• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model pengembangan perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar untuk peserta didik kelas IV B SD Kanisius Sengkan Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Model pengembangan perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar untuk peserta didik kelas IV B SD Kanisius Sengkan Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TERINTEGRASI DENGAN RAGAM BIMBINGAN PRIBADI

DAN BELAJAR UNTUK PESERTA DIDIK KELAS IV B SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh: Meilinawati NIM: 081134055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

MODEL PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TERINTEGRASI DENGAN RAGAM BIMBINGAN PRIBADI

DAN BELAJAR UNTUK PESERTA DIDIK KELAS IV B SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh: Meilinawati NIM: 081134055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN MOTTO

“Sesungguhnya petani menantikan hasil

yang berharga dari tanahnya dan ia sabar

sampai turun hujan musim gugur

dan hujan musim semi”.

(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Peneliti dengan segala kerendahan hati mempersembahkan skripsi ini kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus

2. Orang tua: Nasiman dan Mujirah

3. Kakak: Daniel Mujiyarto dan Dwi Widiyatmoko

4. Keluarga besar Marto Wardoyo

5. Sahabat-sahabat: Ignatius Tulus Setiadi, Zita Wigandari Bedewoda, Maria

Margareta Ratnasari, Noviani Indriana, dan Lenny Arinta.

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

Meilinawati. 2012. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Bahasa

Indonesia Terintegrasi dengan Ragam Bimbingan Pribadi dan Belajar untuk Peserta Didik Kelas IV B SD Kanisius Sengkan Yogyakarta. Skripsi.

Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini adalah penelitian kolaboratif, yang bertujuan untuk mengetahui kelayakan perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar. Penelitian dilaksanakan di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah satu guru Bahasa Indonesia dan 32 peserta didik kelas IV B. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2012 sampai dengan Juli 2012. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan model Dick and Carey yang dimodifikasi. Model perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi konsep pengintegrasian, silabus, RPP, dan materi ajar Bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar untuk peserta didik kelas IV B SD Kanisius Sengkan Yogyakarta. Kelayakan model perangkat pembelajaran ini diperoleh melalui penilaian ahli mata pelajaran Bahasa Indonesia, ahli Bimbingan Konseling dan ahli pengembangan perangkat pembelajaran dengan mengacu Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe 1.

Hasil penilaian yang dilakukan oleh ahli mata pelajaran, ahli bimbingan konseling dan ahli pengembangan perangkat pembelajaran terhadap model perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi ragam bimbingan pribadi memperoleh 86% dengan kategori layak. Hasil penilaian dari ahli mata pelajaran dan bimbingan konseling terhadap model pengembangan perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi bimbingan belajar memperoleh persentase 88.7% dengan kategori layak. Berdasarkan kedua hasil penilaian tersebut, dapat disimpulkan bahwa model perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar dikategorikan layak digunakan guru di kelas IV B SD Kanisius Sengkan Yogyakarta. Melalui model pengembangan perangkat pembelajaran pada penelitian ini diharapkan dapat membantu peserta didik teliti dan tekun saat belajar Bahasa Indonesia.

(10)

ix ABSTRACT

Meilinawati. 2012. The Model of Development Bahasa Indonesia A Learning

Equitment of Subject Integrated with Varied Personal and Learning Guidance for the Grade IV B Students of Kanisius Sengkan Elementary School Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Elementary School Teacher

Education Study Program Sanata Dharma University.

This is collaborative research, which aimed to find out the feasibility of Bahasa Indonesia Learning equipment integrated with varied personal and learning guidance. The research was conducted in SD Kanisius Sengkan

yogyakarta. The subjects of this research were Bahasa Indonesia teacher and the

students of class IV B SD Kanisius Sengkan. The research was conducted from January 2012 to July 2012. Types of research used the research and development modified from Dick and Carey’s model. The model developed consisted of, integrated concept, syllabus, lesson plan, and learning material integrated into personal and learning guidance for student class IV B of SD Kanisius Sengkan

Yogyakarta. The feasibility of the learning equipment model was acquired

through the validation by Bahasa Indonesia expert, counseling expert and the development of learning equipment expert based on “Penilaian Acuan Patokan

(PAP) type 1”.

The result of judgment by Bahasa Indonesia expert, counseling expert and the development of learning equipment expert toward the development Bahasa Indonesia a learning equitment of subject integrated with personal guidance acquire 86% by category feasible. The result of judgment by Bahasa Indonesia expert and counseling expert toward the development Bahasa Indonesia a learning equitment of subject integrated with learning guidance acquire 88.7% by category feasible. Based on the second result, it can be concluded that the model of development Bahasa Indonesia a learning equitment of subject integrated with varied personal and learning guidance categorized feasible to use teacher in class IV B SD Kanisius Sengkan Yogyakarta. Through the model of development learning equipment on this research expected to help students diligent and carefully when learning Bahasa Indonesia.

Keywords: Learning Equitment, Bahasa Indonesia, Personal Guidance Varied,

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian

pengembangan ini. Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar sarjana

pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan selesai jika tanpa

bantuan dari berbagai pihak, maka peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., M.A., Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Dra. Ign. Esti Sumarah, M. Hum., Dosen pembimbing I, yang telah

memberikan arahan dan sumbangan pemikiran untuk menyelesaikan skripsi

ini.

4. Ibu AG. Krisna Indah Marheni, S.Pd., MA., Dosen pembimbing II, yang telah

memberikan bantuan ide, saran, masukan, kritik serta bimbingannya yang

sangat berguna selama penelitian ini.

5. Bapak Dr. Y. Karmin, M. Pd., Dosen penguji, yang telah memberikan saran

dan sumbangan pemikiran yang bermanfaat untuk merevisi skripsi ini.

6. Para validator yang telah meluangkan, tenaga, dan pikiran untuk menilai

(12)
(13)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR BAGAN ... xvii

(14)

xiii BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Spesifikasi Model ... 5

1.5. Definisi Operasional ... 6

1.6. Kontribusi Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian teori ... 8

2.2.Peran Guru SD ... 23

2.3.Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 25

2.4.Penelitian Relevan ... 28

2.5.Kerangka Berpikir ... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 32

3.2. Model Pengembangan ... 33

3.3. Desain Pengembangan... 35

3.4. Prosedur Pengembangan ... 36

3.5. Subjek Penelitian ... 39

3.6. Jenis Data ... 39

3.7. Instrumen Pengumpulan Data ... 40

(15)

xiv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil Penelitian ... 47

4.2.Pembahasan ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 63

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 63

5.3. Saran ... 64

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Pedoman Wawancara ... 40

Tabel 3.2. Pedoman Observasi ... 41

Tabel 3.3. Pedoman Alat Ungkap Kebutuhan (AUK) ... 42

Tabel 3.4. Pedoman Ahli Mata Pelajaran ... 42

Tabel 3.5. Pedoman Ahli Bimbingan Konseling ... 43

Tabel 3.6. Pedoman Ahli Pengembangan ... 44

Tabel 3.7. Kriteria Revisi Model Pengembangan ... 46

Tabel 3.8. Patokan Acuan Penilaian (PAP) 1 ... 46

Tabel 4.1. Hasil Wawancara ... 48

Tabel 4.2. Hasil Observasi ... 49

Tabel 4.3. Hasil Alat Ungkap Kebutuhan ... 51

Tabel 4.4. Deskripsi Para Ahli ... 53

Tabel 4.5. Rekapitulasi Penilaian Pertama Model Perangkat Pembelajaran Bahasa Indonesia Terintegrasi Ragam Bimbingan Pribadi ... 54

Tabel 4.6. Rekapitulasi Penilaian Kedua Model Perangkat Pembelajaran Bahasa Indonesia Terintegrasi Ragam Bimbingan Pribadi ... 57

(17)

xvi

Tabel 4.8. Rekapitulasi Penilaian Kedua Model Perangkat Pembelajaran

(18)

xvii DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1. Alur Kerangka Berpikir ... 31

