• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : PERKEMBANGAN LEGAL STANDING DALAM PUTUSAN-

D. Putusan Perkara Permohonan yang Diajukan Oleh Lembaga

Dalam Putusan MK No.007/PUU-III/2005 para Pemohon I, yaitu Drs. H. Fathorrasjid, M.Si. dan Saleh Mukaddar, S.H., masing-masing adalah Ketua DPRD dan Ketua Komisi E DPRD Provinsi Jawa Timur, yang dalam permohonan

a quo mendalilkan dirinya bertindak untuk dan atas nama Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Provinsi Jawa Timur oleh Mahkamah dinyatakan memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk bertindak selaku Pemohon dalam permohonan a quo. Adanya putusan demikian menyiratkan bahwa pimpinan DPRD dengan mendalilkan secara tegas kualifikasi dirinya sebagai Ketua dan atau Wakil Ketua DPRD dapat mewakili institusi DPRD sebagai lembaga negara untuk menjadi pemohon dalam pengujian undang-undang olah karena tugas dan fungsi jabatannya untuk mewakili DPRD di dalam dan di luar pengadilan.

Demikian pula halnya dalam pertimbangan hukum putusan MK No. 018/PUU-I/2003 yang memandang bahwa menurut ketentuan Pasal 60 UU No. 22 Tahun 2003 Tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (selanjutnya disebut UU Susduk), “DPRD Provinsi merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai lembaga pemerintahan daerah provinsi”, sehingga dapat dikategorikan sebagai lembaga negara. Pimpinan DPRD Provinsi (Ketua dan Wakil Ketua) menurut ketentuan Pasal 58 ayat (1) huruf f UU Susduk mewakili DPRD Provinsi dan/atau alat kelengkapan DPRD Provinsi di pengadilan.

Diki Altrika : Legal Standing dalam Pengujian Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (Studi Terhadap Putusan-Putusan Mahkamah Konstitusi Tahun 2003 - Januari 2007 Tentang Pengujian Undang-Undang), 2008.

USU Repository © 2009

Berbeda halnya dengan Putusan MK No. 006/PUU-I/2003 yang dalam pertimbangan hukumnya menempatkan satu lembaga ke dalam dua kategori sekaligus baik sebagai Lembaga Negara atau sebagai Badan Hukum Publik.

Untuk lebih rinci dapat dilihat dalam kutipan putusan sebagai berikut :

“…Masalah hukum pertama yang harus dipertimbangkan terlebih dahulu, apakah KPKPN sebagai badan Hukum Publik, dan Anggota KPKPN sebagai Perseorangan pejabat KPKPN, memiliki legal standing untuk mengajukan permohonan Judicial Review ini. Atas persoalan hukum ini, Kami berpendapat bahwa baik sebagai Badan Hukum Publik atau lembaga negara maupun sebagai perseorangan anggota KPKPN, memiliki legal

standing untuk mengajukan Permohonan Judicial Review ini, dengan

pertimbangan sebagai berikut : ---

KPKPN lahir sebagai lembaga yang diperintahkan oleh Ketetapan MPR Nomor XI/MPR/l998, yang merupakan tafsiran atas Undang-Undang Dasar l945, yang menggariskan keharusan perlindungan segenap rakyat, memberikan keadilan dan kesejahteraan bagi segenap Bangsa, sehingga oleh karenanya melalui Undang-undang Nomor 28 Tahun l999, diberikan kewenangan kepada KPKPN untuk memeriksa, memantau dan menyelidiki kekayaan para pejabat negara dan pejabat Pemerintah, dan kemudian melaporkan kepada penyidik jikalau sekiranya diperoleh data- data yang memberi indikasi adanya penyimpangan; ---

Karena itu Pemohon I sebagai lembaga negara atau Badan Hukum Publik, yang telah mendapat kewenangan untuk memeriksa, menyelidiki dan memantau kekayaan Pejabat Negara dan Pejabat Pemerintah melalui undang-undang, melahirkan kewenangan yang secara konstitusional dijamin dan dilindungi karena dimaksudkan mewujudkan tujuan, semangat, dan pokok pikiran, dalam Undang-Undang Dasar. Kelahiran lembaga atau badan sebagai akibat satu policy atau kebijakan yang termuat dalam undang-undang menuntut kewajiban secara konstitusional dari pembuat undang-undang untuk terlebih dahulu melakukan evaluasi kinerja lembaga dimaksud, dan kelalaian melakukan hal tersebut di satu sisi mencederai martabat (dignity), baik lembaga maupun pejabat-pejabat yang direkrut untuk menjalankan tugas di lembaga tersebut, dan disisi lain hal itu secara akal sehat selalu dipandang sebagai masalah konstitusional (Constitutional Matter)...”

