• Tidak ada hasil yang ditemukan

Putusan Pengadilan Agama Jakarta Pusat a.Duduk Perkara a.Duduk Perkara

TINJAUAN FIQH TERHADAP PENETAPAN NAFKAH HADANAH

A. Kronologis Perkara Putusan Pengadilan Agama Jakarta Barat dan Putusan Pengadilan Agama Jakarta Pusat Pengadilan Agama Jakarta Pusat

2. Putusan Pengadilan Agama Jakarta Pusat a.Duduk Perkara a.Duduk Perkara

Pemohon adalah seorang laki-laki yang bernama IM bin HM berusia 35 tahun dan beragama Islam, pekerjaan wiraswasta dan bertempat tinggal di Jalan Setia Kawan IV RT. 012, RW. 07 No. 03 Kelurahan Puri Pulo Kecamatan Gambir Jakarta Pusat.

Pemohon mengajukan surat permohonan kepada Ketua Pengadilan Agama Jakarta Pusat yang isinya mohon untuk mengucapkan ikrar talak kepada istrinya yang bernama NY bin W umur 27 tahun, beragama Islam, pekerjaan ibu rumah tangga dan

4Wawancara pribadi dengan Muhyiddin, Hakim Pengadilan Agama Jakarta Barat Pada Hari Kamis, tanggal 6 Mei 2009 di Ruang Hakim Pengadilan Agama Jakarta Barat.

bertempat tinggal di Jalan Kp. Duri Barat RT. 011, RW. 008 No. 09 Kelurahan Duri Pulo Kecamatan Gambir Jakarta Pusat.

Pada tanggal 07 Juli 2001 pemohon dan termohon melangsungkan pernikahan yang dicatat oleh pegawai pencatat nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Jakarta Pusat dengan Kutipan Akta Nikah No : 297/18/VII/2001 tanggal 09 Juli 2001. Setelah melangsungkan pernikahan, keduanya hidup bersama dirumah orang tua termohon selama 5 tahun dan telah hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri serta dikaruniai dua orang anak yang bernama OND berusia 7 tahun dan OPUD berusia 5 tahun. Namun sejak bulan Juni tahun 2007 ketentraman rumah tangga pemohon dan termohon mulai goyah karena seringkali terjadi perselisihan dan pertengkaran yang disebabkan termohon sering meninggalkan rumah kediaman bersama tanpa tujuan dan alasan yang sah serta izin pemohon, termohon lebih mementingkan diri sendiri dari pada kepentingan pemohon dan anaknya dan termohon seringkali membantah perkataan pemohon serta tidak mau diajak untuk pindah ke rumah bersama yang telah dibuat pemohon dengan alasan termohon tidak sanggup mengurus anak sendirian. Karena perselisihan tersebut pemohon dan termohon sudah tidak serumah lagi dan tidak ada ikatan lahir dan bathin sejak tahun 2007 sampai sekarang.

Sehubungan dengan itu, maka pada tanggal 14 Oktober 2009, IM bin HM sebagai pemohon mengajukan permohonan cerai talak kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat dibawah nomor : 696/Pdt.G/2009/PA.JP. dalam permohonan tersebut berisikan petitum agar majelis hakim mengambil keputusan sebagai berikut :

45

1. Mengabulkan permohonan pemohon

2. Menetapkan memberi izin kepada pemohon untuk menjatuhkan talak satu roj’i

kepada termohon.

3. Menghukum pemohon untuk membayar/memberikan nafkah selama iddah sebesar

Rp. 300.000 kepada termohon

4. Membebankan biaya perkara kepada pemohon.

b. Temuan Fakta

Pemohon dalam surat permohonannya mengajukan dalil-dalil yang menjadi

permohonannya atau tuntutannya (petitum). Dalil-dalil tersebut diperkuat dengan

mengajukan alat-alat bukti surat dan dua orang saksi

Dalam perkara tersebut pemohon mengajukan alat bukti surat yaitu foto copy kutipan Akta Nikah Nomor : 297/18 VII/2001 tanggal 09 Juli 2001 yang dikeluarkan Kantor Urusan Agama Kecamatan Gambir Jakarta Pusat dan Foto copy Kutipan Akta Kelahiran dari Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Madya Jakarta Pusat No. 3518/U/JP2005 tanggal 24 Maret 2005 serta No. 5062/U/JP2005 tanggal 16 April 2002. Foto copy dari surat tersebut sudah diperiksa keasliannya oleh majelis hakim dan dapat diterima sebagai alat bukti tertulis atau surat-surat yang dikualifikasi sebagai akta outentik yang memiliki kekuatan pembuktian sempurna. Keterangannya tak terbantahkan, kecuali ada bukti yang sebaliknya. Hal ini untuk memperkuat dalil hukum tentang terjadinya suatu perkawinan yang dilakukan oleh subjek hukum yang bersangkutan.

Fakta hukum yang diperoleh dari akta atau surat resmi diperkuat dengan keterangan dua orang saksi yang diajukan oleh pemohon. Saksi pertama adalah kakak kandung pemohon, dan kedua adalah saudara sepupu pemohon. Keterangan dari kedua saksi di persidangan menguatkan pernyataan dan dalil-dalil hukum dalam surat permohonan dan saling bersesuaian peristiwa yang terjadi antara pemohon dan termohon.

