• Tidak ada hasil yang ditemukan

62

Dengan adanya pemyataan lalai dalam kaitannya dengan klausula negatif atau ketentuan perjanjian yang memungkinkan terjadinya akselerasi, maka pemyataan lalai tersebut memiliki dampak pada penentuan jatuh temponya suatu utang. Jatuh temponya utang tidak lagi berdasarkan waktu yang ditentukan semula dalam perjanjian, tetapi pada saat lalainya si debitor tadi. Oleh karena itu, penentuan jatuh temponya suatu utang dan kondisi-kondisi yang menyebabkan akselerasi utang, harus berdasarkan kesepakatan para pihak dalam perjanjian. Kesepakatan tersebut berdasarkan Pasal 1338 KUH Perdata, 127 mengikat para pihak yang didalamnya seperti undang-undang. Sehingga yang menjadi pegangan dalam menentukan apakah utang tersebut sudah jatuh tempo atau belum adalah perjanjian yang mendasari hubungan perikatan itu sendiri.

Putusan kepailitan adalah bersifat serta merta dan konstitutif, yaitu meniadakan keadaan dan menciptakan keadaan hukum baru. Dalam putusan Hakim tentang kepailitan ada 3 (tiga) hal yang esensial, yaitu:

1. Pemyataan bahwa si debitor pailit,

2. Pengangkatan seorang Hakim Pengawas yang ditunjuk dari Hakim Pengadilan 3. Kurator.128 Apabila debitor atau kreditor tidak mengajukan usul pengangkatan

kurator lain kepada Pengadilan, maka Balai Harta Peninggalan bertindak selaku kurator. 129

Putusan Hakim Pengadilan Niaga harus sudah selesai dalam waktu 60 ( enam puluh) hari sejak pengajuan permohonan kepailitan. 130 Mahkamah Agung dalam salah satu surat edarannya pemah menyatakan, bahwa putusan hakim hanya diperuntukkan bagi pihak-pihak yang bersangkutan, sehingga akibatnya sistem peradilan tidak memiliki akuntanbilitas publik, karena masyarakat tidak bisa menilai

128 Kurator disini adalah:

l. Balai Harta Peninggalan (BHP); atau 2. Kurator lainnya, yaitu:

a. Orang perorangan yang berdomisili di Indonesia, yang memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus dan / atau membereskan harta pailit; dan b. Terdaftar pada kementrian yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang

hukum dan peraturan perundang-undangan. (Pasal 70 UU No. 37 Tahun 2004) Adapun tugas Kurator adalah melakukan pengurusan dan / atau pemberesan harta pailit. Dan dalam melaksanakan tugasnya, Kurator:

a. tidak diharuskan memperoleh persetujuan dari atau menyampaikan pemberitahuan terlebih dahulu kepada Debitor atau salah satu organ Debitor, meskipun dalam keadaan di luar kepailitan persetujuan atau pemberitahuan demikian dipersyaratkan;

b. dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga, hanya dalam rangka meningkatkan nilai harta pailit.

129 Hj. Rahayu Hartini, Hukum Kepailitan, Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Nasional, Jakarta, 2002, hal. 82

130 Pasal 8 ayat (5) UU No. 37 Tahun 2004

64

putusan-putusan yang dibuat oleh hakim. Sementara itu sistem pengawasan dari dalam lembaga peradilan sendiri sudah tidak bisa diharapkan. 131

Upaya Hukum yang dapat diajukan terhadap putusan atas permohonan pemyataan pailit adalah kasasi ke Mahkamah Agung yang permohonannya diajukan paling lambat 8 ( delapan) hari setelah tanggal putusan yang dimohonkan kasasi diucapkan, dengan mendaftarakan kepada Panitera Pengadilan Niaga yang telah memutus permohonan pernyataan pailit. 132 Permohonan Kasasi, selain dapat diajukan oleh Debitor dan Kreditor yang merupakan pihak pada persidangan tingkat pertama, juga dapat diajukan oleh Kreditor lain yang bukan merupakan pihak pada persidangan tingkat pertama yang tidak puas terhadap putusan atas permohonan pemyataan pailit. Mahkamah Agung wajib mempelajari permohonan kasasi dan menetapkan hari sidang paling lambat 2 ( dua) hari setelah tanggal permohonan kasasi diterimanya. 133 Sidang pemeriksaan atas permohonan kasasi dilakukan paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah tanggal permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung dan putusan atas permohonan kasasi tersebut hams diucapkan paling lambat 60 ( enam puluh) hari setelah tanggal penerimaan permohonan kasasi.134

Baik pada Pengadilan Niaga maupun pada Mahkamah Agung, perkara ditangani oleh Majelis Hakim. Pada Mahkamah Agung akan dibentuk Majelis Hakim khusus untuk menangani perkara Kepailitan dan perkara PKPU.

