• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

B. RANCANGAN FUNGSIONAL

Komponen-komponen yang menyusun alat pemerah susu ini antara lain teat cup, pulsator tipe pegas, motor penggerak pulsator, regulator AC-DC, pompa vakum, tangki susu, selang aliran susu, selang udara, dan rangka besi. Secara skematis komponen-komponen alat pemerah susu ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.

16

Gambar 4.1 Skema alat pemerah susu dengan pulsator tipe pegas

1.

Teat Cup

Teat cup merupakan bagian yang terhubung langsung dengan puting sapi. Teat cup dirancang agar dapat menempel pada puting sapi tanpa mengakibatkan cidera. Berdasarkan FAO, tekanan vakum yang diijinkan untuk puting sapi adalah 40-50 kPa. Teat cup juga harus dapat menghasilkan denyut dengan interval yang sesuai ketika proses pemerahan berlangsung. Interval dari denyut ini yang kemudian akan ditentukan oleh pulsator. Denyut pada teat cup dapat diciptakan dengan membuat sebuah ruang sendiri selain ruang vakum untuk aliran susu, ruang ini dinamakan ruang

17

denyut atau pulsation chamber. Ruang denyut dikondisikan bergantian antara vakum dan atmosfer selama proses pemerahan berlangsung. Denyut yang dihasilkan pada ruang denyut teat cup akan berfungsi sebagai pergantian fase pemijatan dan istirahat pada puting sapi, sementara ruang vakum lainnya di dalam teat cup yang juga sebagai aliran susu dari puting akan membuat teat cup tetap menempel pada puting sapi.

Gambar 4.2 Rancangan fungsional teat cup

(kiri: fase istirahat puting sapi, kanan: fase pemijatan puting sapi)

2.

Pulsator Tipe Pegas

Pulsator tipe pegas terdiri dari katup pegas dan motor penggerak bertenaga listrik DC. Katup pegas memiliki fungsi sebagai katup yang membuka dan menutup saluran vakum dengan atmosfer. Interval buka-tutup pada pulsator akan menentukan interval denyut pada teat cup. Katup pegas yang digunakan bergerak secara linear dalam membuka dan menutup saluran atmosfer terhadap sistem vakum. Ketika katup pegas menutup, maka ruang denyut pada teat cup akan dalam kondisi vakum, sebaliknya ketika katup pegas membuka maka ruang denyut pada teat cup akan dalam kondisi tekanan atmosfer. Gerak linear katup pegas berasal dari gerak rotasi motor penggerak yang dihubungkan dengan semacam poros engkol dan batang penggerak. Motor penggerak ini dapat berputar hingga 65 rpm jika bertenaga listrik DC dengan tegangan hingga 12 volt dan arus 5 ampere. Tenaga listrik DC didapatkan dengan menggunakan regulator AC-DC. Skema sistem pulsator dapat dilihat pada Gambar 4.3.

18

Gambar 4.3 Skema sistem pulsator tipe pegas

Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam mekanisme kerja pulsator adalah pulsation rate

(kecepatan denyut). Pulsation rate adalah jumlah siklus denyut dalam satu menit. Satu siklus denyut adalah saat pulsator terhubung dengan tekanan vakum juga termasuk saat terhubung dengan tekanan atmosfer. Hal tersebut berarti satu siklus denyut adalah satu fase pemijatan dilanjutkan satu fase istirahat. Pulsation rate pada alat pemerah susu sapi biasanya antara 45 hingga 65 siklus per menit.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pulsation ratio (rasio denyut). Rasio denyut merupakan perbandingan lamanya waktu antara pengkondisian tekanan vakum dengan tekanan atmosfer untuk ruang denyut. Rasio yang biasa dipakai adalah 1:1 hingga 2.5:1. Rasio denyut 2.5:1 berarti pulsator mengkondisikan tekanan vakum dengan waktu 2.5 kali lebih lama dibandingkan waktu ketika mengkondisikan tekanan atmosfer. Hal tersebut berarti juga fase istirahat puting sapi memiliki waktu yang lebih lama 2.5 kali dibanding ketika fase pemijatan.

