• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERKAWINAN ADAT JAWA DALAM PEMIKIRAN ULAMA

C. Ragam Adat Istiadat yang Hidup di Masyarakat Desa Ngrombo

Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen

Kehidupan adat dan budaya masyarakat di desa Ngrombo masih sangatlah kompleks. Nguri-uri budaya dari nenek moyang dianggap sebagai bentuk penghormatan dan meminta berkah kepada roh-roh nenek moyang mereka. Seperti upacara-upacara dalam rangka memperingati hari

54

kematian, kenduri/bancaan (doa keselamata), upacara yang behubungan dengan pertanian (dekahan), merti deso (bersih desa), upacara mbangun dan bedol rumah (mendirikan dan pindah rumah), mantu (pernikahan), pitonan (tujuh bulanan orang hamil) dan sunatan (khitanan). Semua upacara tersebut masih dijalankan rutin oleh masyarakat desa Ngrombo, karena menurut mereka jika tidak melakukan upacara-upacara dan tradisi yang sudah ada maka roh nenek moyang ataupun roh penunggu desa akan marah dan terjadilah bencana (keterangan mbah Sutar).

Tradisi-tradisi nenek moyang yang dihasilkan dari proses asimilasi ajaran agama Hindu-Budha dengan agama Islam sehingga menjadi tradisi dan budaya yang bernuansa Islam. contohnya upacara merti desa atau dekahan (bersih desa), yang pada zaman dahulu dilaukan dengan memberi sesaji di tempat-tempat yang dianggap angker atau keramat namun sekarang dilakukan dengan cara Islami, dimana masyarakat beramai-ramai membawa makanan serta lauk-pauk yang dibuat di wadah nampan berisi nasi putih, sayur mayur yang tidak berkuah contohnya gudeg, rawon, atau tumis. Lauk pauk yang berupa ayam, telur, tahu atau tempe, ada juga jajanan pasar seperti jadah, wajik atau apem. Nampan tersebut kemudian diusung ke serambi masjid dan dikumpulkan menjadi satu, kemudian berdoa bersama-sama yang dipimpin oleh modin (imam di masjid desa) dengan bacaan Al-Qur‟an. Setelah selesai berdoa maka selanjutnya acara makan bersama-sama di serambi masjid tersebut, namun makanan yang dimakan bukanlah makanan yang mereka bawa melainkan makanan yang

55

dibawa oleh orang lain atau mereka saling tukar menukar makanan mereka masing-masing. Acara tersebut diikuti oleh semua kalangan dari anak-anak hingga orang dewasa, biasanya bapak-bapak dan anak kecil ikut menyantap makanan di tempat tersebut beda halnya dengan para ibu, mereka menunggu nampannya kembali dan membawa makanan bagiannya untuk di bawa pulang (keterangan mbah Sutar).

Lain lagi dengan acara dekahan, acara ini dilaksanakan setelah panen raya tiba, bukan panen semua jenis tanaman pertanian yang di tanaman oleh masyarakat desa Ngrombo, melainkan hanya saat masyarakat desa tersebut panen tanaman padi. Acara dekahan ini dilakukan oleh masyarakat desa Ngrombo dengan maksud untuk mengungkapkan rasa syukur mereka atas panen tanaman padi yang mereka tanam dengan hasil melimpah-ruah. Prosesi acara dekahan tidak jauh berbeda dengan acara merti desa, dimana para warga membawa makanan yang di tata di wadah nampan. Makanan tersebut berisi nasi, lauk pauk dan jajanan pasar yang tidak jauh berbeda dengan makanan yang dibawa saat acara merti desa namun lebih banyak makanan jajanan pasar yang terbuat dari bahan dasar beras ketan. Kemudian mereka datang ke persawahan, dan membawa makanan tersebut ke sawah mereka masing- masing. Setelah sampai di sawah masing-masing, kemudian berdoa agar hasil pertaniannya selalu melimpah seperti apa yang mereka harapkan. Usai berdoa maka makanan yang mereka bawa diambil sedikit yang kemudian ditaruh pada setiap sudut sawah, hal ini dilakukan dengan

56

maksud bahwa menaruh makanan di setiap sudut sawah merupakan bentuk menghormati mbok Sri atau dewi Sri. Dewi Sri menurut kepercayaan masyarakat desa Ngrombo merupakan putri atau dewi yang menjelma menjadi beras (keterangan Pak Sutar).