Bagan 3.1. Prosedur Pengembangan Dick dan Carey ... 33

Bagan 3.2. Modifikasi Prosedur Pengembangan Dick dan Carey ... 36

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 67

Lampiran 2. Hasil Pengisian Alat Ungkap Kebutuhan ... 68

Lampiran 3. Rekapitulasi Hasil Alat Ungkap Kebutuhan ... 70

Lampiran 4. Hasil Penilaian Ahli Mata Pelajaran ... 71

Lampiran 5. Hasil Penilaian Ahli Bimbingan Konseling (BK) ... 73

Lampiran 6. Hasil Penilaian Ahli Pengembangan ... 75

Lampiran 7. Perangkat Pembelajaran Bahasa Indonesia Terintegrasi dengan Ragam Bimbingan Pribadi... 76

Lampiran 8. Perangkat Pembelajaran Bahasa Indonesia Terintegrasi dengan Ragam Bimbingan Belajar ... 107

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Guru SD merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi proses

pembelajaran dan bimbingan di sekolah, sehingga diharapkan dapat mengajarkan

berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan, serta memberikan bimbingan kepada

peserta didik. Hal tersebut diperkuat dengan SK Menpan RI No. 83 Tahun 1993

(dalam Furqon, 2005, hlm. 23) yang menyatakan bahwa tugas guru SD selain

mengajar diharapkan dapat memberikan bimbingan. UU No. 20 tahun 2003, PP

No.19 tahun 2005, dan Permendiknas No.22 tahun 2006, (dalam Barus, 2011, hlm. 1)

juga menegaskan bahwa guru SD diharapkan memiliki kemampuan untuk

memberikan bimbingan di sekolah, yang mencakup bimbingan pribadi/ sosial/

belajar/ karier. Oleh karena itu, guru SD membutuhkan perangkat pembelajaran

terintegrasi dengan ragam bimbingan. Bimbingan tersebut dapat dilakukan dengan

teknik klasikal atau kelompok.

Penjabaran di atas menjadi dasar bagi dua dosen Universitas Sanata Dharma

untuk melakukan penelitian kolaboratif dan melibatkan peneliti sebagai salah satu

anggotanya. Topik pada penelitian kolaboratif ini merupakan wujud dari keprihatinan

dosen terhadap kebutuhan guru akan adanya model pengembangan perangkat

pembelajaran terintegrasi ragam bimbingan. Oleh karena itu peneliti menindaklanjuti

(21)

2

Yogyakarta guna mengetahui informasi mengenai kebutuhan guru terhadap model

pengembangan perangkat pembelajaran terintegrasi ragam bimbingan.

Peneliti mengawali analisis kebutuhan dengan wawancara kepada wali kelas IV

B SD Kanisius Sengkan. Hasil dari wawancara yang dilakukan peneliti sebagai

berikut: guru menyatakan bahwa tidak dapat memberikan bimbingan, karena

terkendala waktu yang tidak memungkinkan untuk melakukan bimbingan. Hal ini

menyebabkan guru belum dapat membantu peserta didik secara maksimal dalam

memenuhi tugas perkembangan, sehingga muncul perilaku peserta didik yang dapat

menghambat tugas perkembangan yaitu malas belajar, tergesa-gesa ketika

mengerjakan tugas, tidak tepat waktu, melamun, mengeluh saat diberikan tugas, dan

tidak membuat ringkasan materi. Perilaku tersebut sering muncul pada kegiatan

pembelajaran Bahasa Indonesia. Oleh karena itu guru SD membutuhkan perangkat

pembelajaran yang terintegrasi dengan ragam bimbingan untuk membantu peserta

didik menghindari perilaku yang dapat menghambat tugas perkembangannya.

Hasil wawancara diperkuat peneliti dengan melakukan observasi pada saat

kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia. Hasil observasi yang dilakukan oleh

peneliti menunjukan bahwa peserta didik tidak membaca petunjuk pengerjaan soal

sehingga bertanya pada guru atau teman mengenai hal yang sudah dijelaskan dan

peserta didik terlihat tergesa-gesa dalam mengumpulkan tugas. Hal tersebut

menggambarkan bahwa peserta didik kelas IV B SD Kanisius Sengkan tidak teliti

dalam mengerjakan soal. Peneliti juga melihat peserta didik tidak dapat menjawab

(22)

3

ringkasan materi. Kedua perilaku tersebut menunjukkan bahwa peserta didik tidak

tekun belajar Bahasa Indonesia.

Peneliti ingin melihat lebih lanjut mengenai bimbingan yang dibutuhkan oleh

peserta didik kelas IV B SD Kanisius Sengkan dengan menyebarkan Alat Ungkap

Kebutuhan (AUK). AUK adalah alat yang digunakan untuk mengetahui kebutuhan

bimbingan peserta didik. Hasil AUK menunjukkan bahwa persentase tertinggi

terletak pada pernyataan peserta didik tidak tekun belajar Bahasa Indonesia.

Persentase tinggi lainnya terletak pada pernyataan peserta didik tidak teliti

mengerjakan tugas Bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan

penyebaran AUK menunjukkan bahwa peserta didik membutuhkan ragam bimbingan

pribadi dalam hal ketelitian dan bimbingan belajar dalam hal ketekunan terutama

pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Sufanti (2010), menyatakan bahwa “Bahasa Indonesia merupakan mata

pelajaran yang memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial dan

emosional peserta didik” (hlm. 12). Tujuan Bahasa Indonesia, berdasarkan BSNP,

2006 (dalam Sufanti, 2010) adalah untuk meningkatkan kemampuan peserta didik

mengenal dirinya dan lingkungannya, mengemukakan gagasan dan perasaan baik

secara lisan ataupun tertulis, serta berpartisipasi dengan masyarakat dengan

kemampuan yang ada dalam dirinya. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa dengan

belajar Bahasa Indonesia peserta didik dapat berlatih berkomunikasi, menanamkan

budi pekerti, dan meningkatkan pengetahuan. Oleh karena itu, guru SD dapat

(23)

4

Indonesia, sehingga diharapkan dapat membantu peserta didik memenuhi tugas

perkembangan pribadi dan belajar.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk mengintegrasikan mata

pelajaran Bahasa Indonesia dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar

menggunakan penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D).

Oleh karena itu skripsi ini berjudul “Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Bahasa Indonesia Terintegrasi dengan Ragam Bimbingan Pribadi dan Belajar untuk

Peserta Didik Kelas IV B SD Kanisius Sengkan Yogyakarta”

1.2. RUMUSAN MASALAH

Permasalahan yang akan dibahas melalui penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut:

1. Bagaimana kelayakan model perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia

terintegrasi dengan bimbingan pribadi untuk peserta didik kelas IV B SD

Kanisius Sengkan Yogyakarta?

2. Bagaimana kelayakan model perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia yang

terintegrasi dengan bimbingan Belajar untuk peserta didik kelas IV B SD

(24)

5

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui kelayakan model perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia

terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi untuk peserta didik kelas IV B

SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.

2. Mengetahui kelayakan model perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia

terintegrasi dengan ragam bimbingan belajar untuk peserta didik kelas IV B

SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.

1.4. SPESIFIKASI PRODUK

Hasil akhir yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa:

1. Perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi dengan ragam

bimbingan pribadi, yang terdiri dari: konsep pengintegrasian, silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Handout/Materi ajar.

2. Perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi dengan ragam

bimbingan belajar, yang terdiri dari: konsep pengintegrasian, silabus, Rencana

(25)

6

1.5. DEFINISI OPERASIONAL

Agar tidak menimbulkan tafsiran yang berbeda, beberapa istilah yang perlu

diberi definisi operasional dalam penelitian ini:

1. Perangkat pembelajaran adalah alat - alat yang dipakai untuk mendukung dan

memfasilitasi proses belajar mengajar yang terdiri dari: konsep

pengintegrasian, silabus, RPP, dan materi ajar.

2. Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran memiliki peran penting dalam

perkembangan intelektual, sosial, emosional peserta didik dan diarahkan

untuk meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik dan

benar.