Agar pulsator dapat berfungsi sesuai rasio dan kecepatan denyut yang diinginkan maka dilakukan analisis perhitungan sebagai berikut:

Satu siklus denyut dapat dilakukan dalam satu putaran penub motor penggerak sementara kecepatan denyut yang diinginkan adalah 60 siklus per menit,

maka, ω = kecepatan putar motor penggerak = 60 rpm = 2π �� �

Jika l = panjang poros engkol yang digunakan adalah 3 cm Maka, v = kecepatan linear katup pegas

19

Rasio denyut yang diinginkan adalah 2.5:1, sementara untuk satu siklus dibutuhkan waktu satu detik. Maka, t = waktu selama katup pegas dalam keadaan membuka saluran atmosfer

= 1�(2.5 + 1) x 1 detik = 2�7 detik

s = total jarak pergerakan selama katup pegas dalam keadaan membuka = v t = 18.85 � �� x 2�7detik = 5.39 cm

h= ketinggian katup pegas ketika dalam keadaan membuka = �2 = 2.7 cm

Sementara itu dalam satu siklus, waktu yang dibutuhkan katup pegas selama menutup harus dibuat agar lebih lama 2.5 kali daripada ketika membuka yaitu 5/7 detik seperti tampak pada ilustrasi berikut.

1�7 detik

1�7 detik

5�7 detik

fase pemijatan

fase istirahat

Gambar 4.4 Perbandingan waktu buka-tutup katup pegas dalam satu siklus denyut

Pada ilustrasi diatas tampak bahwa selama fase istirahat katup pegas tidak bergerak sama sekali tetapi hanya menutup sistem vakum agar atmosfer tidak masuk. Padahal gerak rotasi dari motor penggerak tetap bekerja, oleh karena itu selama fase istirahat agar gerak rotasi motor tidak menggerakan katup pegas maka perlu dibuat jarak bebas antara ujung bawah batang penggerak dengan ujung atas penarik pegas. Jarak bebas tersebut dapat dihubungkan dengan tali yang cukup kuat atau dengan mata rantai. Jarak bebas tersebut sama dengan kedalaman pegas seharusnya jika bergerak selama fase istirahat.

20

Jika t = total waktu selama fase pemijatan = 5�7 detik

Maka, s = total jarak pergerakan pegas seharusnya selama fase istirahat = v t = 18.85 �� �� x 5�7detik = 13.46 cm

h = kedalaman katup pegas seharusnya selama fase istirahat = 2 = 6.73 cm

3.

Tangki Susu

Tangki susu merupakan wadah penampungan dari susu yang telah diperah sehingga harus dibuat dari bahan yang aman untuk produk pangan. Kapasitas tangki susu dibuat agar dapat menampung susu dari beberapa ekor sapi perah. Peternak skala kecil biasanya memiliki 7 hingga 10 ekor sapi perah, namun yang sedang dalam masa laktasi biasanya sekitar 3 hingga 5 ekor. Jika diasumsikan seekor sapi perah dapat menghasilkan maksimal 6 liter dalam sekali pemerahan maka kapasitas tangki dibuat agar dapat menampung 5 x 6 liter yaitu 30 liter susu. Agar susu yang dihasilkan setelah proses pemerahan dapat dipindahkan dari dalam tangki susu, maka dibuat tutup yang dapat dilepas.

Selain itu tangki susu juga berfungsi sebagai reservoir vakum agar ketika pemerahan berlangsung tidak perlu terhubung dengan pompa vakum. Pengkondisian tekanan vakum pada tangki susu dilakukan sebelum proses pemerahan sehingga keempat saluran susu dari teat cup harus ditutup. Untuk membuka dan menutup keempat saluran tersebut maka digunakan keran pada masing-masing saluran. Selama proses pengisian vakum dan juga ketika pemerahan berlangsung tangki susu harus dapat menahan tekanan vakum yang disimpan tanpa ada kebocoran. Untuk mengetahui nilai tekanan vakum di dalam tangki susu, maka perlu dipasang sebuah vacuum gauge. Tutup tangki susu selama proses pengisian vakum dan juga ketika pemerahan harus dapat dikunci rapat agar tidak terjadi kebocoran.

21

Gambar 4.5 Rancangan fungsional tangki susu

4.

