• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.1. KAJIAN TEORI

2.1.3. Bimbingan dalam Konteks Pendidikan 1. Pengertian Bimbingan

2.1.3.4. Ragam bimbingan di Sekolah Dasar 1.Ragam Bimbingan

utama guru mengajar, tugas guru SD ditambah dengan program melaksanakan bimbingan. Tujuan dari bimbingan yang dilakukan oleh guru SD menurut Furqon (2005) adalah untuk membantu peserta didik agar dapat memenuhi tugas perkembangannya baik pribadi, belajar, ataupun sosial. Oleh karena itu sekolah memiliki peranan penting dalam memberikan bimbingan kepada peserta didik sesuai dengan tugas perkembangan peserta didik. Ragam bimbingan yang ada di SD akan dijelaskan pada bagian berikut ini.

2.1.3.4. Ragam bimbingan di Sekolah Dasar 1. Ragam Bimbingan

Beberapa ahli membagi ragam bimbingan menjadi 3 macam dengan definisi yang berbeda-beda, beberapa diantaranya dijelaskan di bawah ini:

a. Bimbingan pribadi

Tohirin (2007) menjelaskan bahwa bimbingan pribadi adalah suatu bantuan dari pembimbing kepada terbimbing agar dapat mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi dalam mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Tujuan bimbingan pribadi ialah membantu individu agar bisa memecahkan masalahnya sendiri yang menyangkut keadaan batinnya sendiri (kurang percaya diri, tidak teliti, tidak jujur, dan sombong).

Menurut Marsudi (2010) bimbingan pribadi bertujuan untuk membantu peserta didik mengenal, menemukan, dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, serta sehat jasmani dan rohani, (hlm. 29). Hal ini diperkuat dengan pendapat Winkel

15

(2002) yang menyatakan bahwa bimbingan adalah “bimbingan yang diberikan untuk membantu peserta didik dalam hal menghadapi masalah yang dialaminya, dalam mengatur dirinya sendiri dibidang rohani, jasmani, pengisian waktu luang, dan sebagainya” (hlm. 113).

Masalah yang dialami peserta didik menurut Kowitz (dalam Furqon, 2005) merupakan masalah yang yang berkaitan dengan kemampuan intelektual, kondisi fisik dan kebiasaan-kebiasaannya yaitu kurangnya percaya diri, kurang memiliki inisiatif, kurang tanggung jawab, mudah putus asa, tidak semangat, tidak teliti. Masalah yang dialami peserta didik tersebut dapat menghambat tugas perkembangan pribadi peserta didik.

Tugas perkembangan pribadi menurut Brown dan Trusty (dalam Barus, 2011) adalah sebagai berikut: (1) pemahaman tehadap dirinya sendiri yang meliputi kesadaran menyangkut kelebihan-kelebihan, kelemahan-kelemahan, minat-minat, gambaran tubuh, perbedaan-perbedaan, dan kesamaan-kesamaan dengan orang lain, (2) penghargaan terhadap diri sendiri, pandangan positif tentang diri sendiri, dan penerimaan diri, (3) mengembangkan rasa percaya diri, berani tampil, berlatih mengungkapkan gagasan sendiri, (4) belajar berperilaku dan mengembangkan kebiasaan pola hidup sehat dan efektif, (5) membiasakan bersikap dan berperilaku jujur, santun, rendah hati, mentaati norma-norma yang berlaku, (6) memahami dan mampu mengenali perilaku baik, buruk, perbuatan salah dan benar, (7) berlatih mengambil keputusan sederhana, (8) berlatih mengembangkan perilaku bertanggung jawab, teliti, dan konsekuen dengan apa

16

yang dilakukan, (9) berlatih mengatur mengelola keperluan diri sendiri, perawatan diri dan kegiatan pribadi.

Model perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi diakan digunakan untuk mengatasi perilaku peserta didik dalam hal tidak teliti. Menurut Sukmadinata (2009) ciri-ciri peserta didik yang teliti adalah bertanggung jawab, berhati-hati, konsentrasi, memperhatikan petunjuk, berpikir kritis, dan menyadari apa yang sudah dipelajari penting bagi kehidupannya.

b. Bimbingan Belajar

Tohirin (2007) menjelaskan bahwa bimbingan belajar adalah bantuan dari pembimbing kepada peserta didik untuk menemukan cara belajar yang tepat dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan belajar misalnya tidak tepat waktu, tidak tekun belajar, tidak mengerjakan PR dan malas membaca. Hal ini diperkuat dengan pengertian bimbingan belajar yang diungkapkan oleh Winkel (2002) “bimbingan belajar adalah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih studi yang sesuai dengan minat, kebutuhannya, dan mengatasi kesukaran yang berkaitan dengan tuntutan-tuntutan sekolah” (hlm.113).

Pendapat lain mengenai pengertian bimbingan diungkapkan Nurihsan (2006) yang menyatakan bahwa“bimbingan belajar ialah bimbingan untuk membantu individu menghadapi masalah dan menyelesaikan masalah-masalah belajar, misalnya tidak tekun belajar dan tidak tepat waktu”(hlm 15). Tujuan bimbingan belajar menurut Yusuf (2010) adalah untuk mengembangkan

17

suasana belajar yang nyaman, membantu individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan sekolahnya dan mengembangkan cara belajar yang efektif.