131 Andi Muhammad Asrun, A. Prasentyatoko, dkk, Op. Cit., hal. 64

132 Pasal 11 UU No. 37 Tahun 2004

133 Pasal 13 UU No. 37 Tahun 2004

134 Ibid ayat 2 dan 3

Terhadap putusan Hakim yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dapat diajukan permohonan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung. 135 Pengajuan permohonan peninjauan kembali dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 180 (seratus delapan puluh) hari setelah tanggal putusan yang dimohonkan peninjauan kembali memperoleh kekuatan hukum tetap, apabila setelah perkara diputus ditemukan bukti baru yang bersifat menentukan yang pada waktu perkara diperiksa di Pengadilan sudah ada belum ditemukan.136 Sedangkan pengajuan permohonan peninjauan kembali dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal putusan yang dimohonkan peninjauan kembali memperoleh kekuatan hukum tetap, apabila dalam putusan hakim yang bersangkutan terdapat kekeliruan yang nyata. 137

Dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal permohonan diterima Panitera Mahkamah Agung, Mahkamah Agung segera memeriksa dan memberikan putusan ···atas permohonan peninjauan kembali tersebut. 138 Salinan putusan peninjauan kembali yang memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut wajib disampaikan oleh Mahkamah Agung kepada para pihak dalam jangka waktu paling lambat 32 (tiga

135 Pasal 295 UU No. 37 Tahun 2004.

136 Pasal 296 ayat (I) UU No. 37 Tabun 2004

137 Pasal 296 ayat (2) UU No. 37 Tahun 2004

138 Pasal 298 ayat (1) UU No. 37 Tahun 2004

66

puluh dua) hari setelah tanggal permohonan diterima oleh Panitera Mahkamah Agung.139

Dalam putusan pailit diangkat Hakim Pengawas dan Kurator.140 Hakim Pengawas adalah hakim yang ditunjuk oleh Pengadilan dalam putusan pailit atau putusan penundaan kewajiban pembayaran utang; Tugas dari Hakim Pengawas adalah mengawasi pengurusan dan pemberesan harta pailit.141 Disamping itu Hakim Pengawas berwenang untuk mendengar keterangan saksi atau memerintahkan penyeledikan oleh para ahli untuk memperoleh kejelasan tentang segala hal mengenai kepailitan.

Kurator dapat melakukan kewajiban pengurusan dan atau pemberesan harta pailit meski ada Kasasi ataupun Peninjauan Kembali (PK). Kurator yang dimaksud di sini adalah:

1. Balai Harta PeJJinggalan (BHP); atau 2. Kurator lainnya, 142 yaitu:

orang perseorangan yang berdomisili di Indonesia, yang memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus dan / atau membereskan harta pailit serta terdaftar pada kementrian yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang hukum dan peraturan perundang-undangan.143 Yang dimaksud dengan '"keahlian khusus" adalah mereka yang mengikuti dan lulus

139 Pasal 298 ayat (3) UU No. 37 Tahun 2004

140 Pasal 15 ayat (I) UU No. 37 Tahun 2004 jo. Pasal 13 ayat ( l) UU No. 4 Tahun 1998

141 Pasal 65 UU No. 37 Tahun 2004

142 Pasal 70 ayat (I) UU No. 37 Tahun 2004

143 Pasal 70 ayat (2) UU No. 37 Tahun 2004

pendidikan Kurator dan pengurus. Sedangkan yang dimaksud dengan

"terdaftar" di sini adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat pendaftaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan merupakan anggota aktif organisasi profesi Kurator clan pengurus. 144

Apabila putusan pailit kemudian dibatalkan sebagai akibat Kasasi atau Peninjauan kembali, maka semua tindakan hukum yang dilakukan kurator sebelum atau pada tanggal kurator menerima pemberitahuan pembatalan putusan tersebut tetap berlaku dan mengikat Debitor. Meskipun demikian, kurator tetap bertanggung jawab atas kesalahan atau kelalaiannya dalam melakukan tugas pengurusan dan atau pemberesan yang menyebabkan kerugian terhadap harta pailit.145

Semua penetapan mengenai pengurusan dan / atau pemberesan harta pailit ditetapkan oleh Pengadilan dalam tingkat terakhir, kecuali Undang-Undang ini menentukan lain.

Sifat putusan dalam Undang-Undang Kepailitan dapat dilaksanakan lebih dahulu (uit verbaar bij voor raad). Dengan demikian dilakukannya upaya hukum tidak menghentikan pelaksanaan dari putusan.

144 Penjelasan UU No. 37 Tahun 2004

145 Pasal 72 UU No. 37 Tahun 2004 jo. Pasal 67C UU No. 4 Talmn 1998

Dokumen terkait