• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Jenis dan sumber data

Jenis data yang digunakan untuk mengkaji karakteristik wisatawan di TWA Cimanggu terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer yang dikoleksi adalah data karakteristik pengunjung yaitu: identitas (umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan), motivasi ( tujuan, lama waktu, aktivitas), Persepsi (aksesibilitas, fasilitas, kenyamanan, kepuasan, keramahan), ekonomi

(penghasilan, total pengeluaran, lama tinggal). Data sekunder yang dikoleksi terdiri dari jumlah pengunjung dan pendapatan dari kunjungan wisatawan.

b. Metode analisis data

Analisis dilakukan secara deskriptif dengan mengklasifikasikan wisatawan berdasarkan identitas (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan), motivasi (tujuan, lama waktu, aktivitas), Persepsi (aksesibilitas, fasilitas, kenyamanan, kepuasan, keramahan). Untuk mendapatkan deskripsi persepsi pengunjung melakukan konservasi dilakukan juga analisis contigent valuation. Persepsi pengunjung berupa kesediaan untuk membayar sejumlah nilai (monetary value) guna mempertahankan kelestarian kawasan.

3.5.2. Tingkat kepuasan wisatawan dan kinerja elemen kunci

Pada aspek ini parameter yang dianalisis terdiri dari kondisi sosial masyarakat sekitar, kapasitas keramaian, dan tingkat kepuasan. Kondisi sosial masyarakat sekitar dianalisis secara deskriptif sedangkan pengukuran kapasitas keramaian dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pertanyaan dalam kuesioner dibuat dengan pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. Indikator yang akan dikembangkan dalam kuesioner antara lain komponen yang paling

disukai dan tidak disukai ketika berkunjung ke TWA Cimanggu, Hal penting yang perlu dilakukan oleh pengelola TWA Cimanggu, jumlah pengunjung, jumlah pengunjung yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan. Responden diminta melakukan penilaian dengan mengelompokan kedalam 3 (tiga) kategori yaitu: kelompok 1 apabila tidak bermasalah, kelompok 2 bermasalah dan kelompok 3 sangat bermasalah. Dalam pengukuran ini juga responden diminta melakukan penilaian tingkat kepadatan pengunjung dalam 9 kategori mulai -4 yaitu sangat tidak dapat diterima sampai +4 sangat dapat diterima.

Pengukuran tingkat kepuasan wisatawan dianalisis dengan statistik deskriptif, customer satisfaction index, dan importance-performance analysis. Analisis deskripsi digunakan untuk menjelaskan proses pengambilan keputusan kunjungan responden ke TWA Cimanggu. Importance-performance analysis

digunakan untuk memetakan hubungan antara kepentingan dengan kinerja dari masing-masing atribut tersebut, agar dapat menganalisis tingkat kepuasan responden secara keseluruhan.

Importance-performance analysis Terdiri dari dua komponen yaitu analisis kuadran dan analisis kesenjangan (gap). Dengan analisis kuadran dapat diketahui respon responden terhadap atribut yang diplotkan berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerja atribut tersebut. Sedangkan analisis kesenjangan digunakan untuk melihat kesenjangan antara kinerja suatu atribut dengan harapan konsumen terhadap atribut tersebut.

Tahapan pertama untuk analisis kuadran adalah menghitung rata-rata penilaian kepetingan dan kinerja untuk setiap atribut dengan rumus:

n Xi Xi k i

  1 n Yi Yi k i

  1 Dimana:

Xi= Bobot rata-rata tingkat penilaian kinerja atribut ke-i

Yi = Bobot rata-rata tingkat penilaian kepentingan atribut ke-i n = jumlah responden

tahap kedua adalah menghitung rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja untuk keseluruhan atribut dengan rumus:

n Xi Xi k i

  1 n Yi Yi k i

  1 Dimana:

Xi= Nilai rata-rata kinerja atribut ke-i

Yi = Nilai rata-rata kepentingan ke-i n = jumlah responden

Hasil perhitungan tersebut kemudian diplotkan dalam diagram kartesius seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 8. Kuadran Importance-performance analysis

Diagram ini terdiri dari empat kuadran: Kuadran I (Prioritas Utama), memuat atribut-atribut wisata yang dianggap penting oleh wisatawan tetapi kenyataannya atribut-atribut tersebut belum sesuai dengan harapan pengunjung. Tingkat kinerja dari atribut lebih rendah daripada tingkat harapan pengunjung terhadap atribut tersebut. Atribut-atribut yang terdapat dalam kuadran ini harus lebih ditingkatkan lagi kinerjanya agar dapat memuaskan pengunjung. Kuadran