Selain merti desa dan dekahan, masyarakat desa Ngrombo juga melaksanakan selamatan untuk orang yang sedang hamil, biasanya disebut upacara pitonan. Acara pitonan dilakukan apabila usia kandungan telah menginjak usia tujuh bulan. Acara pitonan ini dilakukan dengan membagi- bagikan makanan kepada masyarakat sekitar, makanan tersebut biasanya berupa nasi, ayam, sambal kentang, bakmi, jadah (makanan yang terbuat dari beras ketan), dan rujak. Pada malam harinya,warga masyarakat yang laki-laki kemudian diminta untuk datang di rumah yang mempunyai hajatan pitonan tersebut untuk berdoa bersama, biasanya untuk acara pitonan seperti ini mereka membaca Al-Qur‟an surat Yusuf dan surat Maryam. Tujuan dari acara pitonan ini adalah untuk mendoakan keselamatan si jabang bayi yang ada dalam kantungan tersebut dan apabila bayinya lahir ke dunia supaya manjadi anak yang baik, yang berbakti kepada kedua orang tua serta berguna bagi nusa dan bangsa. Setelah bayinya lahir, maka diadakan pula selamatan bayi. Acara selamatan bayi oleh masyarakat desa Ngrombo biasanya menyebutnya dengan sebutan selamatan sepasaran bayi. Acara sepasaran bayi ini ini dilakukan bukan saat bayi lahir kemudian langsung dilakukan selamatan bayi, melainkan bayi yang sudah berusia satu minggu. Beda lagi dalam hal perkawinan,

57

masyarakat desa Ngrombo mempunyai cara tersendiri dalam melaksanakan upacara perkawinan. Mereka melaksanakan upacara perkawinan runtut dari berbagai prosesi yang sakral dan penuh makna (keterangan pak Sutar).

Selain adat di atas, di desa Ngrombo diselenggarakan juga adat selamatan untuk orang meninggal, karena proses hidup manusia dimulai sejak di dalam kandungan hingga manusi meninggal dunia, maka dari itu di tengah masyarakat desa Ngrombo diselenggarakan acara selamatan- selamatan dimulai saat masih berada didalam kandungan ibunya hingga akhir hayat. Selamatan untuk orang yang meninggal dunia dilakukan pada saat tujuh hari, empat puluh hari, seratus hari dan seribu hari dari dari kematian. Acara selamatan kematian di hari-hari yang telah ditentukan tersebut, dimana keluarga dari almarhum atau almarhumah mengadakan bancaan (sebutan acara selamatan oleh masyarakat desa Ngrombo). Dalam acara bancaan ini, keluarga dari orang yang meninggal dunia mengundang warga sekitar yaitu khususnya bapak-bapak dan para pemuda untuk datang ke rumah duka untuk mendoakan dan memintakan ampun bagi si orang yang telah meninggal tersebut, biasanya dibacakan surat Yasin dan Tahlil yang ditujukan untuk almarhum atau almarhumah. Dalam acara bancaan selamatan kematian ini dipimpin oleh modin atau imam di masjid desa Ngrombo, setelah selesai membaca surat Yasin dan Tahlil serta telah selesai mendoakan si mayit maka acara ditutup dengan membagikan berkat (makanan yang diberikan oleh yang punya hajat)

58

kepada seluruh hadirin dan tamu yang datang untuk dibawa pulang (keterangan pak Sutar).

Dokumen terkait