MODEL PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TERINTEGRASI DENGAN RAGAM BIMBINGAN PRIBADI
DAN BELAJAR UNTUK PESERTA DIDIK KELAS IV B SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh: Meilinawati NIM: 081134055
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
MODEL PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TERINTEGRASI DENGAN RAGAM BIMBINGAN PRIBADI
DAN BELAJAR UNTUK PESERTA DIDIK KELAS IV B SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh: Meilinawati NIM: 081134055
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN MOTTO
“Sesungguhnya petani menantikan hasil
yang berharga dari tanahnya dan ia sabar
sampai turun hujan musim gugur
dan hujan musim semi”.
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Peneliti dengan segala kerendahan hati mempersembahkan skripsi ini kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus
2. Orang tua: Nasiman dan Mujirah
3. Kakak: Daniel Mujiyarto dan Dwi Widiyatmoko
4. Keluarga besar Marto Wardoyo
5. Sahabat-sahabat: Ignatius Tulus Setiadi, Zita Wigandari Bedewoda, Maria
Margareta Ratnasari, Noviani Indriana, dan Lenny Arinta.
viii ABSTRAK
Meilinawati. 2012. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Bahasa
Indonesia Terintegrasi dengan Ragam Bimbingan Pribadi dan Belajar untuk Peserta Didik Kelas IV B SD Kanisius Sengkan Yogyakarta. Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini adalah penelitian kolaboratif, yang bertujuan untuk mengetahui kelayakan perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar. Penelitian dilaksanakan di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah satu guru Bahasa Indonesia dan 32 peserta didik kelas IV B. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2012 sampai dengan Juli 2012. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan model Dick and Carey yang dimodifikasi. Model perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi konsep pengintegrasian, silabus, RPP, dan materi ajar Bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar untuk peserta didik kelas IV B SD Kanisius Sengkan Yogyakarta. Kelayakan model perangkat pembelajaran ini diperoleh melalui penilaian ahli mata pelajaran Bahasa Indonesia, ahli Bimbingan Konseling dan ahli pengembangan perangkat pembelajaran dengan mengacu Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe 1.
Hasil penilaian yang dilakukan oleh ahli mata pelajaran, ahli bimbingan konseling dan ahli pengembangan perangkat pembelajaran terhadap model perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi ragam bimbingan pribadi memperoleh 86% dengan kategori layak. Hasil penilaian dari ahli mata pelajaran dan bimbingan konseling terhadap model pengembangan perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi bimbingan belajar memperoleh persentase 88.7% dengan kategori layak. Berdasarkan kedua hasil penilaian tersebut, dapat disimpulkan bahwa model perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar dikategorikan layak digunakan guru di kelas IV B SD Kanisius Sengkan Yogyakarta. Melalui model pengembangan perangkat pembelajaran pada penelitian ini diharapkan dapat membantu peserta didik teliti dan tekun saat belajar Bahasa Indonesia.
ix ABSTRACT
Meilinawati. 2012. The Model of Development Bahasa Indonesia A Learning
Equitment of Subject Integrated with Varied Personal and Learning Guidance for the Grade IV B Students of Kanisius Sengkan Elementary School Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Elementary School Teacher
Education Study Program Sanata Dharma University.
This is collaborative research, which aimed to find out the feasibility of Bahasa Indonesia Learning equipment integrated with varied personal and learning guidance. The research was conducted in SD Kanisius Sengkan
yogyakarta. The subjects of this research were Bahasa Indonesia teacher and the
students of class IV B SD Kanisius Sengkan. The research was conducted from January 2012 to July 2012. Types of research used the research and development modified from Dick and Carey’s model. The model developed consisted of, integrated concept, syllabus, lesson plan, and learning material integrated into personal and learning guidance for student class IV B of SD Kanisius Sengkan
Yogyakarta. The feasibility of the learning equipment model was acquired
through the validation by Bahasa Indonesia expert, counseling expert and the development of learning equipment expert based on “Penilaian Acuan Patokan
(PAP) type 1”.
The result of judgment by Bahasa Indonesia expert, counseling expert and the development of learning equipment expert toward the development Bahasa Indonesia a learning equitment of subject integrated with personal guidance acquire 86% by category feasible. The result of judgment by Bahasa Indonesia expert and counseling expert toward the development Bahasa Indonesia a learning equitment of subject integrated with learning guidance acquire 88.7% by category feasible. Based on the second result, it can be concluded that the model of development Bahasa Indonesia a learning equitment of subject integrated with varied personal and learning guidance categorized feasible to use teacher in class IV B SD Kanisius Sengkan Yogyakarta. Through the model of development learning equipment on this research expected to help students diligent and carefully when learning Bahasa Indonesia.
Keywords: Learning Equitment, Bahasa Indonesia, Personal Guidance Varied,
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian
pengembangan ini. Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar sarjana
pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan selesai jika tanpa
bantuan dari berbagai pihak, maka peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., M.A., Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Dra. Ign. Esti Sumarah, M. Hum., Dosen pembimbing I, yang telah
memberikan arahan dan sumbangan pemikiran untuk menyelesaikan skripsi
ini.
4. Ibu AG. Krisna Indah Marheni, S.Pd., MA., Dosen pembimbing II, yang telah
memberikan bantuan ide, saran, masukan, kritik serta bimbingannya yang
sangat berguna selama penelitian ini.
5. Bapak Dr. Y. Karmin, M. Pd., Dosen penguji, yang telah memberikan saran
dan sumbangan pemikiran yang bermanfaat untuk merevisi skripsi ini.
6. Para validator yang telah meluangkan, tenaga, dan pikiran untuk menilai
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR BAGAN ... xvii
xiii BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Spesifikasi Model ... 5
1.5. Definisi Operasional ... 6
1.6. Kontribusi Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian teori ... 8
2.2.Peran Guru SD ... 23
2.3.Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 25
2.4.Penelitian Relevan ... 28
2.5.Kerangka Berpikir ... 30
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 32
3.2. Model Pengembangan ... 33
3.3. Desain Pengembangan... 35
3.4. Prosedur Pengembangan ... 36
3.5. Subjek Penelitian ... 39
3.6. Jenis Data ... 39
3.7. Instrumen Pengumpulan Data ... 40
xiv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Penelitian ... 47
4.2.Pembahasan ... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 63
5.2. Keterbatasan Penelitian ... 63
5.3. Saran ... 64
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Pedoman Wawancara ... 40
Tabel 3.2. Pedoman Observasi ... 41
Tabel 3.3. Pedoman Alat Ungkap Kebutuhan (AUK) ... 42
Tabel 3.4. Pedoman Ahli Mata Pelajaran ... 42
Tabel 3.5. Pedoman Ahli Bimbingan Konseling ... 43
Tabel 3.6. Pedoman Ahli Pengembangan ... 44
Tabel 3.7. Kriteria Revisi Model Pengembangan ... 46
Tabel 3.8. Patokan Acuan Penilaian (PAP) 1 ... 46
Tabel 4.1. Hasil Wawancara ... 48
Tabel 4.2. Hasil Observasi ... 49
Tabel 4.3. Hasil Alat Ungkap Kebutuhan ... 51
Tabel 4.4. Deskripsi Para Ahli ... 53
Tabel 4.5. Rekapitulasi Penilaian Pertama Model Perangkat Pembelajaran Bahasa Indonesia Terintegrasi Ragam Bimbingan Pribadi ... 54
Tabel 4.6. Rekapitulasi Penilaian Kedua Model Perangkat Pembelajaran Bahasa Indonesia Terintegrasi Ragam Bimbingan Pribadi ... 57
xvi
Tabel 4.8. Rekapitulasi Penilaian Kedua Model Perangkat Pembelajaran
xvii DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1. Alur Kerangka Berpikir ... 31
Bagan 3.1. Prosedur Pengembangan Dick dan Carey ... 33
Bagan 3.2. Modifikasi Prosedur Pengembangan Dick dan Carey ... 36
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 67
Lampiran 2. Hasil Pengisian Alat Ungkap Kebutuhan ... 68
Lampiran 3. Rekapitulasi Hasil Alat Ungkap Kebutuhan ... 70
Lampiran 4. Hasil Penilaian Ahli Mata Pelajaran ... 71
Lampiran 5. Hasil Penilaian Ahli Bimbingan Konseling (BK) ... 73
Lampiran 6. Hasil Penilaian Ahli Pengembangan ... 75
Lampiran 7. Perangkat Pembelajaran Bahasa Indonesia Terintegrasi dengan Ragam Bimbingan Pribadi... 76
Lampiran 8. Perangkat Pembelajaran Bahasa Indonesia Terintegrasi dengan Ragam Bimbingan Belajar ... 107
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Guru SD merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi proses
pembelajaran dan bimbingan di sekolah, sehingga diharapkan dapat mengajarkan
berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan, serta memberikan bimbingan kepada
peserta didik. Hal tersebut diperkuat dengan SK Menpan RI No. 83 Tahun 1993
(dalam Furqon, 2005, hlm. 23) yang menyatakan bahwa tugas guru SD selain
mengajar diharapkan dapat memberikan bimbingan. UU No. 20 tahun 2003, PP
No.19 tahun 2005, dan Permendiknas No.22 tahun 2006, (dalam Barus, 2011, hlm. 1)
juga menegaskan bahwa guru SD diharapkan memiliki kemampuan untuk
memberikan bimbingan di sekolah, yang mencakup bimbingan pribadi/ sosial/
belajar/ karier. Oleh karena itu, guru SD membutuhkan perangkat pembelajaran
terintegrasi dengan ragam bimbingan. Bimbingan tersebut dapat dilakukan dengan
teknik klasikal atau kelompok.