Pompa dan Sistem Vakum

Pompa vakum berfungsi sebagai penghasil tekanan vakum baik untuk tangki susu maupun untuk pulsator. Pompa vakum harus dapat menghasilkan tekanan vakum sesuai kondisi pemerahan yaitu 40-50 kPa. Untuk mencapai tekanan vakum tersebut dapat menggunakan pompa vakum dengan tenaga 1/3 hp. Pompa dengan daya tersebut dapat memberikan tekanan ultimate hingga 5 Pa yang

berarti bertekanan hingga 101.32 kPa di bawah tekanan atmosfer. Sebagai catatan, tekanan vakum sempurna adalah 102.325 kPa di bawah tekanan atmosfer.

Pompa vakum dirancang untuk memberikan tekanan vakum terhadap tangki susu hanya ketika sebelum proses pemerahan. Sedangkan selama proses pemerahan berlangsung, pompa vakum hanya terhubung dengan pulsator. Maka dari itu saluran udara dari pompa vakum perlu dibuat percabangan dengan dilengkapi keran buka-tutup untuk masing-masing saluran. Penggunaan pompa vakum dapat dilihat pada ilustrasi berikut.

Gambar 4.6 Skema sistem vakum

Sebelum proses pemerahan berlangsung, pompa vakum hanya dihubungkan dengan tangki susu saja dengan cara menutup keran dari pompa vakum menuju pulsator dan juga keran dari tangki susu menuju teat cup. Sedangkan selama proses pemerahan maka pompa vakum hanya dihubungkan dengan pulsator yaitu dengan membuka keran dari pompa vakum menuju pulsator dan menutup keran

22

dari pompa vakum menuju tangki susu. Karena di dalam tangki susu telah tersimpan tekanan vakum maka keran dari tangki susu menuju teat cup dapat dibuka selama proses pemerahan.

Agar terjadi fase istirahat pada teat cup, maka pengkondisian vakum pada ruang denyut harus lebih besar daripada vakum pada ruang aliran susu. Selama proses pemerahan, ruang aliran susu pada

teat cup mendapat tekanan vakum dari tangki susu yang telah berfungsi sebagai reservoir dengan nilai tekanan vakum hingga 50 kPa. Maka untuk ruang denyut harus mendapat tekanan vakum yang lebih besar. Besarnya nilai tekanan vakum pada ruang denyut ini bergantung pada kecepatan aliran atau

flow rate dari pompa vakum karena fase istirahat hanya memiliki waktu yang sangat singkat dalam satu siklus denyut. Kecepatan aliran dari pompa vakum yang digunakan adalah 3.5 hingga 4 CFM (cubic feet per minute).

5.

Selang Aliran Susu dan Selang Udara

Selang aliran susu berfungsi untuk mengalirkan susu dari teat cup menuju tangki susu. Karena terhubung dengan vakum, selang aliran susu dibuat dengan bahan yang kuat agar tidak mengalami deformasi ketika pemerahan berlangsung. Agar aliran susu dapat terlihat maka selang juga harus terbuat dari bahan transparan. Diameter dari selang susu juga harus disesuaikan dengan diameter keran pada tangki susu dan diameter ujung bawah teat cup sehingga susu dapat lancar mengalir.

Selang udara berfungsi menghubungkan pulsator dengan ruang denyut pada teat cup. Selang udara ini terhubung dengan tekanan vakum dan atmosfer bergantian secara cepat. Agar aliran udara di dalam selang dapat mengalir dengan cepat, maka diameter selang harus sekecil mungkin namun masih dapat mengalirkan udara dengan lancar.

6.

Rangka

Rangka berfungsi sebagai dudukan untuk komponen lainnya. Rangka harus dibuat kuat untuk menopang komponen lain. Pengaturan posisi masing-masing komponen pada rangka dibuat seringkas mungkin tanpa mengganggu fungsi dari tiap komponen. Agar dapat mudah dalam pemindahan, maka rangka juga dibuat portabel dengan menggunakan roda. Komponen alat pemerah susu yang dapat dibuat dudukan dalam posisi permanen pada rangka adalah pompa vakum dan sistem pulsator tipe pegas. Sementara tangki susu karena merupakan komponen yang sering dipindah maka dibuat terpisah dari rangka.