II (pertahankan prestasi), atribut-atribut yang terdapat dalam kuadran ini menunjukkan bahwa atribut tersebut penting dan memiliki kinerja yang tinggi. Atribut ini perlu dipertahankan untuk waktu selanjutnya. Kuadran III (Prioritas Rendah), atribut yang terdapat pada kuadran ini dianggap kurang penting oleh pengunjung dan kenyataannya kinerjanya tidak terlalu baik. Peningkatan terhadap atribut yang terdapat dalam kuadran ini dapat dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat yan dirasakan oleh pengunjung sangat kecil. Kuadran IV (Berlebihan), memuat atribut-atribut yang dianggap kurang penting oleh pengunjung dan dirasakan terlalu berlebihan. Peningkatan kinerja pada atribut-atribut yang terdapat pada kuadran ini hanya akan menyebabkan terjadinya pemborosan sumber daya(Supranto 2001).

CSI (Customer Satisfaction Index) digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan pengunjung secara menyeluruh dengan melihat tingkat kepentingan dari atribut-atribut produk/jasa. Menurut Aritonang (2005), untuk mengetahui besar CSI maka dilakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Menentukan Mean Importance Score (MIS). Nilai ini berasal dari rata-rata kepentingan tiap konsumen.

n Yi MIS n i

  1 Dimana : n = jumlah pengunjung

Yi = nilai kepentingan atribut Y ke-i

2. Membuat Weight Factors (WF). Bobot ini merupakan persentase nilai MIS per atribut terhadap total MIS seluruh atribut.

  p i MISi MISi WF 1 x 100%

3. Membuat Weight Score (WS). Bobot ini merupakan perkalian antara WF dengan rata-rata tingkat kepuasan (Mean Satifaction Score).

4. Menentukan Customer Satifaction Index HS WSi CSI p i

  1 X 100% Dimana :

p = atribut kepentingan ke-p

HS = (Highest Scale) skala maksimum yang digunakan Pada umumnya, bilai nilai CSI diatas 50% dapat dikatakan bahwa pengunjung sudah merasa puas sebaliknya bila nilai CSI dibawah 50% pengunjung belum dikatakan puas. Nilai CSI dalam penelitian ini dibagi kedalam lima kriteria dari kriteria tidak puas sampai dengan sangat puas seperti pada Tabel 4.1.

Tabel 4. Kriteria Nilai Customer Satifaction Index

Nilai CSI Kriteria CSI

0,81 - 1,00 Sangat Puas 0,66 – 0,80 Puas 0,51 – 0,65 Cukup puas 0,35 – 0,50 Kurang Puas 0,00 – 0,34 Tidak Puas Sumber: Ihsani (2005) 3.5.3. Dampak ekologi

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui ambang batas penerimaan gangguan yang dapat diterima ekosistem sebelum ekosistem tersebut mengalami perubahan fungsi. Analisis ini dilakukan untuk aspek ekologi yang terdiri dari pencemaran perairan, pencemaran tanah (sampah), kerusakan vegetasi, dan pemanfaatan lahan.

a. Pengukuran beban pencemaran dan kapasitas asimilasi

Analisa beban pencemaran akibat aktivitas wisata dilakukan dengan pengukuran langsung disungai di kawasan TWA Cimanggu. Cara pengukuran beban pencemaran didasarkan pada pengukuran debit dan konsentrasi limbah di sungai yang melalui kawasan TWA Cimanggu berdasarkan model Chapra (1983):

BP : Beban pencemaran Q : Debit sungai (m3/detik)

C : Konsentrasi limbah parameter ke-i (mg/l)

Nilai kapasitas asimilasi didapatkan dengan cara membuat fungsi korelasi antara konsentrasi masing-masing parameter limbah dititik pembuangan limbah dengan total beban pencemaran di titik outlet (kawasan TWA Cimanggu). Titik perpotongan dengan garis nilai baku untuk setiap parameter disebut dengan kapasitas asimilasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pencemaran dihilir sungai secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

y = f(x)………(2)