Penjabaran di atas menjadi dasar bagi dua dosen Universitas Sanata Dharma
untuk melakukan penelitian kolaboratif dan melibatkan peneliti sebagai salah satu
anggotanya. Topik pada penelitian kolaboratif ini merupakan wujud dari keprihatinan
dosen terhadap kebutuhan guru akan adanya model pengembangan perangkat
pembelajaran terintegrasi ragam bimbingan. Oleh karena itu peneliti menindaklanjuti
2
Yogyakarta guna mengetahui informasi mengenai kebutuhan guru terhadap model
pengembangan perangkat pembelajaran terintegrasi ragam bimbingan.
Peneliti mengawali analisis kebutuhan dengan wawancara kepada wali kelas IV
B SD Kanisius Sengkan. Hasil dari wawancara yang dilakukan peneliti sebagai
berikut: guru menyatakan bahwa tidak dapat memberikan bimbingan, karena
terkendala waktu yang tidak memungkinkan untuk melakukan bimbingan. Hal ini
menyebabkan guru belum dapat membantu peserta didik secara maksimal dalam
memenuhi tugas perkembangan, sehingga muncul perilaku peserta didik yang dapat
menghambat tugas perkembangan yaitu malas belajar, tergesa-gesa ketika
mengerjakan tugas, tidak tepat waktu, melamun, mengeluh saat diberikan tugas, dan
tidak membuat ringkasan materi. Perilaku tersebut sering muncul pada kegiatan
pembelajaran Bahasa Indonesia. Oleh karena itu guru SD membutuhkan perangkat
pembelajaran yang terintegrasi dengan ragam bimbingan untuk membantu peserta
didik menghindari perilaku yang dapat menghambat tugas perkembangannya.
Hasil wawancara diperkuat peneliti dengan melakukan observasi pada saat
kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia. Hasil observasi yang dilakukan oleh
peneliti menunjukan bahwa peserta didik tidak membaca petunjuk pengerjaan soal
sehingga bertanya pada guru atau teman mengenai hal yang sudah dijelaskan dan
peserta didik terlihat tergesa-gesa dalam mengumpulkan tugas. Hal tersebut
menggambarkan bahwa peserta didik kelas IV B SD Kanisius Sengkan tidak teliti
dalam mengerjakan soal. Peneliti juga melihat peserta didik tidak dapat menjawab
3
ringkasan materi. Kedua perilaku tersebut menunjukkan bahwa peserta didik tidak
tekun belajar Bahasa Indonesia.
Peneliti ingin melihat lebih lanjut mengenai bimbingan yang dibutuhkan oleh
peserta didik kelas IV B SD Kanisius Sengkan dengan menyebarkan Alat Ungkap
Kebutuhan (AUK). AUK adalah alat yang digunakan untuk mengetahui kebutuhan
bimbingan peserta didik. Hasil AUK menunjukkan bahwa persentase tertinggi
terletak pada pernyataan peserta didik tidak tekun belajar Bahasa Indonesia.
Persentase tinggi lainnya terletak pada pernyataan peserta didik tidak teliti
mengerjakan tugas Bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan
penyebaran AUK menunjukkan bahwa peserta didik membutuhkan ragam bimbingan
pribadi dalam hal ketelitian dan bimbingan belajar dalam hal ketekunan terutama
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Sufanti (2010), menyatakan bahwa “Bahasa Indonesia merupakan mata
pelajaran yang memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial dan
emosional peserta didik” (hlm. 12). Tujuan Bahasa Indonesia, berdasarkan BSNP,
2006 (dalam Sufanti, 2010) adalah untuk meningkatkan kemampuan peserta didik
mengenal dirinya dan lingkungannya, mengemukakan gagasan dan perasaan baik
secara lisan ataupun tertulis, serta berpartisipasi dengan masyarakat dengan
kemampuan yang ada dalam dirinya. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa dengan
belajar Bahasa Indonesia peserta didik dapat berlatih berkomunikasi, menanamkan
budi pekerti, dan meningkatkan pengetahuan. Oleh karena itu, guru SD dapat
4
Indonesia, sehingga diharapkan dapat membantu peserta didik memenuhi tugas
perkembangan pribadi dan belajar.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk mengintegrasikan mata
pelajaran Bahasa Indonesia dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar
menggunakan penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D).
Oleh karena itu skripsi ini berjudul “Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Bahasa Indonesia Terintegrasi dengan Ragam Bimbingan Pribadi dan Belajar untuk
Peserta Didik Kelas IV B SD Kanisius Sengkan Yogyakarta”
1.2. RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang akan dibahas melalui penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana kelayakan model perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia
terintegrasi dengan bimbingan pribadi untuk peserta didik kelas IV B SD
Kanisius Sengkan Yogyakarta?
2. Bagaimana kelayakan model perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia yang
terintegrasi dengan bimbingan Belajar untuk peserta didik kelas IV B SD
5
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui kelayakan model perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia
terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi untuk peserta didik kelas IV B
SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.
2. Mengetahui kelayakan model perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia
terintegrasi dengan ragam bimbingan belajar untuk peserta didik kelas IV B
SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.
1.4. SPESIFIKASI PRODUK
Hasil akhir yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa:
1. Perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi dengan ragam
bimbingan pribadi, yang terdiri dari: konsep pengintegrasian, silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Handout/Materi ajar.
2. Perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi dengan ragam
bimbingan belajar, yang terdiri dari: konsep pengintegrasian, silabus, Rencana
6
1.5. DEFINISI OPERASIONAL
Agar tidak menimbulkan tafsiran yang berbeda, beberapa istilah yang perlu
diberi definisi operasional dalam penelitian ini:
1. Perangkat pembelajaran adalah alat - alat yang dipakai untuk mendukung dan
memfasilitasi proses belajar mengajar yang terdiri dari: konsep
pengintegrasian, silabus, RPP, dan materi ajar.
2. Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran memiliki peran penting dalam
perkembangan intelektual, sosial, emosional peserta didik dan diarahkan
untuk meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik dan
benar.
3. Bimbingan pribadi adalah bantuan yang diberikan kepada individu untuk
mengatasi masalah masalah yang berkaitan dengan sifat dan kemampuan
dirinya agar menjadi individu yang percaya diri, memiliki inisiatif tinggi,
tanggung jawab, jujur, dan teliti.
4. Bimbingan belajar adalah proses bantuan untuk memfasilitasi peserta didik
dalam mengembangkan pemahaman, sikap dan keterampilan dalam belajar,
dan memecahkan masalah-masalah belajar agar individu tersebut menjadi
tekun belajar, memiliki motivasi belajar, dan tepat waktu.
5. Model perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi dengan ragam
bimbingan pribadi terdiri dari konsep pengintegrasian, silabus, Rencana
7
6. Model perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi dengan ragam
bimbingan belajar terdiri dari konsep pengintegrasian, silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan materi ajar.
1.6. KONSTRIBUSI PENELITIAN
Penelitian ini memiliki kontribusi bagi beberapa pihak sebagai berikut:
1. Bagi guru
Guru SD dapat memiliki model perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia
terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar.
2. Bagi peserta didik
Peserta didik dapat terbantu tugas perkembangannya dengan belajar Bahasa
Indonesia yang terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar.
3. Bagi peneliti
Sebagai calon guru SD yang memiliki tugas pengajar sekaligus
pembimbingan, maka dapat terbantu menyusun perangkat pembelajaran
terintegrasi dengan ragam bimbingan.
4. Bagi Prodi PGSD
Sebagai salah satu contoh penelitian pengembangan model perangkat
8 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. KAJIAN TEORI
2.1.1. Perangkat pembelajaran
Menurut Siregar dan Nara (2010) perangkat pembelajaran merupakan
seperangkat alat pembelajaran yang disusun secara terencana dengan tujuan yang
telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan dengan maksud agar
terjadi proses belajar pada peserta didik. Pengertian perangkat pembelajaran yang lain
diungkapkan oleh Winkel (2002) yang menyatakan bahwa “perangkat pembelajaran
adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta
didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap
rangkaian kejadian-kejadian interen yang dialami peserta didik”.
Ibrahim (dalam Trianto, 2009) menjelaskan bahwa perangkat pembelajaran
yang diperlukan dalam mengelola proses belajar mengajar dapat berupa: silabus,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan peserta didik (LKS),
instrumen evaluasi atau Tes Hasil Belajar (THB), media pembelajaran, serta materi
ajar. Model perangkat pembelajaran dalam penelitian ini terdiri dari konsep
pengintegrasian, silabus, RPP, dan materi ajar. Silabus, RPP, materi ajar dijelaskan
pada bagian berikut.
2.1.2.1 Silabus
Pengertian silabus menurut Yulaelawati (dalam Majid, 2008) merupakan
9
disusun secara sistematis memuat komponen-komponen yang saling berkaitan untuk
mencapai penguasaan kompetensi dasar. Umumnya suatu silabus paling sedikit harus
mencakup unsur-unsur: (1) tujuan mata pelajaran yang akan diajarkan kegiatan
pembelajaran, (2) keterampilan yang diperlukan agar dapat menguasai mata pelajaran
tersebut dengan baik, (3) aktivitas dan sumber-sumber belajar pendukung
keberhasilan pengajaran, (4) berbagai teknik evaluasi yang digunakan. Prinsip-prinsip
pengembangan silabus:
1. Sistematis
Komponen-komponen dalam silabus saling berhubungan secara fungsional
dalam mencapai kompetensi.
2. Konsisten
Adanya hubungan yang tetap antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok,
pengalaman belajar, sumber belajar, dan penilaian.
3. Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan
penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
Yulaelawati (dalam Majid, 2008), menjelaskan bahwa langkah-langkah
pengembangan silabus: (1) penulisan identitas mata pelajaran, (2) penentuan standar
kompetensi, (3) penentuan kompetensi dasar, (4) penentuan materi pokok,
(5) penentuan pengalaman belajar yang akan dialami peserta didik, (6) penjabaran
kompetensi dasar menjadi indikator, (7) penjabaran indikator ke dalam instrumen
penilaian, (8) penentuan alokasi waktu dalam kegiatan pembelajaran, (9) penentuan
10
2.1.2.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Trianto (2009) menjelaskan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yaitu panduan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan guru
dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam kegiatan pembelajaran.
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dikembangkan dari rumusan tujuan pembelajaran
yang mengacu dari indikator untuk mencapai hasil belajar sesuai kurikulum.
Komponen-komponen penting yang ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
meliputi: Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator pencapaian
hasil belajar, strategi pembelajaran, sumber pembelajaran, alat dan bahan,
langkah-langkah kegiatan pembelajaran, dan evaluasi.
Kegiatan pembelajaran yang ada dalam RPP meliputi kegiatan awal, kegiatan
inti, dan kegiatan akhir. Menurut Rusman (2010) kegiatan inti dalam RPP
menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata
pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Eksplorasi merupakan kegiatan untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru dari
situasi yang baru. Elaborasi adalah penggarapan secara tekun dan cermat. Konfirmasi
adalah pembenaran, penegasan, dan pengesahan.
Berdasarkan Buku Pedoman Pengajaran Mikro (2008) sebuah RPP dikatakan
baik bila telah memenuhi unsur-unsur sebagai berikut: (1) komponen lengkap dan
logis urutannya, (2) pemilihan materi ajar sesuai dengan kompetensi dasar, indikator,
dan tujuan, (3) media dan sumber belajar sesuai dengan indikator, (4)
langkah-langkah pembelajaran meliputi kegiatan awal, inti, dan akhir, (5) langkah-langkah-langkah-langkah
11
pembelajaran mencerminkan model atau metode yang digunakan, (7) terdapat alokasi
waktu pada setiap tahap pembelajaran, (8) penilaian sesuai dengan indikator yang
akan dicapai.
2.1.2.3 Materi Ajar
Materi ajar menurut Wina Sanjaya (2008) adalah segala bentuk bahan yang
digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Bahan ajar memungkinkan peserta didik dapat mempelajari suatu kompetensi dasar
secara runtut dan sistematis sehingga secara peserta didik mampu menguasai semua
kompetensi. Materi ajar berisi tentang: (1) tujuan yang harus dicapai, biasanya
dirumuskan dalam bentuk perilaku spesifik sehingga keberhasilannya dapat diukur,
(2) materi ajar harus memuat fakta, konsep, dan prosedur, (3) kegiatan belajar, berisi
tentang materi yang harus dipelajari oleh peserta didik, (4) rangkuman materi yakni
garis-garis besar materi pelajaran secara urut, (5) tugas dan latihan harus meliputi
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Pada penelitian ini perangkat pembelajaran
tersebut akan diintegrasikan dengan ragam bimbingan. Ragam bimbingan akan
dijelaskan pada bagian berikut.
2.1.3. Bimbingan dalam Konteks Pendidikan
2.1.3.1. Pengertian Bimbingan
Furqon (2005) menyatakan bahwa bimbingan adalah “proses bagaimana
menyelesaikan masalah dan membantu individu untuk dapat berkembang secara
optimal” (hlm. 4). Menurut Thantawy (2005) bimbingan (guidance) merupakan
bantuan atau pertolongan kepada individu. Jadi, bimbingan adalah bantuan yang
12
lingkungan agar mampu memecahkan masalahnya dan membuat keputusan yang
tepat sehingga tercapai perkembangannya dengan baik untuk kepentingan diri sendiri
dan orang-orang yang ada disekitarnya.
