• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENGARUH PUTUSAN HAKIM NOMOR 3629/PID.B/2019/

A. Putusan Nomor 3629/PID.B/2019/PN MDN

Bahwa terdakwa Aang Junaidi alias Aang pada hari Kamis tanggal 17 Oktober 2019 pukul 09.30 Wib atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam bulan Oktober tahun 2019 bertempat di Pelataran Parkir Jalan Thamrin Kel. Sei Rengas Kec. Medan Area tepatnya disamping Apotik Thamrin didalam mobil Mitsubhisi Pajero warna putih dengan nomor polisi BK 1178 AAI atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang termasuk dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri Medan, “percobaan untuk melakukan kejahatan jika perbuatan itu menjadikan ada orang mendapat luka berat“, yang dilakukan terdakwa dengan cara antara lain sebagai berikut:

Bahwa pada hari Kamis tanggal 17 Oktober 2019 sekitar pukul 09.30Wib saksi Korban Jeseline mengendarai Mobil Mithsubishi Pajero warna putih BK 1178 AAI berbelanja ke pasar Rame lalu saksi Jeseline memarkirkan Mobil tersebut di pelataran parkir Jalan Thamrin Kelurahan Sei Rengas II Kecamatan Medan Area tepatnya di samping Apotik Thamrin, lalu saksi Jeseline turun dari Mobil dan berjalan kaki ke Pasar Rame, sekitar 15 menit belanja kemudian saksi Jeseline berjalan kaki menuju ke parkiran Mobil sampai di parkir saksi Jeseline membuka mobil dan masuk ke dalam mobil, secara tiba-tiba

terdakwa langsung masuk dari pintu tengah samping kiri dan saat berada di dalam mobil terdakwa langsung mencekik leher dan membekap mulut saksi Jeseline dengan menggunakan kaos kaki milik terdakwa, terdakwa menumbuk wajah korban berulang kali dan menggunakan obeng terdakwa menusuk leher saksi jeseline secara berulang-ulang, lalu terdakwa menyeret saksi Jeseline dari bangku supir kebangku samping supir, sambil mengatakan “Jangan teriak”, dan terdakwa mengikat kedua tangan saksi Jeseline menghadap ke depan dengan menggunakan tali plastik, sambil terdakwa memukuli wajah saksi Jeseline, disaat saksi Jeseline merontah dan berusaha membuka mobil terdakwa menghalangi saksi Jeseline dan menggigit hidung saksi Jeseline sehingga mengeluarkan darah, lalu saat saksi Jeseline kembali merontah dan berteriak namun suara saksi Jeseline tidak keluar karena disumbat dengan kaos kaki, dan terdakwa menggigit paha saksi Jeseline sebelah kiri dan mengeluarkan banyak darah, kemudian terdakwa keluar dan melarikan diri dari Mobil, atas kejadian tersebut saksi Jeseline membuat laporan ke Polsek Medan Area.

Bahwa akibat perbuatan terdakwa terhadap saksi Jeseline mengalami luka robek dibagian hidung dan luka di paha sebelah kiri akibat gigitan terdakwa sehingga saksi Jeseline dirawat inap di RS. Umum Pringadi Medan. Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana pasal 365 Ayat (1) Jo Pasal 53 KUHPidana.

2. Pasal yang didakwakan Jaksa Penuntut Umum

Adapun Pasal yang didakwakan Jaksa Penuntut Umum terhadap putusan nomor 3629/Pid.B/2019/PN Mdn dan putusan nomor 296/Pid.B/2020/PN Mdn adalah Pasal 365 ayat ke (2) KUHPidana. Adapun isi Pasal 365 ayat ke (2) KUHPidana yaitu:

“(2) diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun:

1. Jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum, atau dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan;

2. Jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;

3. Jika masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu;

4. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat”.

3. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum

Adapun tuntutan Jaksa Penuntut Umum terhadap pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan, yaitu sebagai berikut:

a. Menyatakan terdakwa AANG JUNAIDI Alias AANG bersalah melakukan tindak pidana “Percobaan untuk melakukan kejahatan jika perbuatan itu menjadikan ada orang mendapat luka berat”sebagaimana diatur dalam Pasal 365 Ayat (1) Jo Pasal 53 KUHPidana.

b. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa AANG JUNAIDI Alias AANG dengan pidana penjara selama : 6 (enam) tahun dengan perintah terdakwa tetap ditahan.

c. Menyatakan Barang Bukti berupa :

1) 1 (satu) buah obeng,

2) 1 (satu) baju kaos lengan panjang warna abu-abu,

3) 1 (satu) celana panjang warna abu-abu dalam keadaan robek, 4) 1 (satu) kaos kaki warna hitam,

5) 1 (satu) pasang sandal warna hitam,

6) 1 (satu) buah tali plastik dengan panjang sekitar 1 (satu) meter Dirampas untuk dimusnahkan.

d. Membebankan terhadap terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.5.000,- (lima ribu rupiah).

4. Fakta Hukum

Menimbang, bahwa berdasarkan alat bukti dan barang bukti yang diajukan diperoleh fakta-fakta hukum sebagai berikut:

 Bahwa benar Terdakwa ditangkap oleh pihak kepolisian pada hari

Sabtu tanggal 19 oktober 2019 sekira pukul 02.00 WIb di Dusun

Naga Timbul Kel .Naga Timbul Kec. Tanjung Morawa Kab. Deli Ser-dang;

 Bahwa benar Terdakwa melakukan pencurian tersebut pada hari

Kamis tanggal 17 Oktober 2019 sekira pukul 09.30 Wib di jalan Tham- rin disamping Apotik Thamrin Kel .Sei Rengas Kec. Medan Are;

 Bahwa korbannya seorang perempuan suku thionghoa /cina yang bernama Jeseline;

 Bahwa tidak ada barang yang diambil oleh Terdakwa dari saksi korban dikarenakan saksi korban berteriak merontah-rontah, kemudian

Terdakwa melakukan penganiayaan dengan menusuk leher, menggigit hidung dan paha saksi yang mengakibatkan hidung luka parah dan paha juga luka parah;

 Bahwa alat yang dipergunakan Terdakwa adalah obeng yang

di-arahkan ke leher saksi untuk mengancam saksi supaya tidak berteriak dan tali plastic digunakan untuk mengikat kedua tangan saksi;

 Bahwa barang milik korban yang menjadi target incaran Terdakwa

un- tuk dirampok atau dicuri dengan cara kekerasan adalah uang yang diduganya berada didalam tas sandang milik korban dan jika tidak da- pat tas tersebut maka barang apa saja yang ada di dalam mobil kor- ban tersebut yang bisa Terdakwa jual untuk mendapat uang seperti Handphone, dompet atau barang berharga lainnya;

 Bahwa pencurian dengan kekerasan yang Terdakwa lakukan tidak

ter- capai sesuai dengan yang diharapkannya dikarenakan aksi yang di-lakukannya diketahui oleh tukang parker yang merasa curiga bahwa di mobil korban tersebut Terdakwa sedang melakukan pengancaman atau kekerasan terhadap korban sehingga Terdakwa ketakutan dan melarikan diri;

 Bahwa akibat pencurian dengan kekerasan tersebut korban

men-galami luka-luka memar berdarah di hidung dan dipaha sebelah kiri dan korban mengalami trauma yang mendalam akibat kekerasan yang Terdakwa lakukan saat hendak melakukan pencurian terhadap saksi korban;

5. Putusan Hakim

Adapun putusan hakim terhadap studi putusan Nomor: 3629/PID.B/2019/PN Mdn, yaitu sebagai berikut:

a. Menyatakan Terdakwa Aang Junaidi Alias Aang telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Pencurian dengan kekerasan”, sebagaimana didakwakan dalam dakwaan Subsidair;

b. Menghukum pidana terhadap Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 4 (empat) tahun;

c. Menetapkan masa penangkapan dan masa penahanan yang telah dijalani oleh Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

d. Menetapkan agar Terdakwa tetap berada dalam tahanan;

e. Menetapkan barang bukti berupa:

1) 1 (satu) buah obeng

2) 1 (satu) baju kaos lengan panjang warna abu-abu

3) 1 (satu) celana panjang warna abu-abu dalam keadaan robek 4) 1 (satu) kaos kaki warna hitam

5) 1 (satu) pasang sandal warna hitam

6) 1 (satu) buah tali plastik dengan panjang sekitar 1 (satu) meter Dirampas untuk dimusnahkan.

f. Membebani Terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 5.000,-(lima ribu rupiah).