3. Bimbingan pribadi adalah bantuan yang diberikan kepada individu untuk

mengatasi masalah masalah yang berkaitan dengan sifat dan kemampuan

dirinya agar menjadi individu yang percaya diri, memiliki inisiatif tinggi,

tanggung jawab, jujur, dan teliti.

4. Bimbingan belajar adalah proses bantuan untuk memfasilitasi peserta didik

dalam mengembangkan pemahaman, sikap dan keterampilan dalam belajar,

dan memecahkan masalah-masalah belajar agar individu tersebut menjadi

tekun belajar, memiliki motivasi belajar, dan tepat waktu.

5. Model perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi dengan ragam

bimbingan pribadi terdiri dari konsep pengintegrasian, silabus, Rencana

(26)

7

6. Model perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi dengan ragam

bimbingan belajar terdiri dari konsep pengintegrasian, silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan materi ajar.

1.6. KONSTRIBUSI PENELITIAN

Penelitian ini memiliki kontribusi bagi beberapa pihak sebagai berikut:

1. Bagi guru

Guru SD dapat memiliki model perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia

terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar.

2. Bagi peserta didik

Peserta didik dapat terbantu tugas perkembangannya dengan belajar Bahasa

Indonesia yang terintegrasi dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar.

3. Bagi peneliti

Sebagai calon guru SD yang memiliki tugas pengajar sekaligus

pembimbingan, maka dapat terbantu menyusun perangkat pembelajaran

terintegrasi dengan ragam bimbingan.

4. Bagi Prodi PGSD

Sebagai salah satu contoh penelitian pengembangan model perangkat

(27)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. KAJIAN TEORI

2.1.1. Perangkat pembelajaran

Menurut Siregar dan Nara (2010) perangkat pembelajaran merupakan

seperangkat alat pembelajaran yang disusun secara terencana dengan tujuan yang

telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan dengan maksud agar

terjadi proses belajar pada peserta didik. Pengertian perangkat pembelajaran yang lain

diungkapkan oleh Winkel (2002) yang menyatakan bahwa “perangkat pembelajaran

adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta

didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap

rangkaian kejadian-kejadian interen yang dialami peserta didik”.

Ibrahim (dalam Trianto, 2009) menjelaskan bahwa perangkat pembelajaran

yang diperlukan dalam mengelola proses belajar mengajar dapat berupa: silabus,

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan peserta didik (LKS),

instrumen evaluasi atau Tes Hasil Belajar (THB), media pembelajaran, serta materi

ajar. Model perangkat pembelajaran dalam penelitian ini terdiri dari konsep

pengintegrasian, silabus, RPP, dan materi ajar. Silabus, RPP, materi ajar dijelaskan

pada bagian berikut.

2.1.2.1 Silabus

Pengertian silabus menurut Yulaelawati (dalam Majid, 2008) merupakan

(28)

9

disusun secara sistematis memuat komponen-komponen yang saling berkaitan untuk

mencapai penguasaan kompetensi dasar. Umumnya suatu silabus paling sedikit harus

mencakup unsur-unsur: (1) tujuan mata pelajaran yang akan diajarkan kegiatan

pembelajaran, (2) keterampilan yang diperlukan agar dapat menguasai mata pelajaran

tersebut dengan baik, (3) aktivitas dan sumber-sumber belajar pendukung

keberhasilan pengajaran, (4) berbagai teknik evaluasi yang digunakan. Prinsip-prinsip

pengembangan silabus:

1. Sistematis

Komponen-komponen dalam silabus saling berhubungan secara fungsional

dalam mencapai kompetensi.

2. Konsisten

Adanya hubungan yang tetap antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok,

pengalaman belajar, sumber belajar, dan penilaian.

3. Memadai

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan

penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.

Yulaelawati (dalam Majid, 2008), menjelaskan bahwa langkah-langkah

pengembangan silabus: (1) penulisan identitas mata pelajaran, (2) penentuan standar

kompetensi, (3) penentuan kompetensi dasar, (4) penentuan materi pokok,

(5) penentuan pengalaman belajar yang akan dialami peserta didik, (6) penjabaran

kompetensi dasar menjadi indikator, (7) penjabaran indikator ke dalam instrumen

penilaian, (8) penentuan alokasi waktu dalam kegiatan pembelajaran, (9) penentuan

(29)

10

2.1.2.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Trianto (2009) menjelaskan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

yaitu panduan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan guru

dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam kegiatan pembelajaran.

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dikembangkan dari rumusan tujuan pembelajaran

yang mengacu dari indikator untuk mencapai hasil belajar sesuai kurikulum.

Komponen-komponen penting yang ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran

meliputi: Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator pencapaian

hasil belajar, strategi pembelajaran, sumber pembelajaran, alat dan bahan,

langkah-langkah kegiatan pembelajaran, dan evaluasi.

Kegiatan pembelajaran yang ada dalam RPP meliputi kegiatan awal, kegiatan

inti, dan kegiatan akhir. Menurut Rusman (2010) kegiatan inti dalam RPP

menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata

pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

Eksplorasi merupakan kegiatan untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru dari

situasi yang baru. Elaborasi adalah penggarapan secara tekun dan cermat. Konfirmasi

adalah pembenaran, penegasan, dan pengesahan.

Berdasarkan Buku Pedoman Pengajaran Mikro (2008) sebuah RPP dikatakan

baik bila telah memenuhi unsur-unsur sebagai berikut: (1) komponen lengkap dan

logis urutannya, (2) pemilihan materi ajar sesuai dengan kompetensi dasar, indikator,

dan tujuan, (3) media dan sumber belajar sesuai dengan indikator, (4)

langkah-langkah pembelajaran meliputi kegiatan awal, inti, dan akhir, (5) langkah-langkah-langkah-langkah

(30)

11

pembelajaran mencerminkan model atau metode yang digunakan, (7) terdapat alokasi

waktu pada setiap tahap pembelajaran, (8) penilaian sesuai dengan indikator yang

akan dicapai.

2.1.2.3 Materi Ajar

Materi ajar menurut Wina Sanjaya (2008) adalah segala bentuk bahan yang

digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Bahan ajar memungkinkan peserta didik dapat mempelajari suatu kompetensi dasar

secara runtut dan sistematis sehingga secara peserta didik mampu menguasai semua

kompetensi. Materi ajar berisi tentang: (1) tujuan yang harus dicapai, biasanya

dirumuskan dalam bentuk perilaku spesifik sehingga keberhasilannya dapat diukur,

(2) materi ajar harus memuat fakta, konsep, dan prosedur, (3) kegiatan belajar, berisi

tentang materi yang harus dipelajari oleh peserta didik, (4) rangkuman materi yakni

garis-garis besar materi pelajaran secara urut, (5) tugas dan latihan harus meliputi

aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Pada penelitian ini perangkat pembelajaran

tersebut akan diintegrasikan dengan ragam bimbingan. Ragam bimbingan akan

dijelaskan pada bagian berikut.

2.1.3. Bimbingan dalam Konteks Pendidikan

2.1.3.1. Pengertian Bimbingan

Furqon (2005) menyatakan bahwa bimbingan adalah “proses bagaimana

menyelesaikan masalah dan membantu individu untuk dapat berkembang secara

optimal” (hlm. 4). Menurut Thantawy (2005) bimbingan (guidance) merupakan

bantuan atau pertolongan kepada individu. Jadi, bimbingan adalah bantuan yang

(31)

12

lingkungan agar mampu memecahkan masalahnya dan membuat keputusan yang

tepat sehingga tercapai perkembangannya dengan baik untuk kepentingan diri sendiri

dan orang-orang yang ada disekitarnya.