Pengertian bimbingan menurut Syamsu (2010) adalah sebagai suatu bantuan
atau pertolongan yang diberikan pada peserta didik untuk mengembangkan diri,
mengatasi masalah, atau mengambil keputusan” (hlm. 6). Hal ini diperkuat oleh
Sukmadinata (2008) yang menyatakan bahwa “bimbingan sebagai salah satu aspek
program pendidikan yang diarahkan terutama membantu peserta didik agar dapat
menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya saat ini dan dapat merencanakan
masa depannya sesuai dengan minat, kemampuannya, dan kebutuhan sosialnya”
(hlm. 9). Pendapat lain mengenai pengertian bimbingan menurut Prayitno (2004)
adalah bantuan atau pertolongan yang dilaksanakan oleh seorang yang ahli kepada
seorang yang dalam mengembangkan kemampuan yang dimiliki untuk dapat
mengembangkannya berdasarkan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Berdasarkan pengertian bimbingan dari beberapa ahli di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan
kepada peserta didik dalam rangka membantu memecahkan masalah yang berkaitan
dengan kehidupannya baik aspek pribadi, belajar, ataupun sosial. Bimbingan
mempunyai tujuan, tujuan bimbingan di SD akan dijelaskan pada bagian berikut.
2.1.3.2. Tujuan Bimbingan
Depdikbud (dalam Furqon, 2005) memaparkan bahwa layanan bimbingan di
sekolah dasar mempunyai tujuan membantu peserta didik untuk dapat memenuhi
13
sesuai dengan tuntutan lingkungan. Hal ini diperkuat oleh pendapat Gunawan (1992)
yang menyatakan bahwa tujuan bimbingan adalah sebagai bantuan yang diberikan
oleh individu agar: (1) mengerti dirinya dan lingkungannya, mengerti dirinya sendiri
meliputi kemampuan, bakat khusus, minat dan cita-cita dan nilai-nilai hidup yang
dimilikinya untuk perkembangan dirinya, mengerti lingkungan lingkungan sekitar
meliputi pengenalan baik lingkungan fisik, sosial, maupun budaya, (2) mampu
memilih, memutuskan, dan merencanakan hidupnya secara bijaksana baik dalam
bidang pendidikan, pekerjaan dan pribadi-sosial, (3) mengembangkan kemampuan
dan kesanggupan secara maksimal, (4) memecahkan masalah yang dihadapinya
secara bijaksana, (5) mengelola aktivitas kehidupannya, mengembangkan sudut
pandangnya, dan mengambil keputusan serta mempertanggungjawabkannya,
(6) memahami dan mengarahkan diri dalam bertindak serta bersikap sesuai dengan
tuntutan dan keadaan lingkungannya.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan
bimbingan adalah untuk membantu peserta didik dalam memenuhi tugas
perkembangan pribadi, sosial, dan belajar dalam konteks pendidikan, khususnya
pendidikan sekolah dasar.
2.1.3.3. Landasan Bimbingan di Tingkat Sekolah Dasar
Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003, PP No. 19 tahun 2005, Permendiknas
N0.22 tahun 2006 menegaskan bahwa dalam konteks reformasi pendidikan di
sekolah, pelayanan Bimbingan dan Konseling (BK) sebagai bagian yang integratif
dalam sistem pendidikan di sekolah. Hal ini diperkuat dengan Surat Keputusan
14
utama guru mengajar, tugas guru SD ditambah dengan program melaksanakan
bimbingan. Tujuan dari bimbingan yang dilakukan oleh guru SD menurut Furqon
(2005) adalah untuk membantu peserta didik agar dapat memenuhi tugas
perkembangannya baik pribadi, belajar, ataupun sosial. Oleh karena itu sekolah
memiliki peranan penting dalam memberikan bimbingan kepada peserta didik sesuai
dengan tugas perkembangan peserta didik. Ragam bimbingan yang ada di SD akan
dijelaskan pada bagian berikut ini.
2.1.3.4. Ragam bimbingan di Sekolah Dasar
1. Ragam Bimbingan
Beberapa ahli membagi ragam bimbingan menjadi 3 macam dengan definisi
yang berbeda-beda, beberapa diantaranya dijelaskan di bawah ini:
a. Bimbingan pribadi
Tohirin (2007) menjelaskan bahwa bimbingan pribadi adalah suatu
bantuan dari pembimbing kepada terbimbing agar dapat mencapai tujuan dan
tugas perkembangan pribadi dalam mewujudkan pribadi yang mampu
bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Tujuan bimbingan
pribadi ialah membantu individu agar bisa memecahkan masalahnya sendiri
yang menyangkut keadaan batinnya sendiri (kurang percaya diri, tidak teliti,
tidak jujur, dan sombong).
Menurut Marsudi (2010) bimbingan pribadi bertujuan untuk membantu
peserta didik mengenal, menemukan, dan mengembangkan pribadi yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, serta sehat
15
(2002) yang menyatakan bahwa bimbingan adalah “bimbingan yang diberikan
untuk membantu peserta didik dalam hal menghadapi masalah yang dialaminya,
dalam mengatur dirinya sendiri dibidang rohani, jasmani, pengisian waktu
luang, dan sebagainya” (hlm. 113).
Masalah yang dialami peserta didik menurut Kowitz (dalam Furqon,
2005) merupakan masalah yang yang berkaitan dengan kemampuan intelektual,
kondisi fisik dan kebiasaan-kebiasaannya yaitu kurangnya percaya diri, kurang
memiliki inisiatif, kurang tanggung jawab, mudah putus asa, tidak semangat,
tidak teliti. Masalah yang dialami peserta didik tersebut dapat menghambat
tugas perkembangan pribadi peserta didik.
Tugas perkembangan pribadi menurut Brown dan Trusty (dalam Barus,
2011) adalah sebagai berikut: (1) pemahaman tehadap dirinya sendiri yang
meliputi kesadaran menyangkut kelebihan-kelebihan, kelemahan-kelemahan,
minat-minat, gambaran tubuh, perbedaan-perbedaan, dan kesamaan-kesamaan
dengan orang lain, (2) penghargaan terhadap diri sendiri, pandangan positif
tentang diri sendiri, dan penerimaan diri, (3) mengembangkan rasa percaya diri,
berani tampil, berlatih mengungkapkan gagasan sendiri, (4) belajar berperilaku
dan mengembangkan kebiasaan pola hidup sehat dan efektif, (5) membiasakan
bersikap dan berperilaku jujur, santun, rendah hati, mentaati norma-norma yang
berlaku, (6) memahami dan mampu mengenali perilaku baik, buruk, perbuatan
salah dan benar, (7) berlatih mengambil keputusan sederhana, (8) berlatih
16
yang dilakukan, (9) berlatih mengatur mengelola keperluan diri sendiri,
perawatan diri dan kegiatan pribadi.
Model perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi dengan
ragam bimbingan pribadi diakan digunakan untuk mengatasi perilaku peserta
didik dalam hal tidak teliti. Menurut Sukmadinata (2009) ciri-ciri peserta didik
yang teliti adalah bertanggung jawab, berhati-hati, konsentrasi, memperhatikan
petunjuk, berpikir kritis, dan menyadari apa yang sudah dipelajari penting bagi
kehidupannya.
b. Bimbingan Belajar
Tohirin (2007) menjelaskan bahwa bimbingan belajar adalah bantuan
dari pembimbing kepada peserta didik untuk menemukan cara belajar yang
tepat dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan belajar misalnya tidak
tepat waktu, tidak tekun belajar, tidak mengerjakan PR dan malas membaca.