Model perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi dengan ragam bimbingan belajar untuk mengatasi perilaku peserta didik dalam hal tidak tekun belajar. Ciri-ciri peserta didik yang tekun belajar menurut Slameto (2010 yaitu: (1) belajar tepat dengan waktu, (2) membaca dan membuat catatan materi

pelajaran, (3) mengulang bahan pelajaran yang sudah diajarkan, (4) konsentrasi, (5) mengerjakan tugas, (6) mengingat materi pelajaran. Jika peserta didik dapat

menerapkan cara belajar yang efektif, maka tugas perkembangan belajarnya dapat tercapai. Tugas perkembangan belajar menurut Brown dan Trusty (dalam Barus, 2011) adalah sebagai berikut: (1) berkemampuan membaca, menulis, berhitung sesuai dengan tuntutan kurikulum, (2) keterampilan mendengarkan, (3) keterampilan mengikuti petunjuk/ instruksi, (4) keterampilan mengorganisasi aktivitas belajar, tugas-tugas sekolah, bermain, dan kegiatan lainnya, (5) keterampilan belajar yang efektif, (6) keterampilan menghadapi ulangan-ulangan atau tes.

c. Bimbingan sosial

Tohirin (2007) menjelaskan bahwa bimbingan sosial adalah “suatu bimbingan atau bantuan dalam hal menghadapi masalah-masalah sosial seperti pergaulan, penyelesaian masalah, konflik, penyesuaian diri dan sebagainya” (hlm. 127). Hal ini diperkuat oleh Walgito (2010) yang menyatakan bahwa bimbingan sosial adalah bantuan yang diberikan untuk membantu peserta didik mengembangkan sikap jiwa dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari

18

mulai dari dalam kehidupan masyarakat sampai negara. Tujuan bimbingan sosial adalah agar peserta didik yang dibimbing dapat bergaul dengan baik di lingkungannya, membantu peserta didik untuk memecahkan masalah sosial, dan dapat menyesuaikan diri dengan baik dalam lingkungan sekitar sesuai dengan tugas perkembangan sosialnya.

Tugas perkembangan sosial menurut Brown dan Trusty (dalam Barus, 2011) antara lain: (a) keterampilan komunikasi, (b) keterampilan bergaul, (c) keterampilan mengelola rasa takut, (d) keterampilan menolak dan ketegasan, (e) keterampilan bekerjasama, (f) mempelajari peran sosial sebagai laki-laki atau perempuan sesuai dengan harapan dan norma masyarakat, (g) toleransi dan menghargai terhadap perbedaan budaya, suku, ras, dan agama, (h) menghargai dan menghormati gagasan orang lain.

d. Bimbingan karier

Menurut Tohirin (2007) menjelaskan bahwa bimbingan karier adalah “bimbingan yang membantu peserta didik dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah yang menyangkut karier tertentu. Tujuan bimbingan karier ini adalah agar peserta didik mampu memahami, merencanakan, memilih, menyesuaikan diri dan mengembangkan karier-karier tertentu setelah mereka tamat dari pendidikannya” (hlm. 132).

Pengertian bimbingan karier menurut Nurihsan (2006) adalah “bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan, dan penyelesaian masalah-masalah karier” (hlm. 16). Hal ini didukung oleh pendapat Winkel (2002) mengenai pengertian bimbingan adalah bimbingan

19

dalam mempersiapkan diri sejak dini guna mempersiapkan diri untuk menghadapi dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan pekerjaan sesuai dengan tugas perkembangannya. Tugas perkembangan karier peserta didik menurut Brown dan Trusty (dalam Barus, 2011) antara lain: (a) berlatih membiasakan diri dalam melakukan pekerjaan sehari-hari, (b) belajar menghargai makna bekerja, mengelola waktu, hidup hemat dan produktif, (c) belajar berperilaku dan mengembangkan kebiasaan pola hidup sehat dan efektif.

Pada penelitian ini, peneliti hanya berfokus membahas mengenai bimbingan pribadi dan belajar, karena berdasarkan hasil analisis kebutuhan peserta didik kelas IV B SD Kanisius Sengkan Yogyakarta membutuhkan ragam bimbingan pribadi dan belajar. Bimbingan tersebut dilakukan dengan cara klasikal. Layanan bimbingan klasikal dijelaskan pada bagian berikut ini. 2. Layanan Bimbingan Klasikal

Bimbingan klasikal atau yang sering disebut dengan bimbingan kelompok menurut Hartinah (2009) merupakan salah bentuk usaha pemberian bantuan kepada orang-orang yang mengalami masalah dimana anggota kelompok tersebut secara perorangan dapat memanfaatkan semua informasi, tanggapan, yang berkaitan dengan masalahnya.

Pengertian bimbingan klasikal diperkuat oleh pernyataan Nurihsan (2006), “bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat berupa penyampaian informasi ataupun aktivitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan belajar” (hlm. 23). Tujuan

20

bimbingan kelompok menurut Winkel (2004), adalah untuk menunjang perkembangan pribadi, perkembangan belajar dan perkembangan sosial yang masing-masing anggota kelompok meningkatkan kerjasama untuk memecahkan masalah dan mencapai tujuan yang bermakna bagi anggota kelompok.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa bimbingan klasikal/kelompok adalah bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam kelompok yang bertujuan untuk mengatasi masalah yang sebagian besar masalah tersebut dialami oleh peserta didik.

3. Ciri-ciri, Tugas Perkembangan, dan Permasalahan yang Dialami Peserta

Dokumen terkait