Pengertian bimbingan menurut Syamsu (2010) adalah sebagai suatu bantuan

atau pertolongan yang diberikan pada peserta didik untuk mengembangkan diri,

mengatasi masalah, atau mengambil keputusan” (hlm. 6). Hal ini diperkuat oleh

Sukmadinata (2008) yang menyatakan bahwa “bimbingan sebagai salah satu aspek

program pendidikan yang diarahkan terutama membantu peserta didik agar dapat

menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya saat ini dan dapat merencanakan

masa depannya sesuai dengan minat, kemampuannya, dan kebutuhan sosialnya”

(hlm. 9). Pendapat lain mengenai pengertian bimbingan menurut Prayitno (2004)

adalah bantuan atau pertolongan yang dilaksanakan oleh seorang yang ahli kepada

seorang yang dalam mengembangkan kemampuan yang dimiliki untuk dapat

mengembangkannya berdasarkan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Berdasarkan pengertian bimbingan dari beberapa ahli di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan

kepada peserta didik dalam rangka membantu memecahkan masalah yang berkaitan

dengan kehidupannya baik aspek pribadi, belajar, ataupun sosial. Bimbingan

mempunyai tujuan, tujuan bimbingan di SD akan dijelaskan pada bagian berikut.

2.1.3.2. Tujuan Bimbingan

Depdikbud (dalam Furqon, 2005) memaparkan bahwa layanan bimbingan di

sekolah dasar mempunyai tujuan membantu peserta didik untuk dapat memenuhi

(32)

13

sesuai dengan tuntutan lingkungan. Hal ini diperkuat oleh pendapat Gunawan (1992)

yang menyatakan bahwa tujuan bimbingan adalah sebagai bantuan yang diberikan

oleh individu agar: (1) mengerti dirinya dan lingkungannya, mengerti dirinya sendiri

meliputi kemampuan, bakat khusus, minat dan cita-cita dan nilai-nilai hidup yang

dimilikinya untuk perkembangan dirinya, mengerti lingkungan lingkungan sekitar

meliputi pengenalan baik lingkungan fisik, sosial, maupun budaya, (2) mampu

memilih, memutuskan, dan merencanakan hidupnya secara bijaksana baik dalam

bidang pendidikan, pekerjaan dan pribadi-sosial, (3) mengembangkan kemampuan

dan kesanggupan secara maksimal, (4) memecahkan masalah yang dihadapinya

secara bijaksana, (5) mengelola aktivitas kehidupannya, mengembangkan sudut

pandangnya, dan mengambil keputusan serta mempertanggungjawabkannya,

(6) memahami dan mengarahkan diri dalam bertindak serta bersikap sesuai dengan

tuntutan dan keadaan lingkungannya.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan

bimbingan adalah untuk membantu peserta didik dalam memenuhi tugas

perkembangan pribadi, sosial, dan belajar dalam konteks pendidikan, khususnya

pendidikan sekolah dasar.

2.1.3.3. Landasan Bimbingan di Tingkat Sekolah Dasar

Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003, PP No. 19 tahun 2005, Permendiknas

N0.22 tahun 2006 menegaskan bahwa dalam konteks reformasi pendidikan di

sekolah, pelayanan Bimbingan dan Konseling (BK) sebagai bagian yang integratif

dalam sistem pendidikan di sekolah. Hal ini diperkuat dengan Surat Keputusan

(33)

14

utama guru mengajar, tugas guru SD ditambah dengan program melaksanakan

bimbingan. Tujuan dari bimbingan yang dilakukan oleh guru SD menurut Furqon

(2005) adalah untuk membantu peserta didik agar dapat memenuhi tugas

perkembangannya baik pribadi, belajar, ataupun sosial. Oleh karena itu sekolah

memiliki peranan penting dalam memberikan bimbingan kepada peserta didik sesuai

dengan tugas perkembangan peserta didik. Ragam bimbingan yang ada di SD akan

dijelaskan pada bagian berikut ini.

2.1.3.4. Ragam bimbingan di Sekolah Dasar

1. Ragam Bimbingan

Beberapa ahli membagi ragam bimbingan menjadi 3 macam dengan definisi

yang berbeda-beda, beberapa diantaranya dijelaskan di bawah ini:

a. Bimbingan pribadi

Tohirin (2007) menjelaskan bahwa bimbingan pribadi adalah suatu

bantuan dari pembimbing kepada terbimbing agar dapat mencapai tujuan dan

tugas perkembangan pribadi dalam mewujudkan pribadi yang mampu

bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Tujuan bimbingan

pribadi ialah membantu individu agar bisa memecahkan masalahnya sendiri

yang menyangkut keadaan batinnya sendiri (kurang percaya diri, tidak teliti,

tidak jujur, dan sombong).

Menurut Marsudi (2010) bimbingan pribadi bertujuan untuk membantu

peserta didik mengenal, menemukan, dan mengembangkan pribadi yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, serta sehat

(34)

15

(2002) yang menyatakan bahwa bimbingan adalah “bimbingan yang diberikan

untuk membantu peserta didik dalam hal menghadapi masalah yang dialaminya,

dalam mengatur dirinya sendiri dibidang rohani, jasmani, pengisian waktu

luang, dan sebagainya” (hlm. 113).

Masalah yang dialami peserta didik menurut Kowitz (dalam Furqon,

2005) merupakan masalah yang yang berkaitan dengan kemampuan intelektual,

kondisi fisik dan kebiasaan-kebiasaannya yaitu kurangnya percaya diri, kurang

memiliki inisiatif, kurang tanggung jawab, mudah putus asa, tidak semangat,

tidak teliti. Masalah yang dialami peserta didik tersebut dapat menghambat

tugas perkembangan pribadi peserta didik.

Tugas perkembangan pribadi menurut Brown dan Trusty (dalam Barus,

2011) adalah sebagai berikut: (1) pemahaman tehadap dirinya sendiri yang

meliputi kesadaran menyangkut kelebihan-kelebihan, kelemahan-kelemahan,

minat-minat, gambaran tubuh, perbedaan-perbedaan, dan kesamaan-kesamaan

dengan orang lain, (2) penghargaan terhadap diri sendiri, pandangan positif

tentang diri sendiri, dan penerimaan diri, (3) mengembangkan rasa percaya diri,

berani tampil, berlatih mengungkapkan gagasan sendiri, (4) belajar berperilaku

dan mengembangkan kebiasaan pola hidup sehat dan efektif, (5) membiasakan

bersikap dan berperilaku jujur, santun, rendah hati, mentaati norma-norma yang

berlaku, (6) memahami dan mampu mengenali perilaku baik, buruk, perbuatan

salah dan benar, (7) berlatih mengambil keputusan sederhana, (8) berlatih

(35)

16

yang dilakukan, (9) berlatih mengatur mengelola keperluan diri sendiri,

perawatan diri dan kegiatan pribadi.

Model perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi dengan

ragam bimbingan pribadi diakan digunakan untuk mengatasi perilaku peserta

didik dalam hal tidak teliti. Menurut Sukmadinata (2009) ciri-ciri peserta didik

yang teliti adalah bertanggung jawab, berhati-hati, konsentrasi, memperhatikan

petunjuk, berpikir kritis, dan menyadari apa yang sudah dipelajari penting bagi

kehidupannya.

b. Bimbingan Belajar

Tohirin (2007) menjelaskan bahwa bimbingan belajar adalah bantuan

dari pembimbing kepada peserta didik untuk menemukan cara belajar yang

tepat dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan belajar misalnya tidak

tepat waktu, tidak tekun belajar, tidak mengerjakan PR dan malas membaca.

Hal ini diperkuat dengan pengertian bimbingan belajar yang diungkapkan oleh

Winkel (2002) “bimbingan belajar adalah bimbingan dalam hal menemukan

cara belajar yang tepat, dalam memilih studi yang sesuai dengan minat,

kebutuhannya, dan mengatasi kesukaran yang berkaitan dengan

tuntutan-tuntutan sekolah” (hlm.113).

Pendapat lain mengenai pengertian bimbingan diungkapkan Nurihsan

(2006) yang menyatakan bahwa“bimbingan belajar ialah bimbingan untuk

membantu individu menghadapi masalah dan menyelesaikan masalah-masalah

belajar, misalnya tidak tekun belajar dan tidak tepat waktu”(hlm 15). Tujuan

(36)

17

suasana belajar yang nyaman, membantu individu untuk dapat menyesuaikan

diri dengan tuntutan sekolahnya dan mengembangkan cara belajar yang efektif.