Hal ini diperkuat dengan pengertian bimbingan belajar yang diungkapkan oleh
Winkel (2002) “bimbingan belajar adalah bimbingan dalam hal menemukan
cara belajar yang tepat, dalam memilih studi yang sesuai dengan minat,
kebutuhannya, dan mengatasi kesukaran yang berkaitan dengan
tuntutan-tuntutan sekolah” (hlm.113).
Pendapat lain mengenai pengertian bimbingan diungkapkan Nurihsan
(2006) yang menyatakan bahwa“bimbingan belajar ialah bimbingan untuk
membantu individu menghadapi masalah dan menyelesaikan masalah-masalah
belajar, misalnya tidak tekun belajar dan tidak tepat waktu”(hlm 15). Tujuan
17
suasana belajar yang nyaman, membantu individu untuk dapat menyesuaikan
diri dengan tuntutan sekolahnya dan mengembangkan cara belajar yang efektif.
Model perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi dengan
ragam bimbingan belajar untuk mengatasi perilaku peserta didik dalam hal tidak
tekun belajar. Ciri-ciri peserta didik yang tekun belajar menurut Slameto (2010
yaitu: (1) belajar tepat dengan waktu, (2) membaca dan membuat catatan materi
pelajaran, (3) mengulang bahan pelajaran yang sudah diajarkan, (4) konsentrasi,
(5) mengerjakan tugas, (6) mengingat materi pelajaran. Jika peserta didik dapat
menerapkan cara belajar yang efektif, maka tugas perkembangan belajarnya
dapat tercapai. Tugas perkembangan belajar menurut Brown dan Trusty (dalam
Barus, 2011) adalah sebagai berikut: (1) berkemampuan membaca, menulis,
berhitung sesuai dengan tuntutan kurikulum, (2) keterampilan mendengarkan,
(3) keterampilan mengikuti petunjuk/ instruksi, (4) keterampilan
mengorganisasi aktivitas belajar, tugas-tugas sekolah, bermain, dan kegiatan
lainnya, (5) keterampilan belajar yang efektif, (6) keterampilan menghadapi
ulangan-ulangan atau tes.
c. Bimbingan sosial
Tohirin (2007) menjelaskan bahwa bimbingan sosial adalah “suatu
bimbingan atau bantuan dalam hal menghadapi masalah-masalah sosial seperti
pergaulan, penyelesaian masalah, konflik, penyesuaian diri dan sebagainya”
(hlm. 127). Hal ini diperkuat oleh Walgito (2010) yang menyatakan bahwa
bimbingan sosial adalah bantuan yang diberikan untuk membantu peserta didik
18
mulai dari dalam kehidupan masyarakat sampai negara. Tujuan bimbingan
sosial adalah agar peserta didik yang dibimbing dapat bergaul dengan baik di
lingkungannya, membantu peserta didik untuk memecahkan masalah sosial, dan
dapat menyesuaikan diri dengan baik dalam lingkungan sekitar sesuai dengan
tugas perkembangan sosialnya.
Tugas perkembangan sosial menurut Brown dan Trusty (dalam Barus,
2011) antara lain: (a) keterampilan komunikasi, (b) keterampilan bergaul,
(c) keterampilan mengelola rasa takut, (d) keterampilan menolak dan ketegasan,
(e) keterampilan bekerjasama, (f) mempelajari peran sosial sebagai laki-laki
atau perempuan sesuai dengan harapan dan norma masyarakat, (g) toleransi dan
menghargai terhadap perbedaan budaya, suku, ras, dan agama, (h) menghargai
dan menghormati gagasan orang lain.
d. Bimbingan karier
Menurut Tohirin (2007) menjelaskan bahwa bimbingan karier adalah
“bimbingan yang membantu peserta didik dalam menghadapi dan
menyelesaikan masalah-masalah yang menyangkut karier tertentu. Tujuan
bimbingan karier ini adalah agar peserta didik mampu memahami,
merencanakan, memilih, menyesuaikan diri dan mengembangkan karier-karier
tertentu setelah mereka tamat dari pendidikannya” (hlm. 132).
Pengertian bimbingan karier menurut Nurihsan (2006) adalah
“bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan, dan
penyelesaian masalah-masalah karier” (hlm. 16). Hal ini didukung oleh
19
dalam mempersiapkan diri sejak dini guna mempersiapkan diri untuk
menghadapi dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan pekerjaan sesuai dengan
tugas perkembangannya. Tugas perkembangan karier peserta didik menurut
Brown dan Trusty (dalam Barus, 2011) antara lain: (a) berlatih membiasakan
diri dalam melakukan pekerjaan sehari-hari, (b) belajar menghargai makna
bekerja, mengelola waktu, hidup hemat dan produktif, (c) belajar berperilaku
dan mengembangkan kebiasaan pola hidup sehat dan efektif.
Pada penelitian ini, peneliti hanya berfokus membahas mengenai
bimbingan pribadi dan belajar, karena berdasarkan hasil analisis kebutuhan
peserta didik kelas IV B SD Kanisius Sengkan Yogyakarta membutuhkan
ragam bimbingan pribadi dan belajar. Bimbingan tersebut dilakukan dengan
cara klasikal. Layanan bimbingan klasikal dijelaskan pada bagian berikut ini.
2. Layanan Bimbingan Klasikal
Bimbingan klasikal atau yang sering disebut dengan bimbingan
kelompok menurut Hartinah (2009) merupakan salah bentuk usaha pemberian
bantuan kepada orang-orang yang mengalami masalah dimana anggota
kelompok tersebut secara perorangan dapat memanfaatkan semua informasi,
tanggapan, yang berkaitan dengan masalahnya.
Pengertian bimbingan klasikal diperkuat oleh pernyataan Nurihsan
(2006), “bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang
dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat berupa
penyampaian informasi ataupun aktivitas kelompok membahas
20
bimbingan kelompok menurut Winkel (2004), adalah untuk menunjang
perkembangan pribadi, perkembangan belajar dan perkembangan sosial yang
masing-masing anggota kelompok meningkatkan kerjasama untuk memecahkan
masalah dan mencapai tujuan yang bermakna bagi anggota kelompok.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa
bimbingan klasikal/kelompok adalah bantuan yang diberikan kepada peserta
didik dalam kelompok yang bertujuan untuk mengatasi masalah yang sebagian
besar masalah tersebut dialami oleh peserta didik.
3. Ciri-ciri, Tugas Perkembangan, dan Permasalahan yang Dialami Peserta
Didik Usia 9-12 Tahun.
a. Ciri-ciri Peserta Didik Usia 9-12 Tahun
Izzaty, dkk (2008) membagi masa kanak-kanak akhir menjadi dua fase,
yaitu: (1) masa kelas-kelas rendah SD yang berlangsung antara usia 6/7 tahun-
9/10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas I, II, dan III SD, (2) masa
kelas-kelas tinggi SD, yang berlangsung antara usia 9/10 tahun- 12/13 tahun, biasanya
mereka duduk di kelas IV, V, dan VI SD. Peserta didik kelas IV SD terletak
pada fase masa kelas tinggi dengan ciri khas sebagai berikut: (1) perhatiannya
tertuju kepada kehidupan sehari-hari, (2) rasa ingin tahu tinggi, ingin belajar
dan realistis, (3) timbul minat kepada pelajaran- pelajaran khusus, (3) peserta
didik memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya
di sekolah, (4) peserta didik membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk
21
b. Tugas Perkembangan Peserta didik Usia 9-12 Tahun
Tugas perkembangan menurut Havighurst (dalam Furqon, 2005)
tugas-tugas yang muncul pada saat atau periode tertentu dari kehidupan suatu
individu. Hal serupa diungkapkan oleh Desmita (2009) adalah “berbagai ciri
perkembangan yang diharapkan timbul dan dimiliki setiap anak pada setiap
masa dalam periode perkembangan” (hlm 29).
