• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Pustaka

2.3.3. Ragam Hias Gebyok Kudus

Padanan kata dari ragam hias adalah ornamen, dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, ornamen diartikan sebagai hiasan yang dibuat

pada arsitektur, kerajinan tangan, lukisan, perhiasan dan sebagainya. Ragam

hias setidaknya adalah sebagai sebuah bentuk hasrat sang seniman untuk

mengeksplorasi kenyataan dalam bentuk abstrak dan geometri, seperti

lekukan sederhana berbentuk bujur sangkar (meander) atau abstraksi

tumbuhan yang melingkar atau binatang yang lebih rumit bentuknya yang

banyak ditemui dalam karya seni atau produk lainnya (Susanto, 2003:222).

Pendapat lain mengatakan bahwa ragam hias adalah elemen-elemen dekorasi

yang diperoleh dengan meniru atau mengembangkan bentuk-bentuk yang

ada di alam dan divisualkan pada permukaan suatu benda. Pada dasarnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59 Ia dapat memperindah benda pakai secara lahiriah, satu atau dua darinya

memiliki nilai simbolik atau mengandung makna tertentu. Dalam penciptaan

ragam hias tidak dapat dilepaskan unsur-unsur apa yang menjadi pendukung

terjadinya bentuk-bentuk visual tersebut, di antaranya peran garis, bidang,

tekstur dan warna (Toekio, 1987:10).

Spelt (1996:1) mengatakan bahwa kesesuaian ragam hias itu selalu

dihubungkan dengan bentuk dan struktur objek yang dihiasi, sebagai

pelengkap dari objek itu, dan tidak pernah melemahkan bahkan menambah

nilai estetis dengan berbagai variasi bentuknya. Seni ragam hias bukan

sesuatu yang bersifat sewenang-wenang; di samping tergantung kepada bentuk produk, ia juga dipengaruhi oleh sifat alami material yang dibuat,

demikian juga halnya gaya atau cara di mana produk alami dibuat untuk

ornamentasi oleh orang yang berbeda pada waktu yang berbeda. Seni ragam

hias berkaitan erat dengan material, tujuan, bentuk, dan gaya. Bentuk ragam

hias yang paling tua terdiri dari gambar geometris, lingkaran-lingkaran

kecil, pita, garis lurus/lengkung dan sebagainya. Dengan kemajuan intelektual

umat manusia, seniman memperoleh lebih banyak kecakapan teknis, dan

mencoba untuk menggunakan obyek binatang, tumbuhan, dan akhirnya

menggambarkan dirinya sendiri, untuk seni ragam hiasnya.

Tumbuhan dan binatang sering dijadikan sebagai produk ragam hias

yang dapat ditempuh dengan dua cara, pertama; dibentuk sesuai dengan wujud aslinya, yang disebut dengan ragam hias naturalistik, dan yang kedua,

commit to user

60 politis dari suatu masyarakat tertentu disebut dengan stylistic ornament.

Masing-masing gaya memperlihatkan corak berbeda dan mempunyai bentuk

ragam hias yang lebih disukai oleh masyarakat di mana ragam hias itu

berkembang.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ragam hias

pada dasarnya adalah sesuatu yang ditambahkan dengan maksud menambah

keindahan pada suatu benda, dengan mengutamakan keserasian antara corak

ragam hias dengan benda yang dihias sehingga dapat menambah nilai estetis

benda yang dihias. Pada kesenian Indonesia, ragam hias juga bermakna

simbolik, ragam hias tidak sekedar untuk memperindah suatu permukaan

saja, tetapi juga mempunyai muatan-muatan simbolik yang berfungsi sebagai

media bertutur untuk menyampaikan pesan tertentu yang berkaitan dengan

sistem kepercayaan dan filosofi hidup masyarakatnya.

Ragam hias tradisional Kudus banyak terdapat pada

peninggalan-peninggalan sejarah terutama pada peninggalan-peninggalan arsitektur tradisional.