Model perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi dengan

ragam bimbingan belajar untuk mengatasi perilaku peserta didik dalam hal tidak

tekun belajar. Ciri-ciri peserta didik yang tekun belajar menurut Slameto (2010

yaitu: (1) belajar tepat dengan waktu, (2) membaca dan membuat catatan materi

pelajaran, (3) mengulang bahan pelajaran yang sudah diajarkan, (4) konsentrasi,

(5) mengerjakan tugas, (6) mengingat materi pelajaran. Jika peserta didik dapat

menerapkan cara belajar yang efektif, maka tugas perkembangan belajarnya

dapat tercapai. Tugas perkembangan belajar menurut Brown dan Trusty (dalam

Barus, 2011) adalah sebagai berikut: (1) berkemampuan membaca, menulis,

berhitung sesuai dengan tuntutan kurikulum, (2) keterampilan mendengarkan,

(3) keterampilan mengikuti petunjuk/ instruksi, (4) keterampilan

mengorganisasi aktivitas belajar, tugas-tugas sekolah, bermain, dan kegiatan

lainnya, (5) keterampilan belajar yang efektif, (6) keterampilan menghadapi

ulangan-ulangan atau tes.

c. Bimbingan sosial

Tohirin (2007) menjelaskan bahwa bimbingan sosial adalah “suatu

bimbingan atau bantuan dalam hal menghadapi masalah-masalah sosial seperti

pergaulan, penyelesaian masalah, konflik, penyesuaian diri dan sebagainya”

(hlm. 127). Hal ini diperkuat oleh Walgito (2010) yang menyatakan bahwa

bimbingan sosial adalah bantuan yang diberikan untuk membantu peserta didik

(37)

18

mulai dari dalam kehidupan masyarakat sampai negara. Tujuan bimbingan

sosial adalah agar peserta didik yang dibimbing dapat bergaul dengan baik di

lingkungannya, membantu peserta didik untuk memecahkan masalah sosial, dan

dapat menyesuaikan diri dengan baik dalam lingkungan sekitar sesuai dengan

tugas perkembangan sosialnya.

Tugas perkembangan sosial menurut Brown dan Trusty (dalam Barus,

2011) antara lain: (a) keterampilan komunikasi, (b) keterampilan bergaul,

(c) keterampilan mengelola rasa takut, (d) keterampilan menolak dan ketegasan,

(e) keterampilan bekerjasama, (f) mempelajari peran sosial sebagai laki-laki

atau perempuan sesuai dengan harapan dan norma masyarakat, (g) toleransi dan

menghargai terhadap perbedaan budaya, suku, ras, dan agama, (h) menghargai

dan menghormati gagasan orang lain.

d. Bimbingan karier

Menurut Tohirin (2007) menjelaskan bahwa bimbingan karier adalah

“bimbingan yang membantu peserta didik dalam menghadapi dan

menyelesaikan masalah-masalah yang menyangkut karier tertentu. Tujuan

bimbingan karier ini adalah agar peserta didik mampu memahami,

merencanakan, memilih, menyesuaikan diri dan mengembangkan karier-karier

tertentu setelah mereka tamat dari pendidikannya” (hlm. 132).

Pengertian bimbingan karier menurut Nurihsan (2006) adalah

“bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan, dan

penyelesaian masalah-masalah karier” (hlm. 16). Hal ini didukung oleh

(38)

19

dalam mempersiapkan diri sejak dini guna mempersiapkan diri untuk

menghadapi dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan pekerjaan sesuai dengan

tugas perkembangannya. Tugas perkembangan karier peserta didik menurut

Brown dan Trusty (dalam Barus, 2011) antara lain: (a) berlatih membiasakan

diri dalam melakukan pekerjaan sehari-hari, (b) belajar menghargai makna

bekerja, mengelola waktu, hidup hemat dan produktif, (c) belajar berperilaku

dan mengembangkan kebiasaan pola hidup sehat dan efektif.

Pada penelitian ini, peneliti hanya berfokus membahas mengenai

bimbingan pribadi dan belajar, karena berdasarkan hasil analisis kebutuhan

peserta didik kelas IV B SD Kanisius Sengkan Yogyakarta membutuhkan

ragam bimbingan pribadi dan belajar. Bimbingan tersebut dilakukan dengan

cara klasikal. Layanan bimbingan klasikal dijelaskan pada bagian berikut ini.

2. Layanan Bimbingan Klasikal

Bimbingan klasikal atau yang sering disebut dengan bimbingan

kelompok menurut Hartinah (2009) merupakan salah bentuk usaha pemberian

bantuan kepada orang-orang yang mengalami masalah dimana anggota

kelompok tersebut secara perorangan dapat memanfaatkan semua informasi,

tanggapan, yang berkaitan dengan masalahnya.

Pengertian bimbingan klasikal diperkuat oleh pernyataan Nurihsan

(2006), “bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang

dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat berupa

penyampaian informasi ataupun aktivitas kelompok membahas

(39)

20

bimbingan kelompok menurut Winkel (2004), adalah untuk menunjang

perkembangan pribadi, perkembangan belajar dan perkembangan sosial yang

masing-masing anggota kelompok meningkatkan kerjasama untuk memecahkan

masalah dan mencapai tujuan yang bermakna bagi anggota kelompok.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa

bimbingan klasikal/kelompok adalah bantuan yang diberikan kepada peserta

didik dalam kelompok yang bertujuan untuk mengatasi masalah yang sebagian

besar masalah tersebut dialami oleh peserta didik.

3. Ciri-ciri, Tugas Perkembangan, dan Permasalahan yang Dialami Peserta

Didik Usia 9-12 Tahun.

a. Ciri-ciri Peserta Didik Usia 9-12 Tahun

Izzaty, dkk (2008) membagi masa kanak-kanak akhir menjadi dua fase,

yaitu: (1) masa kelas-kelas rendah SD yang berlangsung antara usia 6/7 tahun-

9/10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas I, II, dan III SD, (2) masa

kelas-kelas tinggi SD, yang berlangsung antara usia 9/10 tahun- 12/13 tahun, biasanya

mereka duduk di kelas IV, V, dan VI SD. Peserta didik kelas IV SD terletak

pada fase masa kelas tinggi dengan ciri khas sebagai berikut: (1) perhatiannya

tertuju kepada kehidupan sehari-hari, (2) rasa ingin tahu tinggi, ingin belajar

dan realistis, (3) timbul minat kepada pelajaran- pelajaran khusus, (3) peserta

didik memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya

di sekolah, (4) peserta didik membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk

(40)

21

b. Tugas Perkembangan Peserta didik Usia 9-12 Tahun

Tugas perkembangan menurut Havighurst (dalam Furqon, 2005)

tugas-tugas yang muncul pada saat atau periode tertentu dari kehidupan suatu

individu. Hal serupa diungkapkan oleh Desmita (2009) adalah “berbagai ciri

perkembangan yang diharapkan timbul dan dimiliki setiap anak pada setiap

masa dalam periode perkembangan” (hlm 29).

Havighurst (dalam Hurlock, 1980) menyatakan bahwa tugas

perkembangan adalah sebagai berikut: (1) mempelajari keterampilan fisik yang

diperlukan untuk permainan-permainan yang umum, (2) membangun sikap

yang sehat mengenai diri sendiri sebagi makhluk yang sedang tumbuh,

(3) belajar menyesuaikan diri dengan teman sebayanya, (4) mengembangkan

keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung,

(5) mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan

sehari-hari, (6) mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata dan

tingkatan nilai, (7) mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial

dan lembaga-lembaga, (8) mencapai kebebasan pribadi.