Sementara itu, untuk permohonan pengujian yang diajukan oleh kesatuan masyarakat hukum adat hingga saat ini belum ada satu

Diki Altrika : Legal Standing dalam Pengujian Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (Studi Terhadap Putusan-Putusan Mahkamah Konstitusi Tahun 2003 - Januari 2007 Tentang Pengujian Undang-Undang), 2008.

USU Repository © 2009

permohonan pun yang dapat dikualifikasikan bahwa pemohon merupakan kualifikasi kesatuan masyarakat hukum adat.

BAB V PENUTUP

Diki Altrika : Legal Standing dalam Pengujian Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (Studi Terhadap Putusan-Putusan Mahkamah Konstitusi Tahun 2003 - Januari 2007 Tentang Pengujian Undang-Undang), 2008.

USU Repository © 2009 A.Kesimpulan

Setelah menguraikan beberapa pembahasan dalam bab-bab terdahulu, dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Legal standing merupakan suatu dasar dari seseorang atau kelompok orang

untuk mengajukan permohonan pengujian undang-undang di Mahkamah Konstitusi. Pasal 51 ayat (1) UU No.24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi serta putusan perkara nomor 006/PUU-III/2005 dan 010/PUU- III/2005 yang merumuskan secara lebih ketat adanya persyaratan hak konstitusional pemohon merupakan faktor yang dijadikan dasar bagi hakim Mahkamah Konstitusi untuk berpendapat bahwa pemohon memiliki atau tidak memiliki legal standing dalam mengajukan permohonan pengujian undang-undang.

2. Dalam penerapannya hakim Mahkamah Konstitusi tidak serta merta menerapkan kelima syarat tersebut secara kaku atau bersifat kumulatif secara mutlak bahwa untuk dapat dinyatakan pemohon mengalami kerugian konstitusional harus memenuhi semua unsur yang telah ditetapkan tersebut. Namun bagaimana penilaian hakim sangat bergantung kepada kasus konkritnya di lapangan.

3. Dalam menentukan apakah satu pihak dinyatakan bahwa hak konstitusionalnya dirugikan dengan berlakunya suatu undang-undang, hakim Mahkamah Konstitusi mempunyai pendapat berbeda tentang hal ini dalam tiap putusannya bergantung kepada permohonan yang sedang diperiksa sebab kerugian hak konstitusional yang didalilkan dari undang-

Diki Altrika : Legal Standing dalam Pengujian Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (Studi Terhadap Putusan-Putusan Mahkamah Konstitusi Tahun 2003 - Januari 2007 Tentang Pengujian Undang-Undang), 2008.

USU Repository © 2009

undang yang dimohonkan untuk diuji harus dijabarkan menurut hak konstitusional yang telah ditentukan dalam UUD 1945. Oleh karena setiap putusan merupakan penjabaran dari pemeriksaan pengujian undang- undang yang berbeda, maka menghasilkan penafsiran dan intrepretasi hakim yang berbeda pula dalam tiap putusannya.

B. Saran

1. Diharapkan para hakim Mahkamah Konstitusi tidak hanya

mempertimbangkan faktor formalitas atau prosedural yang faktanya tetap dibutuhkan. Namun, juga mampu menyikapi perkembangan yang terjadi di tengah masyarakat yaitu kebutuhan untuk memiliki peraturan perundang-undangan yang menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia dan konstitusi.

2. Para hakim diharapkan mampu mencermati dan mengkaji urgensi undang-undang yang diuji. Apabila undang-undang yang diuji mempunyai potensi untuk memberikan kerugian yang diperkirakan sangat besar bila dibiarkan berlarut-larut. Dalam hal ini hakim Mahkamah Konstitusi perlu mempertimbangkan tindakan yang sedikit lebih fleksibel dalam menanggapi legal standing dari pemohon, hal mana dilakukan demi kepentingan publik.

3. Publik atau warga negara sebagai para pemohon pengujian di

Mahkamah Kontitusi harus menyadari sejauhmana rasionalitas dan urgensi permohonan undang-undang yang dimohonkan untuk diuji.

