• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. PENAGIHAN PAJAK TERHADAP WAJIB PAJAK

C. Rangkaian Kegiatan Penagihan Pajak

Penagihan pajak ini merupakan suatu hal yang sangat penting baik bagi penerimaan negara maupun bagi pendidikan tanggung jawab rakyat jika dijalankan dengan baik. Pelaksanaan penagihan harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang jelas, yang dapat digunakan sebagai pedoman. Penagihan pajak diatur dalam Undang-Undang No.6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No.16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Dalam Pasal 20 Undang-Undang ini, diatur mengenai penagihan pajak dengan Surat Paksa. Ketentuan tersebut kemudian ditindaklanjuti

dengan UU No.19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. Dalam Undang-Undang ini ditentukan mengenai bagaimana prosedur dari penagihan pajak tersebut.

Penagihan pajak dalam sistem self assessment dilaksanakan sedini mungkin sejak timbulnya utang pajak dan sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak melalui penagihan pajak secara persuasif, seperti melalui pengumuman, himbauan, telepon, atau surat serta diskusi atau dialog perpajakan yang semata-mata dilakukan agar Wajib Pajak membayar atau menyetor sendiri pajak yang terutang secara tepat waktu.

Penagihan pajak pasif lebih diarahkan untuk mengingatkan Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Dilihat dari sisi aktivitas fiskus, pihak fiskus mulai berperan aktif dalam penagihan pasif tersebut. Tetapi penagihan pasif ini bukan hanya ditujukan untuk menagih pajak itu sendiri, melainkan juga untuk memberikan pendidikan mengenai tanggung jawab perpajakan kepada rakyat seperti dengan mengadakan seminar, diskusi, pelatihan atau lokakarya perpajakan.

Menurut UU No.19 Tahun 2000 Pasal 1 angka 9 penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi hutang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegaskan, memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah disita. Atau dengan kata lain penagihan pajak adalah serangkaian tindakan yang dimulai setelah Wajib Pajak mempunyai tunggakan pajak yang belum atau tidak dilunasinya.

Yasmine A. Nst : Fungsi Lembaga Penyanderaan D alam Sis tem Penagihan Pajak T erhadap W ajib

Sebelum sampai pada pembahasan selanjutnya, maka disini terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai hal-hal yang terkait dengan tindakan penagihan pajak tersebut, antara lain:

1. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan termasuk pemungut pajak atas pemotong pajak tertentu. 2. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab

atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

3. Biaya penagihan pajak adalah biaya pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah melaksanakan penyitaan, Pengumuman Lelang, Pembatalan Lelang, Jasa Penilai, dan biaya lainnya sehubungan dengan penagihan pajak.

4. Pejabat Pajak adalah orang yang berwenang mengangkat dan memberhentikan Jurusita Pajak, menerbitkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus, Surat Paksa, Surat Perintah melaksanakan Penyitaan, Surat Pencabutan Sita, Pengumuman Lelang, Surat Penentuan Harga Limit, Pembatalan Lelang, Surat Perintah Penyanderaan, dan surat lain yang diperlukan untuk penagihan pajak sehubungan dengan penanggung pajak tidak melunasi sebagian atau seluruh utang pajak menurut undang-undang dan peraturan daerah. Menteri Keuangan berwenang menunjuk pejabat untuk penagihan pajak pusat dan Kepala Daerah berwenang menunjuk pejabat untuk penagihan pajak daerah.

5. Jurusita Pajak adalah pelaksana atas tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan surat paksa, penyitaan dan penyanderaan. Tugas jurusita pajak antara lain : Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus, Memberitahukan Surat Paksa, Melaksanakan Penyitaan atas barang penanggung pajak berdasarkan suatu surat perintah, dan melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan.

6. Pengadilan Negeri adalah pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tindakan penagihan pajak dilaksanakan.

Berdasarkan Pasal 2 UU No.19 Tahun 2000 disebutkan bahwa serangkaian tindakan penagihan pajak sebagaimana yang dimaksud diatas adalah sebagai berikut :

1. Surat teguran, surat peringatan, atau surat lainnya yang sejenis.

Adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk menegur atau memperingatkan kepada Wajib Pajak untuk melunasi hutang pajaknya.

Sebagaimana diketahui bahwa yang menjadi dasar penagihan pajak adalah adanya Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar ditambah.

Setelah dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterbitkannya surat ketetapan sebagaimana dimaksud diatas, Wajib Pajak tetap tidak melunasi hutang pajaknya, barulah dilakukan suatu tindakan penagihan aktif dengan nama Surat

Yasmine A. Nst : Fungsi Lembaga Penyanderaan D alam Sis tem Penagihan Pajak T erhadap W ajib

Teguran atau surat peringatan lain yang sejenis yang dimaksudkan untuk menegur atau memperingatkan Wajib Pajak tersebut.