Secara matematis persamaan regresi linier dapat di tulis:

y = a + bx...(3) dimana:

x : parameter sungai

y : nilai parameter di sungai bagian hilir a : nilai tengah/rataan umum

b : koefisien regresi untuk parameter di outlet

b. Pengukuran parameter makrobenthos dan plankton

Pencuplikan sampel makrobenthos dilakukan dengan menggunakan jaring surber dengan metode taveling kicknet. Semua makrobenthos yang tercuplik diidentifikasi dengan menggunakan mikroskop stereo. Setelah diidentifikasi ditentukan indek keanekaragaman Shanon winener (H’), kemerataan dengan formulasi Pielou (Odum, 1971), dan kelimpahannya. Untuk sampel fitoplankton diambil dengan jaring plankton dan dilakukan pengukuran kelimpahan mengunakan metode sapuan diatas gelas objek Segwik Rafter. Kelimpahan dinyatakan dalam satuan sel/liter. Parametar lain yang diukur adalah indek

keanekaragaman Shannon Wiener (H’), indek kemerataan dan indek dominansi.

c. Pengukuran parameter sampah dan lahan

Analisis pencemaran tanah dilakukan secara deskripsi menganalisis jenis sampah, jumlah sampah dan kemampuan pengelola untuk mengatasi permasalahan sampah. Parameter pelestarian kawasan yang dianalisis terdiri dari

2 (dua) parameter yaitu luas pemanfaatan lahan dan stok karbon yang hilang dari perubahan lahan. Analisis pemanfaatan lahan di lakukan dengan menganalisis data pemanfaatan lahan TWA Cimanggu untuk fasilitas wisata, lahan komersil, lahan untuk kegiatan wisata alam, dan peruntukan lainnya. Pengukuran stok karbon didasarkan kepada produktivitas lahan dan estimasi biomassa dengan menggunakan persamaan allometric.

Tabel 5. Estimasi biomasa pohon menggunakan persamaan allometric Jenis Pohon Estimasi Biomasa Pohon,

kg/pohon Pohon bercabang BK = 0.11 ρ D2.62 Pohon tidak bercabang BK = π ρ H D2/40 Sengon BK = 0.0272 D2.831 Pinus BK = 0.0417 D2.6576 Sumber:Hairiah & Rahayu (2007)

Keterangan:

BK = berat kering; D = diameter pohon, cm; π = 3.14; H = tinggi pohon, cm; ρ = BJ kayu, g cm-3

3.5.4. Keberlanjutan ekonomi

Jenis data yang diperlukan merupakan data primer dan sekunder. Data primer dikoleksi dari hasil wawancara dan kuesioner kepada pengelola TWA Cimanggu, masyarakat dan pengunjung, sedangkan data sekunder dikoleksi dari database pengelola TWA Cimanggu. Data terdiri dari nilai investasi, pendapatan, pengeluaran, dan pajak.

3.5.5.Pengembangan model dinamis

Berdasarkan UU No 41 tahun 1999 tentang kehutanan bahwa Taman Wisata Alam mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dan dapat di manfaatkan untuk kegiatan wisata alam. Berdasarkan hal tersebut maka kunci dari kelestarian kawasan adalah pemanfaatan lahan dan daya dukung lingkungan. Ada 4 submodel yang akan dikembangkan pada model pengelolaan TWA Cimanggu yaitu:

Submodel pencemaran adalah submodel penyangga ekosistem yang mampu mengatasi dampak dari kegiatan wisata. Kemampuan penyangga ini merupakan

kisaran besaran ambang batas yang tidak boleh dilewati supaya fungsi ekosistem tetap berfungsi seperti kondisi awal. Submodel pengunjung merupakan penjabaran dari kondisi perilaku pengunjung yaitu tingkat kepuasan dan kondisi masyarakat sekitar. Sub model ekonomi merupakan dampak dari kegiatan wisata terhadap pendapatan masyarakat, pemerintah dan pengelola dan submodel partisipasi masyarakat merupakan gambaran dinamika penyerapan tenaga kerja masyarakat.

Pengembangan model dinamis dilakukan melalui 5 tahapan yaitu: (1) identifikasi isu, tujuan dan batasan, (2) konseptualisasi model dengan mengunakan metode seperti diagram kotak-panah dan causal loop, (3) spesifikasi model, merumuskan makna diagram dan kuantifikasi komponen-komponen model, (4) evaluasi model, mengamati kelogisan model dan membandingkan dengan dunia nyata dan (5) penggunaan model, membuat skenario-skenario kedepan atau alternatif kebijakan

a. Digram sebab akibat model dinamik pengelolaan TWA Cimanggu berbasis daya dukung.