Havighurst (dalam Hurlock, 1980) menyatakan bahwa tugas
perkembangan adalah sebagai berikut: (1) mempelajari keterampilan fisik yang
diperlukan untuk permainan-permainan yang umum, (2) membangun sikap
yang sehat mengenai diri sendiri sebagi makhluk yang sedang tumbuh,
(3) belajar menyesuaikan diri dengan teman sebayanya, (4) mengembangkan
keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung,
(5) mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan
sehari-hari, (6) mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata dan
tingkatan nilai, (7) mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial
dan lembaga-lembaga, (8) mencapai kebebasan pribadi.
4. Masalah yang Dihadapi Peserta Didik
Kowitz (dalam Furqon, 2005) menjelaskan bahwa masalah yang
dihadapi peserta didik usia 9-12 tahun atau masalah yang dihadapi peserta didik
usia sekolah dasar dalam memenuhi tugas perkembangannya yaitu:
a. Masalah pribadi
Permasalahan pribadi anak-anak usia sekolah dasar terutama berkenaan
kebiasaan-22
kebiasaannya. Beberapa perilaku anak menyimpang yang membentuk
kebiasaan-kebiasaan yang dapat menghambat tugas perkembangan belajar
peserta didik antara lain kurangnya percaya diri, kurang memiliki inisiatif,
kurang tanggung jawab, tidak teliti, kurang menunjukan perilaku agresif.
b. Masalah penyesuaian sosial
Peserta didik dalam mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial,
baik dengan teman ataupun guru banyak mengalami masalah. Misalnya
perasaan rendah diri, ketergantungan pada kawan, iri, cemburu, curiga,
persaingan termasuk dalam permasalahan yang berkaitan dengan teman
sebayanya.
c. Masalah akademik
Permasalahan akademis dapat berupa tidak dikuasainya kemampuan
atau materi yang ditargetkan sebagai tujuan pengajaran. Ketidakberhasilan
prestasi peserta didik tidak hanya disebabkan oleh kecerdasan yang tinggi tetapi
juga sebagai akibat cara belajar yang salah, tidak tekun belajar, kurangnya
motivasi belajar, kurangnya fasilitas dan dukungan dari orang tua, atau
kesalahan dalam guru mengajar akibat kurangnya memahami materi ajar dan
pendekatan yang dipakai.
Peneliti pada penelitian ini hanya akan berfokus pada perilaku-perilaku
yang berasal dari masalah pribadi yaitu tidak teliti dan masalah belajar yaitu
tidak tekun. Perilaku-perilaku ini dapat diatasi dengan bimbingan yang
23
2.2. PERAN GURU SD
Selain mengampu mata pelajaran, guru diharapkan dapat membimbing peserta
didik yang diampunya. Tugas-tugas guru baik sebagai pengampu mata pelajaran dan
sebagai pembimbing akan dijelaskan sebagai berikut.
2.2.1. Peran Guru SD Sebagai Pengampu Mata Pelajaran
Menurut Suparno (1997) peran guru sangat menuntut penguasaan bahan yang
luas dan mendalam, hal ini disebabkan tugas guru adalah mengampu lima mata
pelajaran pokok yaitu mata pelajaran Bahasa Indonesia, Pendidikan
Kewarganegaraan, Matematika, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA). Guru harus mempunyai kompentensi dalam mengajarkan
lima mata pelajaran pokok tersebut.
Kemampuan yang harus dimiliki sebagai guru mata pelajaran berdsarkan
pendapat Darmodiharjo (dalam Masidjo, 1995) adalah sebagai berikut:
(1) penguasaan bahan pelajaran dari setiap mata pelajaran yang diampunya,
(2) pengelolaan program belajar mengajar dari setiap mata pelajaran yang diampunya,
(3) pengelolaan kelas dengan mengatur kelas yang menciptakan iklim belajar
mengajar yang sesuai, (4) pemakaian media dan sumber belajar yang efektif dan
efisien, (5) pengelolaan interaksi belajar mengajar, (6) penguasaaan
landasan-landasan pendidikan yang tampak dalam perannnya sebagai pribadi dan pendidik
dalam melaksanakan interaksi belajar mengajar, (7) pengenalan dan penyelenggaraan
administrasi sekolah baik sebagai proses maupun sebagai bidang garapan,
24
keperluan pengajaran, (9) penilaian prestasi peserta didik untuk kepentingan
pengajaran.
2.2.2. Peran Guru SD Sebagai Pembimbing
Sebagai seorang guru kelas yang mengampu semua mata pelajaran, guru SD
pada dasarnya mempunyai peran sebagai pembimbing. Berdasarkan SK Menpan No.
83/1993 (dalam Furqon, 2005) dijelaskan bahwa guru mempunyai tugas ganda, yaitu
sebagai guru yang mengajar lima mata pelajaran pokok dan melaksanakan program
bimbingan di kelas yang diampunya.
Peran bimbingan guru dalam proses belajar mengajar menurut Rochman
Natawidjaja (dalam Furqon, 2005), yaitu: (1) mengembangkan iklim kelas yang
bebas dari ketegangan dan yang bersuasana membantu perkembangan peserta didik,
(2) memberikan pengarahan atau orientasi dalam rangka belajar efektif,
(3) mempelajari dan menelaah peserta didik menemukan kekuatan, kelemahan,
kebiasaan dan kesulitan yang dihadapinya, (4) memberikan konseling kepada peserta
didik yang mengalami kesulitan, terutama kesulitan yang berhubungan dengan bidang
studi yang diajarkannya, (5) menyajikan materi tentang masalah pendidikan,
(6) mendorong dan meningkatkan pertumbuhan pribadi peserta didik,
(7) melaksanakan bimbingan kelompok di kelas, (8) memperlakukan peserta didik
sebagai individu yang mempunyai harga diri, dengan memahami kekurangan,
kelebihan dan masalah-masalah yang dimiliki, (9) melengkapi rencana-rencana yang
telah dirumuskan peserta didik, (10) menyelenggarakan pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan peserta didik, (11) menilai belajar peserta
25
diperlukan untuk dijadikan masukan dalam konferensi khusus, (13) bekerja sama
dengan tenaga pendidikan lainnya dalam memberikan bantuan atau pertolongan yang
dibutuhkan peserta didik, (14) memahami dan melaksanakan kebijaksanaan dan
prosedur-prosedur bimbingan yang berlaku.
Berdasarkan pendapat Slameto (2010), sebagai pembimbing dalam kegiatan
pembelajaran, guru diharapkan mampu: (1) mengenal dan memahami setiap peserta
didiknya secara individu maupun kelompok, (2) memberikan penjelasan pada peserta
didik mengenai hal-hal yang diperlukan dalam belajar, (3) memberikan kesempatan
yang memadai agar setiap peserta didik dapat belajar sesuai dengan kemampuan
pribadinya, (4) membantu peserta didik dalam mengatasi masalah-masalah pribadi
yang dihadapinya, (5) menilai hasil keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah
dilakukannya.
Berdasarkan tugas guru sebagai pengampu lima mata pelajaran dan
pembimbing, maka guru dapat melaksanakan tugasnya tersebut dalam kegiatan
pembelajaran Bahasa Indonesia. Berikut akan dijelaskan mengenai mata pelajaran
Bahasa Indonesia.
2.5. MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
2.5.1.Pengertian Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia menurut Sufanti (2010) “merupakan mata pelajaran yang
memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional
peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan studinya” (hlm 12). Hal ini
26
Bahasa Indonesia memiliki nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan peserta
didik mengenal dirinya dan kompetensi yang dimiliki, mengembangkan kemampuan
dan wawasan, mengemukakan gagasan dan perasaan baik secara lisan ataupun
tertulis, serta berpatisipasi terhadap masyarakat dengan kemampuan yang ada dalam
dirinya.
