orang tua agar selalu memberikan ajaran serta didikan dan pengawasan yang baik terhadap anak-anak nya agar si anak tersebut dapat tumbuh dengan baik tanpa terlibat dalam tindak pidana apapun, Faktor Ekonomi merupakan salah satu faktor daripada seseorang melakukan tindak pidana pencurian dengan kekerasan. Sebaiknya pemerintah membuka lapangan pekerjaan dan bantuan untuk masyarakat kecil dan menengah. Lalu ada Faktor Pendidikan penyebab terjadinya tindak pidana, disini penulis mengharapkan agar pemerintah memberikan bantuan intensif dana Pendidikan agar masyarakat dapat memperoleh Pendidikan secara merata dengan demikian masyarakat menjadi terdidik dan berpengetahuan sehingga dapat mencegah tindak pidana apapun.

2. Penulis mengharapkan dan merekomendasikan agar Upaya Penal maupun Non Penal dapat ditingkatkan dengan meningkatkan peranan aparat penegak hukum untuk melakukan upaya penal seperti memberi tindakan represif yang sesuai dan terukur kepada para pelaku tindak pidana, lalu ada upaya non penal berupa pencegahan seperti memaksimalkan peran kepolisian untuk memperkecil kemungkinan terjadinya tindak pidana dengan rutin melakukan patroli di setiap daerah demi mengurangi kemungkinan-kemungkinan terjadinya tindak pidana, lalu meningkatkan peran penegak hukum lain seperti kejaksaan untuk melakukan sosialisasi atau penyuluhan mengenai hukum kepada masyarakat di lingkungan pedesaan maupun perkotaan dan di sekolah-sekolah serta perguruan tinggi.

Dengan demikian masyarakat menjadi teredukasi dengan baik mengenai hukum, dan masyarakat juga diharapkan mampu bekerja sama dengan kepolisian serta penegak hukum lainnya dengan mengawasi dan mengontrol lingkungan sekitar dalam kehidupan sehari-hari.

3. Bahwa sanksi yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim kepada terdakwa terlalu ringan. Penulis mengharapkan sebaiknya Hakim agar lebih cermat dalam menjatuhkan sanksi atau hukuman terhadap terdakwa kasus tindak pidana pencurian dengan kekerasan maupun tindak pidana lainnya, hukuman harus setimpal dengan bentuk perbuatannya sehingga mengakibatkan efek jera kepada pelaku, serta tidak ada kembali residivis-residivis yang lain serta dapat mencegah pelaku potensial untuk melakukan tindak pidana tersebut.

Abdussalam, H.R. Kriminologi, Jakarta: Restu Agung, 2016.

Alam, A.S. Pengantar Kriminologi, Makassar: Pustaka Refleksi Books, 2014.

Ali Zaidan, M. Menuju Pembaruan Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2015.

Arief, Barda Nawawi. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2011.

Bonger, W.A. Pengantar Tentang Kriminologi, Jakarta: Ghalia, 2012.

Chazawi, Adami. Kejahatan terhadap benda, Malang: Bayumedia, 2013.

Chazawi, Adami. Kejahatan terhadap benda, Malang: Bayumedia, 2013.

Dokumen terkait