Model pengelolaan TWA Cimanggu dipengaruhi oleh variabel jumlah pengunjung. Peningkatan jumlah pengunjung akan berdampak terhadap jumlah sampah yang dihasilkan pada saat kegiatan wisata dan limbah domestik yang dibuang ke badan perairan akibat kegiatan wisata seperti: berenang, mandi, aktivitas dikantin dan aktivitas lainya. Peningkatan jumlah sampah dan limbah domestik dapat meningkatkan beban pencemaran dan berpengaruh terhadap kualitas biofisik dikawasan TWA Cimanggu.

Selain dihasilkan limbah dan sampah, peningkatan jumlah pengunjung juga mempengaruhi luas lahan yang dimanfaatkan untuk lahan parkir, taman publik, fasilitas umum, kantin dan lain-lain. Selain dari luas lahan kondisi dan kinerja fasilitas wisata mempengaruhi indek kepuasan pengunjung. Kualitas biofisik dan kualitas fasilitas wisata yang direpresentasikan oleh indeks kepuasaan pengunjung mempengaruhi daya dukung wisata. Semakin besar dampak pencemaran dan semakin rendah presepsi penilaian pengujung terhadap fasilitas wisata menyebabkan turunnya daya dukung lingkungan untuk kegiatan wisata.

Untuk mengatasi menurunnya daya dukung lingkungan untuk kegiatan wisata perlu dilakukan pengelolaan daya dukung diantaranya memberikan biaya pengelolaan daya dukung lingkungan dengan tujuan menurunkan beban pencemaran dan meningkatkan persepsi pengunjung atau indeks kepuasaan pengunjung. Dengan peningkatan daya dukung lingkungan diharapkan terjadi peningkatan pendapatan wisata yang berkontribusi terhadap peningkatan pajak sehingga bisa memberikan stimulus terhadap peningkatan infrastruktur yang berpengaruh terhadap peningkatan tingkat kepuasan pengunjung.

Gambar 9. Diagram Sebab akibat model Pengelolaan TWA Cimanggu berbasis daya dukung

b. Uji Validitas dan sensitivitas model

Untuk menguji kebenaran suatu model dengan kondisi objektif harus dilakukan uji validitas dan sensitivitas model. Uji validitas terdiri dari uji validitas struktur dan uji validitas kinerja.

1) Uji validitas struktur

Uji validitas struktur dilakukan untuk mengetahui tingkat keyakinan konstruksi model valid secara ilmiah. Uji validitas struktur terdiri dari validitas

konstruksi dan validitas kestabilan. Validitas konstruksi untuk mengetahui apakah konstruksi model yang dikembangkan sesuai dengan teori, sedangkan validitas kestabilan dilakukan untuk mengetahui konsistensi antara model agregat dengan model rinci

2) Uji Validitas kinerja

Uji validitas kinerja dilakukan untuk memperoleh keyakinan sejauh mana model sesuai dengan kinerja sistem nyata (keadaan sebenarnya) atau sesuai dengan data emprik. Uji validitas kinerja dilakukan dengan cara pengujian menggunakan statistika yaitu: AME (Absolute Mean Error) dan AVE (Absolut Variation Error) dengan nilai penyimpangan yang diperbolehkan adalah 5 – 10%. 3) Uji Sensitivitas

Uji sensitivitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kekuatan (robustness) model dalam dimensi waktu. Yang diuji adalah respon model terhadap stimulus dengan tujuan untuk menemukan tindakan baik untuk mempercepat kemungkinan pencapaian positif, atau mengantisipasi dampak negatif. Uji sensitivitas dapat dilakukan dengan dua macam yaitu: a) Intervensi fungsional, yaitu dengan cara memberikan fungsi-fungsi khusus terhadap model atau b) intervensi struktural yaitu dengan mempengaruhi hubungan antar unsur atau struktur model, dengan cara mengubah struktur model.

c. Analisis Strategi pengelolaan

Analisis strategi pengelolaan dilakukan untuk mempengaruhi sistem agar sesuai dengan yang diinginkan. Dalam sistem dinamis analisis strategi dilakukan terhadap hasil simulasi model. Ada dua tahap analisis pengelolaan TWA Cimanggu yaitu: Pengembangan strategi alternatif dan Analisis strategi pengelolaan TWA Cimanggu. Pengembangan strategi alternatif adalah strategi- strategi yang dibuat dengan tujuan mempengaruhi sistem agar sesuai dengan tujuan yang diinginkan baik dengan cara mengubah parameter atau struktur model, sedangkan analisis strategi pengelolahan TWA Cimanggu adalah proses pemilihan strategi dari beberapa alternatif strategi pengelolaan TWA Cimanggu yang terbaik dengan mempertimbangkan perubahan sistem lama ke sistem baru dan tujuan pengelolaan.

Dokumen terkait