4. Masalah yang Dihadapi Peserta Didik

Kowitz (dalam Furqon, 2005) menjelaskan bahwa masalah yang

dihadapi peserta didik usia 9-12 tahun atau masalah yang dihadapi peserta didik

usia sekolah dasar dalam memenuhi tugas perkembangannya yaitu:

a. Masalah pribadi

Permasalahan pribadi anak-anak usia sekolah dasar terutama berkenaan

(41)

kebiasaan-22

kebiasaannya. Beberapa perilaku anak menyimpang yang membentuk

kebiasaan-kebiasaan yang dapat menghambat tugas perkembangan belajar

peserta didik antara lain kurangnya percaya diri, kurang memiliki inisiatif,

kurang tanggung jawab, tidak teliti, kurang menunjukan perilaku agresif.

b. Masalah penyesuaian sosial

Peserta didik dalam mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial,

baik dengan teman ataupun guru banyak mengalami masalah. Misalnya

perasaan rendah diri, ketergantungan pada kawan, iri, cemburu, curiga,

persaingan termasuk dalam permasalahan yang berkaitan dengan teman

sebayanya.

c. Masalah akademik

Permasalahan akademis dapat berupa tidak dikuasainya kemampuan

atau materi yang ditargetkan sebagai tujuan pengajaran. Ketidakberhasilan

prestasi peserta didik tidak hanya disebabkan oleh kecerdasan yang tinggi tetapi

juga sebagai akibat cara belajar yang salah, tidak tekun belajar, kurangnya

motivasi belajar, kurangnya fasilitas dan dukungan dari orang tua, atau

kesalahan dalam guru mengajar akibat kurangnya memahami materi ajar dan

pendekatan yang dipakai.

Peneliti pada penelitian ini hanya akan berfokus pada perilaku-perilaku

yang berasal dari masalah pribadi yaitu tidak teliti dan masalah belajar yaitu

tidak tekun. Perilaku-perilaku ini dapat diatasi dengan bimbingan yang

(42)

23

2.2. PERAN GURU SD

Selain mengampu mata pelajaran, guru diharapkan dapat membimbing peserta

didik yang diampunya. Tugas-tugas guru baik sebagai pengampu mata pelajaran dan

sebagai pembimbing akan dijelaskan sebagai berikut.

2.2.1. Peran Guru SD Sebagai Pengampu Mata Pelajaran

Menurut Suparno (1997) peran guru sangat menuntut penguasaan bahan yang

luas dan mendalam, hal ini disebabkan tugas guru adalah mengampu lima mata

pelajaran pokok yaitu mata pelajaran Bahasa Indonesia, Pendidikan

Kewarganegaraan, Matematika, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA). Guru harus mempunyai kompentensi dalam mengajarkan

lima mata pelajaran pokok tersebut.

Kemampuan yang harus dimiliki sebagai guru mata pelajaran berdsarkan

pendapat Darmodiharjo (dalam Masidjo, 1995) adalah sebagai berikut:

(1) penguasaan bahan pelajaran dari setiap mata pelajaran yang diampunya,

(2) pengelolaan program belajar mengajar dari setiap mata pelajaran yang diampunya,

(3) pengelolaan kelas dengan mengatur kelas yang menciptakan iklim belajar

mengajar yang sesuai, (4) pemakaian media dan sumber belajar yang efektif dan

efisien, (5) pengelolaan interaksi belajar mengajar, (6) penguasaaan

landasan-landasan pendidikan yang tampak dalam perannnya sebagai pribadi dan pendidik

dalam melaksanakan interaksi belajar mengajar, (7) pengenalan dan penyelenggaraan

administrasi sekolah baik sebagai proses maupun sebagai bidang garapan,

(43)

24

keperluan pengajaran, (9) penilaian prestasi peserta didik untuk kepentingan

pengajaran.

2.2.2. Peran Guru SD Sebagai Pembimbing

Sebagai seorang guru kelas yang mengampu semua mata pelajaran, guru SD

pada dasarnya mempunyai peran sebagai pembimbing. Berdasarkan SK Menpan No.

83/1993 (dalam Furqon, 2005) dijelaskan bahwa guru mempunyai tugas ganda, yaitu

sebagai guru yang mengajar lima mata pelajaran pokok dan melaksanakan program

bimbingan di kelas yang diampunya.

Peran bimbingan guru dalam proses belajar mengajar menurut Rochman

Natawidjaja (dalam Furqon, 2005), yaitu: (1) mengembangkan iklim kelas yang

bebas dari ketegangan dan yang bersuasana membantu perkembangan peserta didik,

(2) memberikan pengarahan atau orientasi dalam rangka belajar efektif,

(3) mempelajari dan menelaah peserta didik menemukan kekuatan, kelemahan,

kebiasaan dan kesulitan yang dihadapinya, (4) memberikan konseling kepada peserta

didik yang mengalami kesulitan, terutama kesulitan yang berhubungan dengan bidang

studi yang diajarkannya, (5) menyajikan materi tentang masalah pendidikan,

(6) mendorong dan meningkatkan pertumbuhan pribadi peserta didik,

(7) melaksanakan bimbingan kelompok di kelas, (8) memperlakukan peserta didik

sebagai individu yang mempunyai harga diri, dengan memahami kekurangan,

kelebihan dan masalah-masalah yang dimiliki, (9) melengkapi rencana-rencana yang

telah dirumuskan peserta didik, (10) menyelenggarakan pembelajaran yang sesuai

dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan peserta didik, (11) menilai belajar peserta

(44)

25

diperlukan untuk dijadikan masukan dalam konferensi khusus, (13) bekerja sama

dengan tenaga pendidikan lainnya dalam memberikan bantuan atau pertolongan yang

dibutuhkan peserta didik, (14) memahami dan melaksanakan kebijaksanaan dan

prosedur-prosedur bimbingan yang berlaku.

Berdasarkan pendapat Slameto (2010), sebagai pembimbing dalam kegiatan

pembelajaran, guru diharapkan mampu: (1) mengenal dan memahami setiap peserta

didiknya secara individu maupun kelompok, (2) memberikan penjelasan pada peserta

didik mengenai hal-hal yang diperlukan dalam belajar, (3) memberikan kesempatan

yang memadai agar setiap peserta didik dapat belajar sesuai dengan kemampuan

pribadinya, (4) membantu peserta didik dalam mengatasi masalah-masalah pribadi

yang dihadapinya, (5) menilai hasil keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah

dilakukannya.

Berdasarkan tugas guru sebagai pengampu lima mata pelajaran dan

pembimbing, maka guru dapat melaksanakan tugasnya tersebut dalam kegiatan

pembelajaran Bahasa Indonesia. Berikut akan dijelaskan mengenai mata pelajaran

Bahasa Indonesia.

2.5. MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

2.5.1.Pengertian Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia menurut Sufanti (2010) “merupakan mata pelajaran yang

memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan studinya” (hlm 12). Hal ini

(45)

26

Bahasa Indonesia memiliki nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan peserta

didik mengenal dirinya dan kompetensi yang dimiliki, mengembangkan kemampuan

dan wawasan, mengemukakan gagasan dan perasaan baik secara lisan ataupun

tertulis, serta berpatisipasi terhadap masyarakat dengan kemampuan yang ada dalam

dirinya.

Akhadiah (1991) menjelaskan bahwa melalui pengajaran Bahasa Indonesia, guru

diharapkan dapat menjadikan peserta didiknya untuk dapat menjadi anak Indonesia

yang berpikir, bersikap dan berperilaku sebagai anak Indonesia yang baik. Bahasa

Indonesia juga sangat diperlukan untuk berkomunikasi dan bersosialisasi dengan

orang di sekitar. Jika peserta didik dapat menguasai kemampuan Bahasa Indonesia

yang baik, maka mudah bagi mereka untuk bersosialisasi dan mencapai prestasi

belajar yang baik di mata pelajaran yang lain.

Jadi, Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa yang menjadi dasar bagi

peserta didik untuk berkembang secara intelektual, sosial, emosional berkomunikasi

dengan baik dan lebih mudah mempelajari mata pelajaran lain. Bahasa Indonesia

dalam pelaksanaanya memiliki tujuan yang akan dijelaskan lebih rinci pada paragraf

berikut.