Penerapan ragam hias banyak ditemukan pada bangunan rumah ibadah,

makam-makam dan tempat tinggal. Penelusuran terhadap obyek-obyek yang

masih ada dapat dijadikan sebagai rujukan dalam upaya pendalaman dan

pemahaman tentang ragam hias dan penerapannya pada gebyok rumah

Kudus. Gebyok rumah Kudus merupakan warisan budaya tradisional yang

pada saat sekarang jumlahnya di Kudus sudah sangat berkurang dibandingkan

dengan jaman masa kejayaannya dulu pada sekitar abad 18 M. Gebyok rumah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61 diincar oleh para kolektor dalam dan luar negeri sehingga satu demi satu

gebyok tersebut berpindah dari tempat asalnya di Kudus.

Gebyok Kudus yang asli dahulunya hanya sebagai unsur arsitektur

rumah adat Kudus yang berlokasi atau berada di Kudus Kulon di sekeliling

Masjid Menara Kudus. Seiring dengan berjalannya waktu, karena adanya

penjualan rumah Kudus, sehingga gebyoknya pun ikut terjual. Di samping

itu, faktor lain seperti faktor usia gebyok, kondisi ekonomi pemiliknya

sekarang dan kondisi sosial budaya yang sudah tidak sama lagi dengan waktu

dulu semakin mempercepat kemungkinan punahnya keberadaan gebyok

rumah Kudus tersebut. Berkurangnya gebyok rumah Kudus yang berukiran

(ragam hias) dengan penuh makna simbol bagi kehidupan masyarakat Kudus,

bisa mengakibatkan terjadinya kepunahan, sedangkan yang banyak dijumpai

di Kudus sekarang ini merupakan hasil replika yang dibuat oleh para perajin

gebyok.

Ragam hias merupakan komponen produk seni yang ditambahkan

atau sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan. Di samping sebagai penghias

yang secara implisit menyangkut segi-segi keindahan, misalnya untuk

menambah keindahan suatu barang supaya lebih bagus dan menarik, di

samping itu dalam ragam hias sering ditemukan pula nilai-nilai simbol atau

maksud-maksud tertentu yang ada hubungannya dengan pandangan hidup

(falsafah hidup ) dari manusia atau masyarakat pembuatnya, sehingga

benda-benda yang diterapinya memiliki arti dan makna yang mendalam, dengan

commit to user

62 patung, mereka menganggap patung itu sebagai benda sakral dan menjadi

benda untuk ritual atau pemujaan. Ada juga yang membuat sebuah gunungan

wayang yang merupakan landasan dari hubungan kehidupan makrokosmos

dan mikrokosmos yang mempunyai arti bahwa dalam hidup kita harus bisa

menyeimbangkan kedua hubungan tersebut supaya kehidupan berjalan baik

tanpa adanya ketimpangan di suatu saat nanti.

Banyak tulisan yang membahas tentang ragam hias oleh sebagian ahli.

Ragam hias pada dasarnya identik dengan keindahan yang diterapkan pada

suatu benda atau bangunan tertentu. Ragam hias adalah motif yang menjadi

pangkal atau pokok dari suatu pola, di mana setelah motif itu mengalami

proses penyusunan dan ditebarkan secara berulang-ulang akan memperoleh

sebuah pola, kemudian setelah pola tersebut diterapkan pada benda lain maka

jadilah suatu bentuk ornamen (Gustami, 1980:25).

Tampilan ragam hias pada suatu benda bukan sekedar bentuk yang

lebih indah dan menarik, tetapi di dalam ornamen mempunyai peranan lain,

yaitu sebagai simbol tertentu yang unsur di dalamnya mengisyaratkan

pesan-pesan adat yang mencerminkan kepercayaan, pengabdian kepada nenek

moyang dan ruh leluhur mereka (Gustami, 1980: 28). Secara umum peranan

ragam hias sangat besar sekaligus sebagai sarana untuk kebutuhan manusia.

Hal ini dapat dilihat melalui penerapannya diberbagai benda, kesemuanya itu

untuk kebutuhan jasmani dan rohani manusia.

Dalam perwujudannya, ragam hias memiliki bentuk yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63 nilai tambah pada benda yang dihiasinya, sehingga benda tersebut menjadi

indah dan menarik. Terbentuknya ragam hias tentunya tidak akan terlepas

dengan unsur pola dan motif. Dengan demikian dengan segala penerapannya

akan selalu berhubungan dengan istilah pola dan motif yang bentuknya sesuai

perkembangan jaman. Ragam hias selalu bersinggungan dengan istilah pola

dan motif. Pola merupakan wujud dasar yang dipakai pedoman untuk

menyusun suatu ragam hias. Pola mengandung pengertian hasil susunan dari

motif tertentu dalam bentuk dan komposisi yang tertentu pula (Toekio,

1987:147).