Agar rangka kuat untuk menopang komponen yang terpasang, maka perlu diperkirakan berat total dari komponen-komponen tersebut. Komponen yang paling berat adalah pompa vakum dengan berat 8 kg, sedangkan sistem pulsator yang terdiri dari katup pegas, motor penggerak, dan regulator AC-DC memiliki berat total 3.5 kg. Untuk perkiraan berat total dari semua komponen yang terpasang, maka rangka dibuat dengan menggunakan bahan dari besi dan dipasang roda troli ukuran 4 inci sebanyak 4 buah.

Dimensi kebutuhan ruang untuk tiap komponen yang terpasang juga perlu diperhitungkan dalam menentukan posisi dudukan pada rangka. Pompa vakum yang tersedia membutuhkan ruang pada rangka dengan dimensi panjang 31.5 cm, lebar 12.4 cm, dan tinggi 24 cm. Sementara itu untuk penempatan posisi sistem pulsator dibuat dudukan secara vertikal antara motor penggerak dengan

23

katup pegas. Dalam perancangannya, perkiraan kebutuhan ruang pada rangka antara katup pegas dengan motor penggerak memiliki dimensi panjang 7 cm, lebar 7 cm, dan tinggi 50 cm. Kemudian untuk regulator AC-DC membutuhkan ruang dengan dimensi panjang 18 cm, lebar 10 cm, dan tinggi 13 cm.

Handle pendorong pada rangka dirancang dengan memperhitungkan kenyamanan bagi operator. Ketinggian handle ditentukan dengan menggunakan data antropometri. Berdasarkan referensi dari produk-produk industri yang memerlukan pekerjaan mendorong, ketinggian handle

dirancang agar berada di dalam jangkauan antara tinggi pinggul hingga tinggi siku. Namun berdasarkan data antropometri yang di dapat, daerah jangkauan untuk persentil 95th berada di atas daerah jangkauan untuk persentil 5th sehingga tidak terdapat irisan dari jangkauan kedua persentil tersebut. Agar ketinggian handle dapat terjangkau oleh persentil 5th hingga persentil 95th (90% dari populasi data) maka diasumsikan ketinggian yang nyaman untuk mendorong adalah ketika lengan bawah terangkat sekitar 30° hingga 60° dari garis vertikal. Daerah jangkauan tersebut masih terletak di bawah siku dan berada di sekitar tinggi pinggul.

Dari hasil pengukuran antropometri yang dilakukan Rahmawan (2011), didapatkan data antropometri yang diperlukan yaitu pada tabel di bawah. Pengukuran tersebut dilakukan pada 60 petani pria dengan selang umur 20-45 tahun di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

Tabel 4.1 Data Antropometri petani pria 20-45 tahun (Rahmawan, 2011) Jenis Antropometri Percentil

5th (cm) Percentil 50th (cm) Percentil 95th (cm) Standar Deviasi Tinggi pinggul 87.69 94.82 101.95 4.35 Tinggi siku 95.36 102.52 109.68 4.37 Panjang siku ke genggaman 31.29 34.40 37.50 1.89

Untuk perhitungan ketinggian minimal digunakan data percentil 95th agar orang yang lebih tinggi tidak perlu membungkuk untuk memegang handle. Sedangkan untuk perhitungan ketinggian maksimal digunakan data percentil 5th agar orang yang lebih pendek masih dapat nyaman memegang

handle.

Untuk posisi nyaman ketinggian handle minimal jika lengan bawah terangkat 30° dapat dihitung sebagai berikut.

TH = TS - PSG cos 30° = 77.21cm

TH = ketinggian genggaman handle minimal TS = ketinggian siku percentil 95th

PSG = panjang siku ke genggaman tangan percentil 95th

Sedangkan untuk posisi nyaman ketinggian handle maksimal jika lengan bawah terangkat 60° dapat dihitung sebagai berikut.

24

TH = TS - PSG cos 60° = 79.12cm

TH = ketinggian genggaman handle maksimal TS = ketinggian siku percentil 5th

PSG = panjang siku ke genggaman tangan percentil 5th

Dari perhitungan diatas maka ketinggian handle rangka dirancang antara 77.21 cm hingga 79.12 cm.

C.

RANCANGAN STRUKTURAL

1.