6. Analisis Kasus

A. Analisis Pasal yang didakwakan Jaksa Penuntut Umum

Sebagaimana dakwaan Jaksa Penuntut Umum dalam putusan nomor 3629/Pid.B/2019/PN.Mdn dan putusan nomor 296/Pid.B/2020/PN Mdn dalam dakwaan ke satu pada masing-masing putusan Jaksa Penuntut umum menyatakan bahwa Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 365 ayat (2) KUHPidana. Dakwaan tesebut merupakan rujukan majelis hakim dalam menjatuhkan putusan kepada terdakwa yang menyatakan tindak pidana pencurian dengan kekerasan “(2) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun: (a) jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum, atau dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan; (b) jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu; (c) jika masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu; (d) jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat”.

Berdasarkan hal tersebut diatas penulis beranggapan bahwa pasal yang didakwaan Jaksa Penuntut umum terhadap para pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan pada putusan nomor 3629/Pid.B/2019/PN.Mdn dan putusan nomor 296/Pid.B/2020/PN Mdn telah sesuai, hal ini juga dijadikan rujukan oleh

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan dalam mengambil pertimbangan hukum.

B. Analisis Tuntutan Jaksa Penuntut Umum

Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan pada putusan nomor 3629/Pid.B/2019/PN.Mdn dan putusan nomor 296/Pid.B/2020/PN Mdn sesuai dengan keterangan saksi-saksi dan barang bukti alat bukti, sehingga digunakan untuk memperkuat pembuktian. Maka dalam hal ini Jaksa penuntut umum memberi dakwaan yaitu: Pasal 365 ayat (2) KUHP yang menyebutkan:

“(2) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun:

(a) Jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum, atau dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan;

(b) Jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;

(c) Jika masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu;

(d) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat”.

Berdasarkan uraian-uraian maupun berbagai pertimbangan dengan memperhatikan ketentuan undang-undang yang bersangkutan, adapun yang menjadi dasar pertimbangan penuntut umum secara objektif dalam mengajukan tuntutannya, yaitu sebagai berikut:

a. Hal-hal yang memberatkan:

1) Terdakwa meresahkan masyarakat.

b. Hal-hal yang meringankan:

1) Terdakwa mengakui dan menyesali perbuatannya.

2) Terdakwa sopan dalam pesidangan.

3) Terdakwa belum pernah dihukum.

Analisa peneliti dalam masalah ini sesuai dengan hasil data yang dianalisis adalah bahwa tuntutan Jaksa Penuntut Umum terhadap masing-masing para pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan telah sesuai dengan fakta-fakta dan saksi-saksi dalam persidangan yaitu dikenakan Pasal 365 Ayat (2) KUHPidana.

C. Analisis Putusan Hakim

Adapun putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan berpijak pada hukum formal sekaligus materil. Dalam artian, aturan berupa Undang-Undang tersebut mengikat bagi pelaku tindak pidana apabila unsur-unsurnya terpenuhi.

Pijakan Majelis Hakim dalam putusan Nomor 3629/PID.B/2019/PN Mdn dan Nomor 296/PID.B/2020/PN Mdn adalah Pasal 365 KUHP, yang berbunyi:

a. Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri.

b. Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun:

1) Jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum, atau dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan;

2) Jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;

3) Jika masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu;

4) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.

c. Jika perbuatan mengakibatkan kematian, maka diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

d. Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan dalam no. 1 dan 3.

Berdasarkan uraian pasal di atas, dapat kita ketahui bahwa Pasal 365 ayat (2) KUHP juga merupakan pasal pemberatan dari Pasal 365 ayat (1) KUHP, yaitu dengan memperberat ancaman pidana penjara dari 9 tahun menjadi 12 tahun, yaitu jika pencurian dengan kekerasan tersebut dilakukan dengan salah satu dari 4 unsur dalam Pasal 365 ayat (2) KUHP.