2.5.2.Tujuan Bahasa Indonesia

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (2007), mata

pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut: (1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang

berlaku, baik secara lisan maupun tertulis, (2) menghargai dan bangga menggunakan

(46)

27

Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan

emosional, dan sosial, (4) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk

memperluas wawasan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan

dan kemampuan berbahasa, (5) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia

sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Pendapat lain mengenai tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia diungkapkan

oleh Akhadiah (1991) mengemukakan bahwa pengajaran Bahasa Indonesia di SD

mempunyai peranan yang sangat penting untuk membantu tugas perkembangan

pribadi dalam membentuk kebiasaan, nilai, dan sikap yang diperlukan peserta didik

bagi perkembangan selanjutnya.

2.5.3. Ruang lingkup Bahasa Indonesia

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2007 ruang

lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD kelas IV semester 2 mencakup

komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi

aspek-aspek sebagai berikut:

Tabel 2.1 Ruang Lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SD Kelas IV Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Mendengarkan

1. Mendengarkan pengumuman dan pembacaan pantun

5.1 Menyampaikan kembali isi pengumuman yang dibacakan 5.2 Menirukan pembacaan pantun anak

dengan lafal dan intonasi yang tepat

Berbicara

2. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dengan berbalas pantun dan bertelepon

6.1 Berbalas pantun dengan lafal dan intonasi yang tepat

(47)

28

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Membaca

3. Memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring, dan membaca pantun

7.1 Menemukan kalimat utama pada tiap paragraf melalui membaca intensif 7.2 Membaca nyaring suatu pengumuman

dengan lafal dan intonasi yang tepat 7.3 Membaca pantun anak secara berbalasan

dengan lafal dan intonasi yang tepat

Menulis

4. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk karangan, pengumuman, dan pantun anak

8.1 Menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll.)

8.2 Menulis pengumuman dengan bahasa yang baik dan benar serta memperhatikan penggunaan ejaan

8.3 Membuat pantun anak yang menarik tentang berbagai tema (persahabatan, ketekunan, kepatuhan, dll.) sesuai dengan ciri-ciri pantun

2.6. PENELITIAN YANG RELEVAN

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan

oleh Marcellinus Danang Kristandaru (2005). Penelitian tersebut berjudul

“Pengembangan Silabus dan Bahan Pembelajaran BIPA untuk Misionaris Asing di

Biara Clararetien Yogyakarta” dengan tujuan mengembangkan perangkat

pembelajaran berupa silabus dan desain materi BIPA bagi Misionaris Asing di Biara

Clararetien.

Pengembangan silabus dan bahan pembelajaran BIPA ini dilakukan dengan

model Borg and Gall. Pengembangan ini diawali dengan langkah-langkah sebagai

berikut: (1) analisis kebutuhan, (2) pengembangan silabus, (3) pengembangan materi.

Produk yang dihasilkan berupa silabus dan bahan pembelajaran BIPA untuk

Misionaris Asing di Biara Clararetien Yogyakarta. Kesimpulan dari penelitian ini

adalah dengan silabus dan desain materi BIPA dinilai layak digunakan dalam

(48)

29

mempermudah pembelajar dalam memahami materi terutama bagi kaum misionaris

yang mengutamakan aspek berbicara dan meningkatkan efektivitas pembelajaran

Bahasa Indonesia. Relevansi penelitian yang dilakukan oleh Marcellinus Danang

Kristandaru akan peneliti jadikan gambaran tentang pengembangan model perangkat

pembelajaran Bahasa Indonesia secara umum.

Penelusuran yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa belum ada yang

memberikan gambaran tentang pengembangan model perangkat pembelajaran

terintegrasi dengan ragam bimbingan. Namun peneliti melihat salah satu contoh

modul layanan bimbingan yang memiliki relevansi dengan model perangkat

pembelajaran pada penelitian ini. Modul tersebut dikembangkan oleh Barus dan Sri

Hastuti (2011). Pengembangannya diawali dengan melakukan analisis kebutuhan

peserta didik. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan menjadi muatan layanan

bimbingan yang dibutuhkan peserta didik. Salah satu modul layanan bimbingan yang

peneliti lihat yaitu layanan bimbingan pribadi dan sosial dengan tema ”Berkomuniksi

dengan Baik”. Indikator dari modul ini adalah sebagai berikut: (1) peserta didik dapat

menjelaskan manfaat berkomunikasi yang baik, (2) peserta didik dapat menyebutkan

hal-hal yang mendukung terjadinya komunikasi yang baik, (3) peserta didik dapat

menjelaskan arti komunikasi yang baik secara tepat, (4) peserta didik dapat

mengembangkan dalam dirinya kebiasaan-kebiasaan yang baik yang mendukung

terbentuknya komunikasi yang baik.

Modul ini menjelaskan kegiatan yang mengajarkan peserta didik bertanya

jawab atau bercerita mengenai pengalaman yang pernah dialami. Selain itu peserta

(49)

30

non verbal. Penelitian yang hendak peneliti lakukan memiliki relevansi dengan modul

tersebut yaitu pada penekanan pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi dengan

ragam bimbingan pribadi.

Berdasarkan relevansi penelitian yang dilakukan oleh Kristiandaru, dan modul

pengembangan diri dari Gendon Barus dan Sri Hastuti peneliti jadikan acuan untuk

mengembangkan model perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi

dengan ragam bimbingan pribadi dan belajar untuk peserta didik di SD.

2.7. KERANGKA BERPIKIR

Guru SD sebagai penanggung jawab kegiatan pembelajaran diharapkan

memiliki kemampuan untuk mengampu mata pelajaran. Tugas guru SD selain

sebagai pengampu mata pelajaran juga sebagai pembimbing. Kedua tugas tersebut

sangatlah penting bagi guru karena untuk membantu peserta didik mencapai tugas

perkembangannya secara optimal. Apabila tugas perkembangan peserta didik

terhambat, maka muncul perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan tugas

perkembangannya. Perilaku-perilaku tersebut dapat diatasi dengan cara memberikan

bimbingan. Pemberian bimbingan dapat mengurangi perilaku peserta didik yang tidak

sesuai dengan tugas perkembangannya dan juga dapat membantu pencapaian tugas

perkembangannya secara optimal. Oleh karena itu guru membutuhkan perangkat

pembelajaran yang terintegrasi dengan ragam bimbingan.

Pengintegrasian antara mata pelajaran dengan ragam bimbingan dapat dilakukan

dengan cara: (1) menganalisis kompetensi dasar sehingga menghasilkan indikator

(50)

31

untuk memperoleh indikator bimbingan, (3) merumuskan tujuan pembelajaran

dengan cara menggabungkan indikator pembelajaran dan indikator bimbingan,

(4) menyesuaikan tujuan pembelajaran dengan tugas perkembangan yang akan

dicapai peserta didik, (5) merancang pembelajaran yang dapat mencapai tujuan

pembelajaran.

Pengintegrasian di atas diharapkan membantu peserta didik agar dapat belajar

Bahasa Indonesia sekaligus mencapai tugas perkembangan pribadi dan belajarnya.

Hal tersebut karena berdasarkan analisis kebutuhan menunjukkan bahwa peserta didik

mengalami masalah pada aspek pribadi dan belajar terutama pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia diharapkan dapat dijadikan sarana untuk

membantu peserta didik mencapai tugas perkembangan pribadi dan belajar karena

memiliki nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik mengenal

dirinya, mengembangkan kemampuan dan wawasan, mengemukakan gagasan, serta

berpatisipasi terhadap masyarakat dengan kemampuan yang ada dalam dirinya. Oleh

karena itu, diharapkan melalui perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi

ragam bimbingan pribadi dan belajar maka peserta didik mampu belajar Bahasa

Indonesia sekaligus mencapai tugas perkembangan pribadi dan belajarnya. Adapun

kerangka berpikir di atas dapat digambarkan dalam bagan berikut ini.

Bagan 2.1 Alur Kerangka Berpikir guru

peserta didik perangkat

pembelajaran terintegrasi ragam

(51)

32 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN

Sugiyono (2009) menyatakan bahwa metode penelitian pengembangan atau

dalam Bahasa Inggris Research and Development adalah “metode penelitian yang

digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk

tersebut” (hlm. 297). Pengertian pengembangan juga diungkapkan Setyosari (2010)

yang menyatakan bahwa pengembangan adalah “suatu proses yang dipakai untuk

mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan” (hlm. 194). Hal serupa

dinyatakan oleh Borg dan Gall (dalam Semiawan, 2007) yang menyatakan bahwa

“pengembangan merupakan suatu proses yang diupayakan melahirkan produk yang

memiliki kesahihan dalam pengembangannya.