Dalam ensiklopedi Indonesia dijelaskan bahwa motif merupakan

pangkal bagi tema kesenian. Sesuai dengan penjelasan tersebut, maka motif

merupakan pokok pikiran dan bentuk dasar dalam penciptaan ragam hias

yang meliputi segala bentuk yang ada di alam semesta ciptaan Tuhan dan

hasil daya kreasi atau imajinasi manusia (Toekio, 1987: 12), sesuai dengan

pendapat tadi, secara visual motif tersebut dapat meliputi ; bentuk manusia,

binatang, tumbuh-tumbuhan, bentuk garis, lautan, awan, mahluk imajinatif,

dan lain-lain.

Motif juga merupakan unsur pokok dari suatu pola, sebab pola

terbentuk akibat penyusunan dan pengorganisasian motif secara

berulang-ulang, dengan demikian susunan motif yang berulang-ulang disebut pola.

Jadi pola yang sudah diperoleh kemudian diterapkan dan dijadikan penghias

commit to user

64 Dalam pembuatan ragam hias terdapat berbagai bentuk, diantaranya

ada beberapa yang sudah mempunyai bentuk-bentuk baku. Bentuk demikian

itu nampaknya merupakan sesuatu yang tepat dan memiliki kedudukan

tertentu di dalam penerapannya serta pembuatannya. Ragam hias ini, proses

pengalihan atau penciptanya tidak selalu sama. Dalam pembuatan atau

penciptaan produk baru maka susunan maupun ukuran dibuat dengan pola

ulang tertentu. Kenyataan demikian ini rupanya masih mampu bertahan di

dalam lingkungan kehidupan masyarakat yang bertumpu pada tradisi.

Menurut Soegeng Toekio dalam bukunya ”Mengenal Ragam Hias

Indonesia”, (1987: 146-147) melihat tiga hal yang menonjol dalam proses ulang untuk ragam hias antara lain :

Pertama : bentuk pola dengan susunan maupun ukuran yang dibuat tanpa

pembubuhan bentuk lain dan berdiri sendiri (pola ulang tunggal), bisa

ditemukan dalam relung candi, rumah adat atau benda magis lainnya.

Kedua : bentuk lain dalam cara reproduksi untuk ragam hias ini dapat kita

perhatikan yang tiap bagian merupakan suatu kelompok dan merupakan

himpunan untuk pola ulang yang terdiri atas beberapa bentuk atau unsur

namun masih bersifat satu kesatuan pokok. Ini biasa dinamakan sebagai

pola ulang himpunan. Pola ini dapat dijumpai di benda-benda pusaka,

karya monumental, tata ruang bangunan adat, dan lainnya.

Ketiga : pengulangan berproduksi dari ragam hias dengan

kombinasi-kombinasi ulangan. Pengulangan di sini disertai membubuhkan bentuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65 mengganggu bagian atau bentuk pokok itu sendiri. Biasa digunakan dalam

benda-benda permukaan lebar atau luas. Pengulangan yang demikian ini

disebut pola ulang menyeluruh.

Beberapa uraian di atas dapat disebutkan bahwa ragam hias didasari

dengan unsur pola dan motif. Sedangkan faktor penerapan ragam hias

terhadap suatu benda atau bangunan senantiasa mempertimbangkan beberapa

hal yaitu mengenai bentuk, komposisi, keseimbangan, serta makna yang

terkandung di dalam ragam hias itu sendiri, sehingga tercipta sebuah karya

seni yang mempunyai nilai estetis.