Teat Cup

Teat Cup dirancang dengan memiliki dua komponen utama yaitu karet liner dan shell

(selongsong). Selama proses pemerahan, bagian pada teat cup yang berdenyut langsung pada puting sapi adalah karet liner. Maka dari itu karet liner terbuat dari bahan karet sintetis fleksibel dengan profil yang disesuaikan untuk puting susu sapi. Secara struktur bahan, bagian atas karet liner yang berfungsi untuk mencengkeram selongsong memiliki sifat elastis namun cukup keras jika dibandingkan bagian tengah karet liner. Bagian tengah karet liner sifatnya cukup lunak sebagai bagian yang akan berdenyut dan memijat puting susu sapi. Sementara bagian bawah karet yang terhubung dengan selang aliran susu juga memiliki bahan karet yang cukup keras untuk memudahkan penyambungan dengan selang. Sementara itu, selongsong teat cup memiliki bentuk silinder berongga dengan kedua mulut yang dibuat sesuai untuk karet liner. Selongsong dirancang dari bahan yang kaku dan kuat terhadap tekanan. Bahan tersebut agar memiliki berat yang ringan maka dapat dibuat dari jenis PVC yang tahan terhadap tekanan.

Di dalam teat cup terdapat celah udara antara permukaan luar karet liner dengan permukaan bagian dalam selongsong yang dijadikan sebagai pulsation chamber (ruang denyut). Sementara saluran udara di dalam karet liner yang juga sebagai aliran susu terus-menerus dikondisikan dalam tekanan vakum, maka pada ruang denyut dikondisikan bergantian antara tekanan vakum dengan tekanan atmosfer. Pada ruang denyut diberi sebuah saluran kecil untuk menghubungkan dengan pulsator. Rancangan struktural teat cup dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Pada saat ruang denyut mendapat tekanan atmosfer, maka karet liner akan menutup dan menjepit puting susu sapi. Hal tersebut dikarenakan saluran udara di dalam karet liner selalu dalam kondisi vakum. Sedangkan pada saat ruang denyut mendapat tekanan vakum, maka karet liner akan terbuka sehingga susu sapi dapat mengalir. Karet liner menjadi terbuka dikarenakan tekanan vakum pada ruang denyut menyebabkan volume udara pada ruang denyut menjadi mengecil sehingga karet

25

Gambar 4.7 Rancangan struktural teat cup

2.

Pulsator Tipe Pegas

Katup pegas yang digunakan pada pulsator dirancang dengan menggunakan struktur pegas besi yang diselubungi karet fleksibel agar dapat menutup sempurna celah udara. Sebagai selongsong bagi katup, maka bahan yang diperlukan haruslah kuat terhadap tekanan vakum. Bahan yang cocok untuk dijadikan selongsong katup pegas dan mudah didapat adalah bahan yang biasa digunakan pada sambungan PVC. Pada selongsong katup pegas dibuat celah udara untuk saluran atmosfer. Saluran dari pulsator kemudian dibuat percabangan untuk masing-masing ruang denyut teat cup yang berjumlah empat. Ujung atas katup pegas dihubungkan dengan batang penggerak dari motor dengan menggunakan mata rantai sebagai jarak bebas yang telah dijelaskan pada rancangan fungsional. Sebagai sumber listrik untuk motor penggerak pulsator, digunakan regulator AC-DC berupa satu kesatuan rangkaian elektronik yang diletakan dalam sebuah boks.

26

3.

Tangki Susu

Penggunaan tangki susu harus dirancang dari struktur yang kuat terhadap tekanan vakum juga aman untuk bahan makanan. Material yang digunakan adalah bahan stainless steel dengan ketebalan 1.8 mm. Bentuk dari tangki susu dibuat berupa ruang silinder dengan ketinggian rendah agar aliran susu dari teat cup dapat mengalir lancar dengan bantuan gravitasi. Aliran susu perlu dibantu gravitasi karena vakum pada tangki susu hanya sebagai reservoir sehingga tidak ada gaya hisap yang disebabkan perpindahan molekul udara. Karena kapasitas tangki yang dibutuhkan setidaknya adalah 30 liter, maka tangki susu dibuat dengan diameter 36 cm dan ketinggian 30 cm

Sebagai pengunci pada tutup tangki, digunakan baut baja ukuran 14 pada empat titik. Agar celah pada tutup tangki tidak mengalami kebocoran udara ketika terkunci, maka digunakan karet dengan struktur yang lunak pada tepi tutup tangki. Empat keran dan satu vacuum gauge yang dipasang pada tutup tangki juga harus dipastikan tidak memiliki celah udara yang menyebabkan kebocoran. Untuk menutup celah udara tersebut dapat menggunakan sealant yang berbahan silikon.