Penerbitan Surat Teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis merupakan tindakan awal dari pelaksanaan penagihan pajak dan pelaksanaannya harus dilakukan sebelum dilanjutkan dengan penerbitan surat paksa, maka secara yuridis surat paksa tersebut dapat dianggap tidak ada karena tidak didahului dengan pengeluaran surat teguran atau surat peringatan lain seperti yang dimaksud diatas.

2. Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus

Adalah tindakan penagihan pajak yang dilakukan oleh jurusita pajak kepada penanggung pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh hutang pajakdari semua jenis pajak, masa pajak dan tahun pajak.

Ada dua kata yang penting untuk dipahami yaitu kata “seketika” dan “sekaligus”. Yang dimaksud dengan penagihan seketika adalah penagihan yang dilakukan segera tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran, sedangkan penagihan sekaligus adalah penagihan yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak dan tahun pajak. Secara preventif dimaksudkan agar penerimaan negara di sektor perpajakan dapat diamankan dalam waktu yang singkat.

Dalam pasal 20 UU KUP ditegaskan bahwa tindakan penagihan seketika dan sekaligus dapat dilakukan apabila salah satu dari hal-hal berikut diketahui: a. Penanggung pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau

b. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia ;

c. Terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan badan usahanya, atau memekarkan usahanya, atau memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya; d. Badan usaha akan dibubarkan oleh negara; atau

e. Terjadinya penyitaan atas barang-barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau terdapat tanda-tanda kepailitan.

Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut:

a. Nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak ; b. Besarnya utang pajak ;

c. Perintah untuk membayar pajak; d. Saat pelunasan pajak.

Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus ini diterbitkan sebelum penerbitan Surat Paksa.

3. Surat Paksa

Adalah surat perintah untuk membayar hutang pajak dan biaya penagihan pajak.21

Hal ini adalah sebagaimana dijelaskan pada pasal 1 angka 12 UU No.19 Tahun 2000. Ada 3 (tiga) hal yang menyebabkan diterbitkannya Surat Paksa, yaitu:

Yasmine A. Nst : Fungsi Lembaga Penyanderaan D alam Sis tem Penagihan Pajak T erhadap W ajib

a. Bahwa Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo dan telah diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis.

b. Bahwa terhadap Penanggung Pajak telah dilakukan penagihan seketika dan sekaligus.

c. Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran.

Berbicara lebih lanjut tentang Surat Paksa, maka Surat Paksa dapat ditinjau dari 2 (dua) segi, yaitu segi isinya dan segi karakteristiknya. Surat paksa ini dalam bahasa hukum disebut eksekusi langsung (parate eksekusi), yang berarti bahwa penagihan pajak secara paksa dapat dilaksanakan tanpa melalui proses Pengadilan Negeri. Hal ini bisa dimengerti karena Surat Paksa itu mempunyai kekuatan Eksekutorial dan mempunyai kekuatan hukum yang pasti, dimana fiskus dalam melaksanakan kewajibannya mempunyai hak “Parate Eksekusi”.

Dilihat dari segi isinya Surat Paksa memuat hal-hal sebagai berikut : a. Berkepala kata-kata “Atas Nama Keadilan” yang dengan UU No.14 Tahun

1970 pasal 4 disesuaikan bunyinya menjadi “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”.

b. Nama Wajib Pajak/ Penanggung Pajak, keterangan cukup tentang alasan yang menjadi dasar penagihan, perintah membayar.

c. Dikeluarkan atau ditandatangani oleh pejabat yang berwenang yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan/ Kepala Daerah.

a. Mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Groose putusan hakim dalam perkara perdata yang tidak dapat diminta banding lagi pada hakim atasan. b. Mempunyai kekuatan hukum yang pasti (in kracht van gewijsde).

c. Mempunyai fungsi ganda yaitu menagih pajak dan menagih bukan pajak (biaya-biaya penagihan).

d. Dapat dilanjutkan dengan tindakan penyitaan atau pencegahan dan penyanderaan.

Mengingat Surat Paksa mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang tetap, maka pemberitahuan Surat Paksa kepada Penanggung Pajak oleh Jurusita Pajak harus dilaksanakan dengan cara membacakan isi surat paksa dan kedua belah pihak menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Surat Paksa telah diberitahukan.

Surat Paksa yang akan diberitahukan kepada Penanggung Pajak dilakukan paling lambat setelah lampau waktu 21 (dua puluh satu) hari setelah Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yag sejenis diterbitkan. Bila Surat Paksa diterbitkan kurang dari 21 (dua puluh satu) hari setelah surat teguran diterbitkan, maka Surat Paksa tersebut menjadi batal demi hukum.