Pendapat di atas sama halnya seperti yang dijelaskan oleh Nugraha (2011) yang

menjelaskan bahwa pengertian penelitian pengembangan adalah “jenis penelitian

yang berorientasi pada aktivitas mengembangkan/menghasilkan produk dan

memvalidasi produk tersebut melalui langkah-langkah yang sistematis” (hlm. 1).

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian

pengembangan adalah jenis penelitian yang digunakan untuk menghasilkan suatu

produk tertentu. Peneliti akan menggunakan jenis penelitian pengembangan untuk

menghasilkan model pengembangan perangkat pembelajaran terintegrasi dengan

(52)

33

3.2. MODEL PENGEMBANGAN

Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

prosedural. Model prosedural adalah model deskriptif yang menggambarkan alur

yang harus diikuti untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Setyosari (2010)

menyatakan bahwa model prosedural biasanya berupa urutan langkah-langkah, yang

diikuti secara bertahap dari langkah awal hingga langkah akhir. Peneliti akan

menggunakan model prosedural diadaptasi dari model Dick dan Carey (dalam

Setyosari, 2010). Berikut ini adalah model Dick dan Carey:

Bagan. 3.1 Model Dick dan Carey

= tidak dilakukan dalam penelitian

= dilakukan dalam penelitian

(53)

34

Berikut ini akan dijelaskan mengenai keterangan model pengembangan Dick dan

Carey:

1. Analisis Kebutuhan

Melakukan analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan program atau produk

yang akan dikembangkan.

2. Analisis Pembelajaran

Melakukan analisis pembelajaran, yang mencakup keterampilan, proses, prosedur,

dan tugas-tugas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

3. Analisis Pebelajar dan Konteks

Menganalisis pebelajar dan konteks, yang mencakup kemampuan, sikap, dan

karakteristik awal pebelajar dalam latar pembelajaran dan juga termasuk

karakteristik latar pembelajaran tersebut serta pengetahuan baru yang digunakan.

4. Tujuan Umum dan Khusus

Menjabarkan tujuan umum ke dalam tujuan yang lebih spesifik yang berupa

rumusan tujuan untuk unjuk kerja, atau operasional. Gambaran rumusan

operasional ini mencerminkan tujuan khusus program atau produk, prosedur yang

dikembangkan. Tujuan ini secara spesifik memberikan informasi untuk

mengembangkan butir-butir tes.

5. Mengembangkan Instrumen

Mengembangkan instrumen assessment, yang secara langsung berkaitan dengan

(54)

35

6. Mengembangkan Strategi Pembelajaran

Mengembangkan strategi pembelajaran, yang secara spesifik untuk membantu

pebelajar untuk mencapai tujuan khusus.

7. Mengembangkan dan Memilih Bahan Pembelajaran

Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran, yang dalam hal ini dapat

berupa: bahan cetak, manual baik untuk pebelajar maupun pembelajar, dan media

lain yang dirancang untuk mendukung pencapaian tujuan.

8. Merancang dan Melakukan Evaluasi Formatif

Merancang dan melakukan evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang dilaksanakan

oleh pengembang selama proses, prosedur, program atau produk yang

dikembangkan.

9. Melakukan Revisi

Revisi dilakukan terhadap proses (pembelajaran), prosedur, program, atau produk

dikaitkan dengan langkah-langkah sebelumnya.

10.Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan tingkat

efektifitas program secara keseluruhan dibandingkan dengan program lain.

3.3. DESAIN PENGEMBANGAN

Menurut Sanjaya, (2008) menyatakan bahwa “desain pengembangan adalah

proses yang disengaja tentang suatu pemikiran, perencanaan, dan penyeleksian

bagian-bagian, teknik, dan prosedur yang mengatur suatu tujuan atau usaha yang

(55)

36

model pengembangan perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia terintegrasi dengan

bimbingan pribadi dengan tema “Ketelitian” yang berisi konsep pengintegrasian,

silabus, RPP, dan materi ajar. Model pengembangan perangkat pembelajaran Bahasa

Indonesia terintegrasi dengan bimbingan belajar dengan tema “Ketekunan”yang

berisi konsep pengintegrasian, silabus, RPP, dan materi ajar.

3.4. PROSEDUR PENGEMBANGAN

Prosedur pengembangan dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah

yang diadaptasi dari model Dick dan Carey dengan beberapa modifikasi. Berikut

merupakan prosedur pengembangan yang dimodifikasi oleh peneliti:

Bagan 3.2 Modifikasi Prosedur Pengembangan Dick & Carey

Tahap Awal

(8) Penilaian Ahli

Menentukan Subjek Penelitian Analisis kebutuhan

Mengembangkan Model Perangkat Pembelajaran

Ahli Pengembangan PerangkatPembelajaran Ahli Mata Pelajaran Ahli Bimbingan Konseling

Penilaian

(56)

37

Keterangan prosedur pengembangan model perangkat pembelajaran Bahasa

Indonesia terintegrasi ragam bimbingan pribadi dan belajar:

1. Penetapan subjek penelitian

Penelitian ini akan berfokus pada satu wali kelas guru dan 32 peserta didik

kelas IV B SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012.

2. Analisis kebutuhan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini mencakup:

a. Melakukan wawancara dengan wali kelas IV B SD Kanisius Sengkan

mengenai perangkat pembelajaran yang dibutuhkan guru dan perilaku

peserta didik menghambat tugas perkembangannya yang sering muncul

pada saat kegiatan pembelajaran di kelas.

b. Melakukan observasi di kelas IV B SD Kanisius Sengkan Yogyakarta

saat proses pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung.

Data ini digunakan untuk memperkuat hasil wawancara dengan wali kelas

IV B.

c. Penyebaran Alat Ungkap Kebutuhan (AUK) di kelas IV B SD Kanisius

Sengkan untuk mempertegas layanan bimbingan yang dibutuhkan peserta

didik.

3. Tahap pengembangan perangkat pembelajaran, meliputi:

a. Mengidentifikasi standar kompetensi yang akan diajarkan oleh guru sesuai

Gambar

Tabel 4.8. Rekapitulasi Penilaian Kedua Model Perangkat Pembelajaran
Tabel 2.1 Ruang Lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia  di SD Kelas IV Semester 2
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara
Tabel 3.2 Pedoman Observasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Satuan pendidikan harus menyusun sendiri kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan silabusnya dengan cara melakukan penjabaran dan penyesuaian standar isi dan standar

Pada hakekatnya batang yang hanya memikul tekan aksial saja jarang dijumpai dalam struktur namun bila pembebanan diatur sedemikian rupa hingga pengekangan ( restrain

E. Kepuasan kerja sebagai sasaran penting dalam manajemen sumber daya manusia dimana dalam penelitian ini didapatkan kepuasan kerja total perawat pelaksana

Yang dimaksud dengan “semua pihak” adalah Pihak yang melaksanakan penyelenggaraan pendidikan berbasis agama dan budaya yaitu : guru ngaji di mesjid-mesjid/mushala, guru-guru

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 21 Pada halaman ini terdapat form isian yang harus dimasukan untuk menambahkan Data Penyusunan Peraturan, dimana field isian

Jika kamu ingin mengetahui apakah tanaman putri malu itu hidup, mungkin kamu akan menyentuhnya kuat-kuat dan melihatnya apakah sesuatu telah terjadi.. Salah satu ciri organisme

Berdasarkan hasil analisis untuk uji simultan (lihat Tabel 6), ditemukan bahwa nilai F adalah sebesar 3.638 yang signifikan pada taraf 5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa

Standar Yang digunakan Faktor yang mempengaruhi Permasalahan Pelayanan SKPD Internal (Kewenangan SKPD) Ekternal (Diluar Kewenangan SKPD) (1) (2) (3) (4) (5) (6) Sarana dan