Akhadiah (1991) menjelaskan bahwa melalui pengajaran Bahasa Indonesia, guru
diharapkan dapat menjadikan peserta didiknya untuk dapat menjadi anak Indonesia
yang berpikir, bersikap dan berperilaku sebagai anak Indonesia yang baik. Bahasa
Indonesia juga sangat diperlukan untuk berkomunikasi dan bersosialisasi dengan
orang di sekitar. Jika peserta didik dapat menguasai kemampuan Bahasa Indonesia
yang baik, maka mudah bagi mereka untuk bersosialisasi dan mencapai prestasi
belajar yang baik di mata pelajaran yang lain.
Jadi, Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa yang menjadi dasar bagi
peserta didik untuk berkembang secara intelektual, sosial, emosional berkomunikasi
dengan baik dan lebih mudah mempelajari mata pelajaran lain. Bahasa Indonesia
dalam pelaksanaanya memiliki tujuan yang akan dijelaskan lebih rinci pada paragraf
berikut.
2.5.2.Tujuan Bahasa Indonesia
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (2007), mata
pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut: (1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tertulis, (2) menghargai dan bangga menggunakan
27
Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan
emosional, dan sosial, (4) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
memperluas wawasan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan berbahasa, (5) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia
sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Pendapat lain mengenai tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia diungkapkan
oleh Akhadiah (1991) mengemukakan bahwa pengajaran Bahasa Indonesia di SD
mempunyai peranan yang sangat penting untuk membantu tugas perkembangan
pribadi dalam membentuk kebiasaan, nilai, dan sikap yang diperlukan peserta didik
bagi perkembangan selanjutnya.
2.5.3. Ruang lingkup Bahasa Indonesia
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2007 ruang
lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD kelas IV semester 2 mencakup
komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi
aspek-aspek sebagai berikut:
Tabel 2.1 Ruang Lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SD Kelas IV Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan
1. Mendengarkan pengumuman dan pembacaan pantun
5.1 Menyampaikan kembali isi pengumuman yang dibacakan 5.2 Menirukan pembacaan pantun anak
dengan lafal dan intonasi yang tepat
Berbicara
2. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dengan berbalas pantun dan bertelepon
6.1 Berbalas pantun dengan lafal dan intonasi yang tepat
28
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Membaca
3. Memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring, dan membaca pantun
7.1 Menemukan kalimat utama pada tiap paragraf melalui membaca intensif 7.2 Membaca nyaring suatu pengumuman
dengan lafal dan intonasi yang tepat 7.3 Membaca pantun anak secara berbalasan
dengan lafal dan intonasi yang tepat
Menulis
4. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk karangan, pengumuman, dan pantun anak
8.1 Menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll.)
8.2 Menulis pengumuman dengan bahasa yang baik dan benar serta memperhatikan penggunaan ejaan
8.3 Membuat pantun anak yang menarik tentang berbagai tema (persahabatan, ketekunan, kepatuhan, dll.) sesuai dengan ciri-ciri pantun
2.6. PENELITIAN YANG RELEVAN
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan
oleh Marcellinus Danang Kristandaru (2005). Penelitian tersebut berjudul
“Pengembangan Silabus dan Bahan Pembelajaran BIPA untuk Misionaris Asing di
Biara Clararetien Yogyakarta” dengan tujuan mengembangkan perangkat
pembelajaran berupa silabus dan desain materi BIPA bagi Misionaris Asing di Biara
Clararetien.
Pengembangan silabus dan bahan pembelajaran BIPA ini dilakukan dengan
model Borg and Gall. Pengembangan ini diawali dengan langkah-langkah sebagai
berikut: (1) analisis kebutuhan, (2) pengembangan silabus, (3) pengembangan materi.
Produk yang dihasilkan berupa silabus dan bahan pembelajaran BIPA untuk
Misionaris Asing di Biara Clararetien Yogyakarta. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah dengan silabus dan desain materi BIPA dinilai layak digunakan dalam
29
mempermudah pembelajar dalam memahami materi terutama bagi kaum misionaris
yang mengutamakan aspek berbicara dan meningkatkan efektivitas pembelajaran
Bahasa Indonesia. Relevansi penelitian yang dilakukan oleh Marcellinus Danang
Kristandaru akan peneliti jadikan gambaran tentang pengembangan model perangkat
pembelajaran Bahasa Indonesia secara umum.
Penelusuran yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa belum ada yang
memberikan gambaran tentang pengembangan model perangkat pembelajaran
terintegrasi dengan ragam bimbingan. Namun peneliti melihat salah satu contoh
modul layanan bimbingan yang memiliki relevansi dengan model perangkat
pembelajaran pada penelitian ini. Modul tersebut dikembangkan oleh Barus dan Sri
Hastuti (2011). Pengembangannya diawali dengan melakukan analisis kebutuhan
peserta didik. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan menjadi muatan layanan
bimbingan yang dibutuhkan peserta didik. Salah satu modul layanan bimbingan yang
peneliti lihat yaitu layanan bimbingan pribadi dan sosial dengan tema ”Berkomuniksi
dengan Baik”. Indikator dari modul ini adalah sebagai berikut: (1) peserta didik dapat
menjelaskan manfaat berkomunikasi yang baik, (2) peserta didik dapat menyebutkan
hal-hal yang mendukung terjadinya komunikasi yang baik, (3) peserta didik dapat
menjelaskan arti komunikasi yang baik secara tepat, (4) peserta didik dapat
mengembangkan dalam dirinya kebiasaan-kebiasaan yang baik yang mendukung
terbentuknya komunikasi yang baik.
Modul ini menjelaskan kegiatan yang mengajarkan peserta didik bertanya
jawab atau bercerita mengenai pengalaman yang pernah dialami. Selain itu peserta
30
non verbal. Penelitian yang hendak peneliti lakukan memiliki relevansi dengan modul
tersebut yaitu pada penekanan pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi dengan
ragam bimbingan pribadi.
Berdasarkan relevansi penelitian yang dilakukan oleh Kristiandaru, dan modul
pengembangan diri dari Gendon Barus dan Sri Hastuti peneliti jadikan acuan untuk
mengembangkan model perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi
dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar untuk peserta didik di SD.
2.7. KERANGKA BERPIKIR
Guru SD sebagai penanggung jawab kegiatan pembelajaran diharapkan
memiliki kemampuan untuk mengampu mata pelajaran. Tugas guru SD selain
sebagai pengampu mata pelajaran juga sebagai pembimbing. Kedua tugas tersebut
sangatlah penting bagi guru karena untuk membantu peserta didik mencapai tugas
perkembangannya secara optimal. Apabila tugas perkembangan peserta didik
terhambat, maka muncul perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan tugas
perkembangannya. Perilaku-perilaku tersebut dapat diatasi dengan cara memberikan
bimbingan. Pemberian bimbingan dapat mengurangi perilaku peserta didik yang tidak
sesuai dengan tugas perkembangannya dan juga dapat membantu pencapaian tugas
perkembangannya secara optimal. Oleh karena itu guru membutuhkan perangkat
pembelajaran yang terintegrasi dengan ragam bimbingan.
Pengintegrasian antara mata pelajaran dengan ragam bimbingan dapat dilakukan
dengan cara: (1) menganalisis kompetensi dasar sehingga menghasilkan indikator
31
untuk memperoleh indikator bimbingan, (3) merumuskan tujuan pembelajaran
dengan cara menggabungkan indikator pembelajaran dan indikator bimbingan,
(4) menyesuaikan tujuan pembelajaran dengan tugas perkembangan yang akan
dicapai peserta didik, (5) merancang pembelajaran yang dapat mencapai tujuan
pembelajaran.