Gambar 4.9 Rancangan struktural tangki susu

4.

Pompa dan Sistem Vakum

Pompa vakum yang digunakan adalah berjenis rotary vane. Pompa vakum ini memiliki pelindung luar yang terbuat dari bahan die cast aluminum. Motor penggerak pada pompa dilengkapi dengan sistem pendingin berupa kipas dan sirip-sirip pendingin pada pelindung luarnya, sementara

rotary vane menggunakan oli dan juga sirip-sirip pendingin. Pompa vakum dilengkapi grip dari karet bertekstur dengan inti handle dari stainless steel agar mudah dipindahkan.

Pompa vakum yang digunakan hanya memiliki satu inlet untuk saluran vakum. Inlet ini dilengkapi kasa penyaring agar sistem di dalam pompa tidak terkontaminasi ketika pompa dijalankan.

27

Karena saluran vakum yang dibutuhkan adalah berjumlah dua, maka dirancang sebuah pipa percabangan yang dilengkapi keran pada masing-masing cabang. Bahan yang digunakan untuk membuat percabangan ini dapat menggunakan pipa besi dan keran stainless steel.

Gambar 4.10 Rancangan struktural pompa vakum

5.

Selang Aliran Susu dan Selang Udara

Selang aliran susu terbuat dari bahan plastik sintetis transparan. Ukuran dari selang ini adalah 5/8 inci agar sesuai untuk keran pada tutup tangki susu yang berukuran ½ inci. Selang ini

memiliki dua lapisan yang ditengahnya terdapat serat dari benang agar selang tidak mudah robek. Sementara untuk selang udara pada pulsator, ukuran selang yang digunakan adalah ¼ inci.

6.

Rangka

Rangka dirancang dengan menggunakan struktur besi siku yang dapat menopang berbagai komponen yang diletakan di atasnya. Komponen yang berat seperti pompa vakum diletakkan pada alas rangka dan diberi dudukan sesuai dimensinya. Katup pulsator pegas dan motor penggerak diletakkan secara vertikal dan diberi clamp agar stabil ketika dioperasikan. Posisi peletakan komponen diperhitungkan agar rangka stabil ketika didorong yaitu pompa vakum pada alas rangka bagian kanan dan komponen lainnya pada bagian rangka sebelah kiri. Rangka dilengkapi dengan empat roda troli yang memiliki poros / as dan hub / bosh dari bahan stanless steel. Pinggiran roda dibuat dari bahan karet yang bertekstur agar tidak mudah tergelincir. Dua roda di belakang dirancang agar dapat berbelok sementara dua roda di depan tidak dapat berbelok. Roda yang dapat berbelok diletakan di

28

bagian belakang karena handle rangka terdapat di bagian belakang. Handle rangka sendiri terbuat dari pipa stainless steel.

29

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

PEMBUATAN DAN PERAKITAN ALAT

Pembuatan alat dilakukan berdasarkan rancangan yang telah dilakukan. Gambar rancangan alat secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1 Rancangan alat pemerah susu sapi otomatis dengan pulsator tipe pegas

Fungsi secara umum untuk masing-masing komponen yang menyusun alat pemerah susu sapi otomatis ini dijelaskan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Fungsi masing-masing komponen penyusun alat No Komponen Fungsi

1 Teat cup Memerah puting sapi

2 Pulsator pegas Menghubungkan dan menutup aliran vakum bergantian dengan atmosfer

3 Motor penggerak pulsator Menggerakan katup pegas pada pulsator

4 Regulator AC-DC Sumber tenaga listrik untuk motor penggerak pulsator 5 Tangki susu Reservoir vakum dan menampung susu hasil pemerahan 6 Pompa vakum Menghasilkan tekanan vakum

7 Selang udara Menghubungkan udara dari pulsator ke ruang denyut 8 Selang aliran susu Menghubungkan aliran susu dari teat cup ke tangki susu 9 Rangka Menopang komponen lain dan memudahkan pemindahan

Dokumen terkait