Diki Altrika : Legal Standing dalam Pengujian Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (Studi Terhadap Putusan-Putusan Mahkamah Konstitusi Tahun 2003 - Januari 2007 Tentang Pengujian Undang-Undang), 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA

A.Buku dan Artikel

Diki Altrika : Legal Standing dalam Pengujian Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (Studi Terhadap Putusan-Putusan Mahkamah Konstitusi Tahun 2003 - Januari 2007 Tentang Pengujian Undang-Undang), 2008.

USU Repository © 2009

Alfatah, Yaser., 2007, Hak-Hak Prosedural Dalam Undang-Undang Lingkungan

Hidup.Jakarta.

Anshari Siregar., Tampil., 2005, Metodologi Peneltian Hukum Penulisan skripsi, Pustaka Bangsa Press, Medan.

Asshiddiqie,Jimly.,2005, Hukum Acara Pengujian Undang-Undang, Yasif Watampone, Jakarta.

_________,2004, Setahun Mahkamah Konstitusi :Refleksi Gagasan dan

Penyelenggaraan, serta Harapan , (dalam) Refly Harun, ed., Menjaga Denyut Konstitusi, Konstitusi Press, Jakarta.

Budiarjo, Budiman.,1991, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia. Jakarta.

Hadi,Nurudin., 2007, Wewenang Mahkamah Komstitusi, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta.

Herlinda, Erna., 2007, Tinjauan tentang Gugatan Class Action dan Legal

Standing di Peradilan Tata Usaha Negara, USU, Medan.

Latif, Abdul., 2007, Mahkamah Konstitusi dalam Upaya Negara Hukum

Demokrasi, Kreasi Total Media, Jakarta.

Mahfud MD.,2007, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen

Konstitusi, LP3ES, Jakarta.

___________., 2006, Politik Hukum di Indonesia, LP3ES, Jakarta.

Thaib,Dahlan., Jazim Hamidi, Ni’matul Huda.2003, Teori dan Hukum Konstitusi, Edisi Revisi, Rajawali Press, Jakarta.

Tim Penyusun Kamus, 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka, Jakarta, Edisi Kedua. Rosyada, Ikhsan., 2006, Mahkamah Konstitusi, Memahami Keberadaannya dalam

Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, Rineka Cipta. Jakarta. Siahaan,Maruarar., 2005, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik

Indonesia, Konstitusi Press, Jakarta.

Soemantri, Sri., 1982, Hak Menguji Material di Indonesia, Penerbit Alumni, Bandung.

Diki Altrika : Legal Standing dalam Pengujian Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (Studi Terhadap Putusan-Putusan Mahkamah Konstitusi Tahun 2003 - Januari 2007 Tentang Pengujian Undang-Undang), 2008.

USU Repository © 2009

., 2006, Prosedur dan Sistem Perubahan UUD, Penerbit Alumni, Bandung.

Subardiah, Maissy., 2007 Legal Standing Pemohon Dalam Pengujian Undang-

Undang (Judicial Review) Pada Mahkamah Konstitusi, Mappi-FHUI.

Jakarta.

Sunggono, Bambang., 2003, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Press, Jakarta.

B. Hukum dan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

Undang-Undang Republik Indonesia No.24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi ((Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4316)

Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor. 06/PMK/2005 Tentang Pedoman Beracara Dalam Perkara Pengujian Undang-Undang

Putusan-Putusan Mahkamah Konstitusi No.001/PUU-I/2003 s.d 024/PUU- IV/2006

Himpunan putusan perkara pengujian peraturan perundang-undangan di Mahkamah Agung C. Internet www.elsam.or.id

D. Majalah

Berita Mahkamah Konstitusi, No.07 Oktober –Nopember 2004 _______________________, No.08 Desember 2004- Januari 2005 _______________________, No.09 Maret-April 2005

Diki Altrika : Legal Standing dalam Pengujian Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (Studi Terhadap Putusan-Putusan Mahkamah Konstitusi Tahun 2003 - Januari 2007 Tentang Pengujian Undang-Undang), 2008. USU Repository © 2009 _______________________, No.10 Mei-Juni 2005 _______________________, No. 11 Juli-Agustus 2005 _______________________, No. 12 September-Oktober 2005 _______________________, No. 14 Januari-Februari 2006 _______________________, No. 16 Juni-Juli 2006 _______________________, No. 17 November-Desember 2006

Dokumen terkait