Pengintegrasian di atas diharapkan membantu peserta didik agar dapat belajar
Bahasa Indonesia sekaligus mencapai tugas perkembangan pribadi dan belajarnya.
Hal tersebut karena berdasarkan analisis kebutuhan menunjukkan bahwa peserta didik
mengalami masalah pada aspek pribadi dan belajar terutama pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia diharapkan dapat dijadikan sarana untuk
membantu peserta didik mencapai tugas perkembangan pribadi dan belajar karena
memiliki nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik mengenal
dirinya, mengembangkan kemampuan dan wawasan, mengemukakan gagasan, serta
berpatisipasi terhadap masyarakat dengan kemampuan yang ada dalam dirinya. Oleh
karena itu, diharapkan melalui perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi
ragam bimbingan pribadi dan belajar maka peserta didik mampu belajar Bahasa
Indonesia sekaligus mencapai tugas perkembangan pribadi dan belajarnya. Adapun
kerangka berpikir di atas dapat digambarkan dalam bagan berikut ini.
Bagan 2.1 Alur Kerangka Berpikir guru
peserta didik perangkat
pembelajaran terintegrasi ragam
32 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 JENIS PENELITIAN
Sugiyono (2009) menyatakan bahwa metode penelitian pengembangan atau
dalam Bahasa Inggris Research and Development adalah “metode penelitian yang
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk
tersebut” (hlm. 297). Pengertian pengembangan juga diungkapkan Setyosari (2010)
yang menyatakan bahwa pengembangan adalah “suatu proses yang dipakai untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan” (hlm. 194). Hal serupa
dinyatakan oleh Borg dan Gall (dalam Semiawan, 2007) yang menyatakan bahwa
“pengembangan merupakan suatu proses yang diupayakan melahirkan produk yang
memiliki kesahihan dalam pengembangannya.
Pendapat di atas sama halnya seperti yang dijelaskan oleh Nugraha (2011) yang
menjelaskan bahwa pengertian penelitian pengembangan adalah “jenis penelitian
yang berorientasi pada aktivitas mengembangkan/menghasilkan produk dan
memvalidasi produk tersebut melalui langkah-langkah yang sistematis” (hlm. 1).
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian
pengembangan adalah jenis penelitian yang digunakan untuk menghasilkan suatu
produk tertentu. Peneliti akan menggunakan jenis penelitian pengembangan untuk
menghasilkan model pengembangan perangkat pembelajaran terintegrasi dengan
33
3.2. MODEL PENGEMBANGAN
Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
prosedural. Model prosedural adalah model deskriptif yang menggambarkan alur
yang harus diikuti untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Setyosari (2010)
menyatakan bahwa model prosedural biasanya berupa urutan langkah-langkah, yang
diikuti secara bertahap dari langkah awal hingga langkah akhir. Peneliti akan
menggunakan model prosedural diadaptasi dari model Dick dan Carey (dalam
Setyosari, 2010). Berikut ini adalah model Dick dan Carey:
Bagan. 3.1 Model Dick dan Carey
= tidak dilakukan dalam penelitian
= dilakukan dalam penelitian
34
Berikut ini akan dijelaskan mengenai keterangan model pengembangan Dick dan
Carey:
1. Analisis Kebutuhan
Melakukan analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan program atau produk
yang akan dikembangkan.
2. Analisis Pembelajaran
Melakukan analisis pembelajaran, yang mencakup keterampilan, proses, prosedur,
dan tugas-tugas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
3. Analisis Pebelajar dan Konteks
Menganalisis pebelajar dan konteks, yang mencakup kemampuan, sikap, dan
karakteristik awal pebelajar dalam latar pembelajaran dan juga termasuk
karakteristik latar pembelajaran tersebut serta pengetahuan baru yang digunakan.
4. Tujuan Umum dan Khusus
Menjabarkan tujuan umum ke dalam tujuan yang lebih spesifik yang berupa
rumusan tujuan untuk unjuk kerja, atau operasional. Gambaran rumusan
operasional ini mencerminkan tujuan khusus program atau produk, prosedur yang
dikembangkan. Tujuan ini secara spesifik memberikan informasi untuk
mengembangkan butir-butir tes.
5. Mengembangkan Instrumen
Mengembangkan instrumen assessment, yang secara langsung berkaitan dengan
35
6. Mengembangkan Strategi Pembelajaran
Mengembangkan strategi pembelajaran, yang secara spesifik untuk membantu
pebelajar untuk mencapai tujuan khusus.
7. Mengembangkan dan Memilih Bahan Pembelajaran
Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran, yang dalam hal ini dapat
berupa: bahan cetak, manual baik untuk pebelajar maupun pembelajar, dan media
lain yang dirancang untuk mendukung pencapaian tujuan.
8. Merancang dan Melakukan Evaluasi Formatif
Merancang dan melakukan evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang dilaksanakan
oleh pengembang selama proses, prosedur, program atau produk yang
dikembangkan.
9. Melakukan Revisi
Revisi dilakukan terhadap proses (pembelajaran), prosedur, program, atau produk
dikaitkan dengan langkah-langkah sebelumnya.
10.Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan tingkat
efektifitas program secara keseluruhan dibandingkan dengan program lain.
3.3. DESAIN PENGEMBANGAN
Menurut Sanjaya, (2008) menyatakan bahwa “desain pengembangan adalah
proses yang disengaja tentang suatu pemikiran, perencanaan, dan penyeleksian
bagian-bagian, teknik, dan prosedur yang mengatur suatu tujuan atau usaha yang
36
model pengembangan perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi dengan
bimbingan pribadi dengan tema “Ketelitian” yang berisi konsep pengintegrasian,
silabus, RPP, dan materi ajar. Model pengembangan perangkat pembelajaran Bahasa
Indonesia terintegrasi dengan bimbingan belajar dengan tema “Ketekunan”yang
berisi konsep pengintegrasian, silabus, RPP, dan materi ajar.
3.4. PROSEDUR PENGEMBANGAN
Prosedur pengembangan dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah
yang diadaptasi dari model Dick dan Carey dengan beberapa modifikasi. Berikut
merupakan prosedur pengembangan yang dimodifikasi oleh peneliti:
Bagan 3.2 Modifikasi Prosedur Pengembangan Dick & Carey
Tahap Awal
(8) Penilaian Ahli
Menentukan Subjek Penelitian Analisis kebutuhan
Mengembangkan Model Perangkat Pembelajaran
Ahli Pengembangan PerangkatPembelajaran Ahli Mata Pelajaran Ahli Bimbingan Konseling
Penilaian
37
Keterangan prosedur pengembangan model perangkat pembelajaran Bahasa
Indonesia terintegrasi ragam bimbingan pribadi dan belajar:
1. Penetapan subjek penelitian
Penelitian ini akan berfokus pada satu wali kelas guru dan 32 peserta didik
kelas IV B SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012.
2. Analisis kebutuhan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini mencakup:
a. Melakukan wawancara dengan wali kelas IV B SD Kanisius Sengkan
mengenai perangkat pembelajaran yang dibutuhkan guru dan perilaku
peserta didik menghambat tugas perkembangannya yang sering muncul
pada saat kegiatan pembelajaran di kelas.
b. Melakukan observasi di kelas IV B SD Kanisius Sengkan Yogyakarta
saat proses pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung.
Data ini digunakan untuk memperkuat hasil wawancara dengan wali kelas
IV B.
c. Penyebaran Alat Ungkap Kebutuhan (AUK) di kelas IV B SD Kanisius
Sengkan untuk mempertegas layanan bimbingan yang dibutuhkan peserta
didik.
3. Tahap pengembangan perangkat pembelajaran, meliputi:
a. Mengidentifikasi standar kompetensi yang akan diajarkan oleh guru sesuai