Bentuk ragam hias terdiri dari beberapa jenis yaitu ragam hias

geometris, tumbuh-tumbuhan dan binatang (Bastomi, 1987: 26). Adapun

pendapat lain mengatakan ragam hias dibedakan menjadi lima jenis yaitu :

1. Ragam hias Geometris

Ragam hias geometris tergolong ragam hias paling tua, bentuk ragam

hias ini sangat sederhana yaitu berupa goresan-goresan yang tajam

seperti garis lurus dan lengkung. Kemudian berkembang bentuk-bentuk

baru seperti pilin, meander, tumpal, dan swastika. Kemudian

berkembang lagi menjadi pilin berganda, meander tegak, dan meander

miring. Pada jaman dulu bentuk ini banyak ditemukan pada

benda-benda kuno yang isiannya berupa goresan-goresan yang cukup

sederhana (Guntur, 2009: 4).

commit to user

66 Ragam hias ini biasanya mengambil pola-pola pokok yang berasal dari

alam, yaitu berupa tumbuh-tumbuhan atau flora yang dalam

penampilannya setiap ragam hias ini diwakili bagian dari

tumbuh-tumbuhan tersebut, misalnya; daun-daunan, buah-buahan, dan bunga.

Bentuk ragam hias ini banyak digunakan pada hiasan meja, vas bunga

dan lampion (Guntur,2009: 5)

3. Ragam hias Binatang

Ragam hias ini sering menggunakan binatang sebagai motif hiasnya,

bagian tubuh binatang dianggap mempunyai nilai tersendiri. Dalam

penggambarannya sering menggunakan bentuk binatang secara utuh

maupun bagian-bagian tubuhnya, dan biasanya bentuk binatang sudah

di stilasi (Guntur, 2009: 6).

4. Ragam hias Manusia

Manusia sering dijadikan motif hiasan, bagian tubuh manusia dianggap

mempunyai nilai tertentu. Dalam penggambarannya bentuk manusia

seringkali dikombinasikan dengan bentuk-bentuk lain seperti geometris,

tumbuh-tumbuhan, dan binatang (Guntur,2009: 7)

5. Ragam hias Imajinatif

Ragam hias jenis ini berbeda dengan ragam hias jenis lainnya (ragam

hias yang jelas objeknya). Ragam hias imajinatif merupakan hasil kreasi

manusia yang penciptaan objeknya tidak ada di alam semesta, artinya

terdapat keanehan dalam ragam hias tersebut, meskipun dasar pokok

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67 Dari pendapat Guntur tersebut, jenis-jenis ragam di atas merupakan

hasil kreasi manusia sepanjang hidupnya yang bersumber pada alam.

Keindahan alam seringkali menjadi tema dalam perwujudan ragam hias,

semakin maju cara berpikir manusia akan berkembang pula penciptaan

berbagai bentuk ragam hias. Perkembangan berpikir manusia akan

menentukan perkembangan bentuk ragam hias beserta fungsi ragam hias itu

sendiri.

Adapun fungsi ragam hias itu sendiri sebagai penghias suatu objek,

sehingga apabila ragam hias diletakkan atau diterapkan pada benda lain akan

menambah nilai benda yang dikenainya, apakah menjadi antik, indah, angker,

ataupun predikat yang lain lagi (Guntur, 2004: 14). Ragam hias sebagai seni

hias dalam kehidupan masyarakat tidak hanya berfungsi sebagai elemen

untuk memperindah barang atau benda, melainkan juga memiliki fungsi lain

seperti fungsi sakral, simbolik, dan sosial. Adapun fungsi dan terapannya

ragam hias pada suatu benda dapat dipilih menjadi :

1. Fungsi Ragam Hias Aktif/Konstruktif

Ragam hias yang digunakan pada elemen-elemen bangunan yang

berfungsi sebagai konstruksi dan menambah kekuatan suatu benda

sebagai hiasan. Dengan demikian perwujudannya tidak terbatas sebagai

penambah indah tetapi menjadi satu kesatuan yang utuh dengan struktur

dan konstruksi bangunan

commit to user

68 Ragam hias yang melekat pada bangunan dengan fungsi sebagai hiasan

saja, dengan demikian bentuk ragam hias pun dapat lepas, artinya

ragam hias yang melekat pada benda apabila dihilangkan tidak

berpengaruh terhadap konstruksi benda tersebut.

3. Fungsi Ragam Hias sebagai Simbol

Ragam hias yang berfungsi sebagai hiasan sekaligus mempunyai makna

simbolis atau perlambang (Guntur, 2004: 10).

Dokumen terkait