Putusan Nomor 3629/PID.B/2019/PN Mdn atas nama Aang Junaidi dan Nomor 296/PID.B/2020/PN Mdn atas nama Suhaimi, maka Majelis Hakim merumuskan unsur-unsur dalam Pasal 365 KUHP, yaitu sebagai berikut:

1. Unsur Barang siapa;

2. Unsur ”mengambil sesuatu benda yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain,dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara melawan hukum;

3. Unsur yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan pada orang dengan maksud untuk menyediakan atau memudahkan pencurian itu atau jika tertangkap tangan, supaya ada kesempatan bagi dirinya sendiri atau bagi yang turut serta melakukan kejahatan itu untuk melarikan diri atau supaya barang yang dicurinya tetap tinggal ditangannya;

4. Unsur jika perbuatan itu dilakukan pada waktu malam di dalam sebuah rumah atau dipekarangan tertutup yang ada rumahnya, atau dijalan umum, atau didalam keretapi, trem yang sedang berjalan;

Terpenuhinya unsur-unsur diatas maka bagi pelaku patut dimintakan pertanggungjawabannya. Menurut pertimbangan Majelis Hakim tindakan pelaku tersebut telah memenuhi unsur-unsurnya, sehingga bagi pelaku/pelanggar patut untuk dimintakan pertanggungjawabannya berupa sanksi pidana yang diatur dalam Pasal 365 KUHP.

Bila dilihat dari ketentuan pidana yang diatur dalam pasal, pembuat Undang-Undang membuat sanksi yang cukup berat bagi siapa saja yang melanggarnya. Yakni berupa diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum, atau dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan, jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, jika masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu dan jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.

Hal ini jelas tergambar pada putusan pertama yaitu Nomor 3629/Pid.B/2019/PN.Mdn. bahwa Majelis Hakim menjatuhkan sanksi penjara 4 (empat) tahun penjara. Selanjutnya dalam putusan kedua Nomor 296/Pid.B/2020/PN.Mdn. bahwa Majelis Hakim menjatuhkan sanksi penjara selama 2 (dua) tahun dan 6 (enam) bulan. Tentu penjatuhan sanksi oleh Majelis Hakim, tidak lepas dari pertimbangan-pertimbangan yang meringankan terdakwa

seperti: terdakwa menyesali perbuatannya dan tidak akan mengulanginya lagi, Terdakwa belum pernah terlibat dengan masalah hukum. Demikianlah analisis tentang Putusan Nomor 3629/Pid.B/2019/PN.Mdn dan Putusan Nomor 296/Pid.B/2020/PN.Mdn dalam kacamata hukum positif.

Menurut penulis dalam perspektif kriminologi terhadap kedua kasus ini maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang sangat dominan dalam melakukan kejahatan pencurian dengan Kekerasan ini adalah faktor ekonomi dimana faktor ekonomi juga berperan penting dalam mendorong seseorang melakukan tindak pidana. Dalam kasus ini tersangka dalam putusan pertama dan kedua jatuh dalam perbuatan tindak pidana pencurian dengan Kekerasan dan hasil pencurian tersebut digunakan untuk memperkaya diri sendiri. Tersangka pada putusan Nomor 3629/Pid.B/2019/PN Mdn memiliki pekerjaan sebagai Buruh Harian Lepas yang tentunya memiliki gaji/upah yang tidak tetap. Hal ini membuktikan bahwa nafkah yang didapatnya masih belum cukup sehingga ia melakukan tindak pidana pencurian dengan kekerasan. Sedangkan pada putusan Nomor 296/Pid.B/2020/PN Mdn merupakan seoraang pengangguran sehingga memilih jalan pintas untuk mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dengan melakukan tindak pidana pencurian dengan kekerasan.

Berdasarkan analisis peneliti terhadap Putusan Nomor 3629/Pid.B/2019/PN.Mdn dan Putusan Nomor 296/Pid.B/2020/PN.Mdn, bahwa sanksi yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim kepada terdakwa terlalu ringan yaitu berupa penjara hanya 4 (Empat) tahun dan 2 (Dua) tahun 6 (Enam) bulan, sedangkan dalam Pasal 365 KUHP paling sedikit terdakwa dapat dijerat dengan 9

(Sembilan) tahun penjara. Sehingga kemungkinan para tersangka tindak pidana pencurian dengan kekerasan tidak dapat memberikan efek jera kepada para pelaku dan tidak dapat mencegah pelaku potensial untuk melakukan hal yang sama.

B. Putusan Nomor 296/PID.B/2020/PN Mdn

Dokumen terkait