Selama persidangan termohon tidak hadir sehingga tidak ada dokumen hukum yang diserahkan ke hadapan majelis hakim. Namun termohon harus menerima kekalahan di persidangan. Dengan melihat bukti relaas panggilan pada : tanggal 14 Oktober 2009 dan tanggal 15 November 2009

c. Pertimbangan Hukum

Didalam putusan pada perkara No. 696/Pdt/G/2009/PA.JP. Majelis hakim memutus dengan pertimbangan hukum sebagai berikut :

1. Memutus tanpa kehadiran dari termohon (verstek) karena Termohon telah

dipanggil dengan sah dan patut sesuai relaas panggilan pada tanggal 14 Oktober 2009 dan 15 November 2009 serta sesuai dengan pasal 125 HIR.

2. Sesuai dengan bukti-bukti dan temua fakta pada persidangan adalah kewenangan

Pengadilan Agama Jakarta Pusat untuk memutus perkara tersebut dengan mengabulkan permohonan yaitu ; menjatuhkan talak satu roj’i pemohon terhadap pemohon. Karena permohonan pemohon terbukti beralasan dan sesuai dengan maksud pasal 39 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Jo pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 Jo pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum

47

Islam dan tidak dapat terwujud tujuan perkawinan yang membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Majelis hakim juga telah berusaha mendamaikan dan tidak berhasil begitu juga para pihak keluarga.

3. Menghukum pemohon untuk memberikan nafkah iddah sebesar Rp. 900.000,- ,

mut’ah sebesar Rp. 500.000,- dan nafkah 2 orang anak yag diasuh termohon sebesar Rp. 1.000.000,- sampai dewasa. Hal ini sesuai dengan keterangan saksi bahwa selama berkeluarga termohon dan pemohon mempunyai dua orang anak. Meskipun dengan ketidakhadiran termohon dalam hal ini istri atau ibu dari anak

tersebut maka berdasarkan pasal 41 UU No. 1 Tahun 1974 hakim secara ex

officio memandang perlu membebani pemohon untuk membayar kepada

termohon untuk menanggung biaya hidup anak5.

d. Pertimbangan Hakim dalam Menetapkan Nafkah Hadanah dalam Perkara Putusan Verstek

Secara ex officio hakim berhak membebankan nafkah pada suami, namun

dalam hukum acara hakim tidak boleh memutus melebihi gugatan (extra petita),

maka hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat dalam memutus perkara No. 696/Pdt.G/2009/PA.JP. Menurut hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat pembebanan nafkah pada ayah untuk perkara cerai talak dan perceraian (gugat cerai) adalah sama, seperti yang dijelaskan dalam KHI :

5

Wawancara Pribadi dengan Ujang Sholeh, Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat, 17 Mei 2010

- Dalam cerai talak bilamana perkawinan putus karena talak, maka bekas suami wajib memberikan biaya hadanah untuk anak-anaknya yang belum mencapai

umur 21 tahun6.

- Cerai gugat juga diatur tentang akibat putusnya perkawinan karena perceraian

adalah semua biaya hadanah dan nafkah anak menjadi tanggung jawab ayah menurut kemampuannya, sekurang-kurangnya sampai anak tersebut dewasa dan

dapat mengurus sendiri7.

Pasal-pasal tersebut yang dijadikan dasar hakim secara ex officio dalam

membebankan nafkah pada ayah meskipun termohon (ibu) tidak menuntut hak tersebut karena tidak hadir dipersidangan. Dalam hal itu hakim juga melihat fakta didalam pengadilan dan dalam acara pembuktian, apakah ada maksud baik dari suami (ayah) untuk perhatian terhadap anak dan istrinya.

Untuk perkara yang diputus verstek apa tidak dikhawatirkan adanya anggapan

bahwa lebih mudah berperkara dengan verstek?Apalagi hakim memutus dengan

pembebanan nafkah tanpa permintaan istri? Bahwa pada setiap perkara yang tidak dihadiri salah satu pihak hakim tidak langsung memutus perkara tersebut dengan

verstek, tetapi menjalankan sesuai dengan peraturan/UU dengan melakukan pemanggilan (relaas panggilan) kepada para pihak dan menunda sidang beberapa kali

6

KHI Pasal 149 (d)

7

49

untuk kehadiran pihak-pihak. Baru ketika pemanggilan tersebut sudah dilakukan

dengan sah dan patut maka hakim dapat memutusnya secara verstek.

Hakim membebankan nafkah anak kepada suami ketika istri tidak meminta

(menuntut) atau verstek, karena kebanyakan di daerah kewenangan Pengadilan

Agama Jakarta Pusat, para istri awam (tidak tahu) tentang hukum atau hak-haknya sebagia istri, atau haknya ketika perkawinannya diputus (cerai) oleh pengadilan walaupun daerah Jakarta termasuk daerah kota besar namun masih banyak para istri

itu masih awam8.

B. Tinjauan Fiqh Terhadap Pertimbangan Hakim tentang Penetapan Nafkah