4. Surat perintah melaksanakan penyitaan

Penyitaan adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang Penanggung Pajak guna dijadikan jaminan untuk melunasi hutang pajak menurut peraturan perundang-undangan perpajakan.

Penyitaan merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan penagihan dengan Surat Paksa, apabila pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka

Yasmine A. Nst : Fungsi Lembaga Penyanderaan D alam Sis tem Penagihan Pajak T erhadap W ajib

waktu 2*24 jam sesudah tanggal pemberitahuan dengan pernyataan dan penyerahan Surat Paksa kepada Wajib Pajak. Penyitaan dilakukan oleh Jurusita Pajak yang telah disumpah terlebih dahulu dan didampingi oleh 2 (dua) orang saksi penduduk Indonesia yang telah mencapai usia 21 (dua puluh satu) tahun, dikenal oleh Jurusita Pajak dan dapat dipercaya. Setiap melaksanakan penyitaan jurusita pajak membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita yang ditandatangani oleh jurusita pajak, penanggung pajak dan saksi-saksi.

Meskipun penanggung pajak tidak hadir, penyitaan tetap dapat dilaksanakan dengan syarat ada saksi yang berasal dari pemerintah daerah setempat. Dalam hal penyitaan tidak dihadiri oleh penanggung pajak, Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani oleh jurusita pajak dan saksi-saksi. Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dapat ditempelkan pada barang bergerak atau barang tidak bergerak yang disita, dan atau di tempat-tempat umum. Pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak tidak mengakibatkan penundaan pelaksanaan penyitaan.

Penyitaan dapat dilaksanakan terhadap milik penanggung pajak yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, atau di tempat lain, termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain atau yang dibebani dengan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu berupa:

a. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, deposito, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi, saham atau surat berharga lainnya, piutang dan penyertaan modal pada perusahaan lain; dan b. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan dan kapal.

Menurut pasal 15 UU No.19 Tahun 2000, ada 6 (enam) jenis barang yang dikecualikan dari penyitaan yaitu:

a. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya ;

b. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan memasak yang ada di rumah;

c. Perlengkapan Penanggung Pajak yang bersifat dinas;

d. Buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan Penanggung Pajak dan alat-alat yang dipergunakan untuk pendidikan, kebudayaan dan keilmuan; e. Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksanakan

pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah);

f. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya.

5. Surat Perintah Penyanderaan

Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan Penanggung Pajak dengan menempatkannya ditempat tertentu. Penyanderaan hanya dapat dilakukan terhadap penanggung pajak apabila memenuhi 2 (dua) syarat, yaitu:

a. Syarat kuantitatif, yaitu apabila Penanggung Pajak mempunyai utang pajak

sekurang-kurangnya Rp.100.000.000.- (seratus juta rupiah); dan

b. Syarat kualitatif, yaitu syarat mengenai diragukannya itikad baik Penanggung

Yasmine A. Nst : Fungsi Lembaga Penyanderaan D alam Sis tem Penagihan Pajak T erhadap W ajib

Penanggung Pajak menyembunyikan harta kekayaannya sehingga tidak cukup harta yang dapat dijadikan jaminan pelunasan utang pajak dan biaya penagihan pajak.

Namun demikian penyanderaan tidak boleh dilaksanakan dalam kondisi sebagai berikut:

a. Apabila Penanggung Pajak sedang beribadah;

b. Apabila Penanggung Pajak sedang mengikuti sidang resmi; c. Apabila Penanggung Pajak sedang mengikuti Pemilihan Umum.

Pembahasan lebih lanjut mengenai penyanderaan ini akan dibahas pada bab berikutnya.

6. Surat Pencabutan Sita

Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa penyitaan adalah tindakan jurusita pajak untuk menguasai barang Penanggung Pajak guna dijadikan jaminan untuk melunasi hutang pajak menurut peraturan perundang-undangan.

Pencabutan sita hanya dapat dilaksanakan apabila Penanggung Pajak telah melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak atau berdasarkan putusan pengadilan atau putusan badan peradilan pajak atau ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri atau Keputusan Kepala Daerah. Mengenai pencabutan sita tersebut diatur lebih lanjut dalam UU No.19 Tahun 2000 dalam pasal 22. Pencabutan sita sebagaimana dimaksud, dilaksanakan berdasarkan suatu Surat Pencabutan Sita yang diterbitkan oleh pejabat. Dan dalam hal penyitaan dilaksanakan terhadap barang yang kepemilikannya terdaftar, maka Surat Pencabutan Sita disampaikan kepada instansi tempat barang tersebut terdaftar.

7. Pengumuman Lelang

Lelang adalah setiap penjualan barang di muka umum dengan cara penawaran harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli. Dasar hukum pelaksanaan lelang adalah Peraturan Pemerintah Nomor 136 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penjualan Barang Sitaan Yang Dikecualikan Dari Penjualan Secara Lelang Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. Lelang dalam hal sita pajak merupakan salah satu bagian dari berbagai jenis lelang untuk melaksanakan eksekusi atas barang milik Penanggung Pajak dalam rangka penagihan piutang pajak. Sesuai aturan yang telah ditentukan pelaksanaan penjualan secara lelang terhadap barang yang telah disita dilakukannya sekurang-kurangnya 14 (empat belas) hari setelah pengumuman lelang. Pengumuman lelang itu sendiri dilakukan setelah ditentukan hari, tanggal, dan jam lelang, dalam waktu sekurang-kurangnya 14 (empat belas) hari setelah pelaksanaan penyitaan. Kepala Kantor mengumumkan lelang melalui surat kabar harian, selebaran, atau tempelan yang mudah dibaca oleh umum dan atau media elektronik termasuk internet di wilayah kerja Kantor Lelang tempat barang yang akan dijual. Pengumuman lelang untuk barang bergerak dilakukan 1 (satu) kali dan untuk barang tidak bergerak dilakukan 2 (dua) kali. Jangka waktu pengumuman pertama dan kedua sekurang-kurangnya lima belas (15) hari serta diatur agar pengumuman kedua tidak jatuh pada hari libur/ hari besar.22

Pengumuman lelang barang tidak bergerak yang akan dilelang bersama-sama dengan barang bergerak, maka pengumumannya dilakukan sebagai berikut:

Yasmine A. Nst : Fungsi Lembaga Penyanderaan D alam Sis tem Penagihan Pajak T erhadap W ajib

a. Pengumuman pertama dilakukan untuk barang bergerak dan barang yang tidak bergerak.

b. Pengumuman kedua dilakukan hanya untuk barang yang tidak bergerak.

c. Pengumuman lelang terhadap barang dengan nilai paling banyak Rp. 20.000.000,00.- (dua puluh juta rupiah) tidak harus diumumkan melalui media massa.23

Hasil dari pelaksanaan lelang barang-barang yang disita terlebih dahulu akan digunakan untuk melunasi biaya penagihan pajak, dan sisanya baru dipergunakan untuk membayar utang pajak. Bila masih tetap ada sisanya, maka akan dikembalikan kepada Penanggung Pajak yang bersangkutan. Setelah lelang selesai dilaksanakan maka akan dibuatkan Risalah Lelang yang merupakan suatu Berita Acara Pelaksanaan Lelang yang dapat berfungsi sebagai suatu akta jual beli yang merupakan bukti otentik sebagai dasar untuk mendaftarkan dan pengalihan hak.

Tetapi dapat melalui selebaran atau pengumuman yang ditempelkan di tempat umum misalnya di Kantor Kelurahan atau di papan pengumuman KPP.

8. Surat Penentuan Harga Limit

Surat Penentuan Harga Limit merupakan suatu surat yang dibuat ataupun diterbitkan oleh Jurusita untuk menentukan harga dari barang-barang baik bergerak ataupun tidak yang dimiliki oleh si Wajib Pajak atau Penanggung Pajak yang disita dan akan di lelang untuk membayar/ melunasi tunggakan pajak dari Wajib Pajak tersebut. Sehingga Jurusita dapat mengetahui apakah harta yang

23

dilelang tersebut dapat mencukupi atau tidak untuk membayar utang pajak dari Wajib Pajak tersebut.

9. Pembatalan Lelang

Apabila Wajib Pajak / Penanggung Pajak melunasi utang-utang pajak serta biaya pelaksanaannya sesudah pengumuman lelang dimuat di surat kabar/ media cetak/ media elektronik tetapi sebelum pelaksaaan lelang, maka pengumuman lelang itu dapat dibatalkan dengan memuat iklan pembatalan lelang dalam surat kabar/ media cetak/ media elektronik yang bersangkutan.

Pembatalan pengumuman lelang baru dapat dilakukan apabila Wajib Pajak / Penanggung Pajak menunjukkan bukti pembayaran utang pajak serta biaya pelaksanaannya.

10.Surat Lain yang diperlukan untuk pelaksanaan penagihan pajak

Merupakan semua bentuk surat yang dapat dikeluarkan oleh fiskus, yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugasnya untuk melakukan penagihan pajak terhadap Wajib Pajak atau Penanggung Pajak yang memiliki tunggakan pajak